BAB I
PENDAHULUAN
(DM) sebagai penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan
secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin (WHO, 2006).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar.
Data dari studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus pada
tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang. Jika tidak ada tindakan yang dilakukan,
jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi penyebab dari 4,6 juta kematian.
Selain itu, pengeluaran biaya kesehatan untuk Diabetes Melitus telah mencapai 465
juta orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap DM. Sebesar 80% orang dengan
terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di Asia Tenggara (IDF, 2009).
Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil Riset
1
2
kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki
ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu
5,8%. Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang disebabkan
keturunan dan tipe kedua disebabkan life style atau gaya hidup. Secara umum, hampir
80 % prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2. Ini berarti gaya hidup/life style
yang tidak sehat menjadi pemicu utama meningkatnya prevalensi DM. Bila dicermati,
penduduk dengan obesitas mempunyai risiko terkena DM lebih besar dari penduduk
adalah asupan makanan yang tidak seimbang serta tingginya asupan alkohol.
Ditambah lagi makanan cepat saji, sangat memepengaruhi kejadian Diabetes Melitus
di negara yang maju seperti Amerika ( ADA, 2006). Walaupun dari beberapa
kejadian Diabetes Melitus di Indonesia (Zahtamal dkk, 2007) melalui penelitian yang
hubungan antara faktor asupan makan terhadap kejadian Diabetes Melitus (ADA,
2006).
Makanan yang mengandung tinggi glukosa, baik yang dalam bentuk nasi, gula /
pemanis buatan, alcohol dan panganan yang memiliki erasa manis yang dominan
lainnya. Tingginya kadar lemak tak jenuh dan kolesterol berpengaruh terhadap kadar
gula dalam plasma 2 jam post parandial. Rendahnya kandungan mikronutrien dalam
3
bentuk vitamin dan mineral juga beresiko terhadap terjadinya diabetes mellitus.
Terakhir, adanya pengaruh obat, misalnya glukokortikoid yang beredar bebas sangat
Dari data yang diperoleh oleh kelompok kami terhadap jumlah kunjungan pada
Puskesmas Kedungsolo pada tahun 2012 menunjukkan presentasi yang tinggi dari
kasus Diabetes dan menjadi penyakit tujuh besar (profil Puskesmas Kedongsolo
2012).
Dari hasil survei awal terhadap sebaran penderita diabetes melitus yang
berkunjung di Puskesmas Kedungsolo pada Bulan Juli 2013, dengan jumlah pasien
Diabetes Melitus tipe 2 yang tercatat dalam rekam medik sebesar 21 pasien, kami
mendapatkan bahwa Desa Kebon Agung merupaakan desa dengan penderita diabetes
terbanyak ( 10 orang ). Untuk itu kelompok kami sangat ingin mengangkat masalah
Diabetes Melitus tipe 2 ini sebagai bahan penelitian dan mencari apakah ada
hubungan asupan makanan yang memiliki resiko Diabetes Melitus terhadap kejadian
kunjungan pasien di Puskesmas Kedungsolo pada Bulan Januari Juli 2013 maka
makanan yang mempunyai resiko Diabetes Melitus terhadap Diabetes Melitus tipe 2
yang meliputi :
1. Apakah ada pengaruh asupan tinggi karbohidrat terhadap Diabetes Melitus tipe
2. Apakah ada pengaruh asupan tinggi lemak jenuh dan kolesterol terhadap
Porong, Sidoarjo ?
4. Apakah ada pengaruh konsumsi jamu dan obat terhapat Diabetes Melitus tipe 2
Timur.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai
Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh
penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin secara relatif maupun
pankreas.
6
c. Desensitasi/kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.
Mellitus / IDDM atau DM tipe 1), Diabetes Mellitus Tak Tergantung Insulin
Diabetes Mellitus / IDDM atau DM tipe 1) biasanya terjadi pada masa anak-
anak atau masa dewasa muda dan menyebabkan ketoasidosis jika pasien
tidak diberikan terapi insulin. IDDM berjumlah 10% dari kasus Diabetes
Mellitus.
Mellitus / NIDDM atau DM tipe 2) biasanya terjadi pada orang yang berusia
> 40 tahun, dan 60% dari pasien NIDDM biasanya dengan obesitas. Pasien
GODM) adalah jika awitan diabetes terjadi selama kehamilan dan sembuh
gangguan endokrin.
adanya pembagian Diabetes Melitus lain yang disebabkan oleh banyak hal,
a. Autoimun
b. Idiopatik
2. Diabetes Melitus Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin
insulin
3. Tipe lain a. Defek genetik fungsi sel
d. Endokrinopati
f. Infeksi
mengatasi kekurangan insulin. Dalam keadaan ini toleransi glukosa dapat masih
normal, dan suatu saat akan terjadi gangguan dan menyebabkan Gangguan
keadaan resistensi insulin bertambah berat disertai beban glukosa yang terus
menerus terjadi, sel pankreas dalam jangka waktu yang tidak lama tidak
peningkatan glukosa hepatik dan penurunan penggunaan glukosa oleh otot dan
lemak yang mempengaruhi kadar gula darah puasa dan posprandial yang sangat
karakteristik pada Diabetes Melitus tipe 2. Akhirnya sekresi insulin oleh sel
pankreas akan menurun dan terjadi hiperglikemia yang bertambah berat dan terus
neogenesis atau pembentukan sel-sel baru, atau terjadi peningkatan kelompok sel
beta menjadi hipertrofi, atau mungkin akan terjadi kehilangan sel beta melalui
proses apoptosis bahkan terjadi nekrosis. Pada keadaan terakhir ini sel beta sudah
Disfungsi sel dalam sekresi insulin merupakan salah satu dari empat gangguan
adalah obesitas, kegagalan aksi insulin dan peningkatan glukosa endogen (EGO).
Meskipun demikian, kenyataannya disfungsi sel beta, kegagalan aksi insulin dan
toleransi glukosa (IGT), pada akhirnya menjadi Diabetes Melitus tipe 2 (Reno,
2006).
Gejal klinis Diabetes Melitus yang klasik mulai dari adanya polifagi,
polidipsi, poliuri dan berat badan yang yang naik (Fase Kompensasi). Apabila
keadaan ini tidak segera diobati, maka akan timbul gejala Fase Dekompensasi
poliuri, polidipsi, polifagi dan penurunan berat badan. Ketiga gejala diatas juga
Gejala kronis Diabetes Melitus yang sering terjadi antara lain lemah badan,
klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/Dl sudah
plasma puasa 126 mg/dl dengan adanya keluhan klasik. Ketiga dengan TTGO.
kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT
menit.
tidak merokok.
Faktor risiko pada penyakit tidak menular dibedakan menjadi dua. Yang
pertama adalah factor risiko yang tidak dapat diubah misalnya umur, jenis
kelamin, dan factor genetik. Yang kedua adalah factor risiko yang dapat diubah
misalnya pola hidup dan status kesehatan. Dalam kaitannya dengan Diabetes
Melitus, faktor resiko yng tidak dapat dipengaaruhi adalah jenis kelamin, genetik
15
dan umur. Sedangkan faktor resiko yang dapat dipengaruhi adalah hipertensi,
menyatakan bahwa sosiodemografi, factor perilaku dan gaya hidup serta keadaan
2010).
sosiodemografi, riwayat kesehatan, pola hidup, dan kondisi klinis dan mental.
pekerjaan. Untuk faktor riwayat kesehatan terdiri dari riwayat DM keluarga dan
berat lahir. Faktor-faktor pola hidup terdiri dari aktivitas fisik, konsumsi sayur
dan buah, terpapar asap rokok, dan konsumsi alkohol. Sementara itu, faktor
kondisi klinis dan mental terdiri dari indeks massa tubuh,lingkar perut, tekanan
darah, kadar kolesterol dan stress. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa faktor
2.7.1 Hipertensi
lengan atas. Dibawah ini adalah table klasifikasi tekanan darah. Hipertensi
Risiko seorang anak mendapat DM Tipe 2 adalah 15% bila salah satu
orang tuanya menderita DM. Jika kedua orang tua memiliki DM maka
17
risiko untuk menderita DM adalah 75%. Orang yang memiliki ibu dengan
ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam
maka risiko untuk menderita DM adalah 10% dan 90% jika yang
masuk ke dalam tubuh, maka akan dipecah menjadi asetat. Hal ini
seperti lemak atau gula. Alkohol juga menghambat proses oksidasi lemak
dalam tubuh, yang menyebabkan proses pembakaran kalori dari lemak dan
gula terhambat dan akhirnya berat badan akan bertambah ( Suyanto dalam
Irawan,2010).
yang akurat .Namun beberapa hal yang menunjukkan bahwa total kalori
yang tinggi dan asupan rendah serat ,tingginya asupan gula dan rendahnya
lemak tak jenuh hingga tingginya rasio lemak jenuh menyebabkan berbagai
menyangkut diantaranya :
19
hidup, termasuk menurunkan berat badan (7% dari berat badan) dan
menderita DMT2.
diabetes tipe 1
tinggi ditemukan pada makanan yang kaya serat dan beberapa nutrisi
penting.
dewasa.
meliputi :
populasi.
minum perhari atau kurang untuk wanita dan 2 kali minum sehari
dalam jumlah yang cukup, tidak memiliki efek pada gula darah
batasan dari asupan lemak dan kolesterol yang harus dihindari agar
kejadian ini dapat dihindari. Batasan dari lemak jenuh yang dapat
dikonsumsi adalah kurang dari 200 mg/ hari. Semua ini cukup
dalam jumlah yang kecil dan mengkonsumsi lemak tak jnuh dalam
jumlah yang lebih besar dapt menurunkan kadar LDL plasma darah.
kadar glukosa plasma 2 jam post parandial tidak ditemukan. Hal ini
(ADA, 2006).
sangat baik dan dengan kadar kolesterol dan lemak yang tidak terlalu
tinggi adalah ikan, daging merah, daging unggas, putih telor, dan
soya. Sedangkan makanan yang tidak baik adalah yang berasal dari
cereal cepat saji, fast food, keju dan susu. (ADA 2006).
sebagai sumber antioksidan yang poten adalah teh, coklat dan koffe
2.7.5 Obesitas
menjadi mudah terakumulasi. Selain itu, pada wanita yang sedang hamil
langsung asupan kalori secara total sehingga terjadi peningkatan kadar gula
2.7.7 Usia
adalah usia 46-64 tahun karena pada usia tersebut terjadi intoleransi
25
Dari hasil analisis Riskesdas 2007, terlihat bahwa semakin tua usia
maka makin tinggi risiko untuk menderita Diabetes Melitus. Orang yang
berusia 26-35 tahun berisiko 2,32 kali, usia 36-45 tahun berisiko 6,88
kali,dan usia lebih dari 45 tahun berisiko 14,99 kali untuk menderita DM
2.7.8 Pendidikan
2.7.9 Pekerjaan
26
tidak bekerja dan ibu rumah tangga. Selain itu, orang tidak bekerja memliki
(Irawan,2010).
fungsi pankreas dan fungsi liver yang secara tidak langsung mengurangi
2.7.11 Stres
atau merespon. Dalam respon ini, kadar hormone menjadi banyak seperti
glukosa dan lemak yang tersedia untuk sel. Namun, insulin tidak selalu
paling baik apabila terus menerus dan tidak hanya ketika tertekan
(Mitra,2008).
28
BAB III
Dapat Dipengaruhi :
3.1 Kerangka Teori
Jamu atau
Pengetahuan Obat
Pekerjaan
Tingkat
Stress
Keterangan :
: dilakukan penelitian
Secara garis besarnya, faktor resiko Diabetes Melitus terbagi menjadi dua
yaitu faktor resiko yang dapat dipengaruhi dan faktor resiko yang tidak dapat
genetik, jenis kelamin dan umur. Faktor resiko ini tidak diambil dalam penelitian
ini. Yang kedua, faktor resiko yang dapat dipengaruhi terdiri dari gaya hidup,
pekerjaan dan tingkat stress. Faktor resiko asupan makanan diambil sebagai
Keterangan
: Variabel Dependent
penelitian, sedangkan faktor resiko lainnya tidak dilakukan penelitian. Dari
: Variabel Indevendent
Asupan Makanan Meliputi :
asupan makanan ini, dikelompokkan lagi berdasarkan jenis makanan yangStress
Pekerjaan sering
Makanan berminyak
Pengetahuan
Asupan gula/karbohidrat berlebih
Frekuensi makan berlebih
Konsumsi buah dan sayur kurang
30
tipe 2.
Melitus tipe 2.
Melitus tipe 2.
31
BAB IV
METODE PENELITIAN
Sidoarjo. Penelitian ini dilakukan mulai Bulan Agustus sampai dengan Bulan
September 2013.
4.3.1 Populasi
n = Z21-2 P (1-P)
d2
Keterangan :
95%).
( 0,1 ).
0,12
orang.
Juli 2013. Dan dari data rekam medis Bulan Juli 2013, terdapat 21
Inklusi :
2. Alamat jelas dan lengkap yang dilihat dari Rekam Medis Puskesmas
Kedungsolo.
Eksklusi :
Puskesmas Kedungsolo.
1. Data Primer
2. Data Sekunder
tinjauan kepustakaan.
a. Meminta surat izin penelitian dari Institusi Pendidikan yaitu dari bagian
IKAKOM FK UW KS.
langkah yang sangat penting agar data yang diperoleh dapat memberikan
semua jawaban yang telah diisi oleh responden di kuesioner dan melihat
kelengkapannya.
(bermakna).
RO = ad/bc
Keterangan :
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dari semua asupan makanan yang diteliti lewat kuisioner, tingginya asupan
karbohidrat dilihat dari tingginya konsumsi nasi sebagai makanan pokok, tingginya
minum minuman manis, jumlah gula yang dicampur dalam minuman lebih dari 2
sendok makan,tingginya konsumsi alkohol, konsumsi sari tebu dan jarak jeda makan
yang singkat ( frekuensi makan yang sering) serta porsi / jumlah makan setiap kali
makan yang tinggi. Didapatkan hasil sebgian besar masyarakat Kebon agunf
Kolesterol
Dari semua asupan makanan yang diteliti di kuesioner, asupan lemak jenuh dan
kolesterol dapat dilihat dari tingginya konsumsi masakan yang digoreng, konsumsi
masakan yang bersantan, konsumsi lemak daging/gajih, konsumsi makanan cepat saji
dan konsumsi minyak jelantah ( minyak yang digunakan menggoreng lebih dari dua
kali). Didapatkan hasil bahwa sebagian besar masyarakat di Desa Kebon Agung
responden yang mengkonsumsi makanan rendah lemak jenuh dan kolesterol sebanyak
43
Mikronutrien
Kecukupan dari kebutuhan mikronutrient dilihat dari konsumsi sayur atau buah-
buahan. Dari hasil kuesioner diadapatkan sebagian sebagian besar masyarakat di Desa
Kebon Agung mengkonsumsi zat gizi mikronutrien dalam jumlah yang rendah,
5.1 Tabel Ringkasan Distribusi Asupan Makanan yang Beriko Diabetes Melitus
BAB VI
PEMBAHASAN / ANALISIS
Diabetes Melitus
RO = ad/bc
= 108/8
= 13,5
sebesar 13,5 ( RP >1). Jadi asupan tinggi karbohidrat merupakan faktor resiko
RO = ad/bc
= 128/8
= 16
47
Dari hasil analisis asupan tinggi lemak jenuh dan kolesterol, didapat Rasio
Odds sebesar 16 ( RP >1). Jadi asupan tinggi lemak jenuh dan kolesterol
Diabetes Melitus
RO = ad/bc
= 30/70
6.2 Analisis Hubungan Konsumsi Obat atau Jamu Terhadap Diabetes Melitus
Tabel 6.2 Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Jamu atau Obat dan
Diabetes Melitus
RO = ad/bc
= 84/24
= 3,5
Dari hasil analisis asupan jamu atau obat, didapat Rasio Oddsnya sebesar
3,5 ( RO >1). Jadi asupan jamu atau obat merupakan faktor resiko terjadinya
BAB VII
7.1 Kesimpulan
Melitus tipe 2.
0,42 kali dari masyarakat yang tidak terdiagnosis Diabetes Melitus tipe
2.
50
Melitus tipe 2 mengkonsumsi jamu atau obat 3,5 kali lebih tinggi
7.2 Saran
Penelitian ini dilakukan dalam waktu yang singkat dan jauh dari baik.
Diharapkan akan dilakukan penelitian yang lebih baik lagi dalam persiapan,
pengelolaan waktu dan perhitungan variabel asupan makanan yang lebih spesifik
lagi.
51
iii
DAFTAR PUSTAKA