Amirullil Alamin, Fajar Hidayat, Hanif Jihan, Saepul Aziz Al-Haq, Sofyan Hadi,
Sukamsi, Tohari, Syifa Paujiah, Wardah Jaziroh
Prodi Hukum Tata Negara Fakultas Syari’ah, Istitut Agama Islam Al-Zaytun
Indonesia
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Berat badan lebih dan obesitas sering dihubungkan dengan aktivitas fisik.
Hal ini bukan terkait masalah banyaknya mengkonsumsi makanan tetapi juga
kurangnya aktivitas fisik yang dapat meningkatkan resiko kelebihan berat badan.
Orang yang kurang melakukan aktivitas fisik juga cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja
lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus
memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada ateri (Abaa, Polii, &
Wowor, 2017). Sedangkan obesitas dapat mempengaruhi otot jantung dan
beberapa mekanisme. Dimana keberadaanya sendiri dapat menyebabkan chonic
volume overload dan terjadinya peningkatan curah jantung. Obesitas sendiri
terjadi karena beberapa faktor seperti genetik, metabolisme, perilaku, budaya dan
lingkungan. Pengeluaran energi yang kurang ditambah dengan konsumsi makanan
tinggi kalori, memyebabkan keseimbangan energi positif yang ditandai dengan
peningkatan rata-rata berat badan. (Mauliza, 2018)
Obesitas merupakan kondisi lemak tubuh yang didasarkan pada nilai Indeks
Massa Tubuh (IMT). Asupan makanan berlebih akan disimpan sebagai cadangan
energi dalam bentuk lemak yang dalam jangka panjang mengakibatkan cadangan
lemak ditimbun semakin banyak dalam tubuh yang menyebabkan obesitas.
Kondisi abnormal kelebihan lemak yang serius dalam jaringan adiposa juga dapat
mengganggu kesehatan. Obesitas secara klinis dinyatakan dalam bentuk IMT ≥ 25
kg/m2. Kegemukan ataupun obesitas merupakan faktor risiko kejadian penyakit
degeneratif seperti diabetes melitus tipe 2, hipertensi, kardiovaskular, dan kanker
(Kurdanti, Suryani, & Syamsiatun, 2015)
Ilmu gizi adalam ilmu yang mempelajari proses makanan sejak masuk ke
mulut sampai dicerna, dan diolah dalam suatu sistem metabolisme menjadi zat-zat
kehidupan dalam darah dan dalam sel-sel tubuh membentuk jaringan dan organ-
organ tubuh dengan fungsinya masing-masing dalam suatu sistem, sehingga
menghasilkan pertumbuhan, perkembangan, kecerdasan, dan produktivitas
sebagai syarat dicapainya derajat kesehatan yang optimal. Sedangkan status gizi
adalah ukuran mengenai kondisi tubuh manusia. Maka untuk mengetahuinya
diperlukan pengukuran salah satunya denggan Indeks Massa Tubuh (IMT), yakni
degan rumus IMT = berat badan (BB) : tinggi badan (TB) (m2). Dengan kategori;
< 17.0 Kurus (kurang berat badan berat), 17.0-18,5 kurus (kurang berat badan
ringan), 18,5-25.0 normal, 25.0-27.0 gemuk (Overweight), > 27.0 gemuk
(obesitas) menurut DEPKES RI. Sedangkan kategori IMT menurut Kemenkes
2013 yakni; < 18,5 Kurus/Kurang, 18,5-24,9 Normal, 25.0-27.0 Overweight, dan
> 27 Obesitas (Fajar & AMG)
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan BB ideal yaitu
diketahui menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT didapat dengan
cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). Nilai
IMT yang didapat tidak tergantung pada umur dan jenis kelamin. IMT dapat
digunakan untuk menentukan seberapa besar seseorang dapat terkena resiko
penyakit tertentu yang disebabkan karena berat badannya. (Utari & Agustini,
2007). Dengan begitu tujuan utama penanggulangan overweight dan obesitas
dapat diukurmencapai berat badan normal dengan mempertimbangkan
pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan perilaku efektif dalam
penanggulangan obesitas yang terdiri dari perubahan perilaku, modifikasi diet dan
modifikasi kebiasaan aktifitas fisik. Rekomendasi mengurangi asupan kalori, lebih
banyak konsumsi serat, membatasi gula dan lemak serta olahraga 30 menit perhari
(jalan/ aerobik). Upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan pendidikan gizi
pada remaja SMA dengan kelebihan berat badan dengan harapan dapat
memperbaiki keadaan gizi yang lebih baik dan pengetahuan yang diperoleh masih
dapat diingat pada masa dewasa. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh
intervensi pendidikan gizi terhadap peningkatan pengetahuan gizi, perubahan
asupan zat gizi (Tingkat Kecukupan Energi, Tingkat Kecukupan Protein,
persentase asupan karbohidrat, persentase asupan lemak dan asupan serat) dan
Indeks Massa Tubuh remaja dengan kelebihan berat badan. (Proverawati, Atikah,
Wati, & Erna , 2011)
Berbagai penelitian membuktikan bahwa pernyakit kronik berkaitan erat
dengan obesitas. American Heart Association menyatakan bahwa gaya hidup
tidak aktif merupakan faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Sementara
gaya hidup tidak aktif atau tingkat aktivitas yang rendah merupakan salah satu
faktor utama terjadinya obesitas, selain faktor asupan kalori yang berlebihan.
Prosentase lemak viseral dan indeks massa tubuh (IMT) merupakan indikator
faktor risiko penyakit jantung koroner. Prosentase lemak viseral dapat diprediksi
dari lingkar pinggang. Karena itu sebagai upaya prevensi dan promosi terhadap
masalah kesehatan, terutama terhadap penyakit jantung koroner, pemantauan
ukuran lingkar pinggang dan IMT perlu dilakukan secara berkala. (Candrawati,
2011)
Saat ini penyakit kronik tersebut merupakan penyebab terbesar morbiditas
dan mortalitas di seluruh dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun
2005 menyebutkan bahwa 61% kematian disebabkan oleh karena penyakit kronik.
Diperkirakan pada tahun 2030 jumlahnya dapat meningkat sampai 70% karena
gaya hidup yang tidak sehat. Berbagai penelitian membuktikan bahwa penyakit
kronik berkaitan erat dengan obesitas. American Heart Association menyatakan
bahwa gaya hidup tidak aktif merupakan faktor risiko utama penyakit jantung
koroner (Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2008).
Sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan
terjangkau pelayanan kesehatan. Hipertensi juga merupakan penyebab kematian
ke-3 di Indonesia pada semua umur dengan proporsi kematian 6,8%. Profil
Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2014, penderita penyakit hipertensi
seluruhnya mencapai 31377 orang. Di Kota Manado, jumlah penderita hipertensi
sebanyak 3256 orang, dan Kota Manado menepati urutan ke-4 dari 15 kota dan
kabupaten di Sulawesi Utara yang memiliki penderita hipertensi terbanyak.
(Kementrian Kesehatan RI, 2017)
Berdasarkan Studi Pendahuluan yang telah dipaparkan maka perlu
mengetahui gambaran Indeks Massa Tubuh, karena memiliki pengaruh pada
kesehatan tubuh. Dalam hal inilah penulis mengambil bahasan Gambaran Indeks
Massa Tubuh Mahasiswa Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Al Zaytun
Indonesia Tahun Ajaran 2021/2022
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat kuantitatif analitik observasional dengan jenis design studi
penampang analitik (cross–sectional analytic). Populasi dalam peneltian ini
adalah seluruh Mahasiswa Fakultas Syariah Institut Agama Islam Al Zaytun
Indonesia yang berjumlah 109 mahasiswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan
cara systematic random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara dengan menggunakan kuesioner dan data antropometri dengan
melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan pada mahasiswa untuk
menentukan IMT. Analisa data yang digunakan adalah chisquare dan uji regresi
logistik..
1. Jumlah Responden
Tabel 1. Distribusi Frekuensi IMT/BMI Mahasiswa Fakultas Syari’ah IAI Al-Aziz Tahun Ajaran
2021-2022
Tabel 2. Distribusi Frekuensi IMT/BMI Mahasiswa Fakultas Syariah IAI Al-Azis Tahun Ajaran
2021-2022, Berdasarkan keseluruhan Jumlah Mahasiswa
Frekuen
IMT/BMI %
si
Normal 67 61.5
Sangat Kurus 3 2.8
Kurus 10 9.2
Sangat Gemuk 20 18.3
Gemuk 9 8.3
Total 109 100
Tabel 3. Distribusi Frekuensi IMT/BMI Mahasiswa Fakultas Syariah Semester 6 angkatan 7 IAI
Al-Azis Tahun Ajaran 2021-2022, Berdasarkan Jenis Kelamin Laki – Laki
Frekuen
IMT/BMI %
si
Normal 43 68.3
Sangat Kurus 1 1.6
Kurus 2 3.2
Sangat Gemuk 10 15.9
Gemuk 7 11.1
Total 63 100
Berdasarkan Tabel 3, Jenis Kelamin laki-laki Mahasiswa Semester 6
Fakultas Syariah ditemukan sebanyak 43 orang atau 68,3% memiliki IMT dengan
kategori Normal, sebanyak 1 orang atau 1,6% memiliki IMT dengan kategori
Sangat Kurus ( Kekurangan BB tingkat berat), dan sebanyak 2 atau 3,2% jenis
laki-laki Mahasiswa Semester 6 Fakultas Syariah memiliki IMT/BMI dengan
kategori Kurus (kekurangan BB tingkat ringan), sebanyak 10 orang atau 15,9%
memiliki IMT dengan kategori Sangat Gemuk (kelebihan BB tingkat Berat),
sebanyak 7 atau 11,1% memiliki IMT dengan kategori Gemuk (kelebihan BB
tingkat ringan).
Tabel 4. Distribusi Frekuensi IMT/BMI Mahasiswa Semester 6 Fakultas Syariah Angkatan 7 IAI
Al-Azis Tahun Ajaran 2021-2022, Berdasarkan Jenis Kelamin Perempuan
Frekuen
IMT/BMI %
si
Normal 24 52.2
Sangat Kurus 2 4.3
Kurus 8 17.4
Sangat Gemuk 10 21.7
Gemuk 2 4.3
Total 46 100
Status gizi dewasa berdasarkan IMT, menurut provinsi pada tahun 2017,
apabila dihitung secara nasional kategori normal memperoleh frekuensi terbanyak
dengan presentase 54,6% (Direktorat Gizi Masyarakat, 2018). Didukung dengan
penelitian Nurmasyita, Widjanarko, & Margawati (2015) mengenai hubungan gizi
dengan IMT yang menyatakan intervensi pendidikan gizi kelebihan berat badan
dapat meningkatkan pengetahuan gizi dan kemudian pegetahuan gizi yang
dimiliki dapat berpengaruh terhadap perilaku dalam memilih dan mengkosumsi
makanan yang memenuhi syarat kebutuhan zat gizi individu. Maka pengetahuan
gizi kelebihan berat badan akan berdampak pada penurunan IMT kelebihan berat
badan sehingga kondisi gizi dapat menjadi lebih baik. Maka dalam penghitungan
IMT kategori normal merupakan kriteria yang paling banyak didapatkan oleh
setiap individu seperti yang didapati pada penelitian ini.
Didukung dengan hasil penelitian Abaa, Polii, & Wowor (2017) Dalam
penelitiannya tentang gambaran indeks massa tubuh menunjukan hasil bahwa 1
(2,1%) underweight, 11 (22,9%) overweight, 6 (12,5%) obese I, 3 (6,3%) obese II,
dan 27 (56,2%) normal. Kategori normal memiliki frekuensi terbanyak dari total
48 responden, yang memiliki kesamaan dengan penelitian ini, dimana kategori
normal memperoleh frekuensi terbanyak. Namun kriteria yang digunakan dalam
penelitian tersebut menggunakan standar dari organisasi kesehatan dunia (WHO).
Hasil penelitian Dauly & Akbar (2021) tentang distribusi frekuensi dan
presentase IMT Mahasiswa FK UISU dari tahun 2017 sampai 2019 jika ditotalkan
maka memperoleh temuan kelebihan berat badan tingkat berat ditemukan ada 21
(12,8%) responden dimana kategori tersebut menjadi yang terbanyak setelah
kategori normal dengan 124 (72,5%) responden. Maka dapat dilihat kategori
kelebihan berat badan temasuk kategori yang banyak dialami seseorang dalam
pengitungan IMT.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Abaa, Y. p., Polii, H., & Wowor, P. M. (2017). Gambaran Tekanan Darah, Indeks
Massa Tubuh, dan Aktivitas Fisik Pada Mahasiswa Kedokteran Umum
Angkatan Tahun 2014. e-Biometik, 1-6.
Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Bagiastra, N., & Griadhi, N. A. (2019). Model Pengaturan Anti Obesitas Dalam
Rangka Penguatan Serta Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat
Indonesia. Ilmu Sosial dan Humaniora, 242-249.
Candrawati, S. (2011). Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik Dengan Indek Massa
Tubuh (IMT) Dan Lingkar Pingang Mahasiswa. Keperawatan Soedirman,
112-118.
Dauly, N. S., & Akbar, S. (2021). Hubungan Durasi Tidur Dengan IMT (Indeks
Massa Tubuh)Yang Dipengaruhi Oleh Jenis Kelamin Pada Mahasiswa FK
UISU. Kedokteran STM, 10-16.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Laporan Nasional Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Diani, Y. H. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Obesitas Pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. Ilmiah
Widya, 1-5.
Direktorat Gizi Masyarakat. (2018). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun
2017. Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Fajar, S. A., & AMG. (n.d.). HANDBOOK Buku Saku Gizi. Bandung: S.A.F.
Harahap, H., Widodo, Y., & Mulyati, S. (2005). Penggunaan Berbagai CUT-FF
Indeks Massa Tubuh Sebagai Indikator Obesitas Terkait Penyakit
Degeneratif Di Indonesia. Gizi Indon, 1-12.
Heriansyah, T. (2014). Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Jumlah
Circulating Endothelial Cell. Kedokteran Syiah Kuala, 1-6.
Hermawan, B. V., Susanti, R., & Windayanti, H. (2019). Gambaran Indeks Massa
Tubuh Mahasiswa DIV Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Ngudi Waluyo Tahun Ajaran 2018/2019. Ilmu Kesehatan, 1-11.
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kurdanti, W., Suryani, I., & Syamsiatun, N. H. (2015). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian obesitas pada remaja. . Gizi Klin Indonesia, 179-
190.
Lasabuda, T., Mowor, P. M., & Mewo, Y. (2015). Gambaran Indeks Massa Tubuh
(IMT) Jama'ah Mesjid Al-Fatah Malalayang. e-Biomedik, 794-797.
Mauliza. (2018). Obesitas Dan Pengaruhnya Terhadap Kardiovaskular. Averrous,
1-10.
Moyoyo, B., & Pangemanan, M. (2020). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Status
Gizi Di SMP Nasional Mogoyunggung. Olympus Jurusan PKR, 29-34.
Nurmasyita, Widjanarko, B., & Margawati, A. (2015). Pengaruh Intervensi
Pendidikan Gizi Terhadap peningkatan Pengetahuan Gizi, Perubahan
Asupan Zat Gizi, dan Indeks Massa Tubuh Remaja Kelebihan Beat Badan.
Gizi Indonesia, 38-46.
Proverawati, Atikah, Wati, & Erna , K. (2011). Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan
Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Utari , & Agustini. (2007). Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tingkat
Kesegaran Jasmani pada Anak Usia 12-14 Tahun. Tesis.