Anda di halaman 1dari 10

I.

Tujuan
1. Dapat terampil dalam menentukan kadar kolesterol dalam sampel berupa
serum.
2. Dapat memahami dan menentukan metode penentuan kadar kolesterol total.
3. Dapat memahami cara diagnosa dengan kadar kolesterol.

II. Teori Dasar


2.1. Lipid
Lipid merupakan salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam
tumbuhan hewan dan manusia yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Lipid
dapat diperoleh dari hewan atau tumbuhan dengan cara ekstraksi dengan alkohol
panas, eter, atau pelarut organik lainnya. Jaringan bawah kulit disekitar perut,
jaringan lemak sekitar ginjal mengandung banyak lipid kira-kira sebesar 90%, dalam
jaringan otak atau dalam telur terdapat lipid kira-kira 7,5 sampai 30% (Poedjiadi,
2006).
Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam
tiga golongan besar, yaitu:
1. Lipid sederhana yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya:
lemak atau gliserida dan lilin (waxes).
2. Lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan,
contohnya: fosfolipid.
3. Derivate lipid yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid,
contohnya: asam lemak, gliserol, dan sterol.
Disamping itu berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam
dua golongan besar yakni:
1. Lipid yang dapat disabunkan yaitu dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya
lemak.
2. Lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid.
Dari beberapa golongan lipid berdasarkan kemiripan struktur kimiawinya,
yaitu: (1) asam lemak, (2) lemak, (3) lilin, (4) fosfolipid, (5) stingolipid, (6) terpen,
(7) steroid, (8) lipid kompleks (Poedjiadi, 2006).

2.2. Lemak
Istilah lipid kadang-kadang digunakan sebagai sinonim untuk lemak, lemak
adalah subkelompok lipid yang disebut trigliserida. Padalemak, satu molekul gliserol
dapat mengikat tiga molekul asam lemak, oleh karena itu lemak adalah suatu
trigliserida.

Ada tiga bentuk lemak yang didapatkan dalam manusia dan mammalia
lainnya: (1) Gliserida, terutama trigliserida (triacylglycerol), bentuk ini adalah lemak
yang disimpan untuk energi dan merupakan bentuk yang paling banyak dalam bahan-
bahan makanan dan jaringan, (2) Fosfolipid, dan (3) Sterol, terutama kolesterol.
Trigliserida dapat merupakan 95%-98% dari seluruh bentuk lemak terkonsumsi pada
semua bentuk makanan dan persentasenya sama dengan dalam tubuh manusia.
Fosfolipid dan kolesterol dikonsumsi dalam jumlah sedikit, dan merupakan
komponen utama dinding sel dan sampul mielin. Kolesterol tidak didapatkan dalam
bahan makanan nabati dan dinding sel tanaman tidak mengandung kolesterol maupun
lipid yang serupa (phytosterol) dalam jumlah banyak (Linder, 1992).
Tiga fraksi (unsur) lemak yang pertama berikatan dengan protein khusus yang
bernama apoprotein menjadi kompleks lipid-protein atau lipoprotein. Ikatan itulah
yang menyebabkan lemak bisa larut, menyatu dan mengalir di peredaran darah. Unsur
lemak yang terakhir, yaitu asam lemak bebas berikatan dengan albumin (Dalimartha,
2008).
Lipoprotein terbagi menjadi 5 fraksi sesuai dengan berat jenisnya yang
dibedakan dengan cara ultrasentrifugasi. Kelima fraksi tersebut adalah kilomikron,
very low density lioprotein (VLDL), intermediate density lipoprotein (IDL), low
density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL) (Dalimartha, 2008).

 Kilomikron
Merupakan lipoprotein dengan berat molekul terbesar dan mengandung Apo-
B48. Kandungannya sebagian besar trigliserida (80-95%) untuk dibawa ke
jaringan lemak dan otot rangka. Kilomikron juga mengandung kolesterol (2-
7%) untuk dibawa ke hati (Dalimartha, 2008).
 Lipoprotein Densitas Sangat Rendah (VLDL)
Dibentuk dari asam lemak bebas di hati dengan kandungan Apo-B100. VLDL
mengandung 55-80% trigliserida dan 5-15% kolesterol (Dalimartha, 2008).
 Lipoprotein Densitas Sedang (IDL)
Juga mengandung trigliserida (20-50%) dan kolesterol (20-40%). IDL
merupakan zat antara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi
LDL. IDL disebut juga VLDL sisa (Dalimartha, 2008).
 Lipoprotein Densitas Rendah (LDL)
Merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar (40-50%) untuk
disebarkan ke seluruh endotel jaringan perifer dan pembuluh nadi. LDL
merupakan metabolit VLDL yang disebut juga kolesterol jahat karena efeknya
yang aterogenik, yaitu mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh
darah dan menyebabkan penumpukan lemak yang dapat menyempitkan
pembuluh darah. Proses tersebut dinamakan aterosklerosis. Tingginya
kolesterol-LDL (kol-LDL) bisa terjadi akibat kurangnya pembentukan
reseptor LDL seperti pada kelainan genetik (hiperkolesterolemia familial),
atau jenuhnya reseptor LDL yang ada sehubungan konsumsi makanan yang
terlalu banyak mengandung kolesterol tinggi dan lemak jenuh, tingginya kadar
VLDL, serta kecepatan produksi, dan eliminasi LDL. Jaringan yang banyak
mengandung adalah hati dan kelenjar adrenal. Peningkatan kadar kol-LDL di
dalam darah akan menyebabkan metabolisme LDL terganggu (Dalimartha,
2008).

 Lipoprotein Densitas Tinggi (HDL)


Merupakan lipoprotein yang mengandung Apo AI dan Apo AII dengan
kandungan trigliserida (5-10%) dan kolesterol (15-25%). HDL mempunyai
efek antiaterogenik kuat sehingga disebut juga kolesterol baik. Fungsi utama
HDL yaitu mengangkut kolesterol bebas yang terdapat dalam endotel jaringan
perifer termasuk pembuluh darah, ke reseptor HDL di hati untuk dijadikan
empedu dan dikeluarkan ke usus kecil untuk mencerna lemak dan dibuang
berupa tinja. Dengan demikian, penimbunan kolesterol di perifer berkurang.
Kadar HDL diharapkan tinggi di dalam darah. Namun, kadarnya rendah pada
orang gemuk, perokok, penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol, dan
pemakai pil KB (Dalimartha, 2008).

2.3. Kolesterol
Kolesterol adalah lemak berwarna kekuningan berbentuk seperti lilin yang
diproduksi oleh tubuh manusia, terutama di dalam lever (hati). Kolesterol terbentuk
secara alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks
yang dihasilkan oleh tubuh dengan bermacam-macam fungsi, antara lain untuk
membuat hormon seks, hormon korteks adrenal, vitamin D, dan untuk membuat
garam empedu yang membantu usus untuk menyerap lemak. Jadi, bila takarannya pas
atau normal, kolesterol adalah lemak yang berperan penting dalam tubuh. Namun,
jika terlalu banyak, kolesterol dalam aliran darah justru berbahaya bagi tubuh
(Nilawati, 2008). Kadar kolesterol normal sekitar 140-200 mg/dL dan kadar
kolesterol yang tinggi adalah 200-400 mg/dL (Yatim, 2010).
Dari hati, kolesterol diangkut oleh lipoprotein yang bernama LDL (Low
Density Lipoprotein) untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan, termasuk ke
sel otot jantung, otak dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh lipoprotein yang disebut HDL
(High Density Lipoprotein) untuk dibawa kembali ke hati yang selanjutnya akan
diuraikan lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu.
LDL mengandung lebih banyak lemak daripada HDL sehingga ia akan mengambang
di dalam darah. Protein utama yang membentuk LDL adalah Apo-B (apolipoprotein-
B). LDL dianggap sebagai lemak yang "jahat" karena dapat menyebabkan
penempelan kolesterol di dinding pembuluh darah. Sebaliknya, HDL disebut sebagai
lemak yang "baik" karena dalam operasinya ia membersihkan kelebihan kolesterol
dari dinding pembuluh darah dengan mengangkutnya kembali ke hati. Protein utama
yang membentuk HDL adalah Apo-A (apolipoprotein). HDL ini mempunyai
kandungan lemak lebih sedikit dan mempunyai kepadatan tinggi sehingga lebih berat
(Parker, 2010).
Hiperkolesterolimia adalah suatu kondisi dimana meningkatnya konsentrasi
kolesterol dalam darah yang melebihi nilai normal (Guyton dan Hall, 2008).
Kolesterol telah terbukti menggangu dan mengubah struktur pembuluh darah yang
mengakibatkan fungsi endotel yang menyebabkan lesi, plak, oklusi, dan emboli. Selai
itu juga kolesterol diduga bertanggung jawab atas peningkatan stress oksidatif
(Stapleton, 2010).
Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol, yaitu: (Shabela, 2012).
a. Faktor genetik cukup mempengaruhi tingginya kadar kolesterol dalam darah
dimana tubuh memproduksi kolesterol mencapai 80%.
b. Faktor gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat seperti minum alkohol
berlebihan, minum kopi berlebihan, banyak mengkonsumsi makanan yang
mengandung lemak jenuh, sedikit mengkonsumsi makanan kaya serat dari
sayuran dan buah-buahan, dan kacang kedelai dan merokok. Merokok bisa
meningkatkan kadar LDL, tetapi bisa menekan kolesterol HDL.
c. Usia dan jenis kelamin. Usia yang semakin meningkat juga salah satu faktor
penyebab kolesterol tinggi yang diakibatkan menurunnya daya kinerja organ
tubuh. Berdasarkan jenis kelamin, pria sampai usia sekitar 50 tahun memiliki
resiko 2-3 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita untuk mengalami
atherosklerosis oleh kolesterol. Dibawah usia 50 tahun pada wanita atau pasca
menopause memiliki resiko yang sama dengan pria. Masa premenopause
wanita dilindungi oleh hormon estrogen sehingga dapat mencegah timbulnya
aterosklerosis. Hormon ini bekerja dengan cara meningkatkan HDL dan
menurunkan LDL pada darah. Setelah menopause, kadar hormon estrogen
pada wanita akan menurun sehingga resiko hiperkolesterol dan aterosklerosis
akan menjadi setara dengan laki-laki.
d. Tingkat aktivitas, banyak orang yang mengetahui bahwa kurangnya aktivitas
dapat menyebabkan dampak serius terhadap kesehatan. Kurangnya aktivitas
fisik dapat meningkatkan kadar LDL dan menurunkan kadar HDL.
e. Metode pemeriksaan, sampel yang digunakan pada pemeriksaan kolesterol
adalah serum. Pembuatan serum sebaiknya dilakukan sesuai dengan prosedur,
dimana darah harus dibekukan terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya
hemolisis sekaligus supaya cairan serum yang terbentuk ketika disentrifuge
terperas secara sempurna sehingga kandungan kadar kolesterol terurai
bersama serum tadi.

Penanganan hiperkolesterol
1. Makanlah makanan tinggi serat, gunakan minyak mufa (mono-unsaturated fatty
acid) dan pufa (poly-unsaturated fatty acid), suplementasi minyak ikan, vitamin
antioksidan dan pertahankan berat badan ideal.
2. Apabila pengatur gaya hidup tidak mampu menurunkan kadar kolesterol dalam
darah, maka pasien harus mengkonsumsi obat. Obat yang dapat digunakan yaitu :
- Golongan asam fibrat à Gemfibrozil, Fenofibrate dan Ciprofibrate.
- Golongan resin à Kolestiramin (Chlolestyramine)
- Golongan Penghambat HMGCoa reduktase à Pravastatin, Simvastatin,
Rosavastatin, Fluvastatin, Atorvastatin. .
- Golongan Asam nikotinat à niasin
- Golongan Ezetimibe
(Klinik, 2010).
2.4. Metode Pemeriksaan Kolesetrol
Pemeriksaan kolesterol darah adalah untuk mendeteksi kadar kolesterol dalam
tubuh seseorang. Cara pemeriksaan kadar kolesterol terdapat 3 metode yaitu Metode
kolorimetri, Metode kromatografi, dan Metode enzimatik.
a. Secara Kolorimetri
Metode Lieberman-Buchard
Dasarnya adalah kolesterol dengan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat
membentuk warna hijau kecoklatan.Absorbance diukur pada spektrofotometer
dengan panjang gelombang 546 nm. Kelemahan dari metode ini adalah perbedaan
penimbunan warna antara reaksi ikatan dari steroid selain kolesterol, interprestasi,
hemoglobin, bilirubin, iodide, salisilat, vitamin dan Vitamin D.
b. Secara enzimatik
Metode CHOD-PAP (Cholesterol Oxidase Diaminase Peroksidase
Aminoantipyrin)
Dasarnya adalah kolesterol ditentukan setelah hidrolisa dan oksidase H2O2
bereaksi dengan 4-aminoantipyrin dan phenol dengan katalisator peroksida
membentuk quinoneimine yang berwarna.Absorbance warna ini sebanding dengan
kolesterol dalam sampel. Kelebihannya yaitu terjadi reaksi dengan sterol tubuh yang
bukan kolesterol.
Metode pemeriksaan pada penelitian ini menggunakan CHOD-PAP dengan
prinsip kolesterol ditentukan setelah hidrolisa enzimatik dan oksida.Indikator
quinoneimine terbentuk dari hydrogen peroksida dan 4-aminotiphyrine dengan
adanya phenol dan peroksidase.
Reaksi kimia : Cholesterol ester + H2O → Cholesterol asam lemak
Cholesterol + O2 → Cholesterol - 3 - One + H2O2
2H2O2 + 4 – Aminoantipyrine + Phenol → quinoneimine + 4H2O
Nilai normal : <200 mg/dl (Hardjoeno, 2003).
c. Secara kromatografi
Metode CHOD-IOD ( Cholesterol Oxidase Diaminase Iodium )
Dasarnya adalah penyabunan kolesterol teresterifikasi dengan hidrolisa
alkali,kemudian kolesterol yang tidak teresterifikasi diekstraksi dalam media organik
dan dilihat dengan standart internal. Kelebihan metode ini cukup sensitif dan
spesifik,serta sejumlah sampel yang dibutuhkan adalah hasil yang diperoleh 3% lebih
rendah dibanding dengan kadar kolorimetri.

2.5. Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi
elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang sering
digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektrofotometri serapan ultraviolet,
cahaya tampak, inframerah dan serapan atom (Departemen Kesehatan,1995).
Spektrofotometri UV-Vis merupakan pengukuran interaksi antara radiasi
elektromagnetik panjang gelombang tertentu yang sempit dan mendekati
monokromatik, dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Hal ini didasarkan
pada kenyataan bahwa molekul selalu mengabsorbsi cahaya elektromagnetik jika
frekuensi cahaya tersebut sama dengan frekuensi getaran dari molekul tersebut.
Elektron yang terikat dan elektron yang tidak terikat akan tereksitasi pada suatu
daerah frekuensi yang sesuai dengan cahaya ultraviolet dan cahaya tampak (UV-Vis)
(Sastroamidjojo, 2009).
Spektrum absorbsi daerah ini adalah sekitar 220 nm sampai 880 nm dan
dinyatakan sebagai spektrum elektron. Suatu spektrum ultraviolet meliputi daerah
bagian ultraviolet (190-380 nm), spektrum Vis (Visible) bagian sinar tampak (380-
780 nm). Pengukuran dengan alat spektrofotometer UV-Vis didasarkan pada
hubungan antara berkas radiasi elektromagnetik yang ditransmisikan (diteruskan)
atau yang diabsorbsi dengan tebalnya cuplikan dengan konsentrasi dari komponen
penyerap. Hubungan tersebut dinyatakan dalam Hukum Lambert-Beer
(Sastroamidjojo, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Poedjiadi, A. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.


Nilawati, S. 2008. Care Yourself Kolesterol. Penerbit Penebar Plus. Jakarta.
Linder, M.C. 1992. Biokimia Nutrisi Dan Metabolisme Dengan Pemakaian Secara
Klinis.Cetakan I. Jakarta : UI-Press.
Dalimartha, S. 2008. 36 Resep Tumbuhan Obat Untuk Menurunkan Kolesterol.
Penerbit Niaga Swadaya. Jakarta.
Yatim, Faisal, 2010. Cara Ampuh Mengontrol Kolesterol. Sarana Pustaka Medika.
Jakarta
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC
Stapleton A, Phoebe, dkk. 2010. Hypercholesterolemians Microvascular Dysfunction:
Interventional Strategis, Journal of Inflamation 7:45.
Hardjoeno, H. 2003. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Jakarta: EGC
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI.
Sastrohamidjojo, (2009), Sintesis Senyawa Organik, Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai