SEHAT
DISUSUN OLEH :
“OBESITAS”
A. Definisi Obesitas
Overweight adalah berat badan melebih standar berat badan menurut tinggi
badan, meningkatnya otot tubuh atau jaringan lemak atau keduanya.
Obesitas adalah akumulasi jaringan lemak dibawah kulit yang berlebihan dan terdapat di
seluruh tubuh.Obesitas seringkali dihubungkan dengan overweight, walaupun tidak selalu
identik oleh karena obesitas mempunyai ciri ciri tersendiri.
Obesitas timbul sebagai akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran energi.
Bila energi dalam jumlah besar (dalam bentuk makanan) yang masuk ke dalam tubuh
melebihi jumlah yang dikeluarkan, maka berat badan akan bertambah dan sebagian besar
kelebihan energi tersebut akan di simpan sebagai lemak. Oleh karena itu, kelebihan
adipositas (obesitas) disebabkan masukan energi yang
melebihi pengeluaran energi. Untuk setiap kelebihan energi sebanyak 9,3 kalori yang
masuk ke tubuh, kira-kira 1 gram lemak akan disimpan. Lemak disimpan terutama di
aposit pada jaringan subkutan dan rongga intraperitoneal, walaupun hati dan jaringan
tubuh lainnya seringkali menimbun cukup lemak pada orang obesitas.
Perkembangan obesitas pada orang dewasa juga terjadi akibat penambahan jumlah
adiposit dan peningkatan ukurannya. Seseorang dengan obesitas yang ekstrem dapat
memiliki adiposit sebanyak empat kali normal, dan setiap adiposit memiliki lipid dua kali
lebih banyak dari orang yang kurus (Guyton, 2007).
B. Etiologi
Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan penting dalam
menentukan asupan makanan dan
metabolisme energi, gaya hidup dan faktor lingkungan dapat
berperan dominan pada banyak orang dengan obesitas. Diduga bahwa sebagian besar
obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional (Guyton,
2007 )
a. Genetik
Obesitas jelas menurun dalam keluarga. Namun peran genetik yang pasti untuk
menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan, karena anggota keluarga umumnya
memiliki kebiasaan makan dan pola aktivitas fisik yang sama. Akan tetapi, bukti
terkini menunjukkan bahwa 20-25% kasus obesitas dapat disebabkan faktor
genetik. Gen dapat berperan dalam obesitas dengan menyebabkan kelainan satu
2
atau lebih jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi serta
penyimpanan lemak. Penyebab monogenik (gen tunggal) dari obesitas adalah
mutasi MCR-4, yaitu penyebab monogenik tersering untuk obesitas yang
ditemukan sejauh ini, defisiensi leptin kongenital, yang diakibatkan mutasi gen,
yang sangat jarang dijumpai dan mutasi reseptor leptin, yang juga jarang ditemui.
Semua bentuk penyebab monogenik tersebut hanya terjadi pada sejumlah kecil
persentase dari seluruh kasus obesitas. Banyak variasi gen sepertinya
berinterakasi dengan faktor lingkungan
untuk mempengaruhi jumlah dan distribusi lemak (Guyton, 2007).
b. Aktivitas fisik
Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal ini
didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan
massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang
tidak adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan
adipositas. Oleh karena itu pada orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik
dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi
melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan (Guyton,
2007).
Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh.
Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor: 1) tingkat aktivitas dan olahraga
secara umum; 2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan
untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua faktor tersebut
metabolisme basal memiliki tanggung jawab duapertiga
dari pengeluaran energi orang normal. Meski aktivitas fisik hanya
mempengaruhi sepertiga pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi
bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran
yang sangat penting. Pada saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak
berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak
langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja
seharian akan mengalami penurunn metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan
aktifitas gerak akan menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat
kegiatan olahraga menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya
olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal
tubuh orang tersebut. Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan
tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu
mengatur berfungsinya metabolisme normal (Guyton, 2007).
c. Perilaku makan
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku
makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah
karena lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi
obesitas di negara maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baik
adalah psikologis, dimana perilaku makan agaknya dijadikan
sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku makan yang tidak baik pada masa
3
kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam
obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-
sel lemak yang baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama
kehidupan, dan makin besar kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula
jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak
cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti (Guyton, 2007).
d. Neurogenik
Telah dibuktikan bahwa lesi di nukleus ventromedial hipotalamus dapat
menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan menjadi obesitas.
Orang dengan tumor hipofisis yang menginvasi hipotalamus seringkali
mengalami obesitas yang progresif. Hal ini memperlihatkan bahwa, obesitas pada
manusia juga dapat timbul akibat kerusakan pada hipotalamus. Dua bagian
hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan
yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakkan nafsu makan (awal atau
pusat makan) dan hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas menintangi
nafsu makan (pemberhentian atau pusat kenyang). Dan hasil penelitian didapatkan
bahwa bila HL rusak/hancur maka individu menolak untuk makan atau minum,
dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum (diberi infus).
Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM, maka seseorang akan
menjadi rakus dan kegemukan. Dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian
ventromedial dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan
obesitas, serta terjadi perubahan yang nyata pada neurotransmiter di hipotalamus
berupa peningkatan oreksigenik
seperti NPY dan penurunan pembentukan zat anoreksigenik seperti leptin dan
α-MSH pada hewan obesitas yang dibatasi makannya (Guyton, 2007) .
e. Hormonal
Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus. Leptin
adalah sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang
bekerja melalui aktivasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan mengakibatkan
penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi. Insulin adalah anabolik hormon,
insulin diketahui berhubungan langsung dalam penyimpanan dan penggunaan
energi pada sel adiposa. Kortisol
adalah glukokortikoid yang bekerja dalam mobilisasi asam
lemak yang tersimpan pada trigliserida, hepatic glukoneogenesis, dan
proteolisis (Wilborn et al, 2005).
f. Dampak penyakit lain
Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit
lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah hypogonadism,
Cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma, craniophryngioma dan
gangguan lain pada hipotalamus. Beberapa anggapan menyatakan bahwa berat
badan seseorang diregulasi baik oleh
endokrin dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka sedikit saja
4
kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan
(Flieretal,2005).
Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada anak biasanya
timbul menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama anak wanita, selain berat
badan meningkat dengan pesat, juga pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat
(ternyata jika periksa usia tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang cepat tumbuh
dan matang itu akan mempunyai tinggi badan yang relative rendah dibandingkan dengan
anak yang sebayanya. Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita obesitas :
a. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif kecil
dengan jari –jari yang berbentuk runcing.
b. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil dengan dagu
yang berbentuk ganda.
c. Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan payudara yang
telah tumbuh pada anak pria keadaan demikian menimbulkan perasaan yang
kurang menyenangkan.
d. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul
lonceng, kadang – kadang terdapat strie putih atau ungu.
e. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan biasanya
pada biseb dan trisebnya
5
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri
punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan
pergelangan kaki).Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.Seseorang yang
menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan
dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan
mengeluarkan keringat yang lebih banyak.Sering ditemukan edema (pembengkakan
akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
F. Patofisiologi
6
obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan
nafsu makan (Jeffrey, 2009)
G. Pathway obesitas
Sesak nafas
7
H. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis OA biasanya dilakukan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik, tetapi
evaluasi radiografi juga diperlukan. Radiografi adalah sensitif dan murah sehingga dapat
dijadikan sebagai pemeriksaan rutin untuk OA (Siddiqui & Laborde, 2009).
Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan gizi.
Pada pemeriksaan antropometri tujuan yang hendak dicapai adalah:
1) Penapisan status gizi, yang diarahkan untuk orang dengan keperluan khusus.
2) Survei status gizi, yang ditujukan untuk memperoleh gambaran status gizi masyarakat pada saat
tertentu serta faktor yang berkaitan.
3) Pemantauan status gizi, yang digunakan untuk memberikan gambaran perubahan status gizi
dari waktu ke waktu.
Pemeriksaan antropometri dilakukan dengan mengukur ukuran fisik, seperti tinggi badan,
berat badan serta lingkar beberapa bagian tubuh tertentu.
I. Penatalaksanaan
a. Merubah gaya hidup
Diawali dengan merubah kebiasaan makan. Mengendalikan kebiasaan ngemil dan makan
bukan karena lapar tetapi karena ingin menikmati makanan dan meningkatkan aktifitas fisik pada
kegiatan sehari-hari. Meluangkan waktu berolahraga secara teratur sehingga pengeluaran kalori
akan meningkat dan jaringan lemak akan dioksidasi (Sugondo,2008).
b. Terapi Diet
Mengatur asupan makanan agar tidak mengkonsumsi makanan dengan jumlah kalori
yang berlebih, dapat dilakukan dengan diet yang terprogram secara benar. Diet rendah kalori
dapat dilakukan dengan mengurangi nasi dan makanan berlemak, serta mengkonsumsi
makanan yang cukup memberikan rasa kenyang tetapi tidak menggemukkan karena jumlah
kalori sedikit, misalnya dengan menu
yang mengandung serat tinggi seperti sayur dan buah yang tidak terlalu manis (Sugondo,
2008).
c. Aktifitas Fisik
Peningkatan aktifitas fisik merupakan komponen penting dari
program penurunan berat badan, walaupun aktifitas fisik tidak
menyebabkan penurunan berat badan lebih banyak dalam jangka waktu enam bulan. Untuk
penderita obesitas, terapi harus dimulai
8
secara perlahan, dan intensitas sebaiknya ditingkatkan secara bertahap. Penderita obesitas
dapat memulai aktifitas fisik dengan berjalan selama 30 menit dengan jangka waktu 3 kali
seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 3 kali
seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 5 kali
seminggu (Sugondo, 2008).
d. Terapi perilaku
Untuk mencapai penurunan berat badan dan mempertahankannya,
diperlukan suatu strategi untuk mengatasi hambatan yang muncul pada saat terapi diet dan
aktifitas fisik. Strategi yang spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan
aktifitas fisik, manajemen stress, stimulus control, pemecahan masalah, contigency management,
cognitive restructuring dan dukungan sosial (Sugondo,2008).
e. Farmakoterapi
Farmakoterapi merupakan salah satu komponen penting dalam program manajemen berat
badan. Sirbutramine dan orlistat merupakan obat-obatan penurun berat badan yang telah disetujui
untuk penggunaan jangka panjang. Sirbutramine ditambah diet rendah kalori dan aktifitas fisik
efektif menurunkan berat badan dan mempertahankannya. Orlistat menghambat absorpsi lemak
sebanyak 30 persen. Dengan pemberian orlistat, dibutuhkan penggantian
vitamin larut lemak karena terjadi malabsorpsi parsial (Sugondo,2008
9
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN OBESITAS
1. Pengkajian
Identitas Pasien
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
3. Pemerikasaan fisik
4. Pemeriksaan penunjang
10
Pola fungsi kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
11
Tgl. Pengkajian : 25-02-2020 No. Register : 09.009.xxx
I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama :Nn.Y Nama : Ny. X
Umur : 20 tahun Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Mahasiswi Pekerjaan : IRT
Pekerjaan :- Alamat : Jl. LidahWetan Jember
Gol. Darah :B Hubungan dengan Klien : Ibu
Alamat : JL. Lidah Wetan Jember
12
IV. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluhkan berat badannya semakin bertambah,klien mengalami kesusahan
untuk berdiri dan sesak nafas
B1 = RR : 32x/menit frekuensi pernapasan dapat meningkat karena penimbunan lemak
yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada. Hal ini dapat menekan
paru-paru, sehingga timbul gangguan pernapasan dan sesak nafas, meskipun klien hanya
melakukan aktivitas ringan. Gangguan pernafasan dapat terjadi pada saat tidur sehingga
dapat menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (sleep apnea)
B2 = Normal
B3 = Normal
B4 = kesulitan untuk berdiri pada saat duduk di lantai karena pelebaran abdomen dan
lipatan kulit.
B5 = Normal
B6 = kesulitan menggerakkan tubuhnya, klien cenderung malas untuk bergerak sehingga
lambat laun akan megalami kelemahan otot.
13
Genogram
82 th 60 th 70 th 62 th
Obesitas
45 th 58 th
20 th
28 th
= Laki-laki = Klien
= Tinggal serumah
14
= Perempuan
= Meninggal
Pola nutrisi – metabolic Pasien makan lebih dari 3x Pola makan pasien normal
sehari dengan porsi banyak kembali
dan terkadang pasien
memakan makanan
ringan,pasien selalu ingin
ngemil.
Pola eliminasi Pasien BAB dan BAK normal. Pasien BAB dan BAK
normal.
15
ADL Di Rumah
Di Rumah Sakit
Pola istirahat tidur Pasien lebih sering Klien lebih banyak tidur.
mengantuk dan pasien lebih
banyak tidur. Tidur 9 jam
dalam sehari.
16
ADL Di Rumah
Di Rumah Sakit
Pola konsep diri – persepsi diri Klien mengatakan bahwa Klien megatakan sudah
klien tidak mengganggu beberapa hari tidak
keluarga karena penyakit mengerjakan pekerjaan
yang dideritanya,tetapi rumah.
pekerjaan rumah yang
seharusnya ia kerjakan
terhambat karena berat
badannya.
Pola peran dan hubungan Hubungan klien dengan Hubungan klien dengan
keluarganya baik-baik saja. keluarga baik-baik saja klien
didukung oleh keluarga
untuk menurunkan berat
badannya.
17
ADL Di Rumah
Di Rumah Sakit
Pola pertahanan diri (koping Klien mengatakan jika stres Klien menghilangkan stres
toleransi stress) selalu curhat dengan dengan mendengarkan
keluarganya. musik,berbicara dengan
keluarga,menulis di buku
diary dan tidur.
Pola keyakinan dan nilai Klien beragama islam. Klien Klien tetap beribadah
mengatakan selalu beribadah meskipun susah berdiri.
meskipun saat berdiri susah.
18
ADL Di Rumah
Di Rumah Sakit
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Pasien tampak bersih,kesadaran composmentis(sadar sepenuhnya),pasien tampak
segar.
19
- Fungsi penghidu normal
G. Pemeriksaan Thoraks/dada
1. Inspeksi : bentuk simetris
2. Palpasi : tidak ada peradangan
3. Perkusi : -
4. Auskultasi : suara nafas bersih,terdapat suara tambahan(ronchi)
H. Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi : bentuk simetris
2. Palpasi : tidak ada benjolan
3. Perkusi : suara tympani
4. Auskultasi : bising usus (5x/menit)
J. Pemeriksaan Kulit/Integument
Kulit normal tidak ada masalah
K. Pemeriksaan Ekstremitas/Muskuloskeletal
Tidak ada oedem,tidak ada luka.
Tidak ada
ttd
20
( ALDA OKTAVIARANI )
ANALISIS DATA
DO :
Peningkatan berat badan
1. Sedikit kesulitan berjalan
2. TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
RR : 32x/menit Intoleransi aktivitas
RR = 32x/menit
21
3. DS : Perubahan fisik Gangguan Citra Tubuh
IMT : 56,25
22
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan mengugkapkan perasaan negatif tentang
perubahan tubuh.
PERENCANAAN
23
(Kode: hitungan
L.01004) 5. Hitungan ke
delapan
hembuskan
napas melalui
mulut dengan
perlahan.
6. Anjurkan
mengulangi
latihan 4-5 kali.
(Kode: I.01007)
24
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI)
Suhu :37oC
RespiratoryRate:32x/menit
Tinggi badan:160 cm
Berat badan:90 kg
25
negatif tentang baik dan benar tanpa
perubahan diet yang ekstrim.
tubuh. 09.10 6. Menjelaskan alternatif
yang baik dan benar
dalam diet positif agar
memenuhi berat badan
yang diharapkan oleh
klien.
EVALUASI
P : Intervensi dilanjutkan
26
tubuh. - N : 80x/menit
- BD : 90 kg
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
27