Disusun Oleh :
Citra Anugrah Arini 1510029028
Lusi Rustina 1510029007
Nurusshiami Khairati 1510029005
i
LEMBAR PERSETUJUAN
PENELITIAN
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
Oleh :
Citra Anugrah Arini 1510029028
Lusi Rustina 1510029007
Nurusshiami Khairati 1510029005
Komisi Pembimbing,
Universitas Mulawarman
Fakultas Kedokteran
Dekan Fakultas,
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit menular dengan angka kesakitan
dan kematian yang relatif tinggi. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan
terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Diare didefinisikan secara klinis
sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari
tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan
atau tanpa darah. 1,2
Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga
merupakanpenyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Pada
tahun 2015 terjadi 18 kali KLB diare yang tersebar di 11 provinsi, 18
kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 1. 213 orang dan kematian 30 orang (CFR
2,47%).Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan
penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%. Sedangkan
berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3
setelah TB dan Pneumonia3.
Berdasarkan data Profil kesehatan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2015
tercatat persentase penderita diare yang ditangani cenderung meningkat setiap
tahunnya pada tahun 2013 sebesar 92,2% dan meningkat pada tahun 2014
menjadi 117,2 , begitu pula pada tahun 2015 tetap pada 117 %. Cakupan Diare di
Wilayah Kalimantan Timur yang ditemukan dan ditangani pada tahun 2015 tertinggi
pada Kabupaten Mahakam Ulu sebanyak 379% dan terendah pada kota
4
Samarinda sebesar 85% .
Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi
faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agent, penjamu, lingkungan
dan perilaku. Tingginya angka kejadian diare pada negara berkembang seperti
Indonesia menurut UNICEF di sebabkan beberapa faktor, diantaranya yaitu masih
sedikitnya air minum yang layak konsumsi, kurangnya kesadaran akan hygiene dan
sanitasi serta buruknya status gizi dan status kesehatan masyarakat. Diperkirakan
1
sekitar 2,5 miliar orang masih memiliki fasilitas sanitasi yang kurang dan 1 miliar
orang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman5,6.
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan.
Tiga faktor yang dominan adalah sarana air bersih, pembuangan tinja, dan
limbah. Salah satu gangguan lingkungan yang juga dihubungkan dengak kejadian
diare adalah banjir. Banjir sering diakibatkan oleh hujan yang terjadi selama
beberapa jam. Banjir di Indonesia juga terjadi di kota-kota besar seperti
Semarang, Jakarta, Surabaya dan Samarinda7. Banjir dapat menyebabkan sumber air
minum tercemar bakteri seperti Crysptosporidium, Escherichia coli, Giardia,
Shigella, Thyphoid, dan virus seperti hepatitis A 8
Apabila faktor lingkungan (terutama air) tidak memenuhi syarat kesehatan
karena tercemar bakteri didukung dengan perilaku manusia yang tidak sehat seperti
pembuangan tinja tidak higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek,
serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya, maka dapat
menimbulkan kejadian diare . 9
Berdasarkan data Profil Puskesmas Lempake tercatat kasus diare di
Puskesmas Lempake pada tahun 2015 sebanyak 134 kasus. Pada tahun 2016
mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 477 kasus diare,
kasus terbanyak ditemukan pada bulan februari yaitu sebanyak 62 kasus,
September dan April sebanyak 46 kasus 10,11
Dengan tingginya angka kejadian diare dan kondisi lingkungan dan kondisi
rawan banjir kota samarinda khususnya daerah Lempake, peneliti tertarik untuk
mengetahui bagaimana hubungan ketersediaan sanitasi dasar, status rawan banjir
dan higeinitas perorangan pada penderita diare di wilayah kerja Puskesmas
Lempake. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti mengadakan penelitian dengan
judul Hubungan Ketersediaan sarana sanitasi dasar, status rawan banjir dan
higeinitas perorangan terhadap Kejadian Diare.
2
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan umum untuk mengetahui
hubunganketersediaan sanitasi dasar, status rawan banjir dan higeinitas pada
penderita diare di wilayah kerja Puskesmas Lempake
3
3. Manfaat bagi Peneliti
a. Sebagai sarana mengaplikasikan ilmu ilmu kedokteran yang telah
diperoleh selama proses perkuliahan.
b. Meningkatkan pengalaman dan keterampilan meneliti dalam menganalisa
permasalahan hubungan faktor faktor lingkungan dan higeinitas
perorangan dengan diare.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DIARE
2.1.1. Definisi Diare
Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau
tanpa darah atau lendir (Suraatmaja, 2007). Menurut WHO (2008), diare didefinisikan
sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam. Berdasarkan waktu
serangannya terbagi menjadi dua, yaitu diare akut (< 2 minggu) dan diare kronik (2
minggu) 12.
5
makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida, dengan bantuan
kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika
tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak
tidak terserap dengan baik.
c. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun,
terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang. Makanan yang
terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak-anak balita.
d. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare
kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita, umumnya terjadi pada anak yang lebih
besar.
6
dan prevalensi klinis kalimantan timur 7,3% dapat dilihat pada gambar di bawah
ini15.
Di Kalimantan timur cakupan diare yang ditemukan dan ditangani pada tahun
2015 tertinggi pada Kabupaten Mahakam Ulu sebanyak 379% dan terendah pada kota
Samarinda sebesar 85%15.
7
2.1.4. Penularandiare
Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kuman seperti virus dan
bakteri. Penularan penyakit diare melalui jalur fekal oral yang terjadi karena:
a. Melalui air yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemarselama
perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saatdisimpan di rumah.
Pencemaran ini terjadi bila tempat penyimpanan tidaktertutup atau apabila tangan
yang tercemar menyentuh air pada saatmengambil air dari tempat penyimpanan.
b. Melalui tinja yang terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi, mengandungvirus atau
bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi olehbinatang dan kemudian
binatang tersebut hinggap dimakanan, makamakanan itu dapat menularkan diare ke
orang yang memakannya12. Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2005 menjelaskan
penyebab diare biasanya kuman menyebar melalui fecal oral antara lain
melaluimakanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsungdengan
tinja penderita. Beberapa perilaku yang dapat menyebabkanpenyebaran kuman
enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare,yaitu: tidak memberikan ASI (Air
Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan padapertama kehidupan, menggunakan botol susu,
menyimpan makananmasak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang
tercemar, tidakmencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar, tidak
mencucitangan sesudah membuang tinja anak, tidak mencuci tangan sebelum
atausesudah menyuapi anak dan tidak membuang tinja termasuk tinja bayidengan
benar.
8
h. Dehidrasi.
2.1.6. Pencegahan Diare campak
Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan antara lain:20
a. Meningkatkan penggunaan ASI (Air Susu Ibu).
b. Memperbaiki praktek pemberian makanan pendamping ASI.
c. Penggunaan air bersih yang cukup.
d. Kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
e. Penggunaan jamban yang benar.
f. Pembuangan kotoran yang tepat termasuk tinja anak-anak dan bayi yang
benar.
g. Memberikan imunisasi campak
9
Air merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Kebutuhanmanusia akan air
sangat komplek antara lain untuk minum, masak,mencuci, mandi dan sebagainya. Di
antara kegunaan-kegunaan airtersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk
minum. Olehkarena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk memasak) air
harusmempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkanpenyakit
bagi manusia termasuk diare.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air
bersihadalah:20
1. Mengambil air dari sumber air yang bersih.
2. Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup, serta
menggunakan gayung khusus untuk mengambil air.
3. Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak,
dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber
pengotoran (tangki septik), tempat pembuangan sampah dan air limbah harus
lebih dari 10 meter.
4. Menggunakan air yang direbus.
5. Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersihdan cukup.
10
dapat dijadikan air minumlangsung, tetapi karena belum yakin apakah betul belum
tercemar,maka sebaiknya air tersebut direbus terlebih dahulu sebelumdiminum.
4) Air sumur dangkal
Air ini keluar dari dalam tanah, maka juga disebut air tanah.Dalamnya lapisan air ini
dari permukaan tanah dari tempat yang satuke tempat yang lain berbeda-beda.
Biasanya berkisar antara 5 sampaidengan 15 meter dari permukaan tanah.
5) Air sumur dalam
Air ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah.Dalamnya dari permukaan tanah
biasanya di atas 15 meter. Olehkarena itu, sebagian besar air minum dalam ini sudah
cukup sehatuntuk dijadikan air minum yang langsung (tanpa melalui
prosespengolahan).Berdasarkan hasil penelitian Wibowo tahun 2004didapatkan
kelompok kasussebesar 68,25% keluarga menggunakan sumber air minum
yangmemenuhi syarat sanitasi, persentase terbesar (53,9%) menggunakansumur
terlindung. Sumber air minum yang tidak memenuhi syarat sanitasiakan
meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balitasebesar 2,5 kali lipat
dibandingkan keluarga yang menggunakan sumberair minum yang memenuhi syarat
sanitasi21.
11
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu didalam jumlah tertentu
pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zatkimia di dalam air, akan menyebabkan
gangguan fisiologis padamanusia seperti flour (1-1,5 mg/l), chlor (250 mg/l), arsen
(0,05 mg/l),tembaga (1,0 mg/l), besi (0,3 mg/l), zat organik (10 mg/l), pH (6,5-
9,6mg/l), dan CO2 (0 mg/l).Berdasarkan hasil penelitian Rahadi (2005) bahwa
airmempunyai peranan besar dalam penyebaran beberapa penyakitmenular. Besarnya
peranan air dalam penularan penyakit disebabkankeadaan air itu sendiri sangat
membantu dan sangat baik untukkehidupan mikroorganisme. Hal ini dikarenakan
sumur penduduktidak diplester dan tercemar oleh tinja. Banyaknya sarana air
bersihberupa sumur gali yang digunakan masyarakat mempunyai tingkat
pencemaran terhadap kualitas air bersih dengan kategori tinggi dan sangat
tinggi.Kondisi fisik sarana air bersih yang tidak memenuhi syaratkesehatan
berdasarkan penilaian inspeksi sanitasi dengan kategoritinggi dan amat tinggi dapat
memhubungani kualitas air bersih denganadanya pencemaran air kotor yang
merembes ke dalam air sumur.
c. Kepemilikan Jamban
Jamban merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagaitempat buang air
besar. Sehingga sebagai tempat pembuangan tinja,jamban sangat potensial untuk
menyebabkan timbulnya berbagaigangguan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya.
Gangguan tersebutdapat berupa gangguan estetika, kenyamanan dan kesehatan. Suatu
jamban disebut sehat untukdaerah pedesaan, apabila memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagaiberikut:16
1) Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut.
2) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.
3) Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.
4) Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoak, danbinatang-
binatang lainnya.
5) Tidak menimbulkan bau.
6) Mudah digunakan dan dipelihara.
7) Sederhana desainnya.
8) Murah.
9) Dapat diterima oleh pemakainya.
12
Macam-macam kakus atau tempat pembuangan tinja, yaitu:22
1) Pit-privy (Cubluk)
Kakus ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanahdengan diameter 80-
120 cm sedalam 2,5-8 meter. Dindingnyadiperkuat dengan batu atau bata, dan dapat
ditembok ataupun tidakagar tidak mudah ambruk. Lama pemakaiannya antara 5-15
tahun.Bila permukaan penampungan tinja sudah mencapai kurang lebih 50cm dari
permukaan tanah, dianggap cubluk sudah penuh. Cubluk yangpenuh ditimbun dengan
tanah. Ditunggu 9-12 bulan. Isinya digalikembali untuk pupuk, sedangkan lubangnya
dapat dipergunakankembali.
2) Aqua-privy (Cubluk berair)
Terdiri atas bak yang kedap air, diisi air di dalam tanahsebagai tempat pembuangan
tinja. Proses pembusukannya samaseperti halnya pembusukan tinja dalam air kali.
Untuk kakus ini, agarberfungsi dengan baik, perlu pemasukan air setiap hari, baik
sedangdipergunakan atau tidak.
3) Watersealed latrine (Angsa-trine)
Jamban jenis ini merupakan cara yang paling memenuhipersyaratan, oleh sebab itu
cara pembuangan tinja semacam ini yangdianjurkan. Pada kakus ini closetnya
berbentuk leher angsa, sehinggaakan selalu terisi air. Fungsi air ini gunanya sebagai
sumbat, sehinggabau busuk dari cubluk tidak tercium di ruangan rumah kakus.
4) Bored hole latrine
Sama dengan cubluk, hanya ukurannya lebih kecil karenauntuk pemakaian yang tidak
lama, misalnya untuk perkampungansementara.
5) Bucket latrine (Pail closet)
Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudiandibuang di tempat lain,
misalnya untuk penderita yang tidak dapatmeninggalkan tempat tidur.
6) Trench latrine
Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30-40 cm untuk tempatpenampungan tinja.
Tanah galiannya dipakai untuk menimbuninya.
7) Overhung latrine
Kakus ini semacam rumah-rumahan yang dibuat di atas kolam,selokan, kali dan
rawa.
8) Chemical toilet (Chemical closet).
13
Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic sodasehingga dihancurkan
sekalian didesinfeksi. Biasanya dipergunakandalam kendaraan umum, misalnya
pesawat udara atau kereta api.Dapat pula digunakan dalam rumah sebagai pembersih
tidakdipergunakan air, tetapi dengan kertas (toilet paper).Berdasarkan hasil penelitian
(Wibowo,2004) jenis tempatpembuangan tinja yang terbanyak digunakan pada
kelompok kasusadalah jenis leher angsa (68,3%), sedangkan 7,9% menggunakan
jenisplengsengan dan 23,8% tidak memiliki jamban.
2. Faktor perilaku
Faktor perilaku yang dapat menyebabkan kuman enterik danmeningkatkan risiko
terjadinya diare 20. Perilaku-perilaku ituantara lain:
1. Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan.
2. Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol
susu susah dibersihkan.
3. Menggunakan air minum yang tercemar.
4. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang
tinja anak.
5. Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar.
14
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumahdengan memberikan
minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yangdianjurkan.
2. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segeradibawa ke petugas
kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkanpengobatan yang lebih cepat dan
tepat, yaitu dengan oralit.
3. Memberi makanan
Memberikan makanan selama serangan diare sesuai yang dianjurkandengan
memberikan makanan yang mudah dicerna. Anak yang masih minumASI harus lebih
sering diberi ASI. Setelah diare berhenti, pemberian makananditeruskan selama dua
minggu untuk membantu pemulihan berat berat badananak.
4. Mengobati masalah lain
Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain,maka diberikan
pengobatan sesuai anjuran, dengan tetap mengutamakanrehidrasi.
15
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Sanitasi Dasar
Sumber air minum
tempat pembuangan tinja keluarga
jenis ketersediaan sarana tempat
pembuangan sampah
jenis ketersediaan sarana Diare
pembuangan limbah
GAYA HIDUP/PRILAKU
HIGENITAS PERORANGAN
kebiasaan cuci tangan pakai sabun
kebiasaan memotong kuku
higenitas makanan
Genetik
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
Genetik
: Variabel tidak diteliti
Genetik
16
3.2 Hipotesis Penelitian
1. H0 : Tidak ada hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare
H1 : Ada hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare
2. H0 : Tidak ada hubungan antara tempat pembuangan tinja keluarga dengan
kejadian diare
H1 : Ada hubungan antara tempat pembuangan tinja keluarga dengan kejadian
diare
3. H0 : Tidak ada hubungan antara jenis ketersediaan sarana tempat pembuangan
sampah dengan kejadian diare
H1 : Ada hubungan antara jenis ketersediaan sarana tempat pembuangan
sampah dengan kejadian diare
4. H0 : Tidak ada hubungan antara jenis ketersediaan sarana pembuangan limbah
dengan kejadian diare
5. H0 : Tidak ada hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare
H1 : Ada hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare
6. H0 : Tidak ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan
kejadian diare
H1 : Ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian
diare
7. H0 : Tidak ada hubungan antara kebiasaan memotong kuku dengan kejadian
diare
H1 : Ada hubungan antara kebiasaan memotong kuku dengan kejadian diare
8. H0 : Tidak ada hubungan antara higenitas makanan dengan kejadian diare
H1 : Ada hubungan antara higenitas makanan dengan kejadian diare
17
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan
secara case control yaitu untuk mengetahui hubungan ketersediaan sanitasi
dasar, status rawan banjir dan higenitas perorangan terhadap kejadian diare di
wilayah kerja Puskesmas Lempake dengan cara membandingkan antara dua
kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol
18
komparatif kategorikal tidak berpasangan menurut Dahlan,2010 berikut:
Keterangan:
Q1 : 1-P1
Q2 : 1-P2
P : Proporsi total = P1 + P2 /2
Q : 1-P
n1 = [Z2PQ+ZP1Q1+P2Q2]2
(P1-P2)2
19
n1 = [ 1.96(2x0.78x0.22)+0.84(0.214x0.78)+(0.24x0.71)]2
(0.3)2
n1 = 29,3 ~ 30
20
4.5 Definisi Operasional
1. Kejadian diare
a. definisi : Suatu keadaan dimana terjadi buang air besar cair atau mencret
dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari. Diagnosis diare ditegakkan oleh
dokter Umum di poli umum Puskesmas Lempake
b. alat ukur : -
c. skala data : Nominal
d. hasil pengukuran :
1) Diare sebagai kasus
2) Tidak diare sebagai kontrol
2. Sumber air minum
a. definisi: asal atau jenis air yang digunakan untuk minum bagi keperluan hidup
sehari-hari terdiri dari :
b. alat ukur: daftar pertanyaan dan lembar checklist
c. skala data : Nominal
d. hasil pengukuran :
1.) Air terlindung
a. PDAM
b. Air mineral
2) Air tidak terlindung
a. Sungai
b. Sumur
c. Penampungan Air Hujan (PAH)
3. Jenis tempat pembuangan tinja
a. Definisi : Macam tempat buang air besar yang digunakan keluarga
termasuk balita untuk membuang tinja. Dengan kriteria :
1) Tidak mempunyai kakus (ke sungai)
2) Jamban tanpa tangki septic atau kakus di atas sungai
3) Jamban dengan tangki septic atau jamban leher angsa
Dikelompokkan menjadi jamban tidak sehat (1 dan 2) dan jamban sehat (3).
b. alat ukur : Daftar pertanyaan dan checklist
c. skala data : Nominal
21
d. hasil pengukuran :
1) Jamban tidak sehat
2) Jamban sehat
4. Ketersediaan sarana tempat pembuangan sampah
a. Definisi : tersediaan tempat untuk menyimpan sampah sementara setelah
sampah dihasilkan yang harus ada di setiap sumber atau penghasil sampah
dengan ketentuan sebagai berikut:
(1). Setiap keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri di
rumah, skor = 1.
(2). Tempat pembuangan sampah tertutup hingga tidak terjamah lalat dan
kedap air, skor = 1.
b. alat ukur : daftar pertanyaan dan lembar cheklist
c. skala data : Nominal
d hasil pengukuran :
1. Memenuhi syarat: 1
2. Tidak memenuhi syarat: < 1
5. Jenis ketersediaan sarana pembuangan limbah
a. Definisi : Ketersediaan sarana untuk menyalurkan pembuangan limbah rumah
tangga yang meliputi air bekas cucian, air dari kamar mandi, air dari dapur.
Dengan ketentuan sebagai berikut:
(1). Tidak mencemari sumber air bersih, skor = 1.
(2). Tidak menimbulkan genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk,
skor = 1.
(3). Tidak menimbulkan bau, skor = 1.
(4). Tidak menimbulkan becek-becek atau pandangan yang tidak
menyenangkan, skor = 1.
b. alat ukur : daftar pertanyaan dan lembar cheklist
c. skala data : Nominal
d. hasil pengukuran:
1. Memenuh syarat: 3
2. Tidak memenuhi syarat: < 3
22
6. Status rawan banjir
a. definisi : Merupakan status rawan banjir rumah responden, apakah rumah
responden terkena banjir atau tidak. Berdasarkan hasil wawancara dengan
responden.
b. alat ukur : daftar pertanyaan
c. skala data : Nominal
d. hasil pengukuran :
1. daerah rawan banjir
2. daerah non rawan banjir.
23
c. skala data : Nominal
d hasil pengukuran :
1. baik jika tempat penyimpanan bahan makanan tertutup sehingga terhidar
dari tikus/serangga/bahan kimia dan makanan yang tersaji tertutup serta
sumber air bersih untuk mencuci bahan makanan memenuhi semua
syarat fisik yaitu tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, terlihat jernih
dan bersih.
2. buruk, jika tempat penyimpanan bahan makanan terbuka atau Makanan
yang tersaji terbuka atau mencuci bahan makanan dengan sumber air yang
tidak memenuhi syarat fisik air bersih.
24
4.8 Alur Penelitian
Purposive Sampling
Daftar pertanyaan dan lembar cheklist untuk Daftar pertanyaan dan lembar cheklist
menilai sanitasi dasar, status rawan banjir dan untuk menilai sanitasi dasar, status rawan
higenitas perorangan pasien sebagai kasus banjir dan higenitas perorangan tetangga
pasien sebagai control
25
4.9. Jadwal Kegiatan Penelitian
2017
Februari
No
Minggu Minggu Minggu
Kegiatan 3 4 5
1 Penyusunan proposal
2 Seminar proposal
3 Penelitian
Penyusunan laporan
4
hasil
5 Seminar hasil
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Sander MA. 2005. Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di
Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Medika. Vol. 2. No.2.
Juli=Desember 2005:163-171
2. Anjar Purwadiana Wulandari, 2009, Hubungan Antara Faktor Lingkungan
dan Faktor Sosiodemografi dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa
Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009, Skripsi:
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Litbangkes. (2013).
3. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
4. Dinas Kesehatan Kalimantan Timur. 2015. Profil Kesehatan Kalimantan Timur.
5. Depkes. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Jakarta: Direktorat
Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
6. Purwidiana, Anjar. 2009. Hubungan Faktor Lingkungan dan Sosiodemografi
dengan kejadian diare pada Balita Desa Blimbing Kec.Sambirejo Sragen.
7. Agus Riyadi, 2009, Bahaya Banjir dan Cara Penanggulangannya, Jakarta:
Bengawan
8. Siti Kholifatun Nandiroh, 2014, Hubungan antara Dampak Banjir dan
Kejadian Diare pada Anak Balita Usia Dibawah Lima Tahun di
Puskesmas Kelurahan Pekojan II Jakarta Barat tahun 2014, Skripsi:
Universitas Esa Unggul Jakarta.
9. World Health Organization, 2016, Climate Change and Human Health
Risks and Responses, Ganeva: Author
10. Puskesmas Lempake. 2015. Data Kasus Baru Penyakit Diare Puskesmas
Lempake
11. Puskesmas Lempake. 2016. Data Kasus Baru Penyakit Diare Puskesmas
Lempake
12. Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Surabaya: Erlangga.
13. Widjaja MC. 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta:
Kawan Pustaka.
27
14. Kementrian Kesehatan RI. 2011. Situasi diare di Indonesia. Jakarta : buletin data
dan informasi kesehatan
15. Profil Kesehatan tahun 2015. Samarinda : Dinas kesehatan provinsi Kalimantan
Timur
16. Notoatmodjo S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar.Jakarta:
PT Rineka Cipta.
17. Timmreck CT. 2004. Epidemiologi suatu Pengantar. Jakarta: Buku
KedokteranEGC.
18. Zubir, Juffrie M, Wibowo T. 2006. Faktor-faktor Resiko Kejadian Diare
Akutpada Anak 0-35 Bulan (BATITA) di Kabupaten Bantul. Sains
Kesehatan.Vol 19. No 3. Juli 2006. ISSN 1411-6197 : 319-332.
19. Slamet JS. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada
UniversityPress.
20. Depkes RI. 2005. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare.
Jakarta:Depkes RI.
21. Wibowo T, Soenarto S & Pramono D. 2004. Faktor-faktor Resiko Kejadian
DiareBerdarah pada Balita di Kabupaten Sleman. Berita
KedokteranMasyarakat. Vol. 20. No.1. Maret 2004: 41-48.
22. Entjang I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Citra Aditya Bakti
28
LAMPIRAN
Samarinda, .......2017
Yang menyatakan,
______________
Keterangan :
*) Coret yang tidakdipilih
29
Lampiran 2 . Kuisioner
DAFTAR PERTANYAAN
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Alamat :
RT/RW:
Umur : tahun
Beri tanda (X) sesuai pilihan Anda.
Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Pendidikan terakhir : 1. Tidak tamat SD 4. Tamat SMA
2. Tamat SD 5. Tamat perguruan tinggi
3. Tamat SMP
29
PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda (X) pada pilihan jawaban disamping sesuai dengan yang anda
lakukan.
A. Kejadian Banjir
1. a) Apakah rumah Anda pernah terkena banjir?
a. Ya b. Tidak
b) Jika pernah, kapan rumah Anda terkena banjir? Jelaskan.
............................................................................................................
B. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar
I. Sumber air Bersih
1. Apakah di rumah Anda mempunyai sarana penyedia air bersih?
a. Ya b. Tidak
2. Jenis sumber air bersih yang ada di rumah Anda termasuk yang mana?
a. Sumur Gali b. sungaic. PDAM d. Air mineral e. penampungan air hujan
3. Apakah air bersih yang anda gunakan berbau?
a. Ya b. Tidak
a. Ya b. Tidak
a. Ya b. Tidak
a. Ya b. Tidak
30
3. Bila tidak, ke mana keluarga buang air besar (BAB) ?
a. Sungai/kali
b. Kebun/pekarangan
c. Lain-lain ___________________________(Sebutkan)
4. Apakah jamban anda selalu tertutup?
a. Ya b. Tidak
a. Ya b. Tidak
a. Ya b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda mencuci tangan menggunakan air dan sabun sesudah BAB?
31
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda mencuci tangan menggunakan air bersih, sabun dan air mengalir
a. Ya
b. Tidak
a. Ya b. Tidak
a. Ya b. Tidak
a. Ya b Tidak
sebutkan
a. Ya b. Tidak
a. Ya b Tidak
32
Lampiran 3. Lembar Cheklist Penelitian
Berilah tanda () pada kolom jawaban disamping sesuai dengan yang Anda
lakukan.
JAWABAN
No VARIABEL SKOR
YA TIDAK
1. Kondisi fisik sarana air bersih
Sumur gali dan sumur pompa: terdapat
dinding 3 meter ke bawah.
Perlindungan mata air dan perpipaan:
jaringan pipa tidak bocor / terendam
air.
Tempat penampungan air dalam
keadaan bersih dan dikuras sekurang-
kurangnya seminggu sekali.
Tempat penyimpanan air minum
dalam keadaan bersih dan dicuci
sekurang-kurangnya seminggu sekali.
2. Kondisi fisik sarana pembuangan tinja
/ jamban
Mencegah kontaminasi ke badan air.
Mencegah kontak antara manusia dan
tinja
Membuat tinja tidak dapat dihinggapi
Serangga
Septic tank tidak mencemari air tanah
dan air permukaan, jarak dengan
sumber air > 10 meter.
(a) Bila berbentuk leher angsa, air
penyekat selalu menutup lubang
tempat jongkok.
(b) Bila tanpa leher angsa, harus
dilengkapi dengan penutup lubang
tempat jongkok yang dapat mencegah
lalat atau serangga atau binatang
kainnya.
3. Kondisi fisik sarana
tempatpembuangan sampah
Setiap keluarga mempunyai tempat
pembuangan sampah sendiri di rumah.
Tempat pembuangan sampah tertutup
hingga tidak terjamah lalat dan kedap
air.
33
4. Kondisi fisik sarana pembuangan air
limbah
Tidak mencemari sumber air bersih.
Tidak menimbulkan genangan air
yang dapat menjadi sarang nyamuk.
Tidak menimbulkan bau
Tidak menimbulkan becek-becek atau
pandangan yang tidak menyenangkan.
34