Anda di halaman 1dari 7

STEP 7 RESPIRASI REZTRY

1. Anatomi dan fisiologi dari system pernafasan! Sertai gambar!


Pernafasan Eksternal dan Internal

Bentuk dari pernafasan secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

1. Proses Pernafasan pulmonal atau paru-paru (external)

Pernafasan external adalah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Pada pernafasan
melalui paru-paru atau penafasan externa, oksigen didapatkan melalui hidung dan mulut,
 pada waktu bernafas oksigen mesul melalui trachea dan pipa bronchial ke alveoli dan
 berhubungan erat dengan darah di kapiler pulmonalis. Hanya satu lapis membrane, yaitu
membrane alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dan darah oksigen menembus membrane ini
dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah di bawa ke jantung. Dari sini di pompa di
dalam arteri ke seluruh bagian tubuh. Didalam paru-paru karbon dioksida merupakan hasil
 buangan yag menembus membrane alveoli. Dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa
 bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung. Darah meninggalkan paru-paru pada
tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat hemoglobinnya 95% jenuh oksigen. Empat
 proses berhubungan dengan pernafasan paru-paru atau pernafasan externa :

a) Ventilisasi pulmorter, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan
udara luar.

 b) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh,
karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.

c) Distribusi arus udar dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari setiapnya
dapat mencapai semua bagian tubuh.

d) Difusi gas yang menembusi membrane pemmisah alveoli d an kapiler. Karbondioksida


lebih mudah berdifusi dapi pada oksigen.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima
 jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan lebih ban yak, darah dating ke paru-paru
membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2, jumlah CO2 tidak dapat di
keluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat
 pernafasan dalam otak untuk memperbesar dan didalam pernafasan.penambahan fentilasi
yang dengan demikian terjadi mengeluarkan CO2 dan memungut lebih benyak O2.

2. Proses pernafasan Jaringan (internal)

Darah yang telah dijernihkan hemoglobinnya dengan oksigen (oxihemoglobin), mengitari


seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, dimana darah bergerak sangat lambat. Sel
 jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan sel melakukan oksidasi
 pernafasan, sebagai gantunya hasil dari oksidasi yaitu karbondioksida.

Perubahan-parubahan berikut terjadi dalam komposisi udara dalam olveoli, yang disebabkan
 pernafasan externa dan interna.

- Udara yang di hirup: Nitrogen (79%), Oksigen (20%), karbondioksida (0-0,4%). Udara
yang masuk ke alveoli mempunyai suhu dan kelembaban atmosfer.

- Udara yang dihembuskan: Nitrogen(79%), Oksigen(16%), karbondoiksida ( 4-0.4%).

Transport Gas Pernapasan


Ventilasi, Difusi, transportasi, perfusi
a) Ventilasi paru
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas ke dalam dan keluar paru-paru.Ventilasi
membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis dan pernapasan yang utuh. Otot
 pernapasan inspirasi utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi oleh saraf frenik yang
keluar dari medulla spinalis pada vertebra servicalkeempat. Perpindahan O2 di atmosfer ke
alveoli,dari alveoli CO2 kembali ke atmosfer.
Faktor yang mempengaruhi proses oksigenasi dalam sel adalah :
a. Tekanan O2 atmosfer
 b. Jalan nafas
c. daya kembang toraks dan paru)
d. Pusat nafas (Medula oblongata) yaitu kemampuan untuk meransang CO2 dalam darah

 b) Difusi gas


Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke
konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernapasan terjadi di membran kapiler alveolar dan
kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membran. Peningkatan ketebalan
membrane merintangi proses kecepatan difusi karena hal tersebut membuat gas memerlukan
waktu lebih lama untuk melewati membrane tersebut. Klien yang mengalami edema
 pulmonar, atau efusi pulmonar Membrane memiliki ketebalan membrane alveolar kapiler
yang meningkat akan mengakibatkan
 proses difusi yang lambat, pertukaran gas pernapasan yang lambat dan menganggu proses
 pengiriman oksigen ke jaringan. Daerah permukaan membran dapat mengalami perubahan
sebagai akibat suatu penyakit kronik, penyakit akut, atau proses pembedahan. Apabila alveoli
yang berfungsi lebih sedikit maka darah permukaan menjadi berkurang O2 alveoli berpindah
ke kapiler paru, CO2 kapiler paru berpindah ke alveoli.
Faktor yang mempengaruhi difusi :
Luas permukaan paru

Tebal membrane respirasi

Jumlah eryth/kadar Hb

Perbedaan tekanan dan konsentrasi gas

Waktu difusi

Afinitas gas

c) Transportasi gas
Gas pernapasan mengalami pertukaran di alveoli dan kapiler jaringan tubuh. Oksigen
ditransfer dari paru- paru alveoli dan kapiler jaringan tubuh. Oksigen ditransfer dari paru-
 paru ke darah dan karbon dioksida ditransfer dari darah ke alveoli untuk dikeluarkan sebagai
 produk sampah. Pada tingkat jarinagn, oksigen ditransfer dari darah ke jaringan, dan karbon
dioksida ditransfer dari jaringan ke darah untuk kembali ke alveoli dan dikeluarkan. Transfer
ini bergantung pada proses difusi.
- Transpor O2
Sistem transportasi oksigen terdiri dari system paru dan sitem kardiovaskular. Proses
 pengantaran ini tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi), aliran
darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan divusi dan kapasitas membawa oksigen.
Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut dalam
 plasma, jumlah hemoglobin dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan dengan oksigen
(Ahrens, 1990).
Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relatif kecil, yakni hanya sekitar 3%.
Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai
 pembawa oksigen dan karbon dioksida. Molekul hemoglobin dicampur dengan oksigen
untuk membentuk oksi hemoglobin. Pembentukan oksi hemoglobin dengan mudah berbalik
(revesibel), sehingga memungkinkan hemoglobin dan oksigen berpisah, membuat oksigen
menjadi bebas. Sehingga oksigen ini bias masuk ke dalam jaringan.
¨ Transpor CO2
terhadap orang yang sehat.
2. Asma intrinsik
Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang
 berasal dari allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan kodisi
lingkungan
yang buruk seperti klembaban, suhu, polusi udara dan aktivitas olahraga
yang
 berlebihan.
Pedoman pelayanan medik dalam konsensus nasional membagi asma anak
menjadi tiga tingkatan berdasarkan kriteria dalam tabel 2.1 sebagai
 berikut31):
Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) penggolongan asma
 berdasarkan beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu:
1. Asma Intermiten (asma jarang)
- gejala kurang dari seminggu
- serangan singkat
- gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan
- FEV 1 atau PEV > 80%
- PEF atau FEV 1 variabilitas 20% –  30%
2. Asma mild persistent (asma persisten ringan)
- gejala lebih dari sekali seminggu
- serangan mengganggu aktivitas dan tidur
- gejala pada malam hari > 2 kali sebulan
- FEV 1 atau PEV > 80%
- PEF atau FEV 1 variabilitas < 20% –  30%
3. Asma moderate persistent (asma persisten sedang)
- gejala setiap hari
- serangan mengganggu aktivitas dan tidur
- gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu
- FEV 1 tau PEV 60% –  80%
- PEF atau FEV 1 variabilitas > 30%
4. Asma severe persistent (asma persisten berat)
- gejala setiap hari
- serangan terus menerus
- gejala pada malam hari setiap hari
- terjadi pembatasan aktivitas fisik
- FEV 1 atau PEF = 60%
- PEF atau FEV variabilitas > 30%
Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat diklasifikasikan
 berdasarkan derajat serangan asma yaitu:
1. Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara satu
kalimat,bisa berbaring, tidak ada sianosis dan mengi kadang hanya pada
akhir ekspirasi,
2. Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara memenggal
kalimat,lebih suka duduk, tidak ada sianosis, mengi nyaring sepanjang
ekspirasi dan
kadang -kadang terdengar pada saat inspirasi,
3. Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan posisi duduk
 bertopang lengan, bicara kata demi kata, mulai ada sianosis dan mengi
sangatn yaring terdengar tanpa stetoskop,
4. Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingunan, sudah
tidak
terdengar mengi dan timbul bradikardi.
Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan asma.
Seorang penderita asma persisten (asma berat) dapat mengalami serangan
asmaringan. Sedangkan asma ringan dapat mengalami serangan asma berat,
 bahkan serangan asma berat yang mengancam terjadi henti nafas yang dapat
menyebabkankematian3).
eprints.undip.ac.id/18656/1/P_U_R_N_O_M_O.pdf

12.Komplikasi dari penyakit tersebut?


- gagal nafas
- deformitas thorax, bentuk dada abnormal biasanya pada asma kronik,
 berbentuk barrel chest.
13.Manifestasi klinis?

Anda mungkin juga menyukai