Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling umum. Hipertensi
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan
darah sistolik dan/atau diastolik diatas 140/90 mmHg (Martuti, 2009).
Hipertensi adalah masalah umum yang ditemukan sehari-hari dalam praktek
klinis walaupun hanya sebagian kecil saja yang dapat dikategorikan sebagai
kegawatan atau hipertensi emergensi maupun hipertensi urgensi. Pasien yang tidak
dapat mengendalikan tekanan darah dengan baik akan memiliki kemungkinan untuk
datang ke unit gawat darurat oleh karena terjadi peningkatan tekanan darah yang
disertai gejala klinis kerusakan target organ, dapat terjadi pada bidang neurologi,
jantung, mata, ginjal atau organ lain yang berhubungan. Tindakan pengobatan yang
tepat adalah berdasarkan kondisi klinis kegawatan yang terjadi, dan waktu yang tepat
untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi emergensi adalah kurang dari 60
menit ke batas yang aman untuk mengatasi kerusakan target organ berlanjut yaitu
penurunan maksimum 25 % dan 24 jam bagi penderita dengan hipertensi urgensi.
Pilihan obat parenteral maupun oral yang biasa digunakan akan diuraikan dalam
pembahasan ini.
Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana terjadi
kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada
kerusakan organ target yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi organ
target pada hipertensi emergensi ini adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan
hipertensi ensefalopati, infark serebral, perdarahan subarakhnoid, perdarahan
intrakranial; sistem kardiovaskular yang dapat mengakibatkan infark miokard,
disfungsi ventrikel kiri akut, edema paru akut, diseksi aorta dan sistem organ lainnya
seperti gagal ginjal akut, retinopati, eklamsia dan anemia hemolitik mikroangiopatik.
Kondisi hipertensi emergensi, tekanan darah harus diturunkan secara agresif dalam
hitungan waktu menit sampai jam (Houston, 2009)

TUJUAn
Manfaat

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
The Joint National Committee (JNC VII) on “Prevention, Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure” membuat kategori hipertensi seperti dalam tabel.

Hipertensi emergensi adalah suatu keadaan dimana diperlukan penurunan tekanan


darah segera dalam 1 jam dengan menggunakan obat antihipertensi parenteral untuk
mengatasi kerusakan target organ, pada umumnya tekanan darah >180/120 mmHg
yang disertai kerusakan atau ancaman kerusakan di bidang neurologi, jantung, mata
dan ginjal. Hipertensi urgensi adalah suatu keadaan yang ditandai naiknya tekanan
darah secara mendadak tanpa disertai gejala yang berat atau tanpa kerusakan target
organ. Umumnya diperlukan waktu intervensi pengobatan dalam satuan jam sampai
dengan 1 hari dengan menggunakan obat antihipertensi oral.
Hipertensi emergensi ditandai oleh peningkatan tekanan darah sistolik atau
diastolik atau keduanya, yang terkait dengan tanda atau gejala kerusakan organ akut
(yaitu sistem saraf, kardiovaskular, ginjal). Kondisi ini memerlukan pengurangan
tekanan darah segera (tidak harus normalisasi), untuk melindungi fungsi organ vital
dengan pemberian obat antihipertensi secara intravena (Cuspidi and Pessina, 2014).
Hipertensi emergensi adalah peningkatan tekanan darah utama dan sering
mendadak, terkait dengan disfungsi organ target progresif dan akut. Hal ini dapat
terjadi sebagai kejadian serebrovaskular akut atau fungsi serebral yang tidak teratur,
sindrom koroner akut dengan iskemia atau infark, edema paru akut, atau disfungsi
ginjal akut. Tekanan darah sangat tinggi pada pasien dengan kerusakan organ target
akut yang sedang berlangsung, dan merupakan keadaan gawat medis yang
sebenarnya, yang memerlukan penurunan tekanan darah segera (walaupun jarang ke
kisaran normal) (Elliott et al., 2013).
Hipertensi emergensi merupakan kenaikan tekanan darah mendadak yang disertai
kerusakan organ target akut yang progresif. Pada keadaan ini diperlukan tindakan
penurunan tekanan darah yang segera dalam kurun waktu menit-jam.(Turana et al.,
2017).

2.2 ETIOLOGI
Berikut ini adalah penyebab hipertensi emergensi (Alwi et al., 2016):
▪ Kondisi serebrovaskular: ensefalopati hipertensi, infark otak aterotrombotik dengan
hipertensi berat, pendarahan intraserebral, pendarahan subaranoid, dan trauma kepala.
▪ Kondisi jantung: diseksi aorta akut, gagal jantung kiri akut infark miokard akut,
pasca operasi bypass koroner.
▪ Kondisi ginjal: Glomerulonefritis akut, hipertensi renovaskular, krisis renal karena
penyakit kolagen-vaskular, hipertensi berat pasca transplantasi ginjal.
▪ Akibat ketokolamin di sirkulasi: krisis feokromositoma, interaksi makanan atau obat
dengan MAO inhibitor, penggunaan obat simpatomimetik, mekanisme rebound akibat
penghentian mendadak obat antihipertensi, hiperrefleksi otomatis pasca cedera korda
spinalis.
▪ Eklampsia
▪ Kondisi bedah: hipertensi berat pada pasien yang memerlukan operasi segera,
hipertensi pasca operasi, pendarahan pasca operasi dari garis jahitan vaskular.
▪ Luka bakar berat.
▪ Epistaksis berat.
▪ Thrombotic thrombocytopenic purpura.

Hipertensi emergensi bisa terjadi pada keadaan-keadaan sebagai berikut (Turana et


al., 2017):
▪ Penderita hipertensi yang tidak meminum obat atau minum obat antihipertensi tidak
teratur.
▪ Kehamilan.
▪ Penggunaan NAPZA.
▪ Penderita dengan rangsangan simpatis yang tinggi seperti luka bakar berat,
phaeochromocytoma, penyakit kolagen, penyakit vaskular, trauma kepala. + Penderita
hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.

2.3 PATOFISIOLOGI

Anda mungkin juga menyukai