Anda di halaman 1dari 12

GAMBARAN INDEKS MASA TUBUH MAHASISWA FAKULTAS

SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM AL ZAYTUN INDONESIA


TAHUN AJARAN 2021/2022

Amirullil Alamin, Fajar Hidayat, Hanif Jihan, Saepul Aziz Al-Haq, Sofyan Hadi,
Sukamsi, Tohari, Syifa Paujiah, Wardah Jaziroh

Prodi Hukum Tata Negara Fakultas Syari’ah, Istitut Agama Islam Al-Zaytun
Indonesia

ABSTRAK

Menurut UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yang dimaksud kesehatan


adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Tingkat kesehatan seseorang dipengaruhi beberapa faktor di antaranya bebas dari
penyakit atau cacat, keadaan sosial ekonomi yang baik, keadaan lingkungan yang
baik, dan status gizi juga baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Indek
Masa Tubuh Mahasiswa Fakultas Syariah Institut Agama Islam Al Zaytun
Indonesia Tahun Ajaran 2021-2022. Penelitian ini bersifat analitik dengan
menggunakan pendekatan penelitian Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini
Mahasiswa Fakultas Syariah Institut Agama Islam Al Zaytun Indonesia yang
berjumlah 109 orang dengan teknik pengambilan sampel stratified random
sampling. Pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner.Hasil Penelitian
menunjukan 61,5% Indek Masa Tubuh Mahasiswa Fakultas Syariah Institut
Agama Islam Al Zaytun Indonesia tahun ajaran 2021/2022 Normal. Perubahan
gaya hidup, perubahan lingkungan sosial dan fisik, terutama akibat perubahan
tempat tinggal mempengaruhi pola makan dan aktivitas fisik di kalangan
mahasiswa.
Kata Kunci: IMT, Mahasiswa Fakultas syari’ah

PENDAHULUAN

Berat badan lebih dan obesitas sering dihubungkan dengan aktivitas fisik.
Hal ini bukan terkait masalah banyaknya mengkonsumsi makanan tetapi juga
kurangnya aktivitas fisik yang dapat meningkatkan resiko kelebihan berat badan.
Orang yang kurang melakukan aktivitas fisik juga cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja
lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus
memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada ateri (Abaa, Polii, &
Wowor, 2017). Sedangkan obesitas dapat mempengaruhi otot jantung dan
beberapa mekanisme. Dimana keberadaanya sendiri dapat menyebabkan chonic
volume overload dan terjadinya peningkatan curah jantung. Obesitas sendiri
terjadi karena beberapa faktor seperti genetik, metabolisme, perilaku, budaya dan
lingkungan. Pengeluaran energi yang kurang ditambah dengan konsumsi makanan
tinggi kalori, memyebabkan keseimbangan energi positif yang ditandai dengan
peningkatan rata-rata berat badan. (Mauliza, 2018)

Obesitas merupakan kondisi lemak tubuh yang didasarkan pada nilai Indeks
Massa Tubuh (IMT). Asupan makanan berlebih akan disimpan sebagai cadangan
energi dalam bentuk lemak yang dalam jangka panjang mengakibatkan cadangan
lemak ditimbun semakin banyak dalam tubuh yang menyebabkan obesitas.
Kondisi abnormal kelebihan lemak yang serius dalam jaringan adiposa juga dapat
mengganggu kesehatan. Obesitas secara klinis dinyatakan dalam bentuk IMT ≥ 25
kg/m2. Kegemukan ataupun obesitas merupakan faktor risiko kejadian penyakit
degeneratif seperti diabetes melitus tipe 2, hipertensi, kardiovaskular, dan kanker
(Kurdanti, Suryani, & Syamsiatun, 2015)

Moyoyo & Pangemanan (2020) dalam penelitianya menggunakan uji


korelasi Product Moment dengan bantuan SPSS 22.0. Kaidah yang digunakan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel yaitu jika r hitung >
r2 (0,05) maka dinyatakan ada hubungan antara dua variabel namun sebaliknya
jika r hitung < r2 (0,05) maka dua variabel tersebut dinyatakan tidak ada
hubungan. Hasil uji korelasi Product Moment menunjukkan 0,405 > 0,05 yang
berarti tingkat hubungan cukup kuat. Hasil tersebut diperoleh menunjukkan
bahwa hubungan aktivitas fisik dengan status gizi adalah cukup kuat sehingga
masalah aktivitas fisik yang dilakukan siswa mempengaruhi status gizinya. Hal itu
juga menunjukkan bahwa masalh kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan siswa
termasuk sebagai faktor penentu baik buruknya status gizi. Jadi siswa yang sering
melakukan aktivitas fisik secara teratur memiliki status gizi yang baik.

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia.


Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan
perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya produktifitas kerja dan daya
tahan tubuh yang berakibat meningkatnya angka kesakitan dan kematian.
Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu sejak janin masih didalam
kandungan, bayi, anak–anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut. Gizi
mempunyai peran besar dalam daur kehidupan. (Almatsier, 2009)

Ilmu gizi adalam ilmu yang mempelajari proses makanan sejak masuk ke
mulut sampai dicerna, dan diolah dalam suatu sistem metabolisme menjadi zat-zat
kehidupan dalam darah dan dalam sel-sel tubuh membentuk jaringan dan organ-
organ tubuh dengan fungsinya masing-masing dalam suatu sistem, sehingga
menghasilkan pertumbuhan, perkembangan, kecerdasan, dan produktivitas
sebagai syarat dicapainya derajat kesehatan yang optimal. Sedangkan status gizi
adalah ukuran mengenai kondisi tubuh manusia. Maka untuk mengetahuinya
diperlukan pengukuran salah satunya denggan Indeks Massa Tubuh (IMT), yakni
degan rumus IMT = berat badan (BB) : tinggi badan (TB) (m2). Dengan kategori;
< 17.0 Kurus (kurang berat badan berat), 17.0-18,5 kurus (kurang berat badan
ringan), 18,5-25.0 normal, 25.0-27.0 gemuk (Overweight), > 27.0 gemuk
(obesitas) menurut DEPKES RI. Sedangkan kategori IMT menurut Kemenkes
2013 yakni; < 18,5 Kurus/Kurang, 18,5-24,9 Normal, 25.0-27.0 Overweight, dan
> 27 Obesitas (Fajar & AMG)

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan BB ideal yaitu
diketahui menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT didapat dengan
cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). Nilai
IMT yang didapat tidak tergantung pada umur dan jenis kelamin. IMT dapat
digunakan untuk menentukan seberapa besar seseorang dapat terkena resiko
penyakit tertentu yang disebabkan karena berat badannya. (Utari & Agustini,
2007). Dengan begitu tujuan utama penanggulangan overweight dan obesitas
dapat diukurmencapai berat badan normal dengan mempertimbangkan
pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan perilaku efektif dalam
penanggulangan obesitas yang terdiri dari perubahan perilaku, modifikasi diet dan
modifikasi kebiasaan aktifitas fisik. Rekomendasi mengurangi asupan kalori, lebih
banyak konsumsi serat, membatasi gula dan lemak serta olahraga 30 menit perhari
(jalan/ aerobik). Upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan pendidikan gizi
pada remaja SMA dengan kelebihan berat badan dengan harapan dapat
memperbaiki keadaan gizi yang lebih baik dan pengetahuan yang diperoleh masih
dapat diingat pada masa dewasa. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh
intervensi pendidikan gizi terhadap peningkatan pengetahuan gizi, perubahan
asupan zat gizi (Tingkat Kecukupan Energi, Tingkat Kecukupan Protein,
persentase asupan karbohidrat, persentase asupan lemak dan asupan serat) dan
Indeks Massa Tubuh remaja dengan kelebihan berat badan. (Proverawati, Atikah,
Wati, & Erna , 2011)
Berbagai penelitian membuktikan bahwa pernyakit kronik berkaitan erat
dengan obesitas. American Heart Association menyatakan bahwa gaya hidup
tidak aktif merupakan faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Sementara
gaya hidup tidak aktif atau tingkat aktivitas yang rendah merupakan salah satu
faktor utama terjadinya obesitas, selain faktor asupan kalori yang berlebihan.
Prosentase lemak viseral dan indeks massa tubuh (IMT) merupakan indikator
faktor risiko penyakit jantung koroner. Prosentase lemak viseral dapat diprediksi
dari lingkar pinggang. Karena itu sebagai upaya prevensi dan promosi terhadap
masalah kesehatan, terutama terhadap penyakit jantung koroner, pemantauan
ukuran lingkar pinggang dan IMT perlu dilakukan secara berkala. (Candrawati,
2011)
Saat ini penyakit kronik tersebut merupakan penyebab terbesar morbiditas
dan mortalitas di seluruh dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun
2005 menyebutkan bahwa 61% kematian disebabkan oleh karena penyakit kronik.
Diperkirakan pada tahun 2030 jumlahnya dapat meningkat sampai 70% karena
gaya hidup yang tidak sehat. Berbagai penelitian membuktikan bahwa penyakit
kronik berkaitan erat dengan obesitas. American Heart Association menyatakan
bahwa gaya hidup tidak aktif merupakan faktor risiko utama penyakit jantung
koroner (Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2008).
Sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan
terjangkau pelayanan kesehatan. Hipertensi juga merupakan penyebab kematian
ke-3 di Indonesia pada semua umur dengan proporsi kematian 6,8%. Profil
Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2014, penderita penyakit hipertensi
seluruhnya mencapai 31377 orang. Di Kota Manado, jumlah penderita hipertensi
sebanyak 3256 orang, dan Kota Manado menepati urutan ke-4 dari 15 kota dan
kabupaten di Sulawesi Utara yang memiliki penderita hipertensi terbanyak.
(Kementrian Kesehatan RI, 2017)
Berdasarkan Studi Pendahuluan yang telah dipaparkan maka perlu
mengetahui gambaran Indeks Massa Tubuh, karena memiliki pengaruh pada
kesehatan tubuh. Dalam hal inilah penulis mengambil bahasan Gambaran Indeks
Massa Tubuh Mahasiswa Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Al Zaytun
Indonesia Tahun Ajaran 2021/2022

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat kuantitatif analitik observasional dengan jenis design studi
penampang analitik (cross–sectional analytic). Populasi dalam peneltian ini
adalah seluruh Mahasiswa Fakultas Syariah Institut Agama Islam Al Zaytun
Indonesia yang berjumlah 109 mahasiswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan
cara systematic random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara dengan menggunakan kuesioner dan data antropometri dengan
melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan pada mahasiswa untuk
menentukan IMT. Analisa data yang digunakan adalah chisquare dan uji regresi
logistik..

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Jumlah Responden

Tabel 1. Distribusi Frekuensi IMT/BMI Mahasiswa Fakultas Syari’ah IAI Al-Aziz Tahun Ajaran
2021-2022

Jenis Kelamin Frekuensi %


Laki – Laki 63 57.8
Perempuan 46 42.2
Jumlah 109 100

Berdasarkan Tabel 1. Distribusi Frekuensi IMT/BMI Semester 6


Mahasiswa Fakultas Syariah Angkatan 7 IAI Al-Azis Tahun Ajaran 2021-2022,
Sejumlah 109 Atau 100%, dan Sejumlah 63 atau 57,8% mahasiswa berjenis laki-
laki, dan 46 atau 42,2% mahasiswa berjenis perempuan.

2. Gambaran indeks massa tubuh mahsiswa Fakultas Syariah Angkatan 7 IAI


Al-Azis Tahun Ajaran 2021-2022

Tabel 2. Distribusi Frekuensi IMT/BMI Mahasiswa Fakultas Syariah IAI Al-Azis Tahun Ajaran
2021-2022, Berdasarkan keseluruhan Jumlah Mahasiswa

Frekuen
IMT/BMI %
si
Normal 67 61.5
Sangat Kurus 3 2.8
Kurus 10 9.2
Sangat Gemuk 20 18.3
Gemuk 9 8.3
Total 109 100

Berdasarkan Tabel 2. Berdasarkan tabel 2, Mahasiswa Semester 6 Fakultas


Syariah ditemukan sebanyak 67 orang atau 61,5% memiliki IMT dengan kategori
Normal, sebanyak 3 orang atau 2,8% memiliki IMT dengan kategori Sangat
Kurus ( Kekurangan BB tingkat berat), dan sebanyak 10 atau 9,2% Mahasiswa
Semester 6 Fakultas Syariah memiliki IMT/BMI dengan kategori Kurus
(kekurangan BB tingkat ringan), sebanyak 20 orang atau 18,3% memiliki IMT
dengan kategori Sangat Gemuk (kelebihan BB tingkat Berat), sebanyak 9 orang
atau 8,3% memiliki IMT dengan kategori Gemuk (kelebihan BB tingkat ringan).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi IMT/BMI Mahasiswa Fakultas Syariah Semester 6 angkatan 7 IAI
Al-Azis Tahun Ajaran 2021-2022, Berdasarkan Jenis Kelamin Laki – Laki

Frekuen
IMT/BMI %
si
Normal 43 68.3
Sangat Kurus 1 1.6
Kurus 2 3.2
Sangat Gemuk 10 15.9
Gemuk 7 11.1
Total 63 100
Berdasarkan Tabel 3, Jenis Kelamin laki-laki Mahasiswa Semester 6
Fakultas Syariah ditemukan sebanyak 43 orang atau 68,3% memiliki IMT dengan
kategori Normal, sebanyak 1 orang atau 1,6% memiliki IMT dengan kategori
Sangat Kurus ( Kekurangan BB tingkat berat), dan sebanyak 2 atau 3,2% jenis
laki-laki Mahasiswa Semester 6 Fakultas Syariah memiliki IMT/BMI dengan
kategori Kurus (kekurangan BB tingkat ringan), sebanyak 10 orang atau 15,9%
memiliki IMT dengan kategori Sangat Gemuk (kelebihan BB tingkat Berat),
sebanyak 7 atau 11,1% memiliki IMT dengan kategori Gemuk (kelebihan BB
tingkat ringan).

Tabel 4. Distribusi Frekuensi IMT/BMI Mahasiswa Semester 6 Fakultas Syariah Angkatan 7 IAI
Al-Azis Tahun Ajaran 2021-2022, Berdasarkan Jenis Kelamin Perempuan

Frekuen
IMT/BMI %
si
Normal 24 52.2
Sangat Kurus 2 4.3
Kurus 8 17.4
Sangat Gemuk 10 21.7
Gemuk 2 4.3
Total 46 100

Berdasarkan Tabel 4, Jenis Kelamin perempuan Mahasiswa Semester 6


Fakultas Syariah ditemukan sebanyak 24 orang atau 52,2 % memiliki IMT dengan
kategori Normal, sebanyak 2 orang atau 4,3% memiliki IMT dengan kategori
Sangat Kurus ( Kekurangan BB tingkat berat), dan sebanyak 8 atau 17,4% jenis
perempuan Mahasiswa Semester 6 Fakultas Syariah memiliki IMT/BMI dengan
kategori Kurus (kekurangan BB tingkat ringan), sebanyak 10 orang atau 21,7%
memiliki IMT dengan kategori Sangat Gemuk (kelebihan BB tingkat Berat),
sebanyak 2 atau 4,3% memiliki IMT dengan kategori Gemuk (kelebihan BB
tingkat ringan).

Status gizi dewasa berdasarkan IMT, menurut provinsi pada tahun 2017,
apabila dihitung secara nasional kategori normal memperoleh frekuensi terbanyak
dengan presentase 54,6% (Direktorat Gizi Masyarakat, 2018). Didukung dengan
penelitian Nurmasyita, Widjanarko, & Margawati (2015) mengenai hubungan gizi
dengan IMT yang menyatakan intervensi pendidikan gizi kelebihan berat badan
dapat meningkatkan pengetahuan gizi dan kemudian pegetahuan gizi yang
dimiliki dapat berpengaruh terhadap perilaku dalam memilih dan mengkosumsi
makanan yang memenuhi syarat kebutuhan zat gizi individu. Maka pengetahuan
gizi kelebihan berat badan akan berdampak pada penurunan IMT kelebihan berat
badan sehingga kondisi gizi dapat menjadi lebih baik. Maka dalam penghitungan
IMT kategori normal merupakan kriteria yang paling banyak didapatkan oleh
setiap individu seperti yang didapati pada penelitian ini.

Didukung dengan hasil penelitian Hermawan, Susanti, & Windayanti (2019)


Dalam penelitiannya tentang gambaran indeks massa tubuh menunjukan hasil
bahwa 1 (1,5%) gemuk tingkat berat, 4 (6,2%) gemuk tingkat ringan, 5 (7,7%)
kurus tingkat berat, 18 (27,7%) kurus tingkat ringan, dan 37 (56,9%) normal.
Kategori normal memiliki frekuensi terbanyak dari total 65 responden, yang
memiliki kesamaan dengan penelitian ini, dimana kategori normal memperoleh
frekuensi terbanyak.

Didukung dengan hasil penelitian Abaa, Polii, & Wowor (2017) Dalam
penelitiannya tentang gambaran indeks massa tubuh menunjukan hasil bahwa 1
(2,1%) underweight, 11 (22,9%) overweight, 6 (12,5%) obese I, 3 (6,3%) obese II,
dan 27 (56,2%) normal. Kategori normal memiliki frekuensi terbanyak dari total
48 responden, yang memiliki kesamaan dengan penelitian ini, dimana kategori
normal memperoleh frekuensi terbanyak. Namun kriteria yang digunakan dalam
penelitian tersebut menggunakan standar dari organisasi kesehatan dunia (WHO).

Penghitugan IMT dengan kategori normal dapat dianggap sebagai seorang


yang sehat diman sistem retikuloendotelial dapat mengeliminasi jumlah sel
endotel yang terlepas (CEC) sehingga jumlahnya menjadi minimal. Sedangkan
pada seorang dengan kategori overweight dan obese memiliki resiko terjadinya
hiperlipidemia. Yang dapat memicu terjadinya dislipedemia yang memiliki kaitan
erat dengan patofisiologi kerusakan dinding darah (Heriansyah, 2014). Indonesia
merupakan salah satu dari 10 negara dengan tingkat obesitas tertinggi di dunia.
Tingginya tikat obesitas disebabkan oleh beberapa faktor, dan peran paling besar
yang mempengaruhi obesitas yakni faktor genetik. Memiliki kerabat obesitas
akan meningkatkan resiko seseorang untuk obesitas (Diani, 2018).

Obesitas adalah Penumpukan lemak tubuh yang terjadi pada seseorang


secara berlebih. Sehingga mempengaruhi berat badan hingga jauh diatas normal
dan dapat membahayakan kesehatan. Sedangkan overweight (kelebihan berat
badan) adalah keadaan dimana berat badan seseorang melebihi dengan
mebandingkan pada umur, tinggi badan, lingkat pingang ataupun lingkar panggul
(Harahap, Widodo, & Mulyati, 2005). Bahayanya obesitas terhadap kesehatan
perlu diperhatikan, dimana kategori sangat gemuk (kelebihan berat badan)
ditemukan menjadi kategori kedua terbanyak setelah kategori normal yang
dialami mahasiswa fakultas syari’ah tahun ajaran 2021/2022. Yang dapat dilihat
dari jumlah keseluruhan ditemukan 20 (18,3%) memiliki kategori sangat gemuk,
dan dapat dilihat pula apabila dilihat berdasarkan jenis kelamin kategori sangat
gemuk menjadi kategori terbanyak setelah kategori normal, yakni pada mahasiswa
laki-laki kategori sangat gemuk ditemukan ada 10 (15,9%) responden dan
mahasiswa perempuan kategori perempuan ditemukan ada 10 (21,%) responden.

Masalah gizi yang berlebih dalam manifestasinya perlu mendapatkan


perhatian, karena dapat menimbulakan obesitas yang merupakan keadaan
berlebihnya lemak tubuh secara absolut maupun relatif. Data menunjukan di
Amerika serikat pada orang dewasa berumur 20 tahun atau lebih, sebesar 32%
pada pria dan 35% pada wanita terjadinya prevelensi obesitas (Lasabuda, Mowor,
& Mewo, 2015).

Hasil penelitian Dauly & Akbar (2021) tentang distribusi frekuensi dan
presentase IMT Mahasiswa FK UISU dari tahun 2017 sampai 2019 jika ditotalkan
maka memperoleh temuan kelebihan berat badan tingkat berat ditemukan ada 21
(12,8%) responden dimana kategori tersebut menjadi yang terbanyak setelah
kategori normal dengan 124 (72,5%) responden. Maka dapat dilihat kategori
kelebihan berat badan temasuk kategori yang banyak dialami seseorang dalam
pengitungan IMT.

Berdasarkan data Riskesdas terjadi peningkatan prevalensi obesitas pada


tiap tahap kehidupan. Kejadian peningkatan Gizi lebih ini akan memberikan
beban pembangunan bidang kesehatan yang semakin berat dengan masih adanya
masalah gizi kurang. Makin meningkatnya masalah kesehatan yang bersumber
dari masalah gizi lebih perlu diantisipasi dengan melakukan perubahan kebijakan
yang mendasar dalam upaya pelayanan kesehatan. Dengan terbatasnya
sumberdaya yang ada dan semakin terbatasnya kemampuan pemerintah
menyediakan anggaran disaat beban pembangunan kesehatan meningkat maka
kebijakan berimbang dan simultan dengan meningkatkan partisipasi masyarakat
secara luas merupakan hal yang krusial dan pendekatan yang tepat untuk
kebijakan pencegahan dan penanggulangan kegemukan dan obesitas (Bagiastra &
Griadhi, 2019)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian Sebagian besar responden berkategori IMT


Normal sebanyak 67 responden (61,5%). Begitu pula bila di lihat berdasarkan
jenis kelamin. Resonden berjenis kelamin laki-laki kategori IMT normal sebanyak
43 responden (68,3%), sedangkan responden berjenis kelamin perempuan kategori
IMT normal sebanyak 24 responden (52,2%).

Kategori IMT normal adalah yang terbanyak dalam penelitian ini. Di


penelitian ini juga ditemukan bahwa kategori IMT sangat gemuk (Obesitas)
menempati kedua terbanyak dengan jumlah 20 responden (18,3%) . Yang dimana
hal inilah yang perlu di perhatikan dalam tujuan penghitungan IMT.

DAFTAR PUSTAKA

Abaa, Y. p., Polii, H., & Wowor, P. M. (2017). Gambaran Tekanan Darah, Indeks
Massa Tubuh, dan Aktivitas Fisik Pada Mahasiswa Kedokteran Umum
Angkatan Tahun 2014. e-Biometik, 1-6.
Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Bagiastra, N., & Griadhi, N. A. (2019). Model Pengaturan Anti Obesitas Dalam
Rangka Penguatan Serta Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat
Indonesia. Ilmu Sosial dan Humaniora, 242-249.
Candrawati, S. (2011). Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik Dengan Indek Massa
Tubuh (IMT) Dan Lingkar Pingang Mahasiswa. Keperawatan Soedirman,
112-118.
Dauly, N. S., & Akbar, S. (2021). Hubungan Durasi Tidur Dengan IMT (Indeks
Massa Tubuh)Yang Dipengaruhi Oleh Jenis Kelamin Pada Mahasiswa FK
UISU. Kedokteran STM, 10-16.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Laporan Nasional Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Diani, Y. H. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Obesitas Pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. Ilmiah
Widya, 1-5.
Direktorat Gizi Masyarakat. (2018). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun
2017. Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Fajar, S. A., & AMG. (n.d.). HANDBOOK Buku Saku Gizi. Bandung: S.A.F.
Harahap, H., Widodo, Y., & Mulyati, S. (2005). Penggunaan Berbagai CUT-FF
Indeks Massa Tubuh Sebagai Indikator Obesitas Terkait Penyakit
Degeneratif Di Indonesia. Gizi Indon, 1-12.
Heriansyah, T. (2014). Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Jumlah
Circulating Endothelial Cell. Kedokteran Syiah Kuala, 1-6.
Hermawan, B. V., Susanti, R., & Windayanti, H. (2019). Gambaran Indeks Massa
Tubuh Mahasiswa DIV Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Ngudi Waluyo Tahun Ajaran 2018/2019. Ilmu Kesehatan, 1-11.
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kurdanti, W., Suryani, I., & Syamsiatun, N. H. (2015). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian obesitas pada remaja. . Gizi Klin Indonesia, 179-
190.
Lasabuda, T., Mowor, P. M., & Mewo, Y. (2015). Gambaran Indeks Massa Tubuh
(IMT) Jama'ah Mesjid Al-Fatah Malalayang. e-Biomedik, 794-797.
Mauliza. (2018). Obesitas Dan Pengaruhnya Terhadap Kardiovaskular. Averrous,
1-10.
Moyoyo, B., & Pangemanan, M. (2020). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Status
Gizi Di SMP Nasional Mogoyunggung. Olympus Jurusan PKR, 29-34.
Nurmasyita, Widjanarko, B., & Margawati, A. (2015). Pengaruh Intervensi
Pendidikan Gizi Terhadap peningkatan Pengetahuan Gizi, Perubahan
Asupan Zat Gizi, dan Indeks Massa Tubuh Remaja Kelebihan Beat Badan.
Gizi Indonesia, 38-46.
Proverawati, Atikah, Wati, & Erna , K. (2011). Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan
Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Utari , & Agustini. (2007). Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tingkat
Kesegaran Jasmani pada Anak Usia 12-14 Tahun. Tesis.

Anda mungkin juga menyukai