Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR


MENGENAI PENYAKIT OBESITAS DAN PENGENDALIANNYA

NAMA : DEBBY NATALIA GIRI


NIM : 2111080004
MATA KULIAH : EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK
MENULAR
SEMESTER : II (DUA)
PROGRAM STUDI : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

TAHUN 2022
A. PENGERTIAN

Obesitas adalah akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang menyebabkan resiko
terhadap kesehatan dibandingkan komponen tubuh lainnya. Hingga saat ini obesitas
masih menjadi masalah kesehatan yang sulit diatasi. World Health Organization
(WHO) melaporkan pada tahun 2015 angka obesitas wanita 14,7% dan laki-laki
10,8%. Di tahun 2016 ditemukan lebih dari 650 juta orang dewasa mengalami
obesitas, yang secara keseluruhan terdapat 13% populasi obesitas dewasa didunia
terdiri atas wanita 15% dan laki-laki 11%. Asupan energi yang berlebihan dengan
pengeluaran energi dalam bentuk aktivitas fisik yang rendah atau kombinasi dari
kedua faktor tersebut menyebabkan obesitas.

Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan atau abnormal yang dapat
menggangu kesehatan (WHO,2017). Obesistas juga didefinisikan sebagai
ketidakseimbangan antara pemasukan jumlah makanan yang lebih besar daripada
pemakaian energi. Penyebab utama terjadinya obesitas yaitu ketidakseimbangan
antara asupan energi dengan pengeluaran energi (Betty, 2004). Obesitas adalah
kondisi yang ditandai gangguan keseimbangan energi tubuh yaitu terjadi
keseimbangan energi positif yang akhirnya disimpan dalam bentuk lemak di jaringan
tubuh (Nelm, et, al 2011). Sehingga obesitas adalah terjadinya penumpukan lemak
dalam tubuh yang abnormal dalam kurun waktu yang lama dan dikatakan obesitas bila
nilai Z-scorenya >2SD berdasarkan IMT/U umur 5-18 tahun (Kemenkes, 2010).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) ditahun 2013 terdapat 15,4% prevalensi
obesitas IMT ≥ 27,0 secara nasional. Penduduk Sumatera Utara obesitas sebanyak
18,1%. Pada laki-laki dewasa (>18 tahun) di tahun 2013 sebanyak 19,7% dan
perempuan dewasa (>18 tahun) sebanyak 32,9 % mengalami peningkatan dari tahun
2007 dan 2010. Pada orang obesitas sering tidak menyadari bahwa dirinya makan
secara berlebihan, maka diukur Indeks Massa Tubuh (IMT) yang disesuaikan dengan
asupan energi dari konsumsi makan.

2
B. ETIOLOGI PENYEBAB

Ketidakseimbangan energi menjadi suatu keadaan kompleks yang disebabkan perilaku


makan berlebihan, kurang aktivitas atau keduanya yang secara terus-menerus akan
mengalami peningkatan berat badan. Kebutuhan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
berlebih dalam per hari dan tidak langsung dibakar dengan aktivitas energi maka akan
diubah menjadi lemak kemudian ditimbun didalam sel lemak dibawah kulit. Dengan
semakin bertambahnya usia mempermudah resiko untuk mengalami overweight atau
obesitas yang tiba-tiba oleh proses penuaan yang normal. Pengaruh diet dalam
mengkonsumsi makanan mengandung lemak yang relatif banyak menimbulkan
peningkatan pasif asupan energi.

o Faktor – faktor yang Mempengaruhi Obesitas

Obesitas disebabkan dua faktor secara langsung dan tidak langsung. Adapun
sebagai berikut pengaruh terkuat dari faktor secara langsung diantaranya :
1. Pola Makan
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
makanan dengan maksud tertentu, seperti mempertahankan kesehatan, status
nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Suatu pola makan
yang baik diatur nutrien yang terkandung dalam makanan, pengaruh metabolic
serta penyakit yang ditimbulkan.
Zat gizi pada setiap makanan akan diserap diusus yang berfungsi untuk
menghasilkan energi dan memelihara jaringan. Makanan yang mengandung
tinggi karbohidrat dan lemak menghasilkan energi dalam menjalankan
aktivitas dan terjadinya obesitas. Selain itu peran zat gizi guna tumbuh
kembang otak ke arah optimal. Dari arah sumber makanan terkandung
karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral yang menyokong kebutuhan
tubuh dan kehidupan sehari-hari.

Semua jenis makanan akan dicatat di tabel metode Food Recall 24 jam dan
jumlah bahan makanan dan diminum selama 24 jam yang memberikan energi
pada tubuh individu yang dilakukan pada 1 hari sebelum penelitian. Data
bersifat kuantitatif dengan menanyakan asupan makanan menggunakan
Ukuran Rumah Tangga (URT) secara teliti. Pengukuran sebaiknya dilakukan

3
beberapa kali dihari yang berbeda (tidak berturut-turut) melainkan pada hari
kerja dan hari libur demi meninggkatkan mutu recall. Pelaksanaan metode
Food Recall 24 jam tidak terlalu membebani responden, mudah dan tidak
mahal. Keberhasilan recal ditentukan oleh daya ingat responden, kemampuan
motivasi dan kesabaran responden serta pengkonversian bahan makanan
menghasilkan energi menggunakan nutri survey atau perhitungan AKG yang
ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) 75 tahun 2013
sebaiknya memiliki AKG cukup dari >100% bila lebih akan menyebabkan
obesitas.

2. Aktivitas Fisik

Aktifitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka yang
memerlukan pengeluaran energi termasuk aktivitas yang dilakukan saat
bekerja, bermain, melakukan pekerjaan rumah tangga, bepergian, dan terlibat
dalam kegiatan rekreasi. Sudah dibuktikan bahwa ketidakaktifan seseorang
dalam beraktivitas menjadi faktor resiko 6% kematian secara global. Dalam
mencegah timbunan lemak yang berlebih diharapkan meningkatkan kegiatan
berolahraga atau aktivitas sehari-hari. Banyaknya energi diperlukan aktivitas
fisik yang bervariasi bergantung banyak otot yang bergerak, lama pekerjaan
dan beratnya kegiatan yang dilakukan.

Individu yang tidak aktif secara fisik mempunyai alasan dalam menghabiskan
waktu seperti berjam-jam menonton TV, melakukan pekerjaan didepan
komputer, kegiatan santai lainnya sebagai perilaku sedentari. Saat melakukan
pergerakan ke tempat yang terjangkau individu tersebut juga tidak ingin
bergerak melainkan mengandalkan mobil atau motor. Perilaku sedentari
merupakan perilaku individu yang kurang menunjukkan pergerakan pada otot-
otot tubuh. Perilaku pergerakan tubuh yang minimal akan mengeluarkan
energi yang seminimal mungkin juga tanpa memiliki makna berarti.

Untuk seluruh kelompok usia, WHO mengusulkan agar melakukan aktivitas


fisik dengan jumlah kegiatan yang minimun sebagai langkah awal
meningkatkan kesehatan dibandingkan tidak melakukan aktivitas. fakt
Selanjutnya secara bertahap ditingkatkan frekuensi, durasi, intensitas serta

4
penjadwalan waktu kegiatan yang dilakukan. Dari strategi aktivitas fisik yang
kecil membuat individu dapat semakin banyak bergerak dan berguna
mengurangi berat badan sebagai pencegahan dan pengendalian penyakit tidak
menular.

Dalam mempertahankan ketahanan fisik, Centers for Disease Control and


Prevention (CDC) dan American College of Sport Medicine (ACSM)
merekomendasikan melakukan aktifitas fisik dengan frekuensi 3- 5x/ minggu
dan durasi 20-60 menit. Diperlukan adaptasi tubuh terhadap intensitas tahapan
aktivitas fisik berupa pemanasan dan pendinginan. Aktivitas yang biasanya
dilakukan individu tergolong dari ringan, sedang dan berat. Faktor yang
mempengaruhi aktifitas tersebut terdapat dari jumlah asupan energi yang
didapati dari konsumsi makanan.

Untuk perhitungan indicator kategori, digunakan kriteria Global Physical


Activity Questionnaire (GPAQ) WHO yaitu total waktu yang dihabiskan
dalam melakukan aktivitas fisik selama 1 minggu. Tingkatan aktivitas fisik
yang disarankan untuk mengklasifikasikan populasi tinggi, sedang dan rendah
melalui kriteria sebagai berikut :

1. Tinggi

Aktivitas fisik tinggi adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran


tenaga yang cukup banyak (pembakaran kalori) sehingga nafas jauh lebih
cepat dari biasanya. Aktivitas kategori tinggi yaitu basket, sepak bola,
berenang, angkat beban, aerobic, lari marathon, bela diri. Melakukan
kombinasi aktivitas fisik yang dalam 7 hari dengan intensitas ≥ 3000
(Metabolic Equivalent) MET-menit/minggu.

2. Sedang
Aktivitas fisik sedang adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan

pengeluaran tenaga cukup besar dengan kata lain adalah bergerak yang
menyebabkan nafas sedikit lebih cepat dari biasanya. Aktivitas yang termasuk
dalam kategori aktivitas sedang yaitu bersepeda, Menari, Menaiki tangga, tenis

5
meja, berlari kecil, menyapu lantai, mencuci baju atau piring dan jalan cepat.
Melakukan kombinasi aktivitas fisik yang dalam 7 hari dengan intensitas >
3000-600 MET-menit/minggu.

3. Rendah
Aktivitas fisik rendah adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
menggerakkan tubuh dengan gerakan terbatas sehingga memiliki aktivitas
kurang atau tidak aktif. Aktivitas yang termasuk dalam kategori rendah yaitu
berjalan kaki, menonton televisi, mengetik, membersihkan kamar, duduk.
Melakukan kombinasi aktivitas fisik yang dalam 7 hari dengan intensitas <
600 MET- menit/minggu

Pada orang dewasa berusia 18-64 tahun aktivitas fisik yang dipilih sesuai
kondisi, aktivitas fisik yang diminati, atau latihan fisik yang bervariasi
menjadikan kualitas kesehatan bertambah baik dari keadaan sebelumnya
melalui pemakaian energi. Semakin tua usia individu akan menjaga aktivitas
dan kebutuhan tubuhnya dengan menggurangi aktivitas agar tidak terjadi
lemas bahkan pingsan. Orang dewasa usia 18-64 tahun harus melakukan
aktivitas fisik aerobik intensitas tinggi selama 75 menit, sedang selama 150
menit perminggu agar meningkatkan kebugaran kardiorespirasi, kesehatan
tulang dan otot, mengurangi resiko obesitas dan depresi. Diusia ini diperlukan
aktivitas fisik yang perlu diperhatikan guna mengantisipasi proses degeneratif.

Selain itu dari faktor tidak langsung hanya sedikit pengaruhnya yaitu:

a. Faktor Hormon
Dengan pemasukan makanan memicu terjadinya pelepasan hormon-hormon
pada saluran cerna. Hormon ghrelin yang dihasilkan sel oksintik lambung
merangsang neuropeptida Y (NPY) dan agouti- related protein (AgRP) terjadi
efek anabolik akan meningkatkan nafsu makan dan menurunkan keinginan
untuk beraktivitas. Kadar NPY dipengaruhi oleh jumlah asupan yang banyak
mengandung lemak. Kolesistokinin merupakan hormon yang dihasilkan
duodenum dengan mengaktivasi α-melanocyte-stimulating hormone (α-MSH)
dan cocain-and amphetamine-regulated transcript (CART) yang
menghasilkan efek katabolik di hipotalamus. Jaringan adiposa yang aktif

6
mensekresi leptin, adiponektin, tumor nekrosis factor α (TNF- α), interleukin-6
(IL-6) dan resistin. Peningkatan leptin pada jaringan adiposa menyebabkan
retensi insulin yang beresiko kardiovaskular dan sindrom metabolik. makan
dalam beberapa menit sebelum makan, dari aroma makanan akan memberikan
signal ke otak untuk mempersiapkan pemecahan dan penyerapan makanan
disaluran cerna. Hormon yang berperan sebagai fungsi metabolik berperan
juga memberikan signal pada otak dalam proses homeostasis energi dalam
tubuh.

b. Faktor Lingkungan

Kebiasaan individu yang minuman beralkohol, konsumsi fast food dan junk
food, serta bahan tambahan makanan membuat perubahan pada tubuh individu
yang tidak disadari. Individu lebih menyukai makanan cepat saji yang segera
dimakan sambil berjalan atau berdiri. Junk food dan fast food terdiri atas
nutrisi yang terbatas dengan kandungan garam, pemanis buatan, pewarna,
pengawet, antioksidan dan penyedap rasa atau penguat rasa yang kandungan
vitamin dan protein atau mineralnya rendah.

Pola makan mencakup jumlah, jenis, jadwal makan, dan pengolahan bahan
makanan. Jumlah asupan energi yang berlebih secara kronis akan
menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas. Jenis makanan dengan
kepadatan energi yang tinggi (banyak mengandung lemak, gula, serta kurang
mengandung serat) turut menyebabkan ketidakseimbangan energi (Gibney,
2009). Jadwal makan yang tidak teratur, tidak sarapan, dan suka mengemil
sangat berhubungan dengan kejadian obesitas. Teknik pengolahan makanan
dengan menggunakan minyak yang banyak, santan kental, dan banyak gula
berisiko terhadap peningkatan asupan energi.

Pola Aktivitas Fisik, pola aktivitas fisik sedentary (kurang gerak)


menyebabkan energi yang dikeluarkan tidak maksimal sehingga meningkatkan
risiko obesitas. Beberapa hal yang mempengaruhi berkurangnya aktivitas fisik
antara lain adanya berbagai fasilitas yang memberikan berbagai kemudahan
yang menyebabkan aktivitas fisik menurun. Faktor lainnya adalah adanya
kemajuan teknologi diberbagai bidang kehidupan yang mendorong masyarakat

7
untuk menjalani kehidupan yang tidak memerlukan kerja fisik yang berat. Hal
ini menjadikan jumlah penduduk yang melakukan pekerjaan fisik sangat
terbatas menjadi semakin banyak (Moehyi, 1997).

c. Faktor Genetik

Faktor genetik adalah faktor keturunan yang berasal dari orang tuanya.
Menurut penelitian, anak-anak dari orang tua yang mempunyai berat badan
normal ternyata mempunyai 10% risikoobesitas. Bila salah satu orang tuanya
menderita obesitas, maka peluang itu meningkat menjadi 40–50%. Dan bila
kedua orang tuanya menderita obesitas maka peluang faktor keturunan
menjadi 70–80% (Purwati, 2001). Berdasarkan penelitian Nugraha 2010,
pencetus obesitas dari faktor genetik 30%, namun demikian faktor keturunan
sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab obesitas.

Perilaku pola makan dan aktivitas yang tidak teratur pada orang tua menurun
pada anak yang dipangaruhi oleh gen dengan kebiasaan diet dan gaya hidup
yang sama. Gen juga akan membuat pengaturan pusat makan menjadi
abnormal.

d. Obat-Obatan

Obat-obatan seperti steroid, antipsikotik dan anti depresan. Obat-obatan jenis


steroid yang sering digunakan dalam jangka waktu yang lama untuk terapi
asma, osteoartritis dan alergi dapat menyebabkan nafsu makan yang
meningkat sehingga meningkatkan risiko obesitas.

Obat-obatan yang mengandung hormon untuk meningkatkan kesuburan dan


sebagai alat kontrasepsi berisiko menyebabkan penumpukan lemak dalam
tubuh sehingga dapat menimbulkan obesitas.

8
C. GEJALA OBESITAS

Secara umum obesitas dapat ditandai dengan gangguan pernafasan yang disebabkan
oleh adanya penimbunan lemak di bawah diafragma dan di dalam dinding dada yang
dapat menekan paru-paru. Gangguan pernafasan dapat terjadi walaupun melakukan
aktivitas ringan dan terjadi pada saat tidur yang menyebabkan terhentinya pernafasan
untuk sementara waktu (tidur apneu) sehingga pada siang hari sering mengantuk.
Menurut Irwan (2016) obesitas dapat dikenali dengan tanda dan gejala sebagai
berikut:

1. Dagu rangkap
2. Leher relatif pendek
3. Dada yang mengembung dengan payudara yang membesar mengandung lemak
4. Perut membuncit dan dinding perut berlipat-lipat
5. Kedua tungkai umumnya berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam
saling menempel sehingga menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat
menimbulkan bau tidak sedap

 Melakukan penilaian secara visual dan anamnesis

Anamnesis (wawancara) terkait obesitas untuk mencari tanda atau gejalayang dapat
membantu menentukan apakah seseorang mengalami atau berisiko obesitas:

1. Adanya keluhan seperti mendengkur (snoring) dan nyeri pinggul


2. Gaya hidupyaitu pola/kebiasaan makan dan aktivitas fisik (baik di rumah,
sekolah, kantor, transportasi ke tempat kerja, waktu luang)
3. Riwayat keluarga yaitu orang tua dengan kelebihan berat badan dan obesitas.
4. Riwayat mengonsumsi obat-obatan seperti obat untuk menggemukkan badan,
terapi hormonal tertentu, steroid, dll.
5. Riwayat sosial/psikologis misalnya stres.
6. Riwayat berat badan sebelumnya.

9
D. IMT (INDEKS MASA TUBUH)

Obesitas dapat ditentukan dengan menggunakan penghitungan IMT (Indeks Masa


Tubuh) untuk melihat status gizi pada orang dewasa yang berhubungan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT dapat ditentukan melalui perhitungan
perbandingan berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam satuan meter dengan
rumus sebagai berikut (Boediman, 2009) :

Pengukuran IMT ini tidak dapat dilakukan pada orang hamil, binaragawan, edema,
dan ascites.

 Pengukuran Lingkar Pinggang


IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT bukan merupakan
indikator terbaik untuk obesitas. Selain IMT, metode lain untuk pengukuran
antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang. Internasional

10
Diabetes Federation (IDF) mengeluarkan kriteria ukuran lingkar pinggang
berdasarkan etnis (Alberti, 2005).

E. DAMPAK OBESITAS

 Dampak Metabolik
Lingkar pinggang pada ukuran tertentu (pria > 90 cm dan wanita > 80cm) akan
berisiko meningkatkan sitokin pro inflamasi yang berdampak pada peningkatkan
trigliserida dan penurunan kolesterol HDL, serta meningkatkan tekanan darah.
Keadaan ini disebut dengan sindroma metabolik. Apabila dibiarkan akan berkembang
menjadi gangguan metabolisme glukosa yang ditandai dengan peningkatan glukosa
darah puasa 101 mg/dl - 125 mg/dl, dan atau peningkatan glukosa darah
sewaktu/setelah makan antara 141 mg/dl - 199 mg/dl. Biasanya pada keadaan ini telah
terjadi gangguan pada pembuluh darah,jika dibiarkan akan berkembang menjadi DM
tipe 2.
 Dampak Penyakit Lain
Distribusi lemak yang berlebih akibat ketidakseimbangan energi menyebabkan
perubahan fisiologis tubuh dan meningkatkan resiko kematian. Penderita obesitas
memiliki resiko kematian yang lebih besar dibandingkan orang dengan berat badan
rata-rata. Dibalik obesitas akan mengganggu kerja organ lain akibat suplai lemak yang
berlebih sehingga menimbulkan penyakit yang mengancam kehidupan seperti

11
diabetes tipe 2, penyakit jantung yang terdapat perubahan volume darah total serta
fungsi jantung. Ada juga penyakit yang terjadi disebabkan obesitas ke kesehatan
lainnya seperti penyakit low back pain, artritis, infertilitas dan psikososial menurun.
F. UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

1) Upaya Pencegahan Obesitas Yang Dapat Dilakukan :

 Penuhi Asupan Protein Harian

Memenuhi asupan protein harian dapat meningkatkan metabolisme tubuh. Jika


jumlahnya mencukupi, metabolisme dapat meningkat hingga 80–100 kalori per hari.
Mencukupi asupan protein dalam tubuh dapat membuat kamu merasa kenyang lebih
lama, sehingga nafsu makan akan menurun. Bukan itu saja, energi dapat tubuh akan
lebih optimal untuk beraktivitas.

 Hindari Makanan Olahan

Menghindari makanan olahan yang mengandung tinggi gula, lemak, dan kalori sangat
disarankan untuk obesitas pada remaja. Kamu juga perlu
menghindari karbohidrat olahan, seperti tepung putih, roti putih, nasi putih, soda, kue
kering, pasta, dan sereal dalam kemasan. Bukan hanya karbohidrat olahan saja, kamu
perlu menghindari makanan yang mengandung karbohidrat sederhana, karena akan
menyebabkan lonjakan gula darah dengan cepat.

 Batasi Asupan Gula

Mengonsumsi makanan atau minuman dengan tambahan guna dapat memicu


sejumlah penyakit berbahaya, seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan kanker.
Oleh karena itu, kamu perlu meminimalkan asupan gula tambahan untuk memperbaiki
pola makan. Kamu juga perlu menghindari minuman bersoda, jus buah kemasan, serta
alkohol.

 Cukupi Waktu Tidur Dan Cairan Dalam Tubuh

Mencukupi waktu tidur adalah salah satu kunci kestabilan berat badan. Jika kurang
waktu tidur, kamu akan lebih mudah mengalami kegemukan. Selain mencukupi waktu
tidur, kamu juga perlu mengonsumsi banyak air putih. Mengonsumsi 0,5 liter air putih

12
dapat meningkatkan kalori yang dibakar oleh tubuh, yaitu sebanyak 24–30 persen
selama satu jam setelah mengonsumsinya. 

 Lakukan Diet Rendah Karbohidrat

Diet rendah karbohidrat sangat efektif untuk menurunkan berat badan. Membatasi
konsumsi karbohidrat akan membuat kamu lebih banyak mengonsumsi lemak sehat
(HDL) dan protein. Hal tersebut dapat mengurangi nafsu makan, sehingga kamu tidak
akan mengonsumsi makanan secara berlebihan. Jika dilakukan secara teratur, kamu
akan mengalami penurunan berat badan hingga tiga kali lebih besar.

 Makan Secara Perlahan

Makan terlalu cepat akan membuat tubuh lambat menyadari jika sudah kenyang.
Makan terburu-buru menjadi salah satu penyebab kegemukan, ketimbang mereka
yang mengonsumsi makanan secara perlahan. Mengunyah makanan secara perlahan
akan membantu kamu mengonsumsi lebih sedikit kalori serta meningkatkan hormon
yang memicu penurunan berat badan.

 Lakukan Aktivitas Fisik

Rekomendasi latihan fisik untuk obesitas saat ini (ACSM’s guidelines for exercise

testing and prescription 9th edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2014) yang
mengacu rekomendasi dari ACSM (American College of Sports Medicine) bersama
AHA (American Heart Association) adalah latihan fisik aerobik yang mengerakkan
otot-otot besar tubuh (misal jalan cepat sesuai intensitas yang dituju (jadi bukan jalan
santai), bersepeda, jogging, berenang, atau senam aerobik benturan rendah (low
impact), rowing/dayung dengan alat dayung dilakukan dengan frekuensi 3-5 kali per
minggu, intensitas sedang, dengan durasi latihan (tanpa pemanasan dan pendinginan)
30-60 menit . Terapkan prinsip latihan fisik yang variatif, seimbang dan tidak
berlebihan

13
2) Upaya pengendalian Obesitas

Pemberdayaan masyarakat terkait pengendalian obesitas dapat dilakukan melalui


berbagai kegiatan seperti :

 Senam jantung sehat


 Senam osteoporosis
 Penerapan CERDIK
 POSBINDU PTM deteksi faktor risiko penyakit tidak menular, turunkan berat
badan dapatkan hidup sehat
 Gerakan Nasional Tekan Laju Obesitas (GENTAS)
 Turunkan berat badan dapatkan hidup sehat
 Aplikasi Ayo Cek Gizi
 Aplikasi Bye Bye Big
 Pembentukan komunitas pencinta olah raga
 Kampanye gizi seimbang
 Kampanye makan sayur dan buah
 Bergabung dengan komunitas lari (indoruner) yang ada di masyarakat.
 Bisa ikut berjalan, bersepeda (fun bike) dan berlari di area taman atau car free day
(CFD).
 Mulai bergabung dengan even-even lari (fun run/run to heart) yang banyak
berkembang di masyarakat.
 Aktif bergabung dengan komunitas sesama obesitas dan saling menguatkan satu
dengan yang lain.
 Biasakan bawa makan siang sendiri (berupa rebus-rebusan) dan bawa botol
minum sendiri berisi air putih.
 Berpikir positif.
 Buat target terukur untuk kelipatan 3 bulan dalam ber-aktivitas fisik contoh
(dalam 3 bulan ikut lari 5 km sampai finish), 3 bulan berikutnya ikut lagi dengan
catatan waktu lebih baik, dst. (di harapkan ada peningkatan per 3 bulan).

14
 Buat komunitas makan sehat dan aktivitas fisik, serta lakukan bersama-sama
secara rutin. (bisa kopi darat sehat atau gabung di grup media sosial seperti
facebook, instagram, tweeter, whatsapp, telegram, dan lain lain)

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Pengendalian Penyakit Tidak Menular.2015.Pedoman Umum Pengendalian


Obesitas.Kementrian Kesehatan RI.

Husnul,Abdi.2020.”11 cara mencegah dan menghindari obesitas, perhatikan pola


makan ”, https://hot.liputan6.com/read/4344701/11-cara-mencegah-dan-menghindari-
obesitas-perhatikan-pola-makan, diakses pada 18 Mei 2022 pada pukul 14.18

Kementrian Kesehatan RI.2017.Panduan Pelaksana Gerakan Nusantara Tekan Angka


Obesitas (GENTAS).

Putu Suiraoka.Pencegahan Dan Pengendalian Obesitas Pada Anak.2015.Jurnal Ilmu


Gizi Volume 1 Nomor 6.Denpasar

15

Anda mungkin juga menyukai