Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN OBESITAS DI RUANG MELATI II RUMAH SAKIT BINA

SEHAT

DISUSUN OLEH :

ALDA OKTAVIARANI (P27820319054)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA PRODI DIII


KEPERAWATAN SUTOPO SURABAYA

TAHUN AJARAN 2019/2020


LAPORAN PENDAHULUAN

“OBESITAS”

A. Definisi Obesitas
            Overweight adalah berat badan melebih standar berat badan menurut tinggi
badan, meningkatnya otot tubuh atau jaringan lemak atau keduanya.
Obesitas adalah akumulasi jaringan lemak dibawah kulit yang berlebihan dan terdapat di
seluruh tubuh.Obesitas seringkali dihubungkan dengan overweight, walaupun tidak selalu
identik oleh karena obesitas mempunyai ciri ciri tersendiri.
Obesitas timbul sebagai akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran energi.
Bila energi dalam jumlah besar (dalam bentuk makanan) yang masuk ke dalam tubuh
melebihi jumlah yang dikeluarkan, maka berat badan akan bertambah dan sebagian besar
kelebihan energi tersebut akan di simpan sebagai lemak. Oleh karena itu, kelebihan
adipositas (obesitas) disebabkan masukan energi yang
melebihi  pengeluaran  energi.  Untuk  setiap  kelebihan  energi sebanyak 9,3 kalori yang
masuk ke tubuh, kira-kira 1 gram lemak akan disimpan. Lemak disimpan terutama di
aposit pada jaringan subkutan dan rongga intraperitoneal, walaupun hati dan jaringan
tubuh   lainnya  seringkali   menimbun   cukup   lemak   pada  orang obesitas.
Perkembangan obesitas pada orang dewasa juga terjadi akibat penambahan jumlah
adiposit dan peningkatan ukurannya. Seseorang dengan obesitas yang ekstrem dapat
memiliki adiposit sebanyak empat kali normal, dan setiap adiposit memiliki lipid dua kali
lebih banyak dari orang yang kurus (Guyton, 2007).

B. Etiologi
Penyebab  obesitas  sangatlah  kompleks.  Meskipun  gen berperan penting dalam
menentukan asupan makanan dan
metabolisme  energi,   gaya   hidup   dan  faktor   lingkungan   dapat
berperan  dominan  pada  banyak  orang  dengan obesitas.  Diduga bahwa sebagian besar
obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor  genetik  dan  faktor
lingkungan,  antara lain  aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional (Guyton,
2007 )
a. Genetik
Obesitas jelas menurun dalam keluarga. Namun peran genetik yang pasti untuk
menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan, karena anggota keluarga umumnya
memiliki kebiasaan makan dan pola aktivitas fisik yang sama. Akan tetapi, bukti
terkini menunjukkan bahwa 20-25% kasus obesitas dapat disebabkan faktor
genetik. Gen dapat berperan dalam obesitas dengan menyebabkan kelainan satu

2
atau lebih jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi serta
penyimpanan lemak. Penyebab monogenik (gen tunggal) dari obesitas adalah
mutasi MCR-4, yaitu penyebab monogenik tersering untuk obesitas yang
ditemukan sejauh ini, defisiensi leptin kongenital, yang diakibatkan mutasi gen,
yang sangat jarang dijumpai dan mutasi reseptor leptin, yang juga jarang ditemui.
Semua bentuk penyebab monogenik tersebut hanya terjadi pada sejumlah kecil
persentase dari seluruh kasus obesitas. Banyak variasi gen sepertinya
berinterakasi dengan faktor lingkungan
untuk  mempengaruhi  jumlah  dan  distribusi  lemak (Guyton, 2007).
b. Aktivitas fisik
Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal ini
didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan
massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang
tidak adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan
adipositas. Oleh karena itu pada orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik
dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi
melebihi  asupan  makanan,  yang  berimbas penurunan  berat badan (Guyton,
2007).
Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh.
Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor: 1) tingkat aktivitas dan olahraga
secara umum; 2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan
untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua faktor tersebut
metabolisme basal memiliki tanggung jawab duapertiga
dari  pengeluaran  energi orang  normal.  Meski  aktivitas  fisik hanya
mempengaruhi sepertiga pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi
bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran
yang sangat penting. Pada saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak
berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak
langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja
seharian akan mengalami penurunn metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan
aktifitas gerak akan menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat
kegiatan olahraga menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya
olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal
tubuh orang tersebut. Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan
tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu
mengatur berfungsinya metabolisme normal (Guyton, 2007).
c. Perilaku makan
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku
makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah
karena lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi
obesitas di negara maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baik
adalah psikologis, dimana perilaku makan agaknya dijadikan
sebagai  sarana  penyaluran stress.  Perilaku  makan  yang  tidak baik pada masa

3
kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam
obesitas, hal ini didasarkan karena   kecepatan   pembentukan   sel-
sel   lemak   yang   baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama
kehidupan, dan makin besar kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula
jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak
cenderung   mengakibatkan   obesitas   pada   dewasanya   nanti (Guyton, 2007).
d. Neurogenik
Telah  dibuktikan  bahwa  lesi  di  nukleus  ventromedial hipotalamus dapat
menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan menjadi obesitas.
Orang dengan tumor hipofisis yang menginvasi hipotalamus seringkali
mengalami obesitas yang progresif. Hal ini memperlihatkan bahwa, obesitas pada
manusia juga dapat timbul akibat kerusakan pada hipotalamus. Dua bagian
hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan
yaitu  hipotalamus  lateral  (HL)   yang menggerakkan  nafsu makan (awal atau
pusat makan) dan hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas menintangi
nafsu makan (pemberhentian atau pusat kenyang). Dan hasil penelitian didapatkan
bahwa bila HL rusak/hancur maka individu menolak untuk makan atau minum,
dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum (diberi infus).
Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM, maka seseorang akan
menjadi rakus dan kegemukan. Dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian
ventromedial dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan
obesitas, serta terjadi perubahan yang nyata pada neurotransmiter di hipotalamus
berupa peningkatan oreksigenik
seperti  NPY dan  penurunan  pembentukan  zat  anoreksigenik seperti leptin dan
α-MSH pada hewan obesitas yang dibatasi makannya (Guyton, 2007) .
e. Hormonal
Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus. Leptin
adalah sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang
bekerja melalui aktivasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan mengakibatkan
penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi. Insulin adalah anabolik hormon,
insulin diketahui berhubungan langsung dalam penyimpanan dan penggunaan
energi pada sel adiposa. Kortisol
adalah  glukokortikoid  yang  bekerja  dalam mobilisasi  asam
lemak  yang  tersimpan  pada  trigliserida,  hepatic glukoneogenesis, dan
proteolisis (Wilborn et al, 2005).
f. Dampak penyakit lain
Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit
lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah hypogonadism,
Cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma, craniophryngioma dan
gangguan lain  pada  hipotalamus.  Beberapa  anggapan menyatakan bahwa berat
badan seseorang diregulasi baik oleh
endokrin  dan  komponenen  neural.  Berdasarkan anggapan  itu maka sedikit saja

4
kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan
(Flieretal,2005).

 E.   Manifestasi klinis

Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada anak biasanya
timbul menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama anak wanita, selain berat
badan meningkat dengan pesat, juga pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat
(ternyata jika periksa usia tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang cepat tumbuh
dan matang itu akan mempunyai tinggi badan yang relative rendah dibandingkan dengan
anak yang sebayanya. Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita obesitas :

a. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif kecil
dengan jari –jari yang berbentuk runcing.
b. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil dengan dagu
yang berbentuk ganda.
c. Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan payudara yang
telah tumbuh pada anak pria keadaan demikian menimbulkan perasaan yang
kurang menyenangkan.
d. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul
lonceng, kadang – kadang terdapat strie putih atau ungu.
e. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan biasanya
pada biseb dan trisebnya

Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang mungkin


merupakan penyebab atau keadaan dari obesitas. Penimbunan lemak yang berlebihan
dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru – paru, sehingga timbul
gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas
yang ringan.Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan
terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari
penderita sering merasa ngantuk.

5
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri
punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan
pergelangan kaki).Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.Seseorang yang
menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan
dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan
mengeluarkan keringat yang lebih banyak.Sering ditemukan edema (pembengkakan
akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.

F. Patofisiologi

Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori


dari tubuh  serta  penurunan  aktifitas  fisik  (sedentary  life  style)  yang
menyebabkan penumpukan  lemak  di  sejumlah  bagian  tubuh  (Rosen,2008). Penelitian yang
dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan dan tingkat kekenyangan seseorang
diatur oleh mekanisme neural dan humoral (neurohumoral) yang dipengaruhi oleh genetik,
nutrisi,lingkungan,   dan   sinyal   psikologis.  Pengaturan   keseimbangan energi diperankan oleh
hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang,
mempengaruhi laju pengeluaran
energi  dan  regulasi  sekresi  hormon.  Proses  dalam  pengaturan penyimpanan energi ini terjadi
melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen
dari perifer (jaringan adiposa, usus dan jaringan otot).

Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik  (meningkatkan rasa lapar serta


menurunkan  pengeluaran  energi)  dan  dapat  pula  bersifat  katabolik(anoreksia, meningkatkan
pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang.
Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor
distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK)
sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal  panjang diperankan  oleh  fat-
derived hormon  leptin  dan  insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi
(Sherwood, 2012).
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat
disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Kemudian, leptin merangsang
anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptida Y (NPY) sehingga
terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari
asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di
hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita

6
obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan
nafsu makan (Jeffrey, 2009)

G. Pathway obesitas

Keturunan, pola makan, aktivitas, obat-obatan/suplemen

Pola makan yg adekuat

BB meningkat Intake dan output tidak seimbang BB meningkat

mudah lelah Akumulasi lemak pd abdomen

aktifitas terganggu Tekanan pd otot difragma Ketidakseimbangan Nutrisi


lebih dari kebutuhan

intoleransi aktivitas Mengganggu jalan nafas

Sesak nafas

Pola nafas tidak efektif

7
H. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis OA biasanya dilakukan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik, tetapi
evaluasi radiografi juga diperlukan. Radiografi adalah sensitif dan murah sehingga dapat
dijadikan sebagai pemeriksaan rutin untuk OA (Siddiqui & Laborde, 2009).
      Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang   gizi,   maka   antropometri   gizi   adalah   berhubungan   dengan  berbagai
macam  pengukuran  dimensi  tubuh  dan  komposisi  tubuh  dari  berbagai tingkat
umur  dan  gizi.
Pada  pemeriksaan  antropometri  tujuan  yang  hendak  dicapai adalah:
1)   Penapisan   status   gizi,   yang   diarahkan   untuk   orang   dengan  keperluan khusus.
2)   Survei status gizi, yang ditujukan untuk memperoleh gambaran status gizi masyarakat pada saat
tertentu serta faktor yang berkaitan.
3)   Pemantauan  status  gizi,  yang  digunakan  untuk  memberikan  gambaran perubahan status gizi
dari waktu ke waktu.
Pemeriksaan  antropometri  dilakukan  dengan  mengukur  ukuran  fisik,  seperti tinggi badan,
berat badan serta lingkar beberapa bagian tubuh tertentu.

I. Penatalaksanaan
a. Merubah gaya hidup
Diawali dengan merubah kebiasaan makan. Mengendalikan kebiasaan ngemil dan makan
bukan karena lapar tetapi karena ingin menikmati makanan dan meningkatkan aktifitas fisik pada
kegiatan sehari-hari. Meluangkan waktu berolahraga secara teratur sehingga pengeluaran kalori
akan meningkat dan jaringan lemak akan dioksidasi (Sugondo,2008).
b. Terapi Diet
Mengatur   asupan   makanan   agar   tidak   mengkonsumsi   makanan dengan jumlah kalori
yang berlebih, dapat dilakukan dengan diet yang terprogram secara benar. Diet rendah kalori
dapat dilakukan dengan mengurangi   nasi   dan  makanan   berlemak,   serta   mengkonsumsi
makanan yang cukup memberikan rasa kenyang tetapi tidak menggemukkan karena jumlah
kalori sedikit, misalnya dengan menu
yang  mengandung  serat  tinggi  seperti  sayur  dan  buah  yang  tidak terlalu manis (Sugondo,
2008).
c. Aktifitas Fisik
Peningkatan   aktifitas   fisik   merupakan   komponen   penting   dari
program penurunan  berat  badan,  walaupun  aktifitas  fisik  tidak
menyebabkan  penurunan berat  badan  lebih  banyak  dalam  jangka waktu enam bulan. Untuk
penderita obesitas, terapi harus dimulai

8
secara  perlahan,  dan  intensitas  sebaiknya ditingkatkan  secara bertahap. Penderita obesitas
dapat memulai aktifitas fisik dengan berjalan selama 30 menit dengan jangka waktu 3 kali
seminggu dan dapat ditingkatkan  intensitasnya  selama  45  menit  dengan  jangka waktu 3 kali
seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 5 kali
seminggu (Sugondo, 2008).
d. Terapi perilaku
Untuk mencapai penurunan berat badan dan mempertahankannya,
diperlukan suatu  strategi  untuk  mengatasi  hambatan  yang  muncul pada saat terapi diet dan
aktifitas fisik. Strategi yang spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan
aktifitas fisik, manajemen stress, stimulus control, pemecahan masalah, contigency management,
cognitive restructuring dan dukungan sosial (Sugondo,2008).
e. Farmakoterapi
Farmakoterapi merupakan salah satu komponen penting dalam program manajemen berat
badan. Sirbutramine dan orlistat merupakan obat-obatan penurun berat badan yang telah disetujui
untuk penggunaan jangka panjang. Sirbutramine ditambah diet rendah kalori dan aktifitas fisik
efektif menurunkan berat badan dan mempertahankannya. Orlistat menghambat absorpsi lemak
sebanyak 30   persen.  Dengan   pemberian   orlistat,   dibutuhkan   penggantian
vitamin  larut  lemak karena  terjadi  malabsorpsi  parsial  (Sugondo,2008

9
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN OBESITAS

1.  Pengkajian

Identitas Pasien

Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.

2.    Riwayat kesehatan

a Riwayat Kesehatan sekarang  : keluhan pasien saat ini


b Riwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah menderita
obesitas
c Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara keluarga yang mengalami
penyakit serupa atau memicu
d Riwayat psikososial,spiritual  : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan beribadah ,
kepercayaan.

3.    Pemerikasaan fisik

a Sistem kardiovaskuler :Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi


vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
b Sistem respirasi :Untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan napas
c Sistem hematologi :Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda  adanya infeksi dan pendarahan, mimisan.
d Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang.
e Sistem musculoskeletal :Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan,
sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
f Sistem kekebalan tubuh  :Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening.

4.    Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal, misal : hipotiroidisme,


hipopituitarisme, hipogonadisme, sindrom cushing (peningkatan kadar insulin).

10
Pola fungsi kesehatan

a) Aktivitas istirahat :Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan / kurang keinginan


untuk beraktifitas.

b) Sirkulasi :Pola hidup mempengaruhi pilihan makan, dengan makan akan


dapat  menghilangkan perasaan tidak senang.

c) Makanan / cairan : Mencerna makanan berlebihan

d) Kenyamanan :Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa nyeri dalam


menopang berat badan atau tulang belakang

e) Pernafasan : Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea

f) Seksualitas : Pasien dengan obesitas biasanya mengalami gangguan menstruasi dan


amenouria.

DAFTAR PUSTAKA

Dr.Soetjiningsih,SpAk2015. Tumbuh Kembang Anak.Jakarta.EGC


http://dieyachsyam.blogspot.com/2013/09/obesitas-pada-anak.html
(diakses pada Tanggal 6 Desember 2014)
https://echyners.wordpress.com/2013/06/22/makalah-obesitas/
(diakses pada Tanggal 6 Desember 2014)
Ayu, R., & Sartika, D. (2011). FAKTOR RISIKO OBESITAS PADA ANAK 5-15 TAHUN DI
INDONESIA, 15(1), 37–43.
Hariyanto, D., Madiyono, B., Sjarif, D. R., & Sastroasmoro, S. (2009). Hubungan Ketebalan Tunika
Intima Media Arteri Carotis dengan Obesitas pada Remaja,11(3).

11
Tgl. Pengkajian : 25-02-2020 No. Register : 09.009.xxx

Jam Pengkajian : 15.37 Tgl. MRS : 26/02/2020

Ruang/Kelas : ruang melati no.2

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN DASAR /

I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama :Nn.Y Nama : Ny. X
Umur : 20 tahun Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Mahasiswi Pekerjaan : IRT
Pekerjaan :- Alamat : Jl. LidahWetan Jember
Gol. Darah :B Hubungan dengan Klien : Ibu
Alamat : JL. Lidah Wetan Jember

II. KELUHAN UTAMA


1. Keluhan Utama Saat MRS
Klien mengatakan bahwa nafasnya sering ngos-ngosan pada saat berjalan jauh dan susah
berdiri sehabis duduk dari lantai

2. Keluhan Utama Saat Pengkajian


Klien mengatakan saat berjalan jauh sering ngos-ngosan dan ketidakbugaran status fisik

III. DIAGNOSA MEDIS


OBESITAS

12
IV. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluhkan berat badannya semakin bertambah,klien mengalami kesusahan
untuk berdiri dan sesak nafas
B1 = RR : 32x/menit frekuensi pernapasan dapat meningkat karena penimbunan lemak
yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada. Hal ini dapat menekan
paru-paru, sehingga timbul gangguan pernapasan dan sesak nafas, meskipun klien hanya
melakukan aktivitas ringan. Gangguan pernafasan dapat terjadi pada saat tidur sehingga
dapat menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (sleep apnea)
B2 = Normal
B3 = Normal
B4 = kesulitan untuk berdiri pada saat duduk di lantai karena pelebaran abdomen dan
lipatan kulit.
B5 = Normal
B6 = kesulitan menggerakkan tubuhnya, klien cenderung malas untuk bergerak sehingga
lambat laun akan megalami kelemahan otot.

2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Sebelumnya klien memiliki berat badan normal tapi setelah lulus dari SMA berat
badannya naik drastis .

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan mempunyai riwayat obesitas pada keluarganya.

13
Genogram

82 th 60 th 70 th 62 th
Obesitas

45 th 58 th

20 th
28 th

= Laki-laki = Klien

= Tinggal serumah

14
= Perempuan

= Meninggal

RIWAYAT POLA FUNGSI KESEHATAN KLIEN

1. Pola Aktifitas Sehari-hari (ADL)


ADL Di Rumah
Di Rumah Sakit
Pola persepsi - manajemen Klien mengetahui bahwa Klien mengetahuii bahwa
kesehatan menjaga berat itu penting. menjaga berat badannya itu
Jika klien merasa terasa penting, jika klien merasa
semakin sesak klien akan sesak klien mengurangi
mengurangi porsi makan dan porsi makan.
cemilannya.

Pola nutrisi – metabolic Pasien makan lebih dari 3x Pola makan pasien normal
sehari dengan porsi banyak kembali
dan terkadang pasien
memakan makanan
ringan,pasien selalu ingin
ngemil.

Pola eliminasi Pasien BAB dan BAK normal. Pasien BAB dan BAK
normal.

15
ADL Di Rumah
Di Rumah Sakit

Pola latihan – aktivitas Pasien mengalami hambatan, Pasien selalu melakukan


cepat lelah dan suka olahraga meskipun hanya
bermalas-malasan karena berjalan-jalan kecil.
berat badan yang berlebihan.

Pola kognitif perseptual Klien mampu berkomunikasi Klien berkomunikasi dengan


dengan baik. baik,memahami apa yang
dibicarakan.

Pola istirahat tidur Pasien lebih sering Klien lebih banyak tidur.
mengantuk dan pasien lebih
banyak tidur. Tidur 9 jam
dalam sehari.

16
ADL Di Rumah
Di Rumah Sakit

Pola konsep diri – persepsi diri Klien mengatakan bahwa Klien megatakan sudah
klien tidak mengganggu beberapa hari tidak
keluarga karena penyakit mengerjakan pekerjaan
yang dideritanya,tetapi rumah.
pekerjaan rumah yang
seharusnya ia kerjakan
terhambat karena berat
badannya.

Pola peran dan hubungan Hubungan klien dengan Hubungan klien dengan
keluarganya baik-baik saja. keluarga baik-baik saja klien
didukung oleh keluarga
untuk menurunkan berat
badannya.

17
ADL Di Rumah
Di Rumah Sakit

Pola reproduksi/seksual Klien mengatakan penyakit Klien tida terganggu dengan


yang diderita tidak sistem reproduksi dan
mengganggu pola reproduksi seksualitasnya.
maupun seksualitasnya.

Pola pertahanan diri (koping Klien mengatakan jika stres Klien menghilangkan stres
toleransi stress) selalu curhat dengan dengan mendengarkan
keluarganya. musik,berbicara dengan
keluarga,menulis di buku
diary dan tidur.

Pola keyakinan dan nilai Klien beragama islam. Klien Klien tetap beribadah
mengatakan selalu beribadah meskipun susah berdiri.
meskipun saat berdiri susah.

18
ADL Di Rumah
Di Rumah Sakit

PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Pasien tampak bersih,kesadaran composmentis(sadar sepenuhnya),pasien tampak
segar.

B. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital


Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi :80x/menit
Suhu :37oC
Respiratory Rate :32x/menit
Tinggi badan :160 cm
Berat badan :90 kg
C. Pemeriksaan Wajah
1. Mata :
Simetris,tidak ada edema,tidak ada peradangan
2. Hidung :
Simetris,tidak ada perdarahan,bersih,tidak ada pembesaran polip.
3. Mulut :
Simetris,tidak ada perdarahan,tidak ada nyeri telan.
4. Telinga :
Tidak ada lesi,tdak ada penumpukan serumen,tidak ada peradangan.

D. Pemeriksaan Kepala Dan Leher


1. Kepala :
Bentuk kepala simetris,tidak ada nyeri tekan
2. Leher :
Bentuk leher simetris,tidak ada pembesaran

E. Pemeriksaan Fungsi Penglihatan


- Fungsi pengelihatan normal
- Tidak ada buta warna

F. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/Penghidu/tengorokan


- Fungsi pendengaran normal

19
- Fungsi penghidu normal

G. Pemeriksaan Thoraks/dada
1. Inspeksi : bentuk simetris
2. Palpasi : tidak ada peradangan
3. Perkusi : -
4. Auskultasi : suara nafas bersih,terdapat suara tambahan(ronchi)

H. Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi : bentuk simetris
2. Palpasi : tidak ada benjolan
3. Perkusi : suara tympani
4. Auskultasi : bising usus (5x/menit)

I. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang


Tidak ada lesi,tidak ada fraktur

J. Pemeriksaan Kulit/Integument
Kulit normal tidak ada masalah

K. Pemeriksaan Ekstremitas/Muskuloskeletal
Tidak ada oedem,tidak ada luka.

L. Pemeriksaan Fungsi Neurologis


Pasien dalam keadaan sadar penuh.

M. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal


Rambut pubis bersih, tidak ada eritema

VII PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK MEDIK

Tidak ada

VIII TINDAKAN DAN TERAPI

Terapi diet sehat dan terapi perilaku

Perawat yang mengkaji

ttd

20
( ALDA OKTAVIARANI )

ANALISIS DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS : Intake makanan yang Intoleransi Aktivitas


berlebihan
Klien mengatakan bahwa
penyakitnya menggangu aktivitas
kesehariannya.

DO :
Peningkatan berat badan
1. Sedikit kesulitan berjalan
2. TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
RR : 32x/menit Intoleransi aktivitas

2. DS : Timbunan lemak dibawah Pola Nafas Tidak Efektif


diafragma dada
Klien mengatakan bahwa nafasnya
ngos-ngosan pada saat berjalan
jauh dan sering kelelahan saat
beraktivitas sedang.
Dada terasa sesak
DO :

RR = 32x/menit

Pola nafas tidak efektif

21
3. DS : Perubahan fisik Gangguan Citra Tubuh

Klien mengatakan malu dan gelisah


dengan bentuk tubuhnya yang
sekarang.
Gangguan citra tubuh
DO :

Tekanan Darah : 110/80


mmHg

Nadi :80x/menit Harga diri rendah


Suhu :37oC

Respiratory Rate :32x/menit

Tinggi badan :160 cm

Berat badan :90 kg

IMT : 56,25

RUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakbugaran status fisik


2. Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan obesitas
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan mengugkapkan perasaan negatif tentang
perubahan tubuh.

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan obesitas

22
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan mengugkapkan perasaan negatif tentang
perubahan tubuh.

PERENCANAAN

DIAGNOSIS TUJUAN (SLKI) RENCANA (SIKI) RASIONAL TT


KEPERAWATAN
NAMA
JELAS

1. Pola nafas tidak Setelah 1. Jadwalkan Untuk


efektif yang dilakukan pendidikan memudahkan
berhubungan dengan asuhan kesehatan pasien dalam
sesuai
obesitas keperawatan proses inspirasi
kesepakatan.
selama 2x24 dan
Kategori : Fisiologis 2. Ajarkan cara
jam masalah menghitung memaksimalkan
Subkategori : pola napas respirasi selama ventilasi.
Respirasi tidak efektif 30 detik dan
teratasi dan kalikan dengan
Definisi : inspirasi membaik. 2 atau hitung
atau ekspirasi yang selama 60 detik
tidak memberikan Kriteria hasil : jika respirasi
tidak teratur.
ventilasi adekuat.
Frekuensi (Kode : I.12414)
(Kode : D0005) napas cukup
3. Monitor
membaik
frekuensi,irama
berskala 4 dari dan kedalaman
1-5 napas sebelum
dan sesudah
Kedalaman
latihan.
napas cukup 4. Ambil napas
membaik dalam secara
berskala 4 dari perlahan
1-5 melalui hidung
dan tahan
selama tujuh

23
(Kode: hitungan
L.01004) 5. Hitungan ke
delapan
hembuskan
napas melalui
mulut dengan
perlahan.
6. Anjurkan
mengulangi
latihan 4-5 kali.
(Kode: I.01007)

2. Gangguan citra tubuh Setelah 1. Identifiasi Agar pasien tetap


berhubungan dengan dilakukan harapan citra percaya diri dan
mengugkapkan asuhan tubuh melewati proses
berdasarkan
perasaan negatif keperawatan penurunan berat
tahap
tentang perubahan selama 2x24 badan berdasarkan
perkembangan.
tubuh. jam masalah 2. Diskusikan harapan pasien dan
perubahan perbedaan keluarga
Kategori : Psikologis
tubuh penampilan mendukung pasien.
Subkategori : fisik tehadap
Kriteria hasil : harga diri.
Integritas Ego
3. Diskusikan
Verbalisasi persepsi pasien
Definisi : perubahan
perasaan dan keluarga
persepsi tentang
negatif tentang tentang
penampilan,struktur perubahan citra
perubahan
dan fungsi fisik tubuh.
tubuh sedang
individu. 4. Latih
berskala 3 dari
peningkatan
(Kode : D0083) 1-5
penampilan
Kode: L.09067) diri(mis.berdan
dan)
(Kode:I.09305)

24
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI)

NO HARI/TGL/JAM DX TINDAKAN KEPERAWATAN TT


KEPERAWATAN
NAMA
JELAS

1. Sabtu, 29 Ketidakefektifan 08.05 1. Memonitor TTV


Februari 2020 pola napas - Pasien bersedia di cek TTV
berhubungan Tekanan Darah:110/80
dengan mmHg
obesitas. Nadi :80x/menit

Suhu :37oC

RespiratoryRate:32x/menit

Tinggi badan:160 cm

Berat badan:90 kg

08.10 2. Memberikan edukasi


pola napas yang baik
dan benar.
08.20 3. Memanajemen pola
napas dengan cara
menghindari faktor
pencetus penyakit
kepada pasien, bila
perlu memberikan alat
bantu bila sesak terasa
sangat berat
2. Sabtu, 29 Gangguan citra 08.40 4. Memberikan semangat
Februari 2020 tubuh bahwa berat badan
berhubungan pasien masih bisa
diturunkan
dengan
08.45 5. Memberikan terapi
mengugkapkan
bagaimana diet yang
perasaan

25
negatif tentang baik dan benar tanpa
perubahan diet yang ekstrim.
tubuh. 09.10 6. Menjelaskan alternatif
yang baik dan benar
dalam diet positif agar
memenuhi berat badan
yang diharapkan oleh
klien.

EVALUASI

NO HARI/TGL/JAM DX CATATAN PERKEMBANGAN EVALUASI TT


KEPERAWATAN
(SOAP/SOAPIER) NAMA
JELAS

1. Sabtu, 29 Ketidakefektifan S : Pasien mengatakan sesak


Februari 2020 pola napas berkurang.
berhubungan
O:
dengan obesitas.
- RR : 32x/menit
- TD : 110/80 mmHg
- S : 37oC
- N : 80x/menit
A : Masalah sesak napas
teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

2. Sabtu, 29 Gangguan citra S : Pasien mengatakan rasa


Februari 2020 tubuh kurang percaya dirinya sedikit
berhubungan berkurang.
dengan
O:
mengugkapkan
perasaan negatif - RR : 32x/menit
tentang - TD : 110/80 mmHg
perubahan - S : 37oC

26
tubuh. - N : 80x/menit
- BD : 90 kg
A : Masalah teratasi sebagian.

P : Intervensi dilanjutkan.

27

Anda mungkin juga menyukai