Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN REMAJA DENGAN MASALAH OBESITAS

Dosen pengampu : Edita puspitasari,m.kep


Disusun oleh
Nama : muhammad niko bagus saputro
Nim : 132021030005
Prodi : S1 keperawatan
Kelas : 2A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2022/2023
ASUHAN KEPERAWATAN REMAJA DENGAN MASALAH OBESITAS

A. DEFINISI

Obesitas adalah kondisi di mana lemak tubuh berada dalam jumlah yang
berlebihan. Kondisi ini disebut sebagai penyakit kronik yang bisa diatasi.
Obesitas juga berhubungan dengan penyakit-penyakit yang dapat menurunkan kualitas hidup
(Adriani, 2016). Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan
antara tinggi dan berat badan akibat kelebihan jaringan lemak dalam tubuh sehingga
terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2016).

Obesitas merupakan penyakit dengan etiologi yang sangat kompleks dan belum
sepenuhnya diketahui. Keadaan ini terjadi jika makanan sehari-harinya mengandung
energi yang melebihi kebutuhan anak yang bersangkutan (positive energy balance).
Meskipun gen berperan penting dalam menentukan asupan makanan dan metabolisme
energi, gaya hidup dan faktor lingkungan dapat berperan dominan pada banyak orang
dengan kejadian obes (Sangkoso, 2017).

Obesitas disebabkan adanya keseimbangan energi positif, sebagai akibat ketidakseimbangan


antara asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang
disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Obesitas merupakan penyakit multifaktorial
yang diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara
faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktivitas fisik, gaya hidup, sosial
ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu
dini pada bayi (Sumbono, 2016).

B. ETI0LOGI

Obesitas didefinisikan sebagai suatu kondisi akumulasi lemak yang tidak normal atau
berlebihan di jaringan adiposa sampai kadar tertentu sehingga dapat merusak kesehatan.
Faktor-faktor risiko yang dapat menpengaruhi terjadinya obesitas pada remaja adalah pola
makan, pola hidup, aktivitas fisik, faktor lingkungan, genetik, faktor kesehatan, psikis dan
obat-obatan hormonal

faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas pada remaja :


1. makanan cepat saji. Cepat saji (fast food) adalah makanan yang tersedia dalam waktu
yang cepat dikemas secara praktis dan siap disantap serta ukuran porsi yang besar dan
makanan yang mengandung tinggi kalori dan tinggi lemak, seperti fried chiken,
hamburger dan yang lainnya.
2. Obesitas diturunkan oleh keluarga bisa merupakan faktor genetik
3. faktor lingkungan juga memiliki pengaruh besar, yang mencakup perilaku gaya hidup
seperti asupan makan seseorang dan tingkat aktivitas fisik yang dilakukan
4. aktivitas fisik. Seperti kurangnya berolahraga bisa membuat lemak di dalam tubuh
menumpuk Status
5. Sosial Ekonomi Pendapatan individu/keluarga berpengaruh dalam pilihan makanan
sebagai asupan energi sehari-hari. Angka pendapatan besar mendorong membeli
makanan apa saja yang diinginkan. Obesitas juga sering dijadikan lambang
kemakmuran bagi suatu keluarga.
6. Psikologis
Ada hubungan yang signifikan antara gejala stress dengan kejadian obesitas. Hubungan
nyata positif antara kondisi mental emosional dengan kejadian obesitas. Hal ini di
sebabkan karena seseorang yang mengalami gejala stress cenderung mengkonsumsi
makanan dalam jumlah yang berlebih akibat adanya hormon kortisol yang
mengendalikan tubuh kita untuk terus makan.

C. PATOFISIOLOGI

Obesitas terjadi akibat gangguan dari mekanisme homeostasis yang mengontrol keseimbangan
energi dalam tubuh.
Jaringan lemak merupakan tempat penyimpanan energi yang paling besar menyimpan energi
dalam bentuk trigliserida melalui proses lipogenesis yang terjadi sebagai respons terhadap
kelebihan energi dan memobilisasi energi melalui proses lipolisis sebagai respon terhadap
kekurangan energi. Regulasi keseimbangan energi memerlukan sensor dari penyimpanan
energi di jaringan adiposa, mekanisme kontrol dari sistem pusat (hipotalamus) untuk integrasi
berikutnya, yang mana akan menentukan kebutuhan asupan makanan dan pengeluaran energi.

Hipotalamus berperan penting dalam proses inisiasi makan. Adanya


gangguan pada jalur sinyal “makan” mempengaruhi nucleus hipotalamikus medial sehingga
meningkatkan rasa lapar
Lipogenesis merupakan proses deposisi lemak dan meliputi proses sintesis asam lemak dan
kemudian sintesis trigliserida yang terjadi di hati pada daerah sitoplasma dan mitokondria dan
jaringan adiposa.
Lipolisis merupakan proses dekomposisi kimiawi dan penglepasan lemak dari jaringan lemak.
Enzim Hormone Sensitive Lipase (HSL) menyebabkan terjadinya hidrolisis trigliserida
menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak kemudian mengalami proses re-
esterifikasi, kemudian di lepas ke dalam sirkulasi darah, dibentuk menjadi ATP (Adenosin
Trifosfat) lalu dibawa kel sirkulasi darah yang kemudian akan menjadi sumber energi bagi
jaringan yang membutuhkan. Mobilisasi asam lemak dari jaringan lemak dihambat oleh
hormon insulin

D. PATHWAYS
E. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala yang di rasakan penderita penyakit obesitas pada remaja adalah sebagai
berikut :

1. Sulit tidur, posisi tidur yang kurang nyaman karena berat badan berlebih.
2. Mendengkur. Hal ini terjadi karen kandungan lemak yang terdapat di area
leher dapat mengganggu saluran pernapasan terutama ketika dalam posisi
telentang.
3. Nafas berhenti secara tiba-tiba saat tidur. Kondisi ini disebabkan oleh
tersumbatnya saluran nafas atau obstructive sleep apnea.
4. Nyeri punggung atau sendi. Kurangnya cairan dalam tubuh menyebabkan nyeri pada
sebagian anggota badan, temasuk dibagian punggung dan
persendian.
5. Sesak nafas. Lemak yang ada disekitar leher dan dada bisa menyebabkan
sesak nafas karena lemak membuat udara sulit mengalir dan masuk ke
paru-paru.
6. Berkeringat secara berlebih.
7. Ruam atau infeksi pada lipatan kulit. Gejala ini terjadi akibat perubahan
hormone yang mengakibatkan daerah leher atau lipatan tubuh menghitam dan timbul.
Lipatan ini cenderung mengalami kelembaban sehingga dapat menimbulkan bakteri dan
jamur yang dapat mengakibatkan ruam pada kulit bahkan infeksi kulit lainnya.
8. Sering mengantuk dan lelah.

F. PENATALAKSANAAN

Prinsip tata laksana gizi lebih dan obesitas pada anak adalah menerapkan pola makan yang
benar, aktivitas fisis yang benar,dan modifikasi perilaku dengan orangtua sebagai panutan.
Tujuan tata laksana gizi lebih dan obesitas pada anak harus disesuaikan dengan usia dan
perkembangan anak, penurunan berat badan mencapai 20% di atas berat badan ideal, serta pola
makan dan aktivitas fisis yang sehat dapat diterapkan jangka panjang untuk mempertahankan
berat badan tetapi tidak menghambat pertumbuhan dan perkembangan

a) Pola makan yang benar


Pemberian diet seimbang sesuai requirement daily allowances
(RDA) merupakan prinsip pengaturan diet pada anak gemuk
karena anak masih bertumbuh dan berkembang dengan metode
food rules, yaitu:30,36,61,62
1. Terjadwal dengan pola makan besar 3x/hari dan camilan
2x/hari yang terjadwal (camilan diutamakan dalam bentuk
buah segar), diberikan air putih di antara jadwal makan
utama dan camilan, serta lama makan 30 menit/kali
2. Lingkungan netral dengan cara tidak memaksa anak untuk
mengonsumsi makanan tertentu dan jumlah makanan
ditentukan oleh anak
3. Prosedur dilakukan dengan pemberian makan sesuai
dengan kebutuhan kalori yang diperoleh dari hasil perkalian
antara kebutuhan kalori berdasarkan RDA menurut height
age dengan berat badan ideal menurut tinggi badan
Langkah awal yang dilakukan adalah menumbuhkan motivasi anak
untuk ingin menurunkan berat badan setelah anak mengetahui
berat badan ideal yang disesuaikan dengan tinggi badannya,
diikuti dengan membuat kesepakatan bersama berapa target
penurunan berat badan yang dikehendaki.
b) Pola aktivitas fisik yang benar
Pola aktivitas yang benar pada anak dan remaja obes dilakukan
dengan melakukan latihan dan meningkatkan aktivitas harian
karena aktivitas fisis berpengaruh terhadap penggunaan energi.67,68
Peningkatan aktivitas pada anak gemuk dapat menurunkan
napsu makan dan meningkatkan laju metabolisme. Latihan
aerobik teratur yang dikombinasikan dengan pengurangan energi
akan menghasilkan penurunan berat badan yang lebih besar
dibandingkan hanya dengan diet saja.
Ilyas EI69 menyatakan bahwa latihan fisis yang diberikan pada
anak disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik,
kemampuan fisis, dan umurnya. Pada anak berusia 6-12 tahun
atau usia sekolah lebih tepat untuk memulai latihan fisis dengan
keterampilan otot seperti bersepeda, berenang, menari, karate,
senam, sepak bola, dan basket, sedangkan anak di atas usia 10
tahun lebih menyukai olahraga dalam bentuk kelompok. Aktivitas
sehari-hari dioptimalkan seperti berjalan kaki atau bersepeda ke
sekolah, menempati kamar tingkat agar naik dan turun tangga,
mengurangi lama menonton televisi atau bermain games
komputer, dan menganjurkan bermain di luar rumah
c) modifikasi perilaku
1. Pengawasan sendiri terhadap berat badan, masukan makanan,dan aktivitas
fisis,serta mencatat perkembangannya
2. Kontrol terhadap rangsangan/stimulus, misalnya pada saat menonton
3. televisidiusahakan untuk tidak makan karena menonton televisi dapat menjadi
pencetusmakan. Orangtua diharapkan dapat meniadakan semua stimulus di sekitar
anakyang dapat merangsang keinginan untuk makanMengubah perilaku makan,
misalnya belajar mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi, serta
mengurangi makanan camilan
4. Penghargaan, yaitu orangtua dianjurkan untuk memberikan dorongan, pujian
terhadap keberhasilan atau perilaku sehat yang diperlihatkan anaknya, misalnya
makan makanan menu baru yang sesuai dengan program gizi yang diberikan,
berat badan turun, dan mau melakukan olahraga
5. Pengendalian diri, misalnya dapat mengatasi masalah apabila
menghadapi rencana bepergian atau pertemuan sosial yang
memberikan risiko untuk makan terlalu banyak, yaitu dengan
memilih makanan yang berkalori rendah atau mengimbanginya
dengan melakukan latihan tambahan untuk membakar energi

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis obesitas ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
antropometri, dan deteksi dini komorbiditas melalui pemeriksaan penunjang mencakup
pemeriksaan laboratorium, pencitraan, ekokardiografi, dan respirometri sesuai dengan
indikasi.
a) Anamnesis
Anamnesis yang perlu ditanyakan pada pasien obesitas dapat berfokus pada pola hidup
sehari-hari. Pola makan seperti binge eating, purging disorder, kurangnya rasa kenyang,
night-eating syndrome dan kebiasaan makan abnormal lainnya perlu dideteksi. Pasien
dengan obesitas juga biasanya memiliki aktivitas fisik yang rendah. Tanyakan pada
pasien jenis olahraga apa yang pasien lakukan dan apakah dilakukan rutin atau tidak. Pola
hidup santai (sedentary lifestyle) juga dapat menjadi salah satu faktor risiko pada
obesitas.
Beberapa penyakit dapat berkaitan dengan obesitas sehingga perlu dideteksi saat
konseling. Penyakit yang dapat berkaitan dengan obesitas adalah diabetes mellitus,
penyakit kardiovaskular, hipertensi, dislipidemia, dan penyakit batu empedu.
Dan Hal lain seperti psikososial (depresi, diskriminasi, rendahnya rasa percaya diri,
persepsi negatif pada bentuk tubuh, stereotipe negatif, marginalisasi sosial, stigma
negatif, teasing dan bullying)
b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik lengkap pada obesitas harus dilakukan mulai dari pemeriksaan indeks
massa tubuh, lingkar pinggang, dan kadar lemak tubuh.
Pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan pada pasien obesitas adalah sebagai berikut :
• Kepala: wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap, pemeriksaan kelenjar
tiroid, hipertrofi tonsil pada pasien yang mengalami obstructive sleep apnea
• Kulit: rash intertriginosa akibat gesekan kulit, akne, hirsutisme, acanthosis
nigricans, dan skin tag
• Dada: membusung dengan payudara membesar, singkirkan kardiomegali dan
insufisiensi respirasi (wheezing dapat ditemukan terkait asma, sindrom
hipoventilasi obesitas)
• Abdomen: perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat, bedakan
striae distensae dengan striae berwarna pink yang luas akibat kelebihan kortisol,
singkirkan kemungkinan hepatomegali terkait non-alcoholic steatohepatitis,
evaluasi penyebab nyeri abdomen terkait gangguan refluks esofagus, penyakit
kandung empedu, non-alcoholic fatty liver disease/NAFLD
• Sistem reproduksi: evaluasi ciri seksual sekunder, mikropenis anak (penis dapat
berukuran normal yang terpendam dalam lemak suprapubik)
• Ekstremitas: evaluasi deformitas sendi, osteoarthritis, abnormalitas gait
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks Massa Tubuh (IMT) mudah digunakan dan dapat mengidentifikasi individu yang
memiliki kemungkinan overweight atau obesitas, namun pemeriksaan ini masih belum
sempurna sebagai penanda adipositas karena tidak mampu membedakan massa otot dan
lemak.
Lingkar Pinggang
Lingkar pinggang serta rasio lingkar perut terhadap lingkar pinggul (waist to hip
ratio/WHR), sebagai penanda obesitas sentral, dinilai memiliki korelasi lebih baik dengan
tampilan klinis, serta dapat digunakan sebagai prediktor mortalitas dan morbiditas
dibandingkan dengan IMT. International Diabetes Federation menetapkan cut-off lingkar
pinggang ≥ 90 cm pada pria dan ≥ 80 cm pada wanita untuk wilayah Asia Selatan, Cina,
dan Jepang.
klasifikasi Indeks masa tubuh (kg) internasional

Underwight <18,5

Normoweight 18,5-24,9

Overweight 25,0-29,9

Obesitas tingkat I 30,0-34,9

Obesitas tingkat II 35,0-39,9

Obesitas tingkat III >40


c) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk obesitas mencakup pemeriksaan dasar (profil lipid dan
fungsi hepar) dan pemeriksaan klinis yang sesuai dengan indikasi.
• Profil Lipid
Hasil pemeriksaan profil lipid yang mencakup kadar kolesterol puasa, trigliserida,
high-density lipoprotein cholesterol (HDL-C) pada pasien obesitas dapat normal
atau termasuk dislipidemia tipikal terkait sindrom kardiometaboli
• Fungsi Hepar
Fungsi hepar dapat ditemukan normal pada sebagian pasien obesitas. Namun,
adanya peningkatan kadar transaminase dapat mengindikasikan kondisi
steatohepatitis non alkoholik atau infiltrasi fatty liver.
• Fungsi Tiroid
Pemeriksaan fungsi tiroid digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan
hipotiroid primer yang ditandai dengan peningkatan serum tirotropin (Thyroid-
Stimulating Hormone/TSH), kadar tiroksin, dan/atau triiodothyronine normal atau
berkurang.
• Fungsi Ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal berupa ureum, kreatinin dan asam urat.
• Pemeriksaan Gula Darah dan Kadar Insulin
Setiap pasien dengan obesitas harus diskrining untuk diabetes. Pemeriksaan kadar
glukosa darah dan HbA1c merupakan skrining rutin pada pasien obesitas.
Peningkatan serum insulin dan C-peptide juga dapat ditemukan pada pasien
obesitas tetapi jarang digunakan untuk pemeriksaan skrining.
H. PENGKAJIAN

1. Data biologis meliputi


• Identitas klien
• Identitas penanggung
2. Riwayat kesehatan
• Riwayat kesehatan dahulu,Apakah dahulu si anak memiliki gangguan mutrisi
Riwayat kesehatan sekarang
• Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan
(berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan
keluhan lain yang menunjukan terjadinya gangguan kekurangan gizi.

• Riwayat keluarga
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas,pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan antara
keluarga, kultur dan
kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang
penyakit klien dan lain-lain

3. Pengkajian fisiK
• Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas. pendidikan
dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan anggota keluarga. kultur dan
kepercayaan, penlaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang
penyakit klien dan lain-laiN

I. DIAGNOSA
1. Obesitas b.d intake makanan yang berlebih
2. Intoleran aktivitas b.d kelebihan berat badan: obesitas
3. Ketidakefektifan pola nafas b.d obesitas

J. INTERVENSI
Diagnosa 1 : Obesitas b.d intake makanan yang berlebih.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Ketidakseimbangan nutrisi
lebih dapat teratasi.
Kriteria hasil :
a. Berat badan normal
b. Ketebalan lipatan kulit trisep normal
c. Persentil lingkar kepala normal
d. Persentil tinggi badan normal
e. Persentil berat badan dalam keadaan normal
Intervensi : (Manajemen Berat Badan)
a. Hitung berat badan ideal pasien
b. Diskusikan bersama keluarga pasien mengenai hubungan antara intake makanan,
latihan, peningkatan BB dan penurunan BB
c. Diskusikan bersama keluarga pasien mengenai kebiasaan, gaya hidup dan factor
herediter yang dapat mempengaruhi BB
d. Bantu pasien membuat perencanaan makan yang seimbang dan konsisten dengan
jumlah energi yang dibutuhkan setiap harinya.
e. Dorong pasien mengikuti diet yang memberikan kehilangan berat badan tanpa
mengganggu pertumbuhan, aktivitas normal, atau psikologik kesejahteraan.
Diagnosa 2 : Intoleran aktivitas b.d kelebihan berat badan: obesitas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan aktivitas pasien kembali
normal
Kriteria hasil :
a. Kemudahan bernapas ketika beraktifitas tidak terganggu
b. Kekuatan tubuh bagian atas tidak terganggu
c. Kekuatan tubuh bagian bawah tidak terganggu
d. Kemudahan dalam melakukan aktifitas Hidup Harian/ADL
Intervensi :(Terapi aktifitas)
a. Berkolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi
yang tepat
b. Bantu pasien untuk melakukan aktifitas dan pencapaian tujuan melalui aktifitas yang
konsisten dengan kemampuan fisik, fisiologis dan social.
c. Dorong aktifitas kreatif yang tepat
d. Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi kelemahan dalam level aktifitas
tertentu
e. Bantu pasien dan keluarga memantau perkembangan pasien terhadap pencapaian
tujuan
Diagnosa 3 : Ketidakefektifan pola nafas b.d obesitas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas pasien menjadi
efektif
Kriteria hasil :
a. Penggunaan otot bantu nafas tidak ada
b. Gangguan ekspirasi tidak ada
c. Dispneu dengan aktifitas rinngan tidak ada
d. Mendengkur tidak ada
Intervensi : (Bantuan ventilasi)
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas.
b. Posisikan untuk meringankan dipsneu
c. Monitor ttv
d. Bantu dalam hal perubahan posisi dengan sering dan tepa
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/454533344/ASKEP-OBESITAS-PADA-ANAK
https://repository.poltekkes-smg.ac.id//index.php?p=show_detail&id=19878
https://repository.poltekkes-smg.ac.id//index.php?p=show_detail&id=19878
https://samoke2012.wordpress.com/2018/09/19/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-
pielonefritis/

Anda mungkin juga menyukai