Anda di halaman 1dari 9

STEP 1

1. Skor Framingham : Kriteria untuk mendiagnosis gagal jantung kongesif (coroner).


Memperkirakan resiko 10 tahun kedepan terserang penyakit coroner.
Siapa yang harus diberi obat pencegahan, seperti obat untuk menurunkan kadar kolesterol.
2. HDL : High Density Lipoprotein. Protein di plasma darah yang memperbaiki kerusakan dan
mengurangi kolesterol di tubuh, mengankut kolestrol dari jaringan tubuh ke hati. Untuk
dibuang dari tubuh (empedu) dan juga di reabsorbsi ulang (badan golgi di hati).
3. LDL : Low Density lipoprotein. Kolestrol jahat yang menumpuk pada didnding arteri. Dapat
menyebabkan perkembangan penutupan arteri (arterosklerosis)
4. TG : TRIGLISERIDA. Suatu lemak utama yang mengalami pemecahan. Sebagai cadangan
energy tubuh yang disimpan di sel lemak.

Step 3

1. Mengapa timbul pusing dan kepala terasa berat?


- Karena ada efek metabolism yang tinggi di tubuh. Proses glikogenesis dan
glukoneogenesis yang menyebabkan hati mengeluarkan glukosa berlebih : akan
menekan insulin, peningkatan glukosa dapat menekan insulin , bibawa ke urine,
menyebabkan glukosuria ( menimbulkan efek osmotic) , menarik H2O diuresisosmotik
(dehidrasi menyebabkan pusing).
- Kelebihan bb : lipid terlalu bnyk di pem. Darah maka akan menyumbat pem darah,
sehingga aliran darah semakin kecil, menyebabkan O2 di otak sedikit dan
mengakibatkan pusing dan kepala terasa berat.
- Arterosklerosis
2. Hubungan pekerjaan dengan scenario?

Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal ini
didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa
otot dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat
dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena
itu pada orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan
pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan.
Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh.
Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor:
1) tingkat aktivitas dan olahraga secara umum
2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi minimal tubuh.
Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal memiliki tanggung jawab duapertiga
dari pengeluaran energi orang normal. Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi
sepertiga pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang
memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting.
Pada saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin
banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem
metabolisme basal.
(Fisiologi Guyton)
3. Apakah ada hub antara obesitas dgn penyakit jantung?
ndahuluan Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat otot
jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner.1 World
Health Organization menyatakan 60% dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung
adalah PJK.2 Laporan World Health Statistic tahun 2008 menyatakan terdapat 17,1 juta
meninggal dunia akibat PJK dan diperkirakan meningkat menjadi 23,3 juta kematian di dunia
pada tahun 2030.

an stres.4 Jean Vaguen merupakan ilmuwan pertama yang mengemukakan adanya


hubungan erat antara perbedaan morfologi tubuh atau tipe distribusi lemak tubuh dengan
gangguan kesehatan yang berkaitan dengan faktor risiko obesitas.5 Penumpukan lemak
tubuh di bagian sentral tubuh akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah.6 Sel-sel lemak yang ada di dinding abdomen memiliki ukuran yang lebih besar yang
didominasi oleh Low Density Lipoprotein (LDL) kolesterol yang membahayakan tubuh dan
lebih siap melepaskan lemaknya ke dalam pembuluh darah dibandingkan dengan sel-sel
lemak di tempat lain, sehingga risiko terbentuknya aterosklerosis pun meningkat.7 Obesitas
adalah salah satu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan merupakan kunci penting dari
terjadinya peningkatan kejadian PJK.8 Peningkatan berat badan secara signifikan dapat
meningkatkan kejadian angina pectoris dan juga diprediksi timbulnya insidensi penyakit
koroner dan gagal jantung kongestif (congestive heart failure).9 Penentukan tingkat obesitas
dapat menggunakan pengukuran antropometri, salah satunya berupa pengukuran Indeks
Massa Tubuh

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH


SAKIT UMUM CUT MEUTIA KABUPATEN ACEH UTARA
- Berapa diameter ateri koronaria? Dan mekanisme arteroskleresosis?
4. Apa hubungan genetic dengan obesitas?
Karna gen dapat berperan dalam obesitas denan menyebabkan kelainan satu atau lebih
jaringan yang mengatur pusat makan dan pengeluara energy dan penyimpanan lemak.
Defisiensi leptin dan mutasi resptor leptin akibat mutasi gen.
Leptin : mengatur nafsu makan, memberi rasa kenyang.

5. Apa hormone yang mempegaruhi obesistas?


Gen ob adalah gen yang menghasilkan hormon leptin. Pada manusia gen ini terdapat pada
kromosom ke 7. Hormon ini mengontrol nafsu makan dan mengatur proses pembakaran
lemak dalam tubuh. Gen yang terdiri dari 3 ekson dan 2 intron menyandi protein leptin yang
diproduksi oleh sel-sel lemak (adiposit). Leptin masuk ke dalam peredaran darah. Saat leptin
mengikat reseptor leptin yang berada di otak, terjadi proses penghambatan pengeluaran
neuropeptida Y (NPY), yang berpengaruh pada peningkatan nafsu makan. Bila tidak ada
leptin nafsu makan menjadi tidak terkontrol (http://www.atmajaya.ac.id/content.asp). Pada
level leptin rendah dan makanan yang masuk sedikit, hypothalamus mengeluarkan NPY yang
menyebabkan keinginan untuk makan dan memperlambat metabolism, suatu tindakan
mengembalikan keadaan homeostatis. Pada waktu perut kosong, akan disekresikan hormon
ghrelin yang merangsang nafsu makan. Sistem usus juga mengeluarkan beberapa peptide
termasuk hormon obestatin dan cholecystokinin yang merupakan sinyal untuk rasa kenyang
dan berhenti makan (Solomon dkk., 2008:1007).

GEN-GEN PENYEBAB OBESITAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERILAKU MAKAN Victoria


Henuhili Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

Fungsi hati

6. Apa faktor penyebab dari scenario?


1. Pola makan / diet
2. Riwayat keluarga
3. Kebiasaan olahraga / aktifitas fisik
IMT = 87/ (1,57)2 = 35,29
1 gr lemak = 9 kk
1 gr karbohidrat = 4 kk
1 gr protein = 4 kk
Total asupan makan perhari? Resep diet?
7. Apa diagnosis dan DD dari scenario?
Obesitas dengan resiko penyakit jantung sangat berat.
Kolestrol total :
LDL : rendah
HDL : Tinggi
TG : diinginkan

8. Apa komplikasi dari scenario?


a. Hipertensi
Orang dengan obesitas akan mempunyai resiko yang tinggi terhadap Penyakit hipertensi.
Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa pada usia 20 – 39 tahun orang obesitas
mempunyai resiko dua kali lebih besar terserang hipertensi dibandingkan dengan orang
yang mempunyai berat Badan normal (Wirakusumah, 1994).
b. Jantung koroner
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan pembuluh darah
koroner. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 500 penderita kegemukan, sekitar 88 %
mendapat resiko terserang penyakit jantung koroner. Meningkatnya factor resiko penyakit
jantung koroner sejalan dengan terjadinya penambahan berat
badan seseorang. Penelitian lain juga menunjukkan kegemukan yang terjadi pada usia 20 –
40 tahun ternyata berpengaruh lebih besar terjadinya penyakit jantung dibandingkan
kegemukan yang terjadi pada usia yang lebih tua (Purwati, 2010).
c. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi tersebut tidak selalu
timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Lebih dari 90 % penderita diabetes
mellitus tipe serangan dewasa adalah penderita kegemukan. Pada umumnya penderita
diabetes mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah. Maka, dianjurkan bagi
penderita diabetes yang ingin menurunkan berat badan sebaiknya dilakukan dengan
mengurangi konsumsi bahan makanan sumber lemak dan lebih banyak mengkonsumsi
makanan tinggi serat (Purwati, 2001)
d. Gout
Penderita obesitas mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit radang sendi yang lebih
serius jika dibandingkan dengan orang yang berat badannya ideal. Penderita obesitas yang
juga menderita gout harus menurunkan berat badannya secara perlahan-lahan (Purwati,
2001)
e. Batu Empedu
Penderita obesitas mempunyai resiko terserang batu empedu lebih tinggi karena ketika
tubuh mengubah kelebihan lemak makanan menjadi lemak tubuh, cairan empedu lebih
banyak diproduksi didalam hati dan disimpan dalam kantong empedu. Penyakit batu
empedu lebih sering terjadi pada penderita obesitas tipe buah apel. Penurunan berat badan
tidak akan mengobati penyakit batu empedu, tetapi hanya membantu dalam
pencegahannya. Sedangkan untuk mengobati batu empedu harus menggunakan sinar
ultrasonic maupun melalui pembedahan (Andrianto, 1990).

f. Kanker
Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa laki-laki dengan obesitas akan beresiko
terkena kanker usus besar, rectum, dan kelenjar prostate. Sedangkan pada wanita akan
beresiko terkena kanker rahim dan kanker payudara. Untuk mengurangi resiko tersebut
konsumsi lemak total harus dikurangi. Pengurangan lemak dalam makanan sebanyak 20 –
25 % perkilo kalori merupakan pencegahan terhadap resiko penyakit kanker payudara
(Purwati, 2001).

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl-wahyusarig-5984-2-babii.pdf

4F ( FAKTOR RESIKO DARI BATU EMPEDU)

9. Manifestasi klinis dari scenario?


o Wajah bulat dengan pipi tembem dan dagu rangkap
o Leher relatif pendek
o Dada membusung dengan payudara membesar
o Perut membuncit (pendulous abdomen) dan striae abdomen
o Pada anak laki-laki : Burried penis, gynaecomastia
o Pubertas dinigenu valgum (tungkai berbentuk X) dengan kedua pangkal paha bagian
dalam saling menempel dan bergesekan yang dapat menyebabkan laserasi kulit
http://digilib.unila.ac.id/6659/125/BAB%20II.pdf

10. Patofisiologi dari penyakit tersebut

Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori


dari tubuh serta penurunan aktifitas fisik (sedentary life style) yang menyebabkan
penumpukan lemak di sejumlah bagian tubuh (Rosen, 2008). Penelitian yang
dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan dan tingkat kekenyangan
seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral (neurohumoral) yang
dipengaruhi oleh genetik, nutrisi,lingkungan, dan sinyal psikologis. Pengaturan
keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu
pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi dan
regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi
melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan
sinyal aferen dari perifer (jaringan adiposa, usus dan jaringan otot).
Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan
pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik 13
(anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu
sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan
waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida
gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam
peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan
insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi (Sherwood, 2012).
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa
meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah.
Kemudian, leptin merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan
produksi Neuro Peptida Y (NPY) sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian
pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan
adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang
menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas
terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan
penurunan nafsu makan (Jeffrey, 2009). 14

Gambar 3. Patofisiologi Penyimpanan dan Keseimbangan Energi (Sumber: Kumar V,


Abbas AK, Fausto N, Aster JC. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease.
Edisi VIII, 2009).
Olahraga bagi pasien obesitas?

11. Bagaimana cara mendiagnosis?


1. Anamnesis : pusing, berat kepala, riwayat keluarga, kebiasaan mengonsumsi junkfood,
tidak suka buah dan sayur, tidak suka olahraga
2. Px fisik: BB 87, tinggi 157. BMI : 35,2. Tensi : 130/90 Lingkar pinggang : 110
3. Px lab : kolesterol total 250/kg
Hdl : 30
Ldl : 173
Tg : 135. Obesitas 2
Skor Framingham : 15% resiko terkena penyakit jantung.

12. Apa saja macam-macam obesitas?

Dalam beberapa tipe (Purwati, 2001) yaitu :

1) Tipe Hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel yang lebih banyak
dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai dengan ukuran sel normal terjadi
pada masa anak-anak.Upaya menurunkan berat badan ke kondisi normal pada masa anak-anak
akan lebih sulit.

2) Tipe Hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar dibandingkan
ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa dan upaya untuk menurunkan
berat akan lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe hiperplastik.

3) Tipe Hiperplastik dan Hipertropik kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah dan ukuran sel
melebihi normal. Kegemukan tipe ini dimulai pada masa anak - anak dan terus berlangsung
sampai setelah dewasa. Upaya untuk menurunkan berat badan pada tipe ini merupakan yang
paling sulit, karena dapat beresiko terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit degeneratif.

Berdasarkan penyebaran lemak didalam tubuh, ada dua tipe obesitas yaitu:

a). Tipe buah apel (Adroid), pada tipe ini ditandai dengan pertumbuhanlemak yang berlebih
dibagian tubuh sebelah atas yaitu sekitar dada, pundak, leher, dan muka. Tipe ini pada
umumnya dialami pria dan wanita yang sudah menopause. Lemak yang menumpuk adalah
lemak jenuh.

b). Tipe buah pear (Genoid), tipe ini mempunyai timbunan lemak pada bagian bawah, yaitu
sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Tipe ini banyak diderita oleh perempuan. Jenis
timbunan lemaknya adalah lemak tidak jenuh

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl-wahyusarig-5984-2-babii.pdf

13. Apa isi dan tujuan evaluasi dari skor Framingham?


Metode ini menghasilkan cara hitung seberapa besar risiko seseorang mengalami PJK
berdasarkan faktor risiko yang ada dan dimasukkan ke dalam Framingham Risk
Score. Faktor risiko yang diperhitungkan dalam metode ini meliputi usia, kadar
kolesterol total, kadar HDL, merokok, dan tekanan darah serta pengobatannya.
Selanjutnya seluruh poin akan dijumlahkan dan akan menghasilkan seberapa besar
kemungkinan terkena PJK dalam kurun waktu 10 tahun mendatang. Perhitungan
dibagi dalam dua jenis, yaitu perhitungan untuk pria dan perhitungan untuk wanita
(Kurniadi, 2013).
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl-wahyusarig-5984-2-babii.pdf

14. Apa tatalaksana dari kasus di scenario?


- Non farmakologis
 Perubahan gaya hidup: merokok harus segera dihentikan, menurunkan
berat badan, pembatasan asupan alcohol
Pengaturan makanan: kurangi asupan lemak total, lemak jenuh, dan kolestrol;
tingkatkan proporsi lemak MUFA (mono unsaturated fatty acid) dan PUFA (poly
unsaturated fatty acid)
Evaluasi hasil perubahan gaya hidup dilakukan setiap 3 bulan.
Latihan jasmani: latihan jasmani yang teratur dapat meningkatkan kadar HDL dan
Apo A1, menurunkan kadar TG dan LDL, meningkatkan sensitivitas insulin,
memperbaiki toleransi glukosa, meningkatkan kesegaran jasmani, menurunkan berat
badan
- Farmakologis
Bila terapi non farmakologis telah dilakukan cukup baik selama 3-6 bulan, namun
kadar lipid belum mencapai sasaran, dianjurkan dimulai pemberian obat anti
hipolipidemik.
Setelah pengobatan farmakologis selama 4-6 minggu, kadar LDL diukur kembali.
Bila mencapai sasaran, pemeriksaan diulang setiap 4 bulan atau lebih sering.

(Buku Ajar IPD Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga)

15. Apa indikasi farmakoterapi pada kasus tersebut?


- Non farmakologis
 Perubahan gaya hidup: merokok harus segera dihentikan, menurunkan
berat badan, pembatasan asupan alcohol
Pengaturan makanan: kurangi asupan lemak total, lemak jenuh, dan kolestrol;
tingkatkan proporsi lemak MUFA (mono unsaturated fatty acid) dan PUFA (poly
unsaturated fatty acid)
Evaluasi hasil perubahan gaya hidup dilakukan setiap 3 bulan.
Latihan jasmani: latihan jasmani yang teratur dapat meningkatkan kadar HDL dan
Apo A1, menurunkan kadar TG dan LDL, meningkatkan sensitivitas insulin,
memperbaiki toleransi glukosa, meningkatkan kesegaran jasmani, menurunkan berat
badan
- Farmakologis
Bila terapi non farmakologis telah dilakukan cukup baik selama 3-6 bulan, namun
kadar lipid belum mencapai sasaran, dianjurkan dimulai pemberian obat anti
hipolipidemik.
Setelah pengobatan farmakologis selama 4-6 minggu, kadar LDL diukur kembali.
Bila mencapai sasaran, pemeriksaan diulang setiap 4 bulan atau lebih sering.

(Buku Ajar IPD Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga)

Anda mungkin juga menyukai