Anda di halaman 1dari 16

STEP 7 LBM 4 HORMON ALINDA

1. Mengapa ada keluhan pusing dan kepala terasa berat?


Kelebihan kadar kolesterol, TG, gula darah kandungan lipid dalam darah tinggi darah
menjadi mengentalmemperlambar aliran darah diseluruh tubuh termasuk didalam
otakpusing dan kepala terasa berat

Metabolisme LDL,HDL,TG (cari gambar), kritria masing masing

Dibagi menjadi 3 tahap yaitu jalur eksogen, endogen, dan Reverse cholesterol transport.

Jalur Eksogen :

Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserid dan kolesterol. Selain kolesterol
yang berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati yang dikskresi
bersama empedu ke usus halus. Baik lemak diusus halus yang berasal dari makanan maupun
hati disebut lemak eksogen. Trigliserid dan kolesterol dalam usus halus akan diserap
kedalam enterosit mukosa usus. Trigliserid disepar sebagai asam lemak bebas dan
kolesterol sebagai kolesterol. Didalam usus halus keduanya akan diubah menjadi trigliserid
dan kolesterol ester bersama degan fosfolipid dan apoliprotein akan membentuk kilomikron.
Kilomikron masuk ke saluran limfe dan melalui duktus toraksikus masuk ke pembuluh darah.
Bila terdapat dalam jumlah yang banyak sebagian akan diambil hati menjadi pembentukan
trigliserid hati. Kilomikron yang kehilangan banyak trigliserid akan menjadi kilomikront
remnant yang akan dibawa ke hati.

Jalur endogen :

Trigliserid dan kolestrol yang disintesis dihati dan disekresi ke dalam sirkulasi sebagai
lipoprotein VLDL. VLDL akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), lalu berubah
menjadi IDL. IDL juga akan mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL. Sebagian dari
VLDL, IDL, LDL akan mengangkut kolesterol eter kembali ke hati. Sebagian kolesterol LDL
dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, ovarium, testis
makin banyak kolesterol LDL dalam plasma semakin banyak yang mengalami oksidasi dan
ditangkap oleh scavenger-A di mkakrofag.

Jalur Reverse cholesterol transport


HDL dilepaskan sebagai partikel kecil kurang kolesterol yang mengandung apolipoprotein A,
C, E, disebut HDL nascent. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil
klesterol dalam makrofag berubah menjadi HDL dewasamenuju ke hati dan ditukarkan
dengan trigliserid dari VLDL dan IDL

Adi, P. R. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi VI. Jakarta : Interna Publishing

2. Apa hubungan pasien tidak suka makan sayur dan suka makan siap saji dengan skanrio?
 Sayurmakanan rendah kalori, kaya serat, vitamin, dan mineralkebutuhan kalori
cukup mengurangi kandungan kalori yang dimakan
 Makan siap saji mengandung banyak kalori terus meneruspenumpukan kalori
dalam tubuhobesitas
Dewi, Yessica. Studi Deskriptif: Persepsi dan Perilaku Makan Buah dan Sayuran pada
Anak Obesitas dan Orang Tua. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2
No.1 (2013)
3. Apa hubungan keseharian dengan skanrio(pekerjaan, kurang olahraga)
 Sekretaris lebih banyak bekerja duduktidak melakukan aktivitas fisik yang
membutuhkan banyak energi kalori tidak banyak yang terbakarpenumpukan
lemakobesitas
 Kurang olahragatidak melakukan aktivitas fisik yang membutuhkan banyak energi
kalori terbakar sedikit penumpukan lemakobesitas

Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal ini
didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan
mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat
menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada
orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran
energi melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan.
Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh.
Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor:
1) tingkat aktivitas dan olahraga secara umum
2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan
fungsi minimal tubuh.
Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal memiliki tanggung jawab dua per tiga dari
pengeluaran energi orang normal. Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi sepertiga
pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan
berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga kalori
terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara
tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal.
Kebutuhan energi dengan BB,
Dua puluh sampai 30 gram protein tubuh dipecahkan dan digunakan untuk meng-
hasilkan zat kimia tubuh lainnya setiap hari. Oleh sebab itu, semua sel harus terus menerus
membentuk protein baru unluk menggantikan protein yang telah diuraikan, dan suplai
protein dalam makanan dibutuhkan untuk memenuhi tujuan ini. Seorang manusia rata-rata
dapat mempertahankan cadangan protein normal, asalkan asupan hariannya di atas 30
sampai 50 grant.
aktivita fisik dengan kebutuhan energi,
Pada atlet dan buruh, pengeluar- an energi untuk aktivitas otot yang tinggi dapat
mencapai 6000 sampai 7000 kalori per hari, dibandingkan dengan jumlah yang hanya
sebesar 2000 kalori per hari pada orang dengan aktivitas sangat ringan. Jadi, sejumlah besar
pengeluaran energi yang disebabkan kerja fisik biasanya akan merangsang sejumlah besar
peningkatan asupan ka- lori yang sebanding.
Makronutrient & mikronutrient,
kebutuhan energi masuk dan yang keluar brapa?
Usia & berat badan ideal,
ideks kalori dan mekasisme kerja hormon
John E Hall. 2016. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology 12th edition. Elsevier

4. Apa hubungan riwayat penyakit jantung pada orang tuanya dengan keluhan pasien?

5. Pada PF bb 87, tb 157 lingkar pinggang 110 tekanan darah 130/90 dan interpretasinya?
Hiting BMI (interpretasi)
𝐵𝐵 87 87
BMI = 𝑇𝐵2 = (1,57 𝑥 1,57)= 2,46= 35,36

Interetasi : obes II, sangat berat

Adi, P. R. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi VI. Jakarta : Interna Publishing

Hubungan obesitas dengan rasa lapar dan kenyang


Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk
jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor eksogen
(obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen (obesitas sekunder)
akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik (meliputi 10%). Pengaturan
keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu:
pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi, dan regulasi
sekresi hormon.
Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen
(yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan
adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa
lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia,
meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan
sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta
berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan
oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang
diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan
keseimbangan energi.
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa
meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin
kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro
Peptide –Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila
kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan
terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan
nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga
tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan.
Fidela Zahradika Fathimah, Tatik Mulyati. Pengaruh Pemberian Sarapan Tinggi Protein
Terhadap Tingkat Rasa Kenyang Wanita Obesitas. Journal Of Nutrition College, Volume 4,
Nomor 1, Tahun 2015, Halaman 10 - 17
6. Bagaiman skor framingham
Metode ini menghasilkan cara hitung seberapa besar risiko seseorang mengalami PJK
berdasarkan faktor risiko yang ada dan dimasukkan ke dalam Framingham Risk Score. Faktor
risiko yang diperhitungkan dalam metode ini meliputi usia, kadar kolesterol total, kadar HDL,
merokok, dan tekanan darah serta pengobatannya. Selanjutnya seluruh poin akan
dijumlahkan dan akan menghasilkan seberapa besar kemungkinan terkena PJK dalam kurun
waktu 10 tahun mendatang. Perhitungan dibagi dalam dua jenis, yaitu perhitungan untuk
pria dan perhitungan untuk wanita (Kurniadi, 2013).
7. Apa saja manifestasi klinis dari skanrio?
8. Nilai normal dari kolesterol total, HDL,LDL TG?

Adi, P. R. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi VI. Jakarta : Interna Publishing

dalam sknario didapatkan :

- ldl,hdl kolestero total: diwaspadai PJK


- tg : normal
9. Apa saja penyebab dari skanrio
10. Apa patofisiologi dari skanrio
Makanan yang adekuat, yang di sertai dengan ketidak seimbangan antara intake dan
out put yang keluar – masuk dalam tubuh akan menyebabkan akumulasi timbunan lemak
pada jaringan adiposa khususnya jaringan subkutan. Apabila hal ini terjadi akan timbul
berbagai masalah, diantaranya Timbunan lemak pada area abdomen yang menyebabkan
tekanan pada otot-otot diagfragma meningkat sehingga menggagu jalan nafas , BB yang
berlebihan menyebabkan aktifitas yang terganggu sehingga mobilitas gerak terbatasi dan
timbul perasaan tidak nyaman, obat-obatan golongan steroid yang memicu nafsu makan
tidak terkontrol mengakibatkan perubahan nutrisi yang berlebih, dan krisis kepercayaan diri
karena timbunan lemak pada tubuh telah mengubah bentuk badannya.
Guytion & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC
Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori
dari tubuh serta penurunan aktifitas fisik (sedentary life style) yang menyebabkan
penumpukan lemak di sejumlah bagian tubuh (Rosen, 2008). Penelitian yang dilakukan
menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan dan tingkat kekenyangan seseorang diatur
oleh mekanisme neural dan humoral (neurohumoral) yang dipengaruhi oleh genetik,
nutrisi,lingkungan, dan sinyal psikologis. Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh
hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang,
mempengaruhi laju pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam
pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di
hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adiposa, usus dan
jaringan otot).
Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan
pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik 13
(anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal
pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan,
serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang
diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal
panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan
dan keseimbangan energi (Sherwood, 2012).
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat
disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Kemudian, leptin
merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptida Y
(NPY) sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan
energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi
rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu
makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya
kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan (Jeffrey, 2009). 14
Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. Edisi
VIII, 2009

Obesitas terjadi jika dalam suatu periode waktu, lebih banyak kilokalori yang masuk melalui
makanan daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh, dengan
kelebihan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak (Sherwood, 2012)

Penyimpanan lemak yang terdapat di tubuh ternyata bukan merupakan hasil kebiasaan
buruk yang bersifat pasif. Adiposa ternyata berperan pada pengaturan proses homeostasis
energi, yaitu suatu proses yang membutuhkan keseimbangan antara asupan energi (asupan
makanan) dan pengeluaran energi (metabolisme dan aktifitas fisik) serta jumlah cadangan
energi dalam tubuh (massa lemak)

adanya dua hormon peptida yang diproduksi di saluran pencernaan yang diketahui
mempengaruhi perilaku makan jangka pendek, sedangkan leptin dan insulin mengatur berat
badan dalam jangka waktu hitungan bulan atau tahun. Terdapat area di otak pada
hypothalamus yaitu arcuate nucleus yang berperan menggabungkan aktivitas hormon-
hormon tersebut di atas, memberikan sinyal kepada tubuh untuk mengatur kesimbangan
asupan makanan dan penggunaan energi. Arcuate nucleus memiliki dua neuron utama
dengan aksi yang berlawanan. Neuron tipe pertama memproduksi neurotransmitter peptida
yaitu neuropeptide Y (NPY) dan agouti related peptide (AgRP), aktivasi neuron ini akan
menstimulasi selera makan sambil mereduksi metabolisme. Terdapat neuron lainnya yaitu
neuron proopiomelanocortin (POMC) / cocaine and amphetamine regulated transcript
(CART) yang akan melepaskan α melanocyte stimulating hormone (α MSH) yang dapat
menghambat keinginan untuk makan. Ketika cadangan lemak dan konsentrasi leptin
menurun, neuron NPY dan AgRP diaktivasi dan neuron POMC diinhibisi sehingga terjadi
kenaikan berat badan. Hormon lain yang juga berperan dalam pengaturan berat badan
adalah hormon insulin. Reseptor insulin terdapat di seluruh bagian otak. Penelitian lain
mengatakan bahwa aksi hormon ini untuk menekan selera makan terjadi secara langsung
pada arcuate nucleus. Pemberian insulin ke dalam otak dekat arcuate nucleus dapat
menghambat produksi NPY, yang bekerja menstimulasi selera makan.

Pusparini. Obesitas sentral, sindroma metabolik dan diabetes melitus tipe dua. Vol.26 - No.4

11. Apa saja diagnosis dan DD dari skanrio


- Dislipidemia
Kelainan metabolism lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan
fraksi lipid dalam plasma. Dislipidemia dibagi 2:
o Dyslipidemia primer : dyslipidemia akibat kelainan genetic.
o Dyslipidemia sekunder : yang terjadi akibat penyakit lain.
Penyakit primer yang sering menimbulkan dyslipidemia adalah :
DM,sindroma metabolic,hipotiroidisme,sindroma nefrotik

buku ajar ilmu penyakit dalam Ed.2 : fakultas kedokteran universitas airlangga

- Obesitas
12. Apa saja faktor resiko dari skanrio
1. Aktifitas fisik.
Aktifitas fisik merupakan komponen utama dari energy expenditure, yaitu sekitar
20-50% dari total energy expenditure. Penelitian di negara maju mendapatkan hubungan
antara aktifitas fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu dengan aktivitas fisik
yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar = 5 kg.10 Penelitian di
Jepang menunjukkan risiko obesitas yang rendah (OR:0,48) pada kelompok yang mempunyai
kebiasaan olah raga, sedang penelitian di Amerika menunjukkan penurunan berat badan
dengan jogging (OR: 0,57), aerobik (OR: 0,59), tetapi untuk olah raga tim dan tenis tidak
menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan.8 Penelitian terhadap anak Amerika
dengan tingkat sosial ekonomi yang sama menunjukkan bahwa mereka yang nonton TV = 5
jam perhari mempunyai risiko obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar dibanding mereka yang
nonton TV = 2 jam setiap harinya
2. Faktor nutrisional.
Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh
dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu. Kenaikan berat badan dan lemak anak
dipengaruhi oleh : waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari
karbohidrat dan lemak5 serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energi
tinggi.3,5
Penelitian di Amerika dan Finlandia menunjukkan bahwa kelompok dengan asupan tinggi
lemak mempunyai risiko peningkatan berat badan lebih besar dibanding kelompok dengan
asupan rendah lemak dengan OR 1.7. Penelitian lain menunjukkan peningkatan konsumsi
daging akan meningkatkan risiko obesitas sebesar 1,46 kali.8 Keadaan ini disebabkan karena
makanan berlemak mempunyai energy density lebih besar dan lebih tidak mengenyangkan
serta mempunyai efek termogenesis yang lebih kecil dibandingkan makanan yang banyak
mengandung protein dan karbohidrat. Makanan berlemak juga mempunyai rasa yang lezat
sehingga akan meningkatkan selera makan yang akhirnya terjadi konsumsi yang
berlebihan.10 Selain itu kapasitas penyimpanan makronutrien juga menentukan
keseimbangan energi. Protein mempunyai kapasitas penyimpanan sebagai
protein tubuh dalam jumlah terbatas dan metabolisme asam amino di regulasi dengan ketat,
sehingga bila intake protein berlebihan dapat dipastikan akan di oksidasi; sedang
karbohidrat mempunyai kapasitas penyimpanan dalam bentuk glikogen hanya dalam jumlah
kecil. Asupan dan oksidasi karbohidrat di regulasi sangat ketat dan cepat, sehingga
perubahan oksidasi karbohidrat mengakibatkan perubahan asupan karbohidrat. Bila
cadangan lemak tubuh rendah dan asupan karbohidrat berlebihan, maka kelebihan energi
dari karbohidrat sekitar 60-80% disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Lemak
mempunyai kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas. Kelebihan asupan lemak tidak
diiringi peningkatan oksidasi lemak sehingga sekitar 96% lemak akan disimpan dalam
jaringan lemak.
3. Faktor sosial ekonomi.
Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta
peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi.Suatu data menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat adanya
perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktifitas fisik, seperti: ke sekolah
dengan naik kendaraan dan kurangnya aktifitas bermain dengan teman serta lingkungan
rumah yang tidak memungkinkan anak-anak bermain diluar rumah, sehingga anak lebih
senang bermain komputer / games, nonton TV atau video dibanding melakukan aktifitas
fisik. Selain itu juga ketersediaan dan harga dari junk food yang mudah terjangkau
akanberisiko menimbulkan obesitas.

WHO. Obesity: Preventing and Managing The Global Epidemic, WHO Technical Report Series
2000;
13. Apa saja komplikasi dari skanrio
a) Hipertensi
Orang dengan obesitas akan mempunyai resiko yang tinggi terhadap Penyakit hipertensi.
Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa pada usia 20 – 39 tahun orang obesitas
mempunyai resiko dua kali lebih besar terserang hipertensi dibandingkan dengan orang yang
mempunyai berat Badan normal (Wirakusumah, 1994).
b) Jantung koroner
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan pembuluh darah
koroner. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 500 penderita kegemukan, sekitar 88 %
mendapat resiko terserang penyakit jantung koroner. Meningkatnya factor resiko penyakit
jantung koroner sejalan dengan terjadinya penambahan berat
badan seseorang. Penelitian lain juga menunjukkan kegemukan yang terjadi pada usia 20 –
40 tahun ternyata berpengaruh lebih besar terjadinya penyakit jantung dibandingkan
kegemukan yang terjadi pada usia yang lebih tua (Purwati, 2010).
c) Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi tersebut tidak selalu
timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Lebih dari 90 % penderita diabetes
mellitus tipe serangan dewasa adalah penderita kegemukan. Pada umumnya penderita
diabetes mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah. Maka, dianjurkan bagi
penderita diabetes yang ingin menurunkan berat badan sebaiknya dilakukan dengan
mengurangi konsumsi bahan makanan sumber lemak dan lebih banyak mengkonsumsi
makanan tinggi serat (Purwati, 2001)
d) Gout
Penderita obesitas mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit radang sendi yang lebih
serius jika dibandingkan dengan orang yang berat badannya ideal. Penderita obesitas yang
juga menderita gout harus menurunkan berat badannya secara perlahan-lahan (Purwati,
2001)
e) Batu Empedu
Penderita obesitas mempunyai resiko terserang batu empedu lebih tinggi karena ketika
tubuh mengubah kelebihan lemak makanan menjadi lemak tubuh, cairan empedu lebih
banyak diproduksi didalam hati dan disimpan dalam kantong empedu. Penyakit batu
empedu lebih sering terjadi pada penderita obesitas tipe buah apel. Penurunan berat badan
tidak akan mengobati penyakit batu empedu, tetapi hanya membantu dalam
pencegahannya. Sedangkan untuk mengobati batu empedu harus menggunakan sinar
ultrasonic maupun melalui pembedahan (Andrianto, 1990).
f) Kanker
Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa laki-laki dengan obesitas akan beresiko terkena
kanker usus besar, rectum, dan kelenjar prostate. Sedangkan pada wanita akan beresiko
terkena kanker rahim dan kanker payudara. Untuk mengurangi resiko tersebut konsumsi
lemak total harus dikurangi. Pengurangan lemak dalam makanan sebanyak 20 – 25 % perkilo
kalori merupakan pencegahan terhadap resiko penyakit kanker payudara (Purwati, 2001).
14. Apa saja pemeriksaan penunjang dari skanrio
15. Apa saja penatalaksanaan dari skanrio (non farmakologi)
 Menetapkan target penurunan berat badan
Untuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan: umur anak, yaitu usia 2 - 7 tahun dan
diatas 7 tahun, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta / komplikasi. Pada anak
obesitas tanpa komplikasi dengan usia dibawah 7 tahun, dianjurkan cukup dengan
mempertahankan berat badan, sedang pada obesitas dengan komplikasi pada anak usia
dibawah 7 tahun dan obesitas pada usia diatas 7 tahun dianjurkan untuk menurunkan berat
badan. Target penurunan berat badan sebesar 2,5 - 5 kg atau dengan kecepatan 0,5 - 2 kg per
bulan.

 Pengaturan diet
Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan RDA, hal ini
karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan.5 Intervensi diet harus
disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada
obesitas sedang dan tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan
pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT > 97 persentile)
dan yang disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat rendah (very low
calorie diet ).
Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang :
- Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan normal.
Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan lemak
jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total serta kolesterol < 300 mg per hari.
- Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia > 2 tahun dengan penghitungan
dosismenggunakan rumus: (umur dalam tahun + 5) gram per hari
 Pengaturan aktifitas fisik
Peningkatan aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme. Latihan fisik yang
diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umurnya.
Aktifitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan ketrampilan otot,
seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik
selama 20-30 menit per hari.
Tabel Jenis kegiatan dan jumlah kalori yang dibutuhkan Jenis kegiatan Kalori yang
digunakan/jam

Jalan kaki 3 150


km/jam

Jalan kaki 6 300


km/jam

Joging 8 km/jam 480

Lari 12 km/jam 600

Tenis tunggal 360

Tenis ganda 240


Golf 180

Berenang 350

Bersepeda 660

 Mengubah pola hidup/perilaku


Untuk perubahan perilaku ini diperlukan peran serta orang tua sebagai komponen intervensi,
dengan cara:
- Pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan makanan dan aktifitas fisik serta
mencatat perkembangannya.
- Mengontrol rangsangan untuk makan. Orang tua diharapkan dapat menyingkirkan
rangsangan disekitar anak yang dapat memicu keinginan untuk makan.
- Mengubah perilaku makan, dengan mengontrol porsi dan jenis makanan yang
dikonsumsi dan mengurangi makanan camilan.
- Memberikan penghargaan dan hukuman.
- Pengendalian diri, dengan menghindari makanan berkalori tinggi yang pada
umumnya lezat dan memilih makanan berkalori rendah.
 Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru
Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli gizi.
Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah perilaku
makan dan aktifitas yang mendukung program diet.12

 Terapi intensif
Terapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan yang disertai komplikasi yang
tidak memberikan respon pada terapi konvensional, terdiri dari diet berkalori sangat rendah
(very low calorie diet), farmakoterapi dan terapi bedah.
 Indikasi terapi diet dengan kalori sangat rendah bila berat badan > 140% BB Ideal
atau IMT > 97 persentile, dengan asupan kalori hanya 600-800 kkal per hari dan
protein hewani 1,5 - 2,5 gram/kg BB Ideal, dengan suplementasi vitamin dan mineral
serta minum > 1,5 L per hari. Terapi ini hanya diberikan selama 12 hari dengan
pengawasan dokter.
 Farmakoterapi dikelompokkan menjadi 3, yaitu: mempengaruhi asupan energy
dengan menekan nafsu makan, contohnya sibutramin; mempengaruhi penyimpanan
energi dengan menghambat absorbsi zat-zat gizi contohnya orlistat, leptin, octreotide
dan metformin; meningkatkan penggunaan energi. Farmakoterapi belum
direkomendasikan untuk terapi obesitas pada anak, karena efek jangka panjang yang
masih belum jelas.
 Terapi bedah di indikasikan bila berat badan > 200% BB Ideal. Prinsip terapi ini
adalah untuk mengurangi asupan makanan atau memperlambat pengosongan
lambung dengan cara gastric banding, dan mengurangi absorbsi makanan dengan
cara membuat gastric bypass dari lambung ke bagian akhir usus halus. Sampai saat
ini belum banyak penelitian tentang manfaat dan bahaya terapi ini pada anak.

Satoto, Karjati, S., Darmojo, B., Tjokroprawiro, A., Kodyat, BA. Kegemukan, Obesitas
dan Penyakit Degeneratif: Epidemiologi dan Strategi Penanggulangannya, Dalam:
WidyakaryaNasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998. Jakarta: LIPI, hal. 787 – 808.

OBESITAS
 Non Farmakologik
1) Terapi Diet
Pada program manajemen BB, terapi ini direncanakan berdasarkan individu.
Terapi diet ini dimasukkan ke dalam status pasien overweight. Hal ini bertujuan
untuk membuat defisit 500-1000 kkal/hari menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari program penurunan BB apapun.

2) Aktivitas Fisik
Peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen penting dari program
penurunan BB walaupun aktivitas fisik tidak menyebabkan penurunan BB lebih
banyak dalam jangka waktu 6 bulan. Kebanyakan penurunan BB terjadi karena
penurunan asupan kalori. Aktivitas fisik yang lama sangat membantu pada
pencegahan peningkatan BB.
Aktivitas fisik yang berdasarkan gaya hidup cenderung lebih berhasil
menurunkan BB dalam jangka panjang dibandingkan dengan program latihan
yang terstruktur. Untuk pasien obese terapi harus dimulai secara perlahan dan
intensitas sebaiknya ditingkatkan secara bertahap. Latihan dapat dilakukan
seluruhnya pada satu saat atau secara bertahap sepanjang hari.

Ex : pasien dapat memulai aktivitas fisik dengan berjalan selama 30 menit


dengan jangka waktu 3 kali seminggu dan dapt ditingkatkan intensitasnya
selama 45 menit dengan jangka waktu 5 kali seminggu. Dengan cara seperti ini
pengeluaran energi tambahan sebnayak 100-200 kal/hari dapat dicapai

3) Terapi Perilaku
Untuk mencapai penurunan BB dan mempertahankannya diperlukan suatu
strategi untuk mengatasi hambatan yang muncul pada saat terapi diet dan
aktivitas fisik. Strategi yang spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap
kebiasaan makan dan aktivitas fisik serta manajemen stress.

 Farmakologi
1) Sibutramine
Sibutramine ditambah diet rendah kalori dan aktivitas fisik terbukti efektif
menurunkan BB dan memperahankannya. Pemberian sibutramine dapat muncul
peningkatan TD dan denyut jantung. Sibutramine sebaiknya tidak diberikan pada
pasien dengan riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner, gagal jantung
kongestif, aritmia atau riwayat stroke

2) Orlistat

orlistat dapat menghambat absorbsi lemak sebanyak 30%

3) Terapi Bedah
Terapi ini hanya diberikan kepada pasien obesitas berat secara klinis dengan BMI
 40 atau 35. Terapi bedah ini harus dilakukan sebagai alternatif terakhir untuk
pasien yang gagal dengan farmakoterapi dan menderita komplikasi obesitas
yang ekstrem.
Farmakoterapi :Sirbutramine dan orlistat merupakan obat-obatan penurun berat badan
yang telah disetujui untuk penggunaan jangka panjang. Sirbutramine ditambah diet rendah
kalori dan aktifitas fisik efektif menurunkan berat badan dan mempertahankannya. Orlistat
menghambat absorpsi lemak sebanyak 30 persen. Dengan pemberian orlistat, dibutuhkan
penggantian vitamin larut lemak karena terjadi malabsorpsi parsial (Sugondo, 2008).
Pembedahan :Tindakan pembedahan merupakan pilihan terakhir untuk mengatasi
obesitas. Pembedahan dilakukan hanya kepada penderita obesitas dengan IMT ≥40 atau ≥35
kg/m2 dengan kondisi komorbid. Bedah gastrointestinal (restriksi gastrik/ banding vertical
gastric) atau bypass gastric (Roux-en Y) adalah suatu intervensi penurunan berat badan
dengan resiko operasi yang rendah (Sugondo, 2008).

DISLIPIDEMIA

Adi, P. R. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi VI. Jakarta : Interna Publishing

16. Apa apolipoprotein?


Suatu protein (apolipoprotein/ apoprotein) yang dibutuhkan sebagai zat pelarut karena sifat
lipid yang susah larut dalam lemak. Pada saat ini dikenal sembilan jenis lipoprotein yaitu Apo
A, Apo B, Apo C, dan Apo E. Senyawa lipid dengan apoprotein dikenal dengan lipoprotein.
Contoh : VLDL, IDL, dan LDL mengandung Apo B100, sedang Apo B48 ditemukan pada
kilomikron.

Adi, P. R. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi VI. Jakarta : Interna Publishing

Anda mungkin juga menyukai