Anda di halaman 1dari 42

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kolesterol

Kolesterol adalah lemak yang berwarna kekuningan yang diproduksi

oleh tubuh secara alami di dalam organ hati. Kolesterol akan meningkat

apabila mengkonsumsi makanan yang tinggi kolesterol. Sumber kolesterol

terbesar berasal dari hewani terutama organ otak, kuning telur, jeroan, susu,

keju dan mentega. Sumber kolesterol yang berasal dari nabati yang terbesar

yaitu minyak kelapa dan kacang-kacangan. Kolesterol terdapat dalam diet

semua orang, dan dapat diabsorpsi dengan lambat dari saluran pencernaan ke

dalam saluran limfe usus. Kolesterol sangat larut dalam lemak tetapi hanya

sedikit larut dalam air. Kolesterol secara spesifik mampu membentuk ester

dengan asam lemak. Hampir 70 persen kolesterol dalam lipoprotein plasma

memang dalam bentuk ester kolesterol. (Nilawati 2008).

Disamping sebagai sumber energi, kolesterol mempunyai peran

penting pada tubuh yaitu membentuk dinding-dinding sel di seluruh tubuh,

pembentuk hormon steroid, pembentuk hormon seks, dan pembentuk vitamin

D. Secara alami kolesterol dibentuk oleh tubuh secara otomatis dengan kadar

yang tepat, namun akan meningkat melebihi batas normalk apabila seseorang

memakan makanan tinggi lemak atau junkfood. (Yovina, 2012).

6
7

Gambar 2.1 Struktur Kimia Kolesterol


Sumber : Auma, 2009

2.2 Trigliserida

Trigliserida merupakan bentuk lemak yang paling efisien sebagai

cadangan energi. Energi hasil metabolisme trigliserida dua kali lebih besar

bila dibandingkan dengan karbohidrat dan protein pada jumlah yang sama.

Trigliserida dapat dibah menjadi kolesterol, fosfolipid dan bentuk lipid lainya

(Sunarya 2007).

Trigliserida banyak ditemukan dalam sel-sel lemak. Sekitar 99% dari

volume sel lemak mengandung trigliserida. Beberapa trigliserida juga terdapat

dalam bentuk butir-butir lipid di dalam jaringan yang bukan lemak

(nonadiposa), seperti hati dan otot. Selain sebagai sumber energi, trigliserida

dapat diubah menjadi kolesterol, fosfolipid, dan bentuk lipid lainnya jika

tubuh memerlukan jenis lipid tertentu. Trigliserida tersusun dari dua sub unit

yaitu gliserol dan asam lemak. Gliserol mengandung gugus fungsional –OH

dan merupakan suatu alkohol. Asam lemak merupakan rantai panjang atom

karbon dan hidrogen yang mengandung gugus fungsional. (Sunarya, 2017).


8

2.3 Metabolisme Lipid

Metabolisme lipid dapat dibagi atas dua jalur yaitu jalur metabolisme

eksogen dan jalur metabolisme endogen.

Gambar 2.2 Metabolisme Lipid


Sumber Firani Khila, 2017

2.3.1 Jalur Metabolisme Eksogen

Trigliserida dan kolesterol yang masih berada di usus berupa

partikel besar lipoprotein yang disebut dengan kilomikron dan akan

dibawa dalam alirah darh ke seluruh tubuh. Kilomikron akan mengalami

penguraian oleh enzim lipoprotein lipase sehingga akan terbentuk asam

lemak bebas dan kilomikron remnam. Asam lemak bebas akan

menembus jaringan lemak di bawah kulit dan sel otot untuk diubah

menjadi trigliserida untuk cadangan energi. Sedangkan kilomikron

renmam akan dimetabolisme di dalam organ hati menjadi kolesterol

bebas. Sebagain asam kolesterol yang di dalam organ hati akan diubah

menjadi asam empedu yang akan dikeluarkan ke usus berfungsi sebagai

pembersih dan membantu dalam penyerapan lemak. Sebagian lemak


9

yang tidak di ubah menjadi asam empedu akan didistribusikan ke

jaringan tubuh lainnya melalui jalur endogen. (Yovina, 2012).

2.3.2 Jalur Metabolisme Endogen

Makanan dengan kandungan karbohidrat tinggi yang masuk ke

dalam tubuh akan serap oleh usus dan kemudian diolah di dalam organ

hati menjadi asam lemak dan terakhir menjadi trigliserida. Trigliserida

yang sudah terbentuk akan didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh

dalam bentuk lipoprotein yaitu VLDL. VLDL dimetabolisme kembali

menjadi IDL (Intermedia Density Lippoprotein) dan akan diproses

kembali mejadi LDL yang tinggi kolesterol. LDL tersebut

mendistribusikan kolesterol ke seluruh jaringan tubuh melalui peredaran

darah. (Yovina, 2012).

2.4 Sel Lemak dan Jaringan Lemak

Jaringan lemak merupakan depot penyimpanan energi terbesar bagi

mamalia. Tugas utama jaringan lemak adalah menyimpan energi dalam

bentuk trigliserida melalui proses lipogenesis yang terjadi sebagai respon

terhadap kelebihan energi dan memobilisasi energi melalui lipolisis

sebagai respon terhadap kekurangan energi. Akumulasi lemak ditentukan

oleh keseimbangan dari proses lipolisis (pemecahan lemak) dan

lipogenesis (sintesis lemak), selain itu juga ditentukan oleh faktor jenis

kelamin. Faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko penyakit

adalah kelebihan lemak pada organ dalam dan bukan lemak subkutan

pada tubuh (Sugondo, 2009).


10

2.5 Lipoprotein

Lipoproptein merupakan partikel kecil (lebih kecil dari kilomikron

tetapi komposisinya secara kualitatif sama) yang mengandung trigliserida,

kolesterol, fosfolipid dan protein. Lipoprotein menyediakan kendaraan untuk

mengangkut lipid molekul dalam darah sebagai molekul yang larut dalam air

dan mendistribusikan lipoprotein ke sel-sel di seluruh tubuh.

Ada 4 tipe utama lipoprotein yang diklasifikasikan berdasarkan

densitasnya dan diukur dengan ultrasentrifugasi :(1) Lipoprotein berdensitas

sangat rendah (very low density lipoprotein) disingkat VLDL yang

mengandung konsentrasi trigiserida yang tinggi dan konsentrasi kolesterol

serta fosfolipid yang sedang. (2) Lipoprotein berdensitas sedang

(intermediatedensity lipoprotein) disingkat IDL berasal dari VLDL yang

sebagian besar trigliseridanya sudah dikeluarkan, sehingga konsentrasi

kolesterol dan fosfolipid meningkat. (3) Lipoprotein berdensitas rendah (low

density lipoprotein) disingkat LDL berasal dari lipoprotein berdensitas sedang

yang mengeluarkan hampir semua trigliseridanya, menyebabkan konsentrasi

kolesterol sangat tinggi dan konsentrasi fosfolipid menjadi cukup tinggi. (4)

Lipoprotein berdensitas tinggi (high density lipoprotein) disingkat HDL

mengandung protein berkonsentrasi tinggi, dengan konsentrasi kolesterol dan

fosfolipid yang jauh lebih kecil (Kronenberg et al., 2008)


11

2.6 Hiperlipidemia

Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak

bebas berasal dari makanan (eksogen) dan dari sintesis lemak (endogen).

Kolesterol dan trigliserida adalah dua jenis lipid yang relatif mempunyai

makna klinis penting sehubungan dengan aterogenesis. Lipid terikat pada

protein sebagai mekanisme transport dalam serum. Ikatan ini menghasilkan

empat kelas utama lipoprotein : 1) Kilomikron, 2) Lipoprotein densitas sangat

rendah (VLDL), 3) Lipoprotein densitas rendah (LDL, dan 4) Lipoprotein

densitas tinggi (HDL).

Kadar relatif lipid dan protein berbeda – beda pada setiap kelas

tersebut. Dari keempat kelas lipoprotein yang ada, LDL yang paling tinggi

kadar kolesterolnya, sedangkan kilomikron dan VLDL paling tinggi kadar

trigliseridanya.

Hiperpidemia ditandai dengan 3 abnormalitas lipid : peningkatan

trigliserida, partikel LDL kecil dan penurunan kolesterol HDL (trias lipid).

Trias lipid merupakan faktor resiko penyakit jantung koroner, sehingga trias

lipid tersebut merupakan target dari pengobatan dislipidemia (Pricees et al

2006).

Istilah hiperlipidemia menyatakan peningkatan kolesterol dan/atau

trigliserida serum di atas batas normal. Kasus dengan kadar tinggi yang

disebabkan oleh gangguan sistemik disebut sebagai hiperlipidemia sekunder.

Penyebab utama hiperlipidemia adalah obesitas, asupan alkohol yang

berlebihan, diabetes mellitus, hipotiroidisme, dan sindrom nefrotik.


12

Hiperlipidemia akibat predisposisi genetik terhadap kelainan metabolisme

lipid disebut hiperlipidemia primer. Salah satu konsekuensi hiperlipidemia

yang paling penting adalah peningkatan kolesterol serum, yang terutama

mencerminkan kolesterol LDL, merupakan faktor predisposisi terjadinya

ateroma. (Pricees et al 2006)

Hiperlipidemia merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan kadar

lipid dalam plasma meliputi peningkatan trigliserida dan kolesterol total,

peningkatan LDL (Low Density Lipoprotein) dan penurunan HDL (High

Density Lipoprotein). Hasil penelitian menunjukkan, peningkatan kadar

kolesterol total dan LDL yang disertai penurunan HDL akan menyebabkan

penimbunan lemak pada lapisan-lapisan pembuluh darah yang berdampak

pada terjadinya aterosklerosis (Talbert, R.L. 2005).

2.7 Peran HDL

High-density lipoprotein (HDL) adalah lipoprotein kecil, padat, kaya

protein dibandingkan dengan kelas lipoprotein lainnya, dengan ukuran rata-

rata 8-10 nm dan densitas 1,063-1,21 g/ml. Partikel HDL bersifat

plurimolekuler yang sebagian besar terdiri dari lipida polar yang dilarutkan

dengan apolipoprotein. HDL juga mengandung banyak protein lain, termasuk

enzim dan protein, dan mungkin mengandung sejumlah kecil lipida nonpolar.

Protein HDL sering ada dalam beberapa isoform dan mudah mengalami

modifikasi posttranslasional. Sebagai konsekuensi dari beragam fitur

komposisi tersebut, partikel HDL sangat heterogen dalam sifat struktural,

kimia dan biologisnya. (Kontush dan Chapman 2012)


13

Peran protektif HDL telah diketahui di beberapa studi epidemiologi.

Peningkatan 2,5% yang sesuai dengan 1 mg / dl atau 0,04 mmol / l dikaitkan

dengan penurunan risiko peyakit jantung 2 dan 3% pada pria dan wanita.

Sejauh ini, terutama konsentrasi kolesterol total dalam partikel HDL yang

telah ditentukan dengan menggunakan metode standar yang berlaku. Namun,

kolesterol hanya mewakili sebagian kecil, kira-kira 15%, dari massa partikel

HDL.

Hubungan antara HDL-C dan PJK sangat kompleks dan HDL-C

mungkin bukan indikator yang tepat terhadap risiko kardiovaskular. Hal ini

telah ditunjukkan, misalnya, karena ketebalan media intima karoten tidak

meningkat pada pembawa apoA-I (Milano) dengan tingkat HDL-C yang

sangat rendah (Sirtori et al., 2001). (Van Capelleveen et al 2013).

2.8 Jenis Hiperlipidemia

2.8.1 Hiperlipidemia Primer

Hiperlipidemia primer adalah suatu penyakit herediter yang

menyebabkan seseorang mewarisi kelainan gen pembentuk reseptor

lipoprotein berdensitas rendah pada permukaan membran sel tubuh. Bila

reseptor ini tidak ada, hati tidak dapat mengabsorpsi lipoprotein

berdensitas sedang atau lipoprotein berdensitas rendah. Tanpa adanya

absorpsi tersebut, mesin kolesterol di sel hati menjadi tidak terkontrol dan

terus membentuk kolesterol baru. Hati tidak lagi memberi respons

terhadap inhibisi umpan balik dari jumlah kolesterol plasma yang terlalu

besar. Akibatnya, jumlah lipoprotein berdensitas sangat rendah yang


14

dilepaskan oleh hati ke dalam plasma menjadi sangat meningkat (Guyton,

2008).

Pasien dengan hiperlipidemia familial yang parah memiliki

konsentrasi kolesterol darah sebesar 600 sampai 1000 mg/dl, yaitu empat

sampai enam kali nilai normal. Banyak pasien seperti ini yang meninggal

sebelum usia 20, karena infark miokardium atau gejala sisa penyumbatan

aterosklerosis di seluruh pembuluh darah tubuh (Ronny, 2008)

2.8.2 Hiperlipidemia Sekunder

Hiperlipidemia sekunder disebakan oleh bebarapa penyakit antara

lain penyakit diabetes militus, hipertiroidisme, penyakit hati obtruktif, dan

gagal ginjal kronik yang diderita seseorang. Selain itu juga disebabkan

oleh kosumsi obat-obatan yang bisa meningkatkan kolesterl LDL dan

menurnkan kolesterol HDL seperti oat-obatan golongan diuretika dan

kortikosteroid. (Ruslianti, 2014).

2.9 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Lipid

Peningkatan jumlah kolesterol yang dicerna setiap hari sedikit

meningkatkan konsentrasi plasma. Akan tetapi, bila kolesterol dicernakan,

peningkatan konsentrasi kolesterol menghambat enzim terpenting untuk

pembentukan kolesterol endogen, 3-hidroksi-3-metilglutaril KoA reductase,

sehingga tersedia suatu system kontrol umpan balik intrinsik untuk mencegah

peningkatan konsentrasi kolesterol plasma yang berlebihan. Akibatnya,

konsentrasi kolesterol plasma biasanya tidak berubah naik atau turun lebih
15

dari 15% dengan mengubah jumlah kolesterol dalam diet, walaupun respon

individu sangat berbeda–beda (Guyton, 2008).

Diet lemak yang sangat jenuh meningkatkan konsentrasi kolesterol

darah 15 sampai 25 persen. Keadaan ini akibat peningkatan penimbunan

lemak dalam hati, yang kemudian menyebabkan peningkatan jumlah asetil-

KoA di dalam sel hati untuk menghasilkan kolesterol. Oleh karena itu, untuk

menurunkan konsentrasi kolesterol darah, mempertahankan diet rendah lemak

jenuh biasanya sama pentingnya dengan mempertahankan diet rendah

kolesterol (Sudoyo, 2006).

Pencernaan lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh yang

tinggi biasanya menekan konsentrasi kolesterol darah dari jumlah sedikit

sampai sedang.

Kekurangan insulin atau hormon tiroid meningkatkan konsentrasi

kolesterol darah, sedangkan kelebihan hormon tiroid menurunkan

konsentrasinya. Efek ini kemungkinan disebabkan terutama oleh perubahan

derajat aktivitas enzim – enzim khusus yang bertanggung jawab terhadap

metabolisme zat lipid (Sudoyo, 2006).

2.10 Aterosklerosis

Terjadi pada arteri koroner yang dapat mengakibatkan manifestasi

klinis berupa penyakit jantung iskemik yang merupakan salah satu

penyebab kematian utama tidak hanya di negara-negara maju dan juga di

berbagai negara berkembang, seperti Indonesia. Survei yang dilakukan

beberapa kota besar di Indonesia membuktikan bahwa hiperlipidemia


16

merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner (PJK) (Hatma, R.D.

(2011).

Evaluasi klinis HDL sebagai faktor risiko telah difokuskan hampir

secara eksklusif pada total HDL tanpa memperhatikan komposisi kimia

atau beberapa sub dari partikel HDL. Sebagian besar penelitian

epidemiologi telah menunjukkan adanya hubungan invers dan independen

yang solid antara HDL dan risiko penyakit kardiovaskular (Toth et al

2013).

Gambar 2.3 Aterosklerosis


Sumber : Sargowo, 2015

2.11 Pengaruh Faktor Gaya Hidup

Kemajuan di berbgai bisang, khusunya perekonomian masyarakt

mengubah gaya hidup menjadi kurang sehat. Banyak ditemukan di daerah-

daerah perkotaan berjajar restoran cepat saji. Makanan-makanan di

restoran cepat saji umumnya mengandung tinggi kolesterol. Faktor

kesibukan juga berperan mengubah gaya hidup sehingga orang lebih

senang membeli makan cepat saji. Hal ini berbanding terbalik dengan

tingkat kesehatan karena dapat menyebabkan hiperlipidemia. Jika

seseorang sudah mengami hiperlipidemia maka akan berpotensi


17

mengalami berbagai penyakit kronis antara lain tekanan darah tinggi,

penyakit jantung koroner, stroke dan lain. Penyakit-penyakit kronis

tersebut diawali dengan timbulnya plak-plak pada dinding pembulu darah.

(Nilawati, 2008).

Konsumsi alkohol secukupnya dikaitkan dengan penurunan risiko

penyakit kardiovaskular. Konsumsi alkohol meningkatkan konsentrasi

HDL-C, yang dapat menghabat CETP (protein transfer glesteryl ester).

Namun, belum jelas apakah elevasi HDL-C yang terkait dengan konsumsi

alkohol bersifat kardioprotektif (Edlin, 2016).

Jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk meningkatkan HDL-C

sebesar 0,1 mmol/L (3,87 mg/dl) adalah sekitar 30 g/d. Oleh karena itu,

minum alkohol tidak dapat direkomendasikan sebagai metode untuk

meningkatkan kadar HDL-C. Peningkatan HDL-C yang disebabkan

alkohol terjadi umumnya tanpa perubahan signifikan pada lipid lain

meskipun alkohol dapat meningkatkan kadar trigliserida terutama pada

subjek dengan peningkatan konsentrasi trigliserida. Tingkat kematian

akibat PJK di antara pengguna alkohol moderat lebih rendah daripada

jumlah total atau peminum berat. Bahkan konsumsi alkohol sangat rendah,

misalnya, beberapa minuman per minggu, tampaknya melindungi dari PJK

meskipun tidak memiliki efek signifikan pada HDL-C (Orellana 2017).


18

2.12 Hubungan Berat Badan Teradap Kadar Profil Lipid

Efek penurunan berat badan, berkaitan dengan metabolisme lemak

dan apoAI pada pria dengan sindrom metabolik (MetS). Data penelitian

menunjukkan bahwa penurunan berat badan, tidak tergantung pada variasi

komposisi diet, meningkatkan HDL plasma terutama dengan menunda

katabolisme apoAI. (Richard, 2012).

Kolesterol HDL berkontribusi terhadap risiko penyakit jantung

koroner dan angka kejadiannya lebih banyak pada wanita daripada pria.

Selain itu rasio bahaya terkait diabetes pada kejadian penyakit jantung

koroner 3 kali lebih tinggi pada wanita. Komposisi partikel HDL dikaitkan

dengan perkembangan sindrom metabolik (Onat et al., 2013).

2.13 Hubungan Lipid Dengan Berbagai Penyakit

Tingkat kadar HDL-C telah terbukti menjadi faktor risiko penyakit

lain yang tidak terkait dengan aterosklerosis. Laporan terbaru

menunjukkan bahwa HDL-C dapat menjadi biomarker untuk penyakit

seperti psoriasis (Holzer et al 2012), rheumatoid arthritis (Raterman et al

2013), dan fibrosis hati pada pasien hepatitis C (Gangadharan et al 2012).

2.14 Hubungan Hiperlipidemia dengan Stroke

Berbeda dengan peran HDL sebagai faktor risiko utama penyakit

jantung koroner, peran HDL pada patogenesis stroke iskemik kurang jelas.

Studi epidemiologi ketebalan media intima karotid dan proteksi stroke

telah memberikan hasil yang bertentangan. Bahkan dalam penelitian yang

melaporkan hasil positif, efek HDL terhadap perlindungan stroke sangat


19

sederhana yaitu kenaikan HDL 10 mg / dl atau 0,38 mmol/L mengurangi

risiko stroke sebesar 11-15%) dibandingkan dengan efek perlindungannya.

Dalam studi kohort prospektif serta dalam studi kasus kontrol mungkin

disebabkan oleh heterogenitas stroke, karena dislipidemia termasuk tingkat

HDL-C tidak terlibat dalam patogenesis beberapa subtipe seperti stroke

dan kardioemboli (Amarenco et al 2008).

2.15 Hubungan Hiperlipidemia dengan Penyakit Jantung Koroner

Saat ini telah diketahui adanya hubungan antara peningkatan

kolesterol serum dan peningkatan prematuritas dan keparahan

aterosklerosis.( Price, Sylvia Anderson., Wilson,Lorraine Mc Carty,

2006). Aterosklerosis menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah

koroner sehingga terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan perfusi

jantung dan pasokan darah teroksigenasi oleh arteri koronaria. (Guyton,

2008). Diperkirakan 99.500.000 orang Amerika memiliki kadar kolesterol

serum total yang meningkat (200 mg/dl tau lebih). The Coronary Primary

Prevention Trial (CPPT) memperlihatkan bahwa penurunan kadar

kolesterol yang meningkat akan menurunkan jumlah kematian akibat

infark miokardium. (Pricees et al, 2006).

Hiperlipidemia atau gangguan metabolisme lemak berujung pada

munculnya penyakit jantung koroner. Indikasinya meningkatnya

trigliserida dan low density lipoprotein (LDL), serta menurunnya high

density lipoprotein (HDL). LDL mengangkut kolesterol dari hati dan

membawanya ke sel-sel tubuuh seperti sel-sel otot jantung. LDL


20

menyebabkan kolesterol menempel pada dinding pembuluh darah.

(Trubus, 2010). Efek berkutnya menimbulkan peradangan pembuluh darah

jantung. Arteri koroner menjadi sempit sehingga otot jantung kekurangan

darah dan oksigen yang diperlukan. (Trubus, 2010).

Gejala yang akan timbul adalah nyeri dada, berdebar, dan sesak

nafas karena kelainan jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh.

Pada daerah lain sel-sel yang kekurangan nutrisi dan oksigen akan terasa

sakit atau timbul keluhan lainnya, misalnya mudah lelah karena

pengangkutan sisa-sisa metabolism tidak bisa lancar. (Trubus, 2010).

2.16 Definisi Hewan Uji

Hewan laboratorium meruapakan hewan yang sengaja dipelihara

dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model guna mempelajari

dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian

atau pangamatan laboratorik. Hewan percobaan adalah setiap hewan yang

dipergunakan pada sebuah penelitian biologis dan biomedis yang dipilih

berdasarkan syarat atau standar dasar yang diperlukan dalam penelitian

tersebut. Dalam menggunakan hewan percobaan untuk penelitian

diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai berbagai aspek tentang

sarana biologis, dalam hal penggunaan hewan percobaan laboratorium

(Ridwan, 2013).

Hewan percobaan yang umum digunakan dalam penelitian ilmiah

adalah tikus. Tikus (Rattus Norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya

secara sempurna, mudah dipelihara, dan merupakan hewan yang relatif


21

sehat dan cocok untuk berbagai penelitian (Depkes, 2011). Tikus termasuk

hewan mamalia, oleh sebab itu dampaknya terhadap suatu perlakuan

mungkin tidak jauh berbeda dibanding dengan mamalia lainnya. Tikus

merupakan hewan laboratorium yang banyak digunakan dalam penelitian

dan percobaan antara lain untuk mempelajari pengaruh obat-obatan,

toksisitas, metabolisme, embriologi maupun dalam mempelajari tingkah

laku (Sudrajad 2008).

2.17 Sampel Penelitian

Tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih

(Rattus Novergicus) galur Wistar jantan. Penggunaan tikus putih tersebut

karena kelengkapan organ, kebutuhan nutrisi, metabolisme, dan bio-

kimianya cukup dekat dengan manusia (Hartoyo, 2008). Kolestrol darah

dipengaruhi oleh estrogen, sehingga pada penelitian ini digunakan tikus

jantan karena memiliki estrogen yang lebih sedikit. Ganong (2002).

2.18 Penggunaan Tikus Dalam Penelitian

Tikus merupakan salah satu alasan pengguna hewan-hewan ini

dalam penelitian berbasis percobaan nutrisi (Sudrajad, 2008). Penelitian

menggunakan tikus percobaan akan bermanfaat jika digunakan dalam

demonstrasi fisiologi dan farmakologi. Anatomi dan fisiologis tikus

mendukung suatu penelitian percobaan nutrisi dengan menggunakan

metode ad libitum. Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan

percobaan lain, yaitu bahwa tikus tidak dapat muntah karena struktur

anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus yang bermuara ke dalam


22

lambung, serta tidak memiliki kantong empedu. Pernyataan yang hampir

bahwa karakteristik tikus yaitu : (1) tidak memiliki kantung empedu (gall

blader), (2) tidak dapat memuntahkan kembali isi perutnya, (3) tidak

pernah berhenti tumbuh, namun kecepatannya akan menurun setelah

berumur 100 hari (Sudrajat, 2008).

Penelitian menggunakan tikus percobaan harus memenuhi aspek

kenyamanan hewan percobaan selama masa penelitian, hal tersebut

dilakukan untuk meminimalkan bias lingkungan penelitian terhadap

hewan percobaan. Kandang tikus harus berlokasi pada tempat yang bebas

dari suara ribut dan terjaga dari asap industri atau polutan lainnya.

Kandang harus cukup kuat, tidak mudah rusak, terbuat dari bahan yang

mudah dibongkar, mudah dibersihkan dan mudah dipasang kembali.

Kandang harus tahan gigitan, hewan tidak mudah lepas, tetapi hewan

harus tampak jelas dari luar. Alas kandang selalu kering dan tidak berbau

untuk mencegah gangguan respirasi, serta alat-alat dalam kandang

dibersihkan 1-2kali/minggu. Suhu kandang yang ideal berkisar antar 18-

270 C dan kelembaban berkisar antara 40-70%. Cahaya harus diusahakan

agar terdapat keadaan 12 jam terang dan 12 jam gelap (Sudrajat, 2008).

Tikus tergolong hewan yang makan pada malam hari (nocturnal)

dan tidur pada siang hari. Kualitas makanan tikus merupakan faktor

penting yang mempengaruhi kemampuan tikus mencapai potensi genetik

untuk tumbuh, berbiak serta aktifitas hidup sehari-hari. Makanan tikus

tidak berbeda seperti hewan percobaan lainnya yang membutuhkan


23

protein, lemak, energi serta mineral. Tikus mengkonsumsi makanan dalam

sehari tiap ekor berkisar 12-20 g dan konsumsi minum 20-45 ml air

(Sudrajat, 2008).

Sebelum penelitian dilakukan, beberapa sifat yang dimiliki oleh

tikus percobaan perlu diketahui. Sifat tersebut salah satunya adalah nilai

fisiologis dari tikus percobaan tersebut.

2.19 Data Fisiologis Tikus

Tabel 2.1 Data Fisiologis Tikus


Sumber : Sudrajat, 2008

Kriteria Nilai

Temperatur tubuh (0C) 35,9-37,5

Konsumsi makanan (g/100 g bobot badan/hari) 10

Konsumsi air minum (ml/100 g bobot badan/hari) 10-12

Jumlah pernapasan (/menit) 70-115

Detak jantung (/menit) 250-450

Trigliserida (mg/dl) 26-145

Kolesterol (mg/dl) 40-130

2.20 Data Biologik Tikus

Tikus laboratorium adalah dari jenis Rattus Norvegicus, hewan

mamalia dari ordo Rodentia. Seperti mencit, tikus juga memiliki

pendengaran yang sangat tajam sehingga sangat peka terhadap suara


24

ultrasonik. Penglihatan tikus sangat lemah dan tidak mampu mendeteksi

warna.

Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan.

Tikus dapat tinggal sendirian dalam kandang, asal dapat melihat dan

mendengar tikus lain. Jika dipegang dengan cara yang benar, tikus-tikus

ini tenang dan mudah ditangani di laboratorium. Pemeliharaan dan

makanan tikus lebih mahal daripada mencit tetapi tikus dapat berbiak

sebaik mencit. Karena hewan ini lebih besar daripada mencit, maka untuk

beberapa macam percobaan, tikus lebih menguntungkan (Sudrajad, 2008)

Tabel 2.2 Data Biologik Tikus


Sumber : Sudrajat, 2008

- Konsumsi pakan per hari 10 g/100 g bb

- Konsumsi air minum per hari 8-11 ml/100 g bb

- Diet protein 12%

- Ekskresi urine per hari 5,5 ml/100 g bb

- Bobot badan dewasa :

- Jantan 300-400 g

- Betina 250-300g

- Suhu rektal 37,5 o C

- Laju respirasi 85 x/mn

- Denyut jantung 300 - 500 x/mn

- Pengambilan darah maksimum 5,5 ml/Kg


25

Umumnya berat badan tikus laboratorium lebih ringan

dibandingkan berat badan tikus liar. Biasanya pada umur empat minggu

beratnya 35-40 g, dan berat dewasa rata-rata 200-250 g, tetapi bervariasi

tergantung pada galur. Tikus jantan tua dapat mencapai 500 g tetapi tikus

betina jarang lebih dari 350 g.

Ada dua sifat utama yang membedakan tikus dengan hewan

percobaan lainnya, yaitu tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi

yang tidak lazim pada tempat bermuara esofagus ke dalam lambung dan

tidak mempunyai kandung empedu. Selain itu, tikus hanya mempunyai

kelenjar keringat di telapak kaki. Ekor tikus menjadi bagian badan yang

paling penting untuk mengurangi panas tubuh. Mekanisme perlindungan

lain adalah tikus akan mengeluarkan banyak ludah dan menutupi bulunya

dengan ludah tersebut (Sudrajad, 2008)

2.21 Jenis Atau Galur Tikus

Tikus laboratorium telah digunakan sebagai model hewan yang

penting untuk penelitian di bidang psikologi, kedokteran, dan bidang

lainnya. Sebuah galur atau strain, mengacu pada tikus, adalah sebuah

kelompok di mana semua anggota secara genetik identik. Pada tikus, ini

dicapai melalui perkawinan sedarah. Dengan memiliki populasi jenis ini,

adalah mungkin untuk melakukan percobaan pada peran gen, atau

melakukan percobaan yang mengecualikan variasi dalam genetika sebagai

faktor. Sebaliknya, outbred strain, digunakan ketika identik genotipe tidak


26

diperlukan atau populasi acak diperlukan, dan lebih didefinisikan sebagai

leluhur pembanding strain. (Sudrajat, 2008).

Terdapat beberapa galur atau varietas tikus yang memiliki

kekhususan tertentu antar lain galur Sprague-Dawley dengan ciri-ciri

berwarna albino putih, berkepala kecil dan ekornya lebih panjang daripada

badannya; Wistar dengan ciri-ciri kepala besar dan ekor yang lebih

pendek; Long-Evans bercirikan ukuran lebih kecil daripada tikus putih

serta memiliki warna hitam pada kepala dan tubuh bagian depan (Sudrajat,

2008).

2.22 Tikus Wistar

Tikus galur wistar merupakan bagian dari spesies Rattus

Norvegicus. Jenis galur ini dikembangkan di Institut Wistar pada tahun

1906 untuk digunakan dalam biologi dan penelitian medis. Jenis tikus ini

galur tikus pertama yang dikembangkan sebagai model organisme. Tikus

Wistar adalah hewan yang sering dipergunakan dalam berbagai penelitian,

termasuk penelitian hormon dan pengamatan tingkah laku kopulasi yang

berkaitan dengan libido. Ciri tikus ini adalah mempunyai kepala lebar,

telinga panjang, dan memiliki berat badan antara 200-400 gram dengan

lama waktu hidup 2,5 sampai dengan 3 tahun. Masa pubertas tikus 50 ± 10

hari. Standar perawatan tikus wistar sebagai hewan percobaan meliputi

makanan, minuman, dan lingkungan pada kandang diantaranya

temperatur, kelembaban dan intensitas cahaya. Tikus wistar memerlukan

asupan makanan sebanyak 5 gram/100 gram berat badan dan konsumsi


27

cairan 8 – 11 ml/gram berat badan dalam 24 jam. Temperatur kandang

yang diperlukan untuk perawatan tikus wistar adalah 21 – 24oC dengan

rata-rata kelembaban 40-60%. Intensitas cahaya yang diperlukan adalah 75

– 125 fc, dengan siklus siang – malam sebanyak 12 – 12 jam atau 14 –

10 jam.

Gambar 2.4 Tikus Wistar


Sumber : Sudrajat, 2008

2.23 Metabolisme Lemak Pada Tikus

Karnitin, koenzim vital dalam jaringan tubuh hewan dan berperan

dalam metabolisme lemak, merupakan substansi yang bersifat seperti

vitamin. Karnitin disintesis dalam hati. Pada tikus, kandungan tertinggi

ditemukan pada kelenjar adrenalin, jantung, otot rangka, jaringan adiposa,

dan hati serta sedikit terkandung dalam ginjal dan otak. Pada manusia,

kandungan karnitin otot rangka 40 kali lebih banyak dari yang ada dalam

darah. Seperti vitamin yang larut dalam air, karnitin dipercaya lebih

mudah dan dapat terserap seluruh oleh tubuh (Abdurahman, 2008).

Konsentrasi TPC normal pada tikus adalah 40-130 mg/dl dan

trigliserida darah normal 26-145 mg/dl. Jika dianalogikan dengan manusia,


28

apabila konsentrasi total darah tikus meningkat ~20% maka dapat

dikatakan bahwa tikus tersebut mengalami hiperkolesterolemia.

Peningkatan kolesterol plasma juga dipengaruhi oleh jenis lemak yang ada

dalam diet. Hal ini dapat dihubungkan dengan berbagai studi mengenai

diet yang berhubungan dengan kolesterolemia yang telah dikemukakan

bahwa, lemak jenuh akan meningkatkan kolesterol sedangkan lemak tidak

jenuh akan menurunkannya (Sudrajat, 2008).

Karnitin memiiki peran penting dalam metabolisme lemak dan

produksi energi pada mamalia, fungsi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Pemindahan dan pembakaran asam lemak

Karnitin memfasilitasi pemindahan melalui membran

mitokondria. Karnitin merupakan bagian dari mekanisme pembawa,

dimana asam lemak rantai panjang dibuat menjadi turunan asli

karnitin dan dibawa melalui membran mitokondria. Membran

mitokondria sendiri tidak dapat dilalui oleh asam lemak rantai panjang

sendirian atau oleh ester koenzim A-nya. Begitu melalui membran

mitokondria, hasil karnitin akan diubah menjadi bentuk koenzim A

asam lemak dan dalam kondisi beta-oksidasi akan melepaskan energi

(Abdurahman, 2008).

2. Sintesis lemak

Meskipun peranan ini masih kontroversial, karnitin berperan

dalam pemindahan kelompok asetil kembali ke sitoplasma untuk

sintesis asam lemak (Abdurahman, 2008).


29

3. Pemanfaatan badan keton

Karnitin memacu oksidasi asetoaseton sehingga berperan

dalam pemanfaatan badan keton (Abdurahman, 2008).

2.24 Kelebihan Penelitian Dengan Hewan Uji

Sebagian penelitian kesehatan dapat dilakukan secara in vitro, jika

hasil hasil penelitian akan dimanfaatkan untuk manusia maka diperlukan

penelitian lanjutan dengan menggunakan bahan hidup. Untuk mengamati,

mepelajari dan menyimpulkan seluruh kejadian pada makhluk hidup

secara utuh diperlukan hewan percobaan karena setiap bagian dari hewan

percobaan dapat diperhatikan secara detail. Hasil dari percobaan dengan

hewan percoban bersifat semi final test tube. Kemudian setelah hasil semi

final test tube telah didapatkan dan dinyatakan memenuhi kelayakan dan

keamanan, maka sampel manusia baru boleh diikutsertakan. (Nurliyani,

2017).

2.25 Pemeliharaan Hewan Uji

Untuk tikus digunakan ruangan dengan suhu 220C (+/- 30C) dan

kelembaban relative 30-70% seta penerangan 12 jam terang dan 12 jam

gelap. Hewan dikelompokan dalam kandang berdasarkan kategori

kelompok perlakuan dalam penelitian. Ukuran kandang yang digunakan

sesuai dengan jumlah hewan per kandang. Hewan diberi makanan dan

minuman sesuai dengan takaran masing-masing kelompok (Hamita dan

Radji, 2006).
30

2.26 Kandang Hewan Uji

Kandang harus cocok untuk masing-masing spesies hewan.

Kandang tidak boleh ada bagian permukaan yang tajam dan kasar

sehingga dapat melukai hewan. Selain itu kandang juga harus mudah

dibersihkan dan mudah diperbaiki, berada pada suhu antara rata-rata 22-

300C), kelembaban relatif antara 30-70%, sinar antara 800-1300

lumaen/m2.

Prinsip tikus laboratorium sama dengan kandang tikus

laboratorium, tetapi kandang tikus perlu sedikit lebih besar. Semua jenis

kandang digunakan dengan maksud sama, yaitu dipakai untuk

mengandangkan hewan untuk percobaan, untuk menternakkan atau untuk

hewan persediaan (stok hewan). Kandang harus cukup kuat tidak mudah

rusak, dan tahan disteril ulang dengan suhu sampai 120oC dan tahan

disterilkan dengan bahan kimia.

Kandang ini harus dibuat dari bahan yang baik dan mudah

dibongkar, mudah dibersihkan dan mudah dipasang lagi. Kandang harus

tahan gigitan, hewan tidak mudah lepas, tetapi hewan harus tampak jelas

dari luar (Sudrajad, 2008 Kandang yang digunakan untuk pemeliharaan

tikus biasanya berupa kotak yang terbuat dari metal atau plastik. Tutup

untuk kandang berupa kawat dengan ukuran lubang 1,6 Cm2. Alas

kandang terbuat dari guntingan kertas, serutan kayu, serbuk gergaji atau

tongkol jagung yang harus bersih, tidak beracun, tidak menyebabkan

alergi dan kering (Sudarjad, 2008).


31

Ukuran kandang yang dianjurkan adalah 900 Cm2 untuk sepasang

tikus bibit, dan 1.080 Cm2 cukup untuk seekor induk dengan 14 anak.

Pada waktu disapih, kurang lebih 10 ekor tikus dapat ditempatkan di

kandang yang lebih besar. Sesudah itu, tingkat populasi harus makin

dikurangi untuk menghindari gangguan pertumbuhan. Kalau sudah

dewasa, 4-5 ekor tikus merupakan jumlah maksimum untuk kandang

dengan ukuran tersebut. Satu alasan lagi mengapa tidak dianjurkan terlalu

banyak tikus di satu kandang adalah bahwa terlalu berdesak-desakan

menyebabkan suhu badan meningkat di atas normal.

Tikus hanya mempunyai kelenjar keringat di telapak kakinya.

Seperti pada mencit, ekor tikus menjadi bagian badan paling penting

untuk mengurangi panas tubuh. Kalau kandang diisi sampai berdesakan,

tikus tidak dapat mengurangi panas badannya dengan cara ini, dan tinggal

satu mekanisme perlindungan, tikus akan mengeluarkan banyak ludah dan

menutupi bulunya dengan ludah. Kalau cara ini gagal, tikus akan mati

sesudah beberapa menit karena hipertermi. Akan tetapi kalau ruang tikus

dapat dipertahankan pada suhu 20-25oC, masalah tersebut jarang terjadi.

Kalau suhu lebih dari 30oC masalah lain juga timbul yaitu tikus tidak dapat

berbiak. Walaupun sebanarnya temperatur ideal kandang yaitu 18-27oC

atau rata-rata 22oC dan kelembaban realtif 40-70% (Sudrajad, 2008).

2.27 Pakan Hewan Uji (Tikus Wistar)

Hewan percobaan membutuhkan makanan yang bergizi dalam

jumlah yang cukup, segar dan bersih. Air minum harus selalu bersih dan
32

disediakan dalam jumlah yang tidak terbatas. Makanan harus disimpan

dalam tempat yang bersih dan kering untuk mencegah pencemaran oleh

cendawan dan kutu-kutu makanan. Pemberian makanan yang bermutu

merupakan bagian terpenting dalam usaha menghasilkan hewan percobaan

yang sehat sehingga hasil penelitian dapat akurat dan dapat dipercaya.

Seperti mencit, tikus mengerat makannya melalui keranjang kawat,

tetapi tikus menarik pelet yang sudah separuh dimakan melalui kawat,

makanan itu lalu dipegang dengan kaki depannya dan dimakan. Hal ini

berbeda dengan mencit yang membuang pelet seperti itu dan kembali ke

tempat makanan untuk makan pelet baru (Sudrajad, 2008).

2.28 Cara Penanganan dan Memegang Tikus

Tikus dapat dipegang dengan memegang ujung ekornya dengan

tangan kanan, biarkan menhangkau/mencengkeram alas yang kasar (kawat

kandang). Kemudian tangan kiri dengan ibu jari dan seluruh jari menjepit

kulit tengkuknya seerat/setegang mungkin. Ekor dipindahkan dari tangan

kanan, dijepit antara jari kelingking dan jari manis tangan kiri.

Cara lain yaitu selipkan ibu jari dan telunjuk menjepit kaki kanan

depan tikus sedangkan kaki kiri depan tikus di antara jari tengah dan jari

manis. Dengan demikian tikus akan terpegang dengan kepalanya di antara

jari telunjuk dan jari tengah. Pemegangan tikus ini dilakukan dengan

tangan kiri sehingga tanagan kana kita dapat melakukan perlakuan.

Dengan demikian, tikus telah terpegang oleh tangan kiri dan siap untuk

diberi perlakuan.
33

2.29 Penandaan (Identifikasi) Tikus

Beberapa cara penandaan hewan laboratorium dilakukan untuk

mengetahui kelompok hewan yang diperlakukan berbeda dengan

kelompok lain. Penandaan ini dapat dilakukan secara permanen untuk

penelitian jangka panjang (kronis), sehingga tanda tersebut tidak mudah

hilang, yaitu dengan ear tag (anting bernomor), tato pada ekor, melubangi

daun telinga dan elektronik transponder (Syamsuddin, 2011).

2.30 Pengambilan Darah Tikus

Pegambilan darah yang terlalu banyak dapat menyebabkan shok

hipovolemik, stress dan bahkan dapat menyebaban kematian. Tetapi bila

dilakukan pengambilan sedikit darah tetapi sering, juga dapat

menyebabkan anemia. Pada umumnya pengambilan darah dilakukan

sekitar 10% dari total volume darah dalam tubuh dan dalam selang waktu

2-4 minggu. Atau sekitar 1% dengan interval 24 jam. Total darah yang

diambil sekitar 7,5% dari bobot badan. Diperkirakan pemberian darah

tambahan (eksangunation) sekitar setengah dari total volume darah.

Pengambilan darah dapat dilakukan pada lokasi tertentu dari tubuh yaitu:

1) vena lateral dari ekor, 2) Sinus orbitalis mata, 3) Vena saphena (kaki),

dan 4) Langsung dari jantung. Pengambilan darah harus menggunakan alat

seaseptik mungkin. Untuk meningkatkan vasodilatasi, perlu diberi

kehangatan pada hewan tersebut. (Kusumawati, 2004)

Untuk memperoleh darah dalam jumlah besar dan dalam waktu

singkat digunakan cara intracardial. Akan tetapi teknik ini sulit dilakukan
34

dan membutuhkan seorang operator yang berpengalaman karena cara ini

mudah menyebabkan terjadinya kematian. Cara ini sebaiknya

dilaksanakan pada hewan yang teranestesi. Jarum ditusukkan melalui

dinding abdomen bagian ventral sedikit di sebelah lateral processus

xiphoideus. Untuk hewan dewasa, jarum ditusukkan melalui dinding

thorax, sedikit lateral daerah palpitasi jantung maksimum (Kusumawati,

2004).

Pengambilan darah dari sinus orbitalis relatif mudah dan hanya

membutuhkan sedikit peralatan. Mata maupun kesehatan hewan

tampaknya tidak terpengaruh bila teknik ini dilakukan dengan benar.

Hewan dipegang dengan ibu jari dan operator memberi tekanan pada vena

jugularis di bagian caudal mandibula. Cara ini dapat membendung aliran

kembali darah vena dari sinus orbitalis. Selanjutnya jari telunjuk operator

tersebut menarik bagian dorsal kelopak mata kebelakang sehingga akan

menimbulkan sedikit exophthalmus. Alat yang dibutuhkan biasanya

tabung kapiler kaca untuk penetrasi conjunctiva orbitalis dan agar terjadi

ruptura sinus orbitalis. Beberapa pakar menyarankan penggunaan tabung

polyethylen berdiameter kecil dengan ujung menyerong untuk mengurangi

kejadian epistaxis ataupun trauma. Bila sinus atau plexus telah ruptur

maka darah akan mengalir melalui tabung. Aliran darah akan berhenti bila

tabung dilepaskan dan tekanan pada vena jugularis dihilangkan

(Kusumawati, 2004).
35

Pengambilan darah melalui ekor mudah dikerjakan dan juga hanya

membutuhkan sedikit peralatan. Biasanya dilakukan amputasi ujung ekor

dan darah yang mengalir dapat dikumpulkan dalam jumlah cukup besar,

terutama bila menggunakan alat vaccum. Kerugian utama teknik

pengambilan dari ekor ini adalah terjadinya bekuan darah sebelum volume

darah yang dibutuhkan tercapai atau bahkan darah tidak dapat mengalir

dari luka. Untuk mengatasi itu, digunakan heparin atau citrate yang

dipakai langsung pada luka guna memperlambat pembentukan bekuan.

Beberapa ahli yang lain menganjurkan menghangatkan ekor lebih dulu

agar aliran darah meningkat (Kusumawati, 2004).

Dekapitasi dapat dilakukan bagi rodentia yang lebih kecil dengan

menggunakan gunting besar dengan harapan darah akan mengalir dari

leher yang terpotong dan selanjutnya dikumpulkan ke dalam tabung.

Kerugiannya adalah darah yang diperoleh akan terkontaminasi dengan

sekresi trakhea ataupun saliva. Di samping itu pengumpulan darah hanya

dapat dilakukan satu kali saja (tidak dapat berulang-ulang). Untuk guinea

pig, pengambilan darah atau suntikan intravena sulit dilakukan karena

pembuluh darah perifernya relatif kecil. Untuk itu darah biasanya diambil

melalui pemotongan sebuah kuku jari atau dapat pula melalui vena di

telinga dengan bantuan alat vacuum. Pengambilan darah intracardial

melalui lateral dinding thorax di daerah palpitasi jantung maksimum yang

telah dianestesi terlebih dahulu (Kusumawati, 2004).


36

2.31 Hidroterapi

Hidroterapi adalah tindakan yang diberikan dengan menggunakan

air secara eksternal atau internal dalam bentuk apapun (air, es, uap) untuk

tujuan promosi kesehatan atau perawatan berbagai penyakit dengan

berbagai suhu, tekanan, durasi, dan lokasi. Ini adalah salah satu modalitas

naturopati yang digunakan secara luas dalam budaya kuno termasuk India,

Mesir, Cina, dan lain-lain. Meskipun banyak negara menggunakan air

untuk menghasilkan efek fisiologis / terapeutik yang berbeda pada bagian

sistem yang berbeda untuk menjaga kesehatan, mencegah, dan mengobati

penyakit, efek berbasis bukti ilmiah tidak terdokumentasi dengan baik.

Ada banyak penelitian yang melaporkan baik fisiologis atau terapeutik

atau kombinasi dari kedua efek hidroterapi pada sistem tertentu.

(Mooventhan dan Nivethitha, 2014).

Jenis dari hidroterapi yang digunakan di fisioterapi banyak sekali,

antara lain adalah cryotherapy (ice pack, cold pack, kompres dingin, ice

massage, vapocoolant spray, damp body wraps d a n facial douches,

controtled cold compression unit dan perendaman air es/immersion), hot

pack, kompres panas,. Dari masing-masing tipe hidroterapi memiliki

prosedur masing-masing dalam penggunaannya serta mempunyai respon

fisiologis dan terpeutik yang berbeda satu sama lain. (Hayes dan Hall,

2014).
37

2.32 Cryotherapy

Penerapan klinis suhu dingin saat ini baru digunakan untuk kondisi

inflamasi, seperti pembengkakan dan nyeri lokal akut. Penting untuk

mengklarifikasi perbedaan dan pelabelan metode yang jelas berdasarkan

pada penggunaan suhu dingin dan tujuan yang diinginkan, karena respons

tubuh terhadap suhu rendah bergantung pada suhu, metode aplikasi, waktu

pemaparan, metode dan laju memproduksi panas, kelembaban udara yang

didinginkan, dan karakteristik dan usia subjek. (Rawecka dan Rokita,

2006).

Kategori pengobatan yang berbeda dalam pengobatan dan

rehabilitasi modern, pendinginan jaringan, didasarkan pada metode dan

tingkat kehilangan panas pada jaringan yang berbeda dengan

menggunakan berbagai suhu dan metode penerapan yang dicapai dengan

penggunaan kantong es, gel silikon beku, larutan garam, handuk basah

(yang tidak ditoleransi dengan baik oleh banyak orang), merendam

sebagian tubuh dengan air dingin atau merendam seluruh tubuh pada bak

mandi (suhu di bawah 10ºC). Pendinginan menyebakan kehilangan panas

pada area tubuh yang direndam sehingga tubuh berusaha menjaga

homestasis. (Rawecka dan Rokita, 2006).

Setelah cryochamber pertama di Jepang (1978), satu lagi

diciptakan di Jerman pada tahun 1982, dan yang ketiga di Wrocław,

Polandia, pada tahun 1989. Saat ini beberapa lusin cryochambers dapat

ditemukan di seluruh dunia. Semakin banyak pusat melakukan penelitian


38

ilmiah tentang efek dari keseluruhan cryostimulation tubuh pada tubuh

manusia, namun pengetahuan tentang subjek masih kurang. Sementara

cryostimulation seluruh tubuh tidak berbahaya atau tidak merugikan

subyek yang sehat, efeknya dipelajari dalam kaitannya dengan: 1.

Aktivitas motor dan efisiensi fisik; 2. Respons kardiovaskular; 3. Profil

lipid; 4. Hematologi; 5. Hormon; 6. Antioksidan Sistem Pertahanan; 7.

Imunologi dan pembengkakan 8. Pemulihan dari kerusakan otot akibat

olahraga. (Lubkowska, 2015)

2.33 Immersion Bagian Dari Fisioterapi

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.778 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Sarana

Kesehatan, fisioterapi adalah suatu pelayanan kesehatan yang ditujukan

untuk individu dan atau kelompok dalam upaya mengembangkan,

memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi sepanjang daur kehidupan

dengan menggunakan modalitas fisik, agen fisik, mekanis, gerak, dan

komunikasi (KMK No 778 Tahun 2008).

Beberapa modalitas fisik yang di pergunakan antara lain :

gelombang listrik, gelombang suara, gelombang panas, suhu dingin, dan

manual terapi. Modalitas fisik inilah yang kemudian menjadi dasar

aplikasi fisioterapi. Sebagai contoh, suhu dapat dimodifikasi menjadi suhu

dingin (coldtherapy) dan suhu panas (thermotherapy) yang digunakan

pada keadaan yang sesuai dengan indikasi. Pada bagian coldtherapy salah
39

satunya berupa intervensi immersion dengan tujuan utama promotif,

kuratif dan rehabilitatif pada gangguan kesehatan (Arovah, 2010).

2.34 Efek Dingin

Aklimasi dingin ringan diketahui dapat meningkatkan aktivitas

jaringan adiposa coklat (BAT) dan cold-induced thermogenesis (CIT) pada

manusia. Penelitian ini mempelajari efek gaya hidup dengan sering

terpapar dingin yang ekstrim pada BAT dan CIT pada seorang pria

Belanda yang dikenal sebagai “The Iceman”, yang memiliki banyak

catatan dunia dalam menghadapi tantangan yang sangat dingin.

Selanjutnya, saudara kembar monozigotnya yang memiliki gaya hidup

'normal' tanpa eksposur yang ekstrem diukur. Iceman (subjek A) dan

saudara laki-lakinya (subjek B) dipelajari saat dingin ringan (130 C) dan

kondisi suhu hangat (310 C). Pengukuran meliputi aktivitas BAT dan

aktivitas otot pernafasan, pengeluaran energi melalui kalorimetri. Selain

itu, suhu tubuh, parameter kardiovaskular, perfusi kulit, dan sensasi termal

juga diukur. Hasilnya ditemukan bahwa aktivitas thermogenesis sangat

tinggi, yaitu peningkatan pernapasan selama paparan dingin yang dapat

menyebabkan produksi panas tambahan oleh kontraksi otot pernapasan

isometrik yang kuat (Vosselman et all, 2014).

Menurut Mike Tipton dalam jurnalnya pada tahun 2016 tentang

Cold Water Immersion bahwa air dingin didefinisikan sebagai air pada

suhu kurang dari 150 C. Respons paparan dingin terdiri dari serangkaian

respons pernafasan kardiovaskular) yang diawali oleh stimulasi reseptor


40

dingin kulit pada pendinginan suhu kulit. Reseptor dingin berada pada

sub-epidermal superfisial (sekitar 0,18 mm di bawah permukaan kulit).

Ditemukan bahwa perubahan fisiologi yang terjadi adalah perbahan

kecepatan respons pernafasan terhadap paparan dingin, dan lemak

subkutan tidak melindungi terhadap paparan dingin ini. Besarnya respon

paparan dingin terkait dengan besarnya perubahan suhu kulit dan luas

permukaan tubuh yang terpapar. Pada individu telanjang respon puncak di

air antara 10-150 C.

Air dapat meningkatkan metabolisme sebesar 30%. Kenaikan

terjadi dalam waktu 10 menit setelah diminum dan mencapai maksimal

setelah 30-40 menit setelah diminum. Ini merupakan respon dari

thermogenesis total sekitar 100 kJ. Oleh karena itu, efek thermogenik air

harus dipertimbangkan dengan memperkirakan pengeluaran energi,

terutama selama berat program penurunan berat badan (Boschmann,

2003).

2.35 Efek Immersion

Air merupakan sarana yang baik untuk menghantarkan suhu bila

dibandingkan dengan udara. Permukaan tubuh yang dicelupkan ke dalam

air tidak akan terpengaruh dengan suhu lingkngan karena tidak ada celah

antara air dengan permukaan tubuh. Menempelnya permukaan tubuh

dengan air menjadikan proses penghantaran suhu menjadi sangat efektif

dalam memindahkan suhu dingin ke jaringan. (Mahmud, 2007)


41

Perendaman air dingin merupakan suatu bentuk dari cryotherapy

yang banyak digunakan pada atlit professional untuk pencegahan cedera

olahraga meskipun penelitian mengenai immersion masih terbatas tentang

efek fisiologisnya. Dari sudut pandang cedera, mengurangi tingkat

metabolisme adalah efek yang menguntungkan untuk mencegah luka

sekunder. Sebaliknya, peningkatan metabolisme bermanfaat dalam

membersihkan tubuh dari sisa-sisa metabolisme.

Penelitian yang dilakukan oleh Lee Paul pada tahun 2014

menjelaskan bahwa paparan dingin dapat menyebabkan menggigil sehinga

tubuh akan mengeluarkan hormon irisin yang bermanfaat untuk mengubah

lemak menjadi energi sehingga mengurangi obesitas dan penumpukan

lemak. Dalam penelitiannya membandingkan antara paparan dingin,

latihan sub maksimal, dan latihan maksimal yang dapat disimpulkan

bahwa paparan dingin selama 5 menit dapat meniningkatkan hormon irisin

sehingga metabolism lemak akan meningkat

Immersion suhu 90 C pada tingkat metabolisme. selama 15 menit

menunjukkan adanya peningkatan metabolisme pada 8 dari 10 sampel.

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa perendaman air dingin tidak

digunakan sebagai ukuran mengurangi luka sekunder karena potensinya

meningkatkan laju metabolisme (Greenwood, 2017).

Penelitian Vailancourt pada tahun 2009 tetang efek dari menggigil

pada thermogenesis dalam pemilihan bahan bakar metabolik

pada tikus Wistar. Oksidasi bahan bakar diukur dengan kalorimetri dan
42

mobilisasi asam lemak dengan infus kontinu 9,10- [3H] oleat dan 1- [14C]

palmitat. Selama paparan dingin menunjukkan bahwa total produksi panas

dibagi secara tidak merata oleh oksidasi lipid (52% dari tingkat

metabolisme), karbohidrat (35%) dan protein (13%), dan

bahwa pola pemilihan bahan bakar yang sama diamati pada semua

intensitas yang menggigil. Setiap hewan diukur pada tiga suhu (15, 10 dan

50C) dalam urutan acak. Untuk setiap percobaan, tikus disimpan

selama 75 menit pada 270C, sebelum pendinginan selama 20–30 menit,

diikuti dengan 3 jam menggigil.

2.36 Hubungan Antara Hormon Irisin Dengan Menggigil

Suhu dingin menyebabkan aktivasi sistem syaraf simpatik sehingga

otot akan berkontraksi (menggigil). Pada saat menggigil terjadi pelepasan

hormon irisin yang berfungsi untuk mengubah lemak menjadi energi

sehingga sehingga akan terjadi thermogenesis pada tubuh. Paparan dingin

terbukti dapat meningkatan sirkulasi hormon irisin. Hasil penelitian (Lee

Paul et all, 2014) menemukan bahwa perangsangan sekresi irisin

sebanding dengan intensitas menggigil, besarnya mirip dengan sekresi

irisin yang dirangsang dengan latihan fisik. Hasil ini menunjukkan latihan

yang merangsang sekresi irisin bisa digantikan dengan kontrasi otot

(menggigil). Irisin dapat mewakili suatu endokrin yang teraktivasi dan

aktivitas termogenik yang dimanfaatkan dalam mengatasi obesitas.

Thermogenesis yang dirangsang oleh dingin menyebakan

peningkatan produksi panas sebagai respon terhadap penurunan suhu


43

lingkungan yang mendadak berubah. Irisin adalah miokin yang rangsang

oleh latihan fisik kemudian disekresikan ke dalam sirkulasi setelah

pembelahan proteolitik dari bentuk selulernya, fibronektin-tipe III yang

mengandung domain 5 (FNDC5). Ada sebuah interkoneksi evolusioner

antara latihan fisik dan menggigil. Tingkat irisin lebih tinggi pada subjek

yang menggigil,

Faktor-faktor yang diketahui dan hormon yang terlibat dalam

respon thermogensis adalah norepinefrin, yang memediasi aktivasi sistem

saraf simpatik. Norepinefrin menginduksi transkripsi gen fibroblast

growth factor 21 (FGF21) dan masukkan ke BAT, sehingga pada

gilirannya menyebabkan lipolisis oleh aktivasi hormon sensitif lipase

(HSL). Akibatnya, lipid intraseluler dilepaskan oleh lipolisis dalam

jaringan adiposit coklat kemudian diarahkan ke mitokondria untuk

produksi panas. Penelitian sebelumnya, olahraga juga meningkatkan

termogenesis pada jaringan adiposa melalui sekresi dari myokine irisin.

sekarang menunjukkan bahwa menggigil juga terkait dengan sekresi irisin,

menggigil juga dapat merangsang pengeluaran irisin. (Virtanen Kirsi,

2014)

2.37 Pinsip Cryotherapy (Immersion) Pada Tikus

Metode ini menggunakan air dingin untuk merendam seluruh tubuh

untuk tujuan meningkatkan kesehatan. Cryotherapy adalah pemanfaatan

dingin untuk menghilangkan gangguan kesehatan. Terapi dingin dapat


44

dipakai dengan beberapa cara, seperti penggunaan es, dan cold baths.

(Intan Novita, 2010 hal:22)

P a d a ter a p i din gi n, dig u n a k a n

m o d a lit as te r a p i ya n g d a p at

m e n ye r a p su h u ja ri n g a n sehi n g g a

terj a di pe n u r u n a n suh u ja ri n g a n

m e le w a ti m ek a n is m e ko n d u ksi. Efek

p e n d i n gi n a n ya n g te r j a d i

ter g a nt u n g je n is ap lik asi te r a p i

d i n gi n, la m a ter a p i d a n

k o n d u k t i v it a s. I nt i d a r i te r a p i din gi n

a d a l a h me n ye r a p kal o r i are a lok al

ce de r a se hin g g a terj a d i pe n u r u n a n

su h u d a n tub u h h a r us teta p

m e m p e rt a h a n k a n su h u tub u h d al a m

ke a d a a n n o r m a l, m a k a dipe rl u k a n

t he r m o g e n e sis. Be r k ai ta n de n g a n

h a l i ni, je ni s te r a p i de n g a n ter a p i es

b as a h/ ai r es le b i h efektif

m e n u r u n k a n su h u di b a n d i n g k a n es

d a l a m ke m as a n me n g in g at pa d a

k o n d isi ini le b i h b a n y a k kal o r i

tu b u h ya n g dipe r g u n a k a n u ntu k
45

m e n c a i r k a n es. Se m a k i n la m a w a kt u

ter a p i, pe n etr asi din g in se m a k i n

d a l a m . (Intan Novita, 2010 hal:25)

Tikus dimasukkan dalam tabung tikus yang dapat disesuaikan

tingkat kepanjanganya, dengan posisi kepala tikus di atas dan badan tikus

di bawah. Setelah itu tikus dimasukan ke dalam bak yang terisi dengan air

dingin sesuai dengan masing-masih dosis dengan suhu dan durasi tertentu.

Setelah proses perendaman selesai, keluarkan tikus dari tabung dan

dimasukkan ke kandang masing-masing.

Gambar 2.5 Immersion Tikus


Sumber : Department of Physiology, Asahikawa Medical University

2.38 Suhu Tubuh

Suhu tubuh merupakan salah satu tanda vital yang menggambarkan

status kesehatan dengan suhu yang tetap stabil meskipun terpapar suhu

berapapun. Di dalam tubuh makhluk hidup, energi panas dihasilkan oleh

jaringan aktif terutama dalam otot saat berkontraksi, selain itu dalam organ
46

kelenjar keringat, lemak, tulang, jaringan ikat, serta saraf. Energi panas

yang dihasilkan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah.

Namun ada perbedaan yang cukup besar (sekitar 4°C) antara suhu inti dan

suhu permukaan tubuh. Sistem termo-regulator tubuh harus dapat

mencapai dua gradien suhu yang sesuai, yaitu: 1) antara suhu inti dengan

suhu permukaan, 2) antara suhu permukaan dengan suhu lingkungan. Dari

keduanya, gradien suhu inti dengan suhu permukaan adalah yang

terpenting untuk kelangsungan fungsi tubuh yang optimal (Kukus, 2009).

Dalam proses pertukaran panas tubuh mengikuti hukum fisika.

Dalam hal ini jaringan dalam tubuh merupakan black body, sedangkan

permukaan tubuh merupakan penyerap paparan suhu sekaligus sebagai

pemancar suhu. Secara biologis tubuh mempunyai beberapa mekanisme

untuk mempertahankan suhu tubuh yaitu suhu tubuh inti dipertahankan

dalam batas yang sempit, tubuh dapat mentoleransi variasi suhu sampai

sedalam 2 cm dari permukaan tubuh. Suhu tubuh dapat bervariasi sekitar

antara +/- 1.5°C dari suhu inti tanpa ada efek yang berbahaya. Prinsip dari

termogenesis adalh memanfaatkan Brown Adipose Tissue (brown fat).

Brown fat memiliki banyak mitokondira yang dapat digunakan memecah

asam lemak untuk termogensis. Brown fat membantu menngkatkan suhu

tubuh tetap normal (Arifah dan Kartinah, 2008).

2.39 Thermogenesis

Mekanisme untuk mempertahankan keseimbangan suhu tubuh

dengan meningkatkan laju metabolisme, yaitu dengan kontraksi otot


47

(refleks menggigil). Pada keadaan menggigil terjadi aktivasi sinkron

hampir semua kelompok otot bahkan otot antagonis saling berkontraksi

sehingga efisiensi mekanik menjadi nol dan energi panas yang dihasilkan

relatif tinggi. Dengan mekanisme ini laju metabolik dapat meningkat 2-4

kali dibandingkan dibandingkan laju metabolik istirahat. Sedangkan

aktivitas otot dinamik biasa dapat meningkatkan laju metabolik sebesar 10

kali lipat atau lebih. Pada sebuah penelitian pada subjek wanita dan pria

yang direndam sampai batas leher di dalam air yang berputar dan bersuhu

12°C terjadi refleks menggigil yang bervariasi, V02 rata-rata selama

menggigil 1,39 liter/menit (berkisar 0,87-2,16). V02 selama menggigil ini

berkorelasi signifikan dengan V02 maksimum selama kerja fisik. V02

selama menggigil berkisar sekitar 46% dari V02 maksimum. (Kukus,

2009).

Anda mungkin juga menyukai