Susilawati*, Puji Rizki Suryani, Rara Inggarsih, Masayu Farah Diba, Septi
Purnamasari
Abstrak
Terjadinya pergeseran pola makan umumnya pada masyarakat di daerah perkotaan dimana komposisi
makanan yang dikonsumsi cenderung lebih tinggi lemak dan rendah serat. Kualitas tidur yang buruk akibat
pekerjaan yang padat juga menjadi faktor risiko timbulnya berbagai masalah kesehatan seperti hipertensi,
obesitas, resistensi insulin dan dislipidema atau biasa kita sebut sebagai sindrom metabolik. Banyak
penelitian menunjukkan bahwa angka kesakitan dan kematian akibat sindrom metabolik meningkat secara
bermakna. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini berupa penyuluhan tentang meningkatkan kesadaran
masyarakat di desa Talang Petai tentang bahaya sindrom metabolik. Tujuannya untuk meningkatkan
kesadaran agar melakukan kegiatan pencegahan dan pemeliharaan kesehatan melalui pengaturan pola makan,
pola tidur, memperbanyak aktifitas fisik, dan segera memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan
setempat jika terjadi gejala dan tanda penyakit. Hasil dari kegiatan ini, didapatkan peningkatan pengetahuan
masyarakat tentang bahaya berikut bagaimana upaya promotif dan preventif dari sindrom metabolik. Untuk
selanjutnya, perlu dilakukan kegiatan pengabdian yang berkesinambungan kepada masyarakat sehingga
derajat kesehatan dapat meningkat.
Abstract
Assistance for self-detection of metabolic syndrome through examination of BMI, central obesity, blood
pressure, and examination of cholesterol levels. The shift in eating patterns generally in urban communities where
the composition of food consumed tends to be higher in fat and low in fiber. Bad sleep quality due to heavy work, is also
a risk factor for various health problems such as hypertension, obesity, insulin resistance and dyslipidemia; we call it
metabolic syndrome. Many studies have shown that the number of morbidity and mortality due to metabolic syndrome
increases significantly. Community service activities in the form of counseling about raising public awareness about
metabolic syndrome, especially people in the village of Talang Petai. Aim of this activity is to increase awareness to
carry out prevention and health care activities through dietary arrangements, sleep patterns, increasing physical
activity, and immediately check into a health service if there are signs and symptoms of disease. The results of this
activity, there is an increase in public knowledge about the dangers and how to promote and prevent metabolic
syndrome. Henceforth, it needs to be done continuous community service activities so that health status can be
increased.
1. PENDAHULUAN
penyakit dan riwayat keluarga pada dasarnya hanya merupakan faktor pencetus yang
jika tidak diimbangi dengan kesadaran untuk mengubah perilaku hidup menjadi lebih
sehat baik dalam pola makan dan pola tidur serta aktifitas fisik tentu akan semakin
meningkatkan kesempatan sindrom ini berkembang bahkan lebih cepat. Juga tidak
dipungkiri, tidak memiliki faktor risiko belum tentu terhindar dari sindrom ini.
Desa Talang Petai merupakan salah satu desa yang berada di Kelurahan Plaju Darat,
Kecamatan Plaju Sumatera Selatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Ketua RT
setempat, diketahui jumlah penduduk pada tahun 2018 adalah 441 orang. Diketahui
kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri secara dini dalam upaya
pemeliharaan kesehatan menjadi inti dari kegiatan pengabdian masyarakat ini untuk
2. TINJAUAN PUSTAKA
Sindroma Metabolik adalah sekumpulan penyimpangan fungsi tubuh yang berupa obesitas
sentral, tekanan darah tinggi, dislipidemia (peningkatan kadar kolesterol terutama LDL,
trigliserid, dan rendahnya kadar HDL), gangguan resistensi insulin maupun diabetes
(Lingga, 2012).1 Sindrom metabolik adalah gangguan yang kompleks dengan biaya sosial
ekonomi tinggi yang menjadi epidemi di seluruh dunia. Sindrom metabolik didefinisikan
sebagai sekelompok faktor yang saling berhubungan yang secara langsung meningkatkan
risiko penyakit jantung koroner (PJK), bentuk lain dari penyakit aterosklerotik
kardiovaskular (CVD), dan diabetes mellitus tipe 2 (Rochlani, 2017).2
lurus dengan prevalensi obesitas. Terdapat berbagai variasi dalam prevalensi berdasarkan
usia, jenis kelamin, ras/etnis, dan kriteria yang digunakan untuk diagnosis. Sindrom
metabolik mempengaruhi seperlima atau lebih populasi Amerika Serikat dan sekitar
seperempat populasi Eropa. Asia Tenggara memiliki prevalensi sindrom metabolik lebih
rendah tetapi dengan cepat bergerak menuju tingkat yang sama dengan barat. Beltrán-
Sánchez dan rekan melaporkan penurunan prevalensi sindrom metabolik yang disesuaikan
berdasarkan usia di AS, dari 25% pada 2000 menjadi 22,9% antara 1999/2000 dan
2009/2010 berdasarkan data dari National Health and Nutrition Examination Survey-
berkisar antara 0 hingga 50%, sedangkan prevalensi etnis berkisar antara 0 hingga 45,45%.
Dua komponen sindrom metabolik yang paling umum di Indonesia adalah kolesterol HDL
rendah dan hipertensi (Herningtyas, 2019).4 Disability Adjusted Life Years (DALYs)
menjadi faktor risiko yang terkait dengan sindrom metabolik termasuk BMI tinggi,
tekanan darah tinggi, glukosa plasma puasa tinggi, kolesterol total tinggi (Institute for
Health Metrics and Evaluation, 2013).5
trigliserida, tekanan darah dan glukosa plasma puasa, yang semuanya terkait dengan
manajemen berat badan. Sindrom metabolik sekarang menyerang 30-40% orang pada usia
65 tahun, terutama didorong oleh penambahan berat badan orang dewasa, dan predisposisi
berhubungan dengan pertumbuhan intra-uteri yang buruk. Sindrom metabolik juga dipicu
oleh kurangnya jaringan adiposa subkutan, massa otot rangka yang rendah, dan obat
Menurut Kamso (2011)7, karakteristik demografi, gaya hidup, jenis kelamin, dan
menyatakan bahwa aktivitas fisik yang kurang (sedentary lifestyle) berhubungan dengan
kompleks dan memerlukan penjelasan yang komphrehensif. Variasi luas dalam distribusi
faktor lingkungan dan gaya hidup seperti konsumsi kalori berlebih dan kurangnya
aktivitas fisik sebagai kontributor utama. Adipositas visceral telah terbukti sebagai
pemicu utama untuk sebagian besar jalur yang terlibat dalam sindrom metabolik, sehingga
menekankan asupan kalori yang tinggi sebagai faktor penyebab utama (Matsuzawa et al,
2011).9
Modifikasi gaya hidup tetap menjadi intervensi awal pilihan untuk sindrom
tentang diet dan olahraga dengan strategi perilaku. Perawatan farmakologis harus
dipertimbangkan untuk mereka yang faktor risikonya tidak berkurang secara memadai
dengan perubahan gaya hidup. Bagi orang yang kelebihan berat badan / obesitas dapat
mengurangi berat badan> 7% hingga 10% selama periode 6 hingga 12 bulan. Penurunan
berat badan harus dikombinasikan dengan minimal 30 menit aktivitas fisik intensitas
sedang setiap hari. Terapi nutrisi membutuhkan asupan lemak jenuh dan total yang
rendah; mengurangi konsumsi gula sederhana dan makanan indeks glikemik tinggi; dan
dikombinasikan dengan fibrat dan niasin untuk mencapai tingkat target LDL-C,
trigliserida, dan HDL-C. Lebih lanjut, mayoritas pasien yang membutuhkan terapi
antihipertensi kemungkinan akan membutuhkan lebih dari satu agen untuk kontrol
tekanan darah yang tepat dengan ACEI / ARBs dan beta blocker / Thiazides / CCBs
sebagai
agen lini pertama dan kedua. Metformin, thiazolidinediones, dan acarbose akan
menurunkan risiko diabetes mellitus tipe 2 pada penderita IFG atau IGT (Kaur, 2014). 10
Untuk itu, amat penting sekali upaya edukasi serta upaya preventif dan promotif
lainnya sehubungan dengan perubahan gaya hidup modern menuju pola hidup yang
lebih sehat untuk mencegah komplikasi dan gejala yang ditimbulkan dari sindrom
metabolik seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, obesitas dan diabetes mellitus.
3. METODE
Khalayak yang menjadi sasaran dalam kegiatan pengabdian ini adalah masyarakat dan
Kelurahan Plaju Darat, Kecamatan Plaju sebanyak kurang lebih 50 orang. Tujuan kegiatan
ini untuk membuat peserta mampu mengenali secara dini tanda-tanda umum sindrom
kesehatan.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini melibatkan 5 orang dosen dari fakultas kedokteran
Kegiatan pengabdian masyarakat berupa upaya edukasi dan kegiatan skrining pada
faktor risiko, prognosis dan komplikasi penyakit, edukasi tentang pola makan dan
serta pentingnya aktifitas fisik sebagai salah satu cara pencegahan dan pemeliharaan
kesehatan.
Skrining sindrom metabolik dengan pemeriksaan fisik (Indeks Massa Tubuh/ IMT dan
lingkar pinggang), pemeriksaan tekanan darah serta pemeriksaan kolesterol dan glukosa
c. Pemantauan
Rancangan evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari kegiatan.
Melalui tanya jawab dengan kader kesehatan dan ketua RT setempat tentang tanda-
aktifitas fisik dengan pemberian pre test sesaat sebelum dilakukan penyuluhan
dilanjutkan dengan peragaan dan pelatihan keterampilan kepada kader kesehatan dan
masyarakat tentang cara pemeriksaan menggunakan kit digital.
Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan dilakukan post test agar dapat diketahui
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 9
Oktober 2019. Kegiatan ini diikuti oleh warga masyarakat setempat serta kader kesehatan
dengan jumlah 50 orang (usia 45-60 tahun). Pelaksanaan pengabdian ini berjalan dengan
kepada peserta pengabdian tentang “Gangguan Sindrom Metabolik”, mulai dari tanda-
tanda umum, faktor risiko serta komplikasi yang dapat ditimbulkan. Edukasi tentang pola
makan dan tidur yang benar serta pentingnya aktifitas fisik sebagai tindakan pencegahan
metabolik agar pengobatan yang tepat dapat segera diberikan dan komplikasi yang
tidak dinginkan dapat dicegah. Selanjutnya dilakukan pengenalan kepada para kader
dan masyarakat tentang alat pemeriksaan digital tekanan darah kolesterol total darah,
dan glukosa secara cepat, fungsi dan kegunaan alat, indikasi pemeriksaan, bagaimana
cara penggunaan alat tersebut, dan cara pengambilan sampel darah kapiler serta cara
kesehatan terdekat jika muncul gejala umum yang sering terjadi pada gangguan
sedang mereka atau keluarga mereka alami. Ada juga beberapa warga yang berobat,
obatan, sehingga warga yang minta untuk diperiksa dan berobat dibuatkan resep oleh
para dokter yang bertugas. Terlihat masyarakat sangat antusias dan besemangat untuk
Pada akhir acara para peserta memberikan kesan dan pesan sehubungan dengan
menunjukkan peningkatan nilai rara-rata yang cukup signifikan dibanding saat pretest.
5. SIMPULAN
wawasan dan pengetahuan masyarakat dan kader kesehatan tentang gangguan sindrom
metabolik. Peserta kegiatan memahami tanda gejala umum, faktor risiko, komplikasi,
upaya promotif dan preventif yang dapat dilakukan, serta kewaspadaan untuk segera
memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan setempat bila terdapat tanda dan
gejala. Selain itu warga dan kader kesehatan juga telah memiliki keterampilan untuk
melakukan pemeriksaan tekanan darah, kadar kolesterol total dan glukosa darah secara
telah membantu sehingga pengabdian ini dapat terlaksana dengan baik, terutama kepada
desa Talang Petai, Kelurahan Plaju Darat, Kecamatan Plaju Serta masyarakat.
Terima kasih juga kepada Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya yang telah
mendanai pelaksaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Sesuai dengan Surat
Referensi
1. Lingga L. Program anti-X tanpa obat, Sindrom X: Diabetes tipe-2, hiperkolesterolemia, dan
hipertrigliserida, hipertensi, dan obesitas. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2012.
2. Rochlani Y, Pothineni NV, Kovelamudi S. and Mehta JL. Metabolic syndrome: