Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN KETERSEDIAAN SARANA SANITASI


DASAR, STATUS RAWAN BANJIR DAN HIGIENITAS PERORANGAN
TERHADAP KEJADIAN DIARE
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEMPAKE KOTA SAMARINDA

Disusun Oleh :
Citra Anugrah Arini 1510029028
Lusi Rustina 1510029007
Nurusshiami Khairati 1510029005

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


LAB ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN
PUSKESMAS LEMPAKE SAMARINDA
2017

i
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN KETERSEDIAAN SARANA SANITASI


DASAR, STATUS RAWAN BANJIR DAN HIGIENITAS PERORANGAN
TERHADAP KEJADIAN DIARE
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEMPAKE KOTA SAMARINDA

PENELITIAN
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
Oleh :
Citra Anugrah Arini 1510029028
Lusi Rustina 1510029007
Nurusshiami Khairati 1510029005

Komisi Pembimbing,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Krispinus Duma, SKM, M.Kes dr.Solihin Wijaya


NIP.196811111993031011 NIP.19660414 199903 1 002

Universitas Mulawarman
Fakultas Kedokteran
Dekan Fakultas,

dr. Ika Fikriah,M.Kes

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii


BAB 1 ........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
BAB 2 ........................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 5
BAB 3 ......................................................................................................................... 16
KERANGKA KONSEP PENEILTIAN .................................................................. 16
BAB 4 ......................................................................................................................... 18
METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................. 18
4.1 Desain Penelitian ................................................................................................ 18
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 18
4.2.1 Lokasi Penelitian .......................................................................................... 18

4.2.2 Waktu Penelitian .......................................................................................... 18

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................................ 18


4.3.1 Populasi Penelitian ....................................................................................... 18

4.3.2 Sampel Penelitian ......................................................................................... 18

4.3.3 Besar Sampel ................................................................................................ 18

4.4 Kriteria Subyek Penelitian ................................................................................ 20


4.5 Definisi Operasional........................................................................................... 21
4.6 Instrumen Penelitian ......................................................................................... 24
4.7 Pengumpulan Data............................................................................................. 24
4.8 Alur Penelitian ................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 27
LAMPIRAN ............................................................................................................... 29

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit menular dengan angka kesakitan
dan kematian yang relatif tinggi. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan
terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Diare didefinisikan secara klinis
sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari
tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan
atau tanpa darah. 1,2
Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga
merupakanpenyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Pada
tahun 2015 terjadi 18 kali KLB diare yang tersebar di 11 provinsi, 18
kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 1. 213 orang dan kematian 30 orang (CFR
2,47%).Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan
penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%. Sedangkan
berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3
setelah TB dan Pneumonia3.
Berdasarkan data Profil kesehatan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2015
tercatat persentase penderita diare yang ditangani cenderung meningkat setiap
tahunnya pada tahun 2013 sebesar 92,2% dan meningkat pada tahun 2014
menjadi 117,2 , begitu pula pada tahun 2015 tetap pada 117 %. Cakupan Diare di
Wilayah Kalimantan Timur yang ditemukan dan ditangani pada tahun 2015 tertinggi
pada Kabupaten Mahakam Ulu sebanyak 379% dan terendah pada kota
4
Samarinda sebesar 85% .
Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi
faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agent, penjamu, lingkungan
dan perilaku. Tingginya angka kejadian diare pada negara berkembang seperti
Indonesia menurut UNICEF di sebabkan beberapa faktor, diantaranya yaitu masih
sedikitnya air minum yang layak konsumsi, kurangnya kesadaran akan hygiene dan
sanitasi serta buruknya status gizi dan status kesehatan masyarakat. Diperkirakan

1
sekitar 2,5 miliar orang masih memiliki fasilitas sanitasi yang kurang dan 1 miliar
orang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman5,6.
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan.
Tiga faktor yang dominan adalah sarana air bersih, pembuangan tinja, dan
limbah. Salah satu gangguan lingkungan yang juga dihubungkan dengak kejadian
diare adalah banjir. Banjir sering diakibatkan oleh hujan yang terjadi selama
beberapa jam. Banjir di Indonesia juga terjadi di kota-kota besar seperti
Semarang, Jakarta, Surabaya dan Samarinda7. Banjir dapat menyebabkan sumber air
minum tercemar bakteri seperti Crysptosporidium, Escherichia coli, Giardia,
Shigella, Thyphoid, dan virus seperti hepatitis A 8
Apabila faktor lingkungan (terutama air) tidak memenuhi syarat kesehatan
karena tercemar bakteri didukung dengan perilaku manusia yang tidak sehat seperti
pembuangan tinja tidak higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek,
serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya, maka dapat
menimbulkan kejadian diare . 9
Berdasarkan data Profil Puskesmas Lempake tercatat kasus diare di
Puskesmas Lempake pada tahun 2015 sebanyak 134 kasus. Pada tahun 2016
mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 477 kasus diare,
kasus terbanyak ditemukan pada bulan februari yaitu sebanyak 62 kasus,
September dan April sebanyak 46 kasus 10,11
Dengan tingginya angka kejadian diare dan kondisi lingkungan dan kondisi
rawan banjir kota samarinda khususnya daerah Lempake, peneliti tertarik untuk
mengetahui bagaimana hubungan ketersediaan sanitasi dasar, status rawan banjir
dan higeinitas perorangan pada penderita diare di wilayah kerja Puskesmas
Lempake. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti mengadakan penelitian dengan
judul Hubungan Ketersediaan sarana sanitasi dasar, status rawan banjir dan
higeinitas perorangan terhadap Kejadian Diare.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui hubungan
ketersediaan sanitasi dasar, status rawan banjir dan higeinitas perorangan pada
penderita diare di wilayah kerja Puskesmas Lempake

2
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan umum untuk mengetahui
hubunganketersediaan sanitasi dasar, status rawan banjir dan higeinitas pada
penderita diare di wilayah kerja Puskesmas Lempake

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui hubungan sumber air minum dengan kejadian diare di
wilayah kerja Puskesmas Lempake
2. Untuk mengetahui hubungan jenis tempat pembuangan tinja keluarga dengan
kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Lempake
3. Untuk mengetahui hubungan jenis ketersediaan sarana tempat pembuangan
sampah dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Lempake
4. Untuk mengetahui hubungan jenis ketersediaan sarana pembuangan limbah
dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Lempake
5. Untuk mengetahui hubungan status rawan banjir dengan kejadian diare di
wilayah kerja Puskesmas Lempake
6. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan
kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Lempake
7. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan memotong kuku dengan kejadian
diare di wilayah kerja Puskemas Lempake
8. Untuk mengetahui hubungan higenitas makanan dengan kejadian diare di
wilayah kerja Puskemas Lempake

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat untuk Institusi Kesehatan
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan khususnya bagi
Puskesmas Lempake dalam upaya mengembangkan pelayanan kesehatan
lingkungan dan promosi kesehatan mengenai kejadian diare
2. Manfaat untuk Individu, Keluarga, dan Masyarakat
Untuk memberi masukan kepada masyarakat dalam memberikan dukungan
kepada masyarakat sehingga lebih memperhatikan masalah kesehatan
lingkungan terutama mengenai kejadian diare.

3
3. Manfaat bagi Peneliti
a. Sebagai sarana mengaplikasikan ilmu ilmu kedokteran yang telah
diperoleh selama proses perkuliahan.
b. Meningkatkan pengalaman dan keterampilan meneliti dalam menganalisa
permasalahan hubungan faktor faktor lingkungan dan higeinitas
perorangan dengan diare.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DIARE
2.1.1. Definisi Diare
Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau
tanpa darah atau lendir (Suraatmaja, 2007). Menurut WHO (2008), diare didefinisikan
sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam. Berdasarkan waktu
serangannya terbagi menjadi dua, yaitu diare akut (< 2 minggu) dan diare kronik (2
minggu) 12.

2.1.2. Etiologi Diare


Diare disebabkan oleh faktor infeksi,malabsorpsi (gangguan penyerapan zat
gizi), makanan dan faktor psikologis13.
a. Faktor infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diarepada anak. Jenis-
jenis infeksi yang umumnya menyerang antara lain:
1. Infeksi oleh bakteri : Escherichia coli, Salmonella thyposa, Vibrio cholerae
(kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik
seperti pseudomonas.
2. Infeksi basil (disentri),
3. Infeksi virus rotavirus,
4. Infeksi parasit oleh cacing (Ascaris lumbricoides),
5. Infeksi jamur (Candida albicans),
6. Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang
tenggorokan, dan
7. Keracunan makanan.
b. Faktor malabsorpsi
Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi karbohidrat dan lemak.
Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu
formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat
asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam

5
makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida, dengan bantuan
kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika
tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak
tidak terserap dengan baik.
c. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun,
terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang. Makanan yang
terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak-anak balita.
d. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare
kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita, umumnya terjadi pada anak yang lebih
besar.

2.1.3. Epidemiologi Diare


Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan
dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR
penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk,
tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000
penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR
yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah
kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24
Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR
1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %)14.
Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di
Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%). Beberapa provinsi
mempunyai prevalensi diare klinis >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua)

6
dan prevalensi klinis kalimantan timur 7,3% dapat dilihat pada gambar di bawah
ini15.

Sumber : Riset Kesehatan Dasar tahun 2007


Gambar 1. Prevalensi Diare Menurut Provinsi
1

Di Kalimantan timur cakupan diare yang ditemukan dan ditangani pada tahun
2015 tertinggi pada Kabupaten Mahakam Ulu sebanyak 379% dan terendah pada kota
Samarinda sebesar 85%15.

Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2015

7
2.1.4. Penularandiare
Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kuman seperti virus dan
bakteri. Penularan penyakit diare melalui jalur fekal oral yang terjadi karena:
a. Melalui air yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemarselama
perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saatdisimpan di rumah.
Pencemaran ini terjadi bila tempat penyimpanan tidaktertutup atau apabila tangan
yang tercemar menyentuh air pada saatmengambil air dari tempat penyimpanan.
b. Melalui tinja yang terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi, mengandungvirus atau
bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi olehbinatang dan kemudian
binatang tersebut hinggap dimakanan, makamakanan itu dapat menularkan diare ke
orang yang memakannya12. Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2005 menjelaskan
penyebab diare biasanya kuman menyebar melalui fecal oral antara lain
melaluimakanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsungdengan
tinja penderita. Beberapa perilaku yang dapat menyebabkanpenyebaran kuman
enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare,yaitu: tidak memberikan ASI (Air
Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan padapertama kehidupan, menggunakan botol susu,
menyimpan makananmasak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang
tercemar, tidakmencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar, tidak
mencucitangan sesudah membuang tinja anak, tidak mencuci tangan sebelum
atausesudah menyuapi anak dan tidak membuang tinja termasuk tinja bayidengan
benar.

2.1.5. Gejala Klinis diare


Gejala diare pada balita yaitu:13
a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun
meninggi.
b. Tinja bayi encer, berlendir, atau berdarah.
c. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.
d. Anusnya lecet.
e. Gangguan gizi akibat asupan makanan yang kurang.
f. Muntah sebelum atau sesudah diare.
g. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).

8
h. Dehidrasi.
2.1.6. Pencegahan Diare campak
Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan antara lain:20
a. Meningkatkan penggunaan ASI (Air Susu Ibu).
b. Memperbaiki praktek pemberian makanan pendamping ASI.
c. Penggunaan air bersih yang cukup.
d. Kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
e. Penggunaan jamban yang benar.
f. Pembuangan kotoran yang tepat termasuk tinja anak-anak dan bayi yang
benar.
g. Memberikan imunisasi campak

2.1.7. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Diare


Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat komplek, yang
saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak
faktor yang memhubungani kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
16
masyarakat . Menurut model segitiga epidemiologi, suatu penyakit timbul akibat
interaksi satu sama lain yaitu antara faktor lingkungan, agent dan host 17.
Faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi penentu
pendorong terjadinya diare. Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling penting,
sehingga untuk penanggulangan diare diperlukan upaya perbaikan sanitasi
18
lingkungan . Seseorang yang daya tahan tubuhnya kurang, maka akan mudah
terserang penyakit. Penyakit tersebut antara lain diare, kolera, campak, tifus, malaria,
demam berdarah dan influensa 19. Masalah-masalah kesehatan lingkungan antara lain
pada sanitasi (jamban), penyediaan air minum, perumahan, pembuangan sampah dan
pembuangan air limbah 16.

2.1.8. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Diare


Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit diare antara lain :
1. Faktor sanitasi lingkungan
a. Sumber air minum

9
Air merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Kebutuhanmanusia akan air
sangat komplek antara lain untuk minum, masak,mencuci, mandi dan sebagainya. Di
antara kegunaan-kegunaan airtersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk
minum. Olehkarena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk memasak) air
harusmempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkanpenyakit
bagi manusia termasuk diare.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air
bersihadalah:20
1. Mengambil air dari sumber air yang bersih.
2. Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup, serta
menggunakan gayung khusus untuk mengambil air.
3. Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak,
dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber
pengotoran (tangki septik), tempat pembuangan sampah dan air limbah harus
lebih dari 10 meter.
4. Menggunakan air yang direbus.
5. Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersihdan cukup.

Masyarakat membutuhkan air untuk keperluan sehari-hari, makamasyarakat


menggunakan berbagai macam sumber air bersih menjadi airminum. Sumber-sumber
air minum tersebut seperti :
1) Air hujan atau Penampungan Air Hujan (PAH)
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum.Tetapi air hujan ini tidak
mengandung kalsium. Oleh karena itu, agardapat dijadikan air minum yang sehat
perlu ditambahkan kalsium didalamnya.
2) Air sungai dan danau
Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau inijuga dari air hujan yang
mengalir melalui saluran-saluran ke dalamsungai atau danau. Kedua sumber air ini
sering disebut air permukaan.
3) Mata air
Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari air tanahyang muncul secara
alamiah. Oleh karena itu, air dari mata air ini, bilabelum tercemar oleh kotoran sudah

10
dapat dijadikan air minumlangsung, tetapi karena belum yakin apakah betul belum
tercemar,maka sebaiknya air tersebut direbus terlebih dahulu sebelumdiminum.
4) Air sumur dangkal
Air ini keluar dari dalam tanah, maka juga disebut air tanah.Dalamnya lapisan air ini
dari permukaan tanah dari tempat yang satuke tempat yang lain berbeda-beda.
Biasanya berkisar antara 5 sampaidengan 15 meter dari permukaan tanah.
5) Air sumur dalam
Air ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah.Dalamnya dari permukaan tanah
biasanya di atas 15 meter. Olehkarena itu, sebagian besar air minum dalam ini sudah
cukup sehatuntuk dijadikan air minum yang langsung (tanpa melalui
prosespengolahan).Berdasarkan hasil penelitian Wibowo tahun 2004didapatkan
kelompok kasussebesar 68,25% keluarga menggunakan sumber air minum
yangmemenuhi syarat sanitasi, persentase terbesar (53,9%) menggunakansumur
terlindung. Sumber air minum yang tidak memenuhi syarat sanitasiakan
meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balitasebesar 2,5 kali lipat
dibandingkan keluarga yang menggunakan sumberair minum yang memenuhi syarat
sanitasi21.

b. Kualitas fisik air bersih


Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidakberasa dan tidak
berbau. Syarat-syarat airminum yang sehat adalah sebagai berikut:16
1) Syarat Fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening(tidak berwarna), tidak
berasa, tidak berbau, suhu dibawah suhu udaradi luarnya, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari cara mengenal airyang memenuhi persyaratan fisik tidak sukar.
2) Syarat Bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segalabakteri, terutama
bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah airminum terkontaminasi oleh
bakteri patogen adalah dengan memeriksasampel air tersebut. Bila dari pemeriksaan
100 cc air terdapat kurangdari empat bakteri E. coli, maka air tersebut sudah
memenuhi syaratkesehatan.
3) Syarat Kimia

11
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu didalam jumlah tertentu
pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zatkimia di dalam air, akan menyebabkan
gangguan fisiologis padamanusia seperti flour (1-1,5 mg/l), chlor (250 mg/l), arsen
(0,05 mg/l),tembaga (1,0 mg/l), besi (0,3 mg/l), zat organik (10 mg/l), pH (6,5-
9,6mg/l), dan CO2 (0 mg/l).Berdasarkan hasil penelitian Rahadi (2005) bahwa
airmempunyai peranan besar dalam penyebaran beberapa penyakitmenular. Besarnya
peranan air dalam penularan penyakit disebabkankeadaan air itu sendiri sangat
membantu dan sangat baik untukkehidupan mikroorganisme. Hal ini dikarenakan
sumur penduduktidak diplester dan tercemar oleh tinja. Banyaknya sarana air
bersihberupa sumur gali yang digunakan masyarakat mempunyai tingkat
pencemaran terhadap kualitas air bersih dengan kategori tinggi dan sangat
tinggi.Kondisi fisik sarana air bersih yang tidak memenuhi syaratkesehatan
berdasarkan penilaian inspeksi sanitasi dengan kategoritinggi dan amat tinggi dapat
memhubungani kualitas air bersih denganadanya pencemaran air kotor yang
merembes ke dalam air sumur.
c. Kepemilikan Jamban
Jamban merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagaitempat buang air
besar. Sehingga sebagai tempat pembuangan tinja,jamban sangat potensial untuk
menyebabkan timbulnya berbagaigangguan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya.
Gangguan tersebutdapat berupa gangguan estetika, kenyamanan dan kesehatan. Suatu
jamban disebut sehat untukdaerah pedesaan, apabila memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagaiberikut:16
1) Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut.
2) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.
3) Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.
4) Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoak, danbinatang-
binatang lainnya.
5) Tidak menimbulkan bau.
6) Mudah digunakan dan dipelihara.
7) Sederhana desainnya.
8) Murah.
9) Dapat diterima oleh pemakainya.

12
Macam-macam kakus atau tempat pembuangan tinja, yaitu:22
1) Pit-privy (Cubluk)
Kakus ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanahdengan diameter 80-
120 cm sedalam 2,5-8 meter. Dindingnyadiperkuat dengan batu atau bata, dan dapat
ditembok ataupun tidakagar tidak mudah ambruk. Lama pemakaiannya antara 5-15
tahun.Bila permukaan penampungan tinja sudah mencapai kurang lebih 50cm dari
permukaan tanah, dianggap cubluk sudah penuh. Cubluk yangpenuh ditimbun dengan
tanah. Ditunggu 9-12 bulan. Isinya digalikembali untuk pupuk, sedangkan lubangnya
dapat dipergunakankembali.
2) Aqua-privy (Cubluk berair)
Terdiri atas bak yang kedap air, diisi air di dalam tanahsebagai tempat pembuangan
tinja. Proses pembusukannya samaseperti halnya pembusukan tinja dalam air kali.
Untuk kakus ini, agarberfungsi dengan baik, perlu pemasukan air setiap hari, baik
sedangdipergunakan atau tidak.
3) Watersealed latrine (Angsa-trine)
Jamban jenis ini merupakan cara yang paling memenuhipersyaratan, oleh sebab itu
cara pembuangan tinja semacam ini yangdianjurkan. Pada kakus ini closetnya
berbentuk leher angsa, sehinggaakan selalu terisi air. Fungsi air ini gunanya sebagai
sumbat, sehinggabau busuk dari cubluk tidak tercium di ruangan rumah kakus.
4) Bored hole latrine
Sama dengan cubluk, hanya ukurannya lebih kecil karenauntuk pemakaian yang tidak
lama, misalnya untuk perkampungansementara.
5) Bucket latrine (Pail closet)
Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudiandibuang di tempat lain,
misalnya untuk penderita yang tidak dapatmeninggalkan tempat tidur.
6) Trench latrine
Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30-40 cm untuk tempatpenampungan tinja.
Tanah galiannya dipakai untuk menimbuninya.
7) Overhung latrine
Kakus ini semacam rumah-rumahan yang dibuat di atas kolam,selokan, kali dan
rawa.
8) Chemical toilet (Chemical closet).

13
Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic sodasehingga dihancurkan
sekalian didesinfeksi. Biasanya dipergunakandalam kendaraan umum, misalnya
pesawat udara atau kereta api.Dapat pula digunakan dalam rumah sebagai pembersih
tidakdipergunakan air, tetapi dengan kertas (toilet paper).Berdasarkan hasil penelitian
(Wibowo,2004) jenis tempatpembuangan tinja yang terbanyak digunakan pada
kelompok kasusadalah jenis leher angsa (68,3%), sedangkan 7,9% menggunakan
jenisplengsengan dan 23,8% tidak memiliki jamban.

d. Jenis lantai rumah


Syarat rumah yang sehat, jenis lantai rumahnya yang penting tidakberdebu pada
musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Lantairumah dari tanah agar
tidak berdebu maka dilakukan penyiraman airkemudian dipadatkan. Dari segi
kesehatan, lantai ubin atau semenmerupakan lantai yang baik sedangkan lantai rumah
dipedesaan cukuplahtanah biasa yang dipadatkan. Apabila perilaku penghuni rumah
tidaksesuai dengan norma-norma kesehatan seperti tidak membersihkan lantaidengan
baik, maka akan menyebabkan terjadinya penularan penyakittermasuk diare 16.

2. Faktor perilaku
Faktor perilaku yang dapat menyebabkan kuman enterik danmeningkatkan risiko
terjadinya diare 20. Perilaku-perilaku ituantara lain:
1. Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan.
2. Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol
susu susah dibersihkan.
3. Menggunakan air minum yang tercemar.
4. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang
tinja anak.
5. Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar.

D. Prinsip Tatalaksana Penderita Diare


Intervensi untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan
20
adalahmelaksanakan tatalaksana penderita diare, yaitu:
1. Mencegah terjadinya dehidrasi

14
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumahdengan memberikan
minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yangdianjurkan.
2. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segeradibawa ke petugas
kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkanpengobatan yang lebih cepat dan
tepat, yaitu dengan oralit.
3. Memberi makanan
Memberikan makanan selama serangan diare sesuai yang dianjurkandengan
memberikan makanan yang mudah dicerna. Anak yang masih minumASI harus lebih
sering diberi ASI. Setelah diare berhenti, pemberian makananditeruskan selama dua
minggu untuk membantu pemulihan berat berat badananak.
4. Mengobati masalah lain
Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain,maka diberikan
pengobatan sesuai anjuran, dengan tetap mengutamakanrehidrasi.

15
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent


LINGKUNGAN

Sanitasi Dasar
Sumber air minum
tempat pembuangan tinja keluarga
jenis ketersediaan sarana tempat
pembuangan sampah
jenis ketersediaan sarana Diare
pembuangan limbah

STATUS RAWAN BANJIR

GAYA HIDUP/PRILAKU

HIGENITAS PERORANGAN
kebiasaan cuci tangan pakai sabun
kebiasaan memotong kuku
higenitas makanan

Agent : virus , bakteri , protozoa

Genetik

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
Genetik
: Variabel tidak diteliti
Genetik

16
3.2 Hipotesis Penelitian

1. H0 : Tidak ada hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare
H1 : Ada hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare
2. H0 : Tidak ada hubungan antara tempat pembuangan tinja keluarga dengan
kejadian diare
H1 : Ada hubungan antara tempat pembuangan tinja keluarga dengan kejadian
diare
3. H0 : Tidak ada hubungan antara jenis ketersediaan sarana tempat pembuangan
sampah dengan kejadian diare
H1 : Ada hubungan antara jenis ketersediaan sarana tempat pembuangan
sampah dengan kejadian diare
4. H0 : Tidak ada hubungan antara jenis ketersediaan sarana pembuangan limbah
dengan kejadian diare

H1 : Ada hubungan antara jenis ketersediaan sarana pembuangan limbah


dengan kejadian diare

5. H0 : Tidak ada hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare
H1 : Ada hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare
6. H0 : Tidak ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan
kejadian diare
H1 : Ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian
diare
7. H0 : Tidak ada hubungan antara kebiasaan memotong kuku dengan kejadian
diare
H1 : Ada hubungan antara kebiasaan memotong kuku dengan kejadian diare
8. H0 : Tidak ada hubungan antara higenitas makanan dengan kejadian diare
H1 : Ada hubungan antara higenitas makanan dengan kejadian diare

17
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan
secara case control yaitu untuk mengetahui hubungan ketersediaan sanitasi
dasar, status rawan banjir dan higenitas perorangan terhadap kejadian diare di
wilayah kerja Puskesmas Lempake dengan cara membandingkan antara dua
kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Lempake Samarinda.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai tanggal 21 Februari hingga 28 Februari 2017.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi terdiri dari populasi kasus dan populasi kontrol yang selanjutnya
diambil sampel. Populasi kasus dalam Penelitian ini adalah semua pasien diare yang
dirawat jalan ataupun dirawat inap di poli umum puskesmas Lempake Samarinda
yang didiagnosis secara klinis dan dan tercatat dalam Medical Record. Populasi
control dalam Penelitian ini adalah tetangga pasien diare .

4.3.2 Sampel Penelitian


Pengambilan sampel dilakukan secara purposive Sampling yaitu pasien diare
yang berobat di poli umum puskesmas lempake sejak 1 Januari 2017 - 18 Februari
sebagai kasus dan tetangga pasien sebagai control .

4.3.3 Besar Sampel

Adapun penentuan besar sampel ditentukan berdasarkan rumus analitik

18
komparatif kategorikal tidak berpasangan menurut Dahlan,2010 berikut:

Keterangan:

n1 : Besar sampel sebagai kasus

n2 : Besar sampel sebagai kontrol

Z : 1,96 (Kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5%)

Z : 0,84 (Kesalahan tipe 2 ditetapkan sebesar 20%)

P1 : Proporsi pada beresiko atau kasus

Q1 : 1-P1

P2 : 0,786 (Proporsi pada kelompok tidak terpajan atau kontrol. Berdasarkan


data profil kesehatan Kalimantan timur (2015), proporsi pada masyarakat yang
tidak mengalami kejadian diare adalah 786/1000)

Q2 : 1-P2

P : Proporsi total = P1 + P2 /2

Q : 1-P

P1-P2 : 0,3 (Perbandingan proporsi minimal yang dianggap bermakna jika


selisihnya 30%)

n1 = [Z2PQ+ZP1Q1+P2Q2]2

(P1-P2)2

19
n1 = [ 1.96(2x0.78x0.22)+0.84(0.214x0.78)+(0.24x0.71)]2

(0.3)2

n1 = 29,3 ~ 30

Berdasarkan rumus diatas maka besar sampel adalah sebanyak responden 30


kasus dan 30 responden kontrol.

4.4 Kriteria Subyek Penelitian

Kriteria Inklusi Kasus

1) Menderita penyakit Diare berdasarkan hasil pemeriksaan secara klinis


2) Bersedia menjadi peserta penelitian
3) Pasien dengan Kelompok Usia >12 Tahun

Kriteria eksklusi kasus

1) Telah pindah rumah atau meninggal


2) Sudah didatangi untuk diwawancarai tetapi tidak ada

Kriteria inklusi kontrol

1) Tetangga pasien diare


2) Bersedia menjadi peserta penelitian
3) Pasien dengan Kelompok Usia > 12 Tahun

Kriteria eksklusi kontrol

1) Telah pindah rumah atau meninggal


2) Sudah 3 kali didatangi untuk diwawancarai tetapi tidak ada.

20
4.5 Definisi Operasional
1. Kejadian diare
a. definisi : Suatu keadaan dimana terjadi buang air besar cair atau mencret
dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari. Diagnosis diare ditegakkan oleh
dokter Umum di poli umum Puskesmas Lempake
b. alat ukur : -
c. skala data : Nominal
d. hasil pengukuran :
1) Diare sebagai kasus
2) Tidak diare sebagai kontrol
2. Sumber air minum
a. definisi: asal atau jenis air yang digunakan untuk minum bagi keperluan hidup
sehari-hari terdiri dari :
b. alat ukur: daftar pertanyaan dan lembar checklist
c. skala data : Nominal
d. hasil pengukuran :
1.) Air terlindung
a. PDAM
b. Air mineral
2) Air tidak terlindung
a. Sungai
b. Sumur
c. Penampungan Air Hujan (PAH)
3. Jenis tempat pembuangan tinja
a. Definisi : Macam tempat buang air besar yang digunakan keluarga
termasuk balita untuk membuang tinja. Dengan kriteria :
1) Tidak mempunyai kakus (ke sungai)
2) Jamban tanpa tangki septic atau kakus di atas sungai
3) Jamban dengan tangki septic atau jamban leher angsa
Dikelompokkan menjadi jamban tidak sehat (1 dan 2) dan jamban sehat (3).
b. alat ukur : Daftar pertanyaan dan checklist
c. skala data : Nominal

21
d. hasil pengukuran :
1) Jamban tidak sehat
2) Jamban sehat
4. Ketersediaan sarana tempat pembuangan sampah
a. Definisi : tersediaan tempat untuk menyimpan sampah sementara setelah
sampah dihasilkan yang harus ada di setiap sumber atau penghasil sampah
dengan ketentuan sebagai berikut:
(1). Setiap keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri di
rumah, skor = 1.
(2). Tempat pembuangan sampah tertutup hingga tidak terjamah lalat dan
kedap air, skor = 1.
b. alat ukur : daftar pertanyaan dan lembar cheklist
c. skala data : Nominal
d hasil pengukuran :
1. Memenuhi syarat: 1
2. Tidak memenuhi syarat: < 1
5. Jenis ketersediaan sarana pembuangan limbah
a. Definisi : Ketersediaan sarana untuk menyalurkan pembuangan limbah rumah
tangga yang meliputi air bekas cucian, air dari kamar mandi, air dari dapur.
Dengan ketentuan sebagai berikut:
(1). Tidak mencemari sumber air bersih, skor = 1.
(2). Tidak menimbulkan genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk,
skor = 1.
(3). Tidak menimbulkan bau, skor = 1.
(4). Tidak menimbulkan becek-becek atau pandangan yang tidak
menyenangkan, skor = 1.
b. alat ukur : daftar pertanyaan dan lembar cheklist
c. skala data : Nominal
d. hasil pengukuran:
1. Memenuh syarat: 3
2. Tidak memenuhi syarat: < 3

22
6. Status rawan banjir
a. definisi : Merupakan status rawan banjir rumah responden, apakah rumah
responden terkena banjir atau tidak. Berdasarkan hasil wawancara dengan
responden.
b. alat ukur : daftar pertanyaan
c. skala data : Nominal
d. hasil pengukuran :
1. daerah rawan banjir
2. daerah non rawan banjir.

7. Kebiasaan cuci tangan pakai sabun


a. definisi : Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air
besar yang ditanyakan pada saat penelitian dikategorikan
b. alat ukur : daftar pertanyaan
c. skala data : Nominal
d. hasil pengukuran :
1. Baik, bila sering/sebagian besar aktivitas memakai sabun
2. Tidak baik, bila tidak memakai sabun.
8. Kebiasaan memotong kuku
a. definisi : kebiasaan merawat kuku dengan cara memotong atau
memendekkan kuku yang dilakukan 1 kali setiap minggu yang bertujuan
untuk mencegah kotoran/telur cacing melekat pada kuku yang ditanyakan
pada saat penelitian
b. alat ukur : daftar pertanyaan
c. skala data : Nominal
d hasil pengukuran :
1. Baik, bila setiap minggu memotong kuku
2. Tidak baik, bila tidak setiap minggu memotong kuku.
9. Higenitas makananan
a. definisi : Kegiatan mengelola makanan di rumah tangga dan menerapkan
prinsip higiene sanitasi pangan dalam proses pengelolaan makanan di rumah
tangga.
b. alat ukur : daftar pertanyaan

23
c. skala data : Nominal
d hasil pengukuran :
1. baik jika tempat penyimpanan bahan makanan tertutup sehingga terhidar
dari tikus/serangga/bahan kimia dan makanan yang tersaji tertutup serta
sumber air bersih untuk mencuci bahan makanan memenuhi semua
syarat fisik yaitu tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, terlihat jernih
dan bersih.
2. buruk, jika tempat penyimpanan bahan makanan terbuka atau Makanan
yang tersaji terbuka atau mencuci bahan makanan dengan sumber air yang
tidak memenuhi syarat fisik air bersih.

4.6 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan dan
lembar checklist

4.7 Pengumpulan Data


Data yang digunakan adalah data primer didapatkan melalui daftar
pertanyaan dan checklist saat berkunjung ke rumah pasien diare yang berobat ke poli
umum selama 1 januari hingga 18 Februari sebagai kasus dan tentangga pasien
sebagai control yang berada di wilayah Puskesmas Lempake

4.8 Pengolahan dan Analisis Data


Data diolah dengan menggunakan tabel dan diagram.

24
4.8 Alur Penelitian

Pasien diare yang berobat Poli


Umum Puskesmas Lempake

Purposive Sampling

Bersedia menjadi responden Tidak bersedia menjadi responden

Daftar pertanyaan dan lembar cheklist untuk Daftar pertanyaan dan lembar cheklist
menilai sanitasi dasar, status rawan banjir dan untuk menilai sanitasi dasar, status rawan
higenitas perorangan pasien sebagai kasus banjir dan higenitas perorangan tetangga
pasien sebagai control

Pengolahan , penyajian dan analisis data

Pembahasan dan kesimpulan

25
4.9. Jadwal Kegiatan Penelitian
2017
Februari
No
Minggu Minggu Minggu
Kegiatan 3 4 5
1 Penyusunan proposal
2 Seminar proposal
3 Penelitian
Penyusunan laporan
4
hasil
5 Seminar hasil

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Sander MA. 2005. Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di
Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Medika. Vol. 2. No.2.
Juli=Desember 2005:163-171
2. Anjar Purwadiana Wulandari, 2009, Hubungan Antara Faktor Lingkungan
dan Faktor Sosiodemografi dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa
Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009, Skripsi:
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Litbangkes. (2013).
3. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
4. Dinas Kesehatan Kalimantan Timur. 2015. Profil Kesehatan Kalimantan Timur.
5. Depkes. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Jakarta: Direktorat
Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
6. Purwidiana, Anjar. 2009. Hubungan Faktor Lingkungan dan Sosiodemografi
dengan kejadian diare pada Balita Desa Blimbing Kec.Sambirejo Sragen.
7. Agus Riyadi, 2009, Bahaya Banjir dan Cara Penanggulangannya, Jakarta:
Bengawan
8. Siti Kholifatun Nandiroh, 2014, Hubungan antara Dampak Banjir dan
Kejadian Diare pada Anak Balita Usia Dibawah Lima Tahun di
Puskesmas Kelurahan Pekojan II Jakarta Barat tahun 2014, Skripsi:
Universitas Esa Unggul Jakarta.
9. World Health Organization, 2016, Climate Change and Human Health
Risks and Responses, Ganeva: Author
10. Puskesmas Lempake. 2015. Data Kasus Baru Penyakit Diare Puskesmas
Lempake
11. Puskesmas Lempake. 2016. Data Kasus Baru Penyakit Diare Puskesmas
Lempake
12. Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Surabaya: Erlangga.
13. Widjaja MC. 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta:
Kawan Pustaka.

27
14. Kementrian Kesehatan RI. 2011. Situasi diare di Indonesia. Jakarta : buletin data
dan informasi kesehatan

15. Profil Kesehatan tahun 2015. Samarinda : Dinas kesehatan provinsi Kalimantan
Timur
16. Notoatmodjo S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar.Jakarta:
PT Rineka Cipta.
17. Timmreck CT. 2004. Epidemiologi suatu Pengantar. Jakarta: Buku
KedokteranEGC.
18. Zubir, Juffrie M, Wibowo T. 2006. Faktor-faktor Resiko Kejadian Diare
Akutpada Anak 0-35 Bulan (BATITA) di Kabupaten Bantul. Sains
Kesehatan.Vol 19. No 3. Juli 2006. ISSN 1411-6197 : 319-332.
19. Slamet JS. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada
UniversityPress.
20. Depkes RI. 2005. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare.
Jakarta:Depkes RI.
21. Wibowo T, Soenarto S & Pramono D. 2004. Faktor-faktor Resiko Kejadian
DiareBerdarah pada Balita di Kabupaten Sleman. Berita
KedokteranMasyarakat. Vol. 20. No.1. Maret 2004: 41-48.
22. Entjang I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Citra Aditya Bakti

28
LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar informant consent

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED


CONSENT)
Yang bertanda tangan dibawah ini
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian, maka
saya :
Bersedia / TidakBersedia*)
Untukberperansebagairesponden.Saya mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari
penelitian ini tanpa adanya sanksi atau paksaan. Adapun catatan mengenai data
responden akan dirahasiakan dan peneliti akan memusnahkan instrument penelitian
setelah proses pengumpulan data selesai.

Samarinda, .......2017
Yang menyatakan,
______________

Keterangan :
*) Coret yang tidakdipilih

29
Lampiran 2 . Kuisioner

DAFTAR PERTANYAAN

HUBUNGAN KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR, STATUS


RAWAN BANJIR DAN PRILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE

No. Responden :...............................................................................

Tanggal wawancara :...............................................................................

Kelompok : kasus / kontrol (coret salah satu)

Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang hubungan


ketersediaan sanitasi dasar terhadap kejadian diare pada masyarakat di wilayah
rawan banjir. Hasil dari penelitian ini akan dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam meningkatkan program kesehatan masyarakat mengenai
penyakit diare.

IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Alamat :
RT/RW:
Umur : tahun
Beri tanda (X) sesuai pilihan Anda.
Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Pendidikan terakhir : 1. Tidak tamat SD 4. Tamat SMA
2. Tamat SD 5. Tamat perguruan tinggi
3. Tamat SMP

Pekerjaan : 1. Buruh 5. PNS


2. Petani 6. Siswa / Mahasiswa
3. Wiraswasta 7. Lainnya,.............(sebutkan)
4. Karyawan swasta

29
PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda (X) pada pilihan jawaban disamping sesuai dengan yang anda
lakukan.
A. Kejadian Banjir
1. a) Apakah rumah Anda pernah terkena banjir?
a. Ya b. Tidak
b) Jika pernah, kapan rumah Anda terkena banjir? Jelaskan.
............................................................................................................
B. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar
I. Sumber air Bersih
1. Apakah di rumah Anda mempunyai sarana penyedia air bersih?
a. Ya b. Tidak
2. Jenis sumber air bersih yang ada di rumah Anda termasuk yang mana?
a. Sumur Gali b. sungaic. PDAM d. Air mineral e. penampungan air hujan
3. Apakah air bersih yang anda gunakan berbau?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah air bersih yang anda gunakan berasa?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah air bersih yang anda gunakan berwarna?

a. Ya b. Tidak

6. Apakah air yang anda gunakan keruh?

a. Ya b. Tidak

II. Jenis Tempat Pembuangan Tinja


1. Apakah di rumah Anda mempunyai jamban?
a. Ya b. Tidak
2. Bila ya, apa jenis jamban di rumah ?
a. Jamban tanpa tangki septic / jamban cemplung
b. Jamban dengan tangki septic / leher angsa

30
3. Bila tidak, ke mana keluarga buang air besar (BAB) ?
a. Sungai/kali
b. Kebun/pekarangan
c. Lain-lain ___________________________(Sebutkan)
4. Apakah jamban anda selalu tertutup?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah anda membersihkan jamban?

a. Ya b. Tidak

Jika Ya, berapa kali sehari ......................................

III. Jenis Ketersediaan Sarana Tempat Pembuangan Sampah


1 Apakah di rumah Anda mempunyai tempat pembuangan sampah?
a. Ya b. Tidak
2 . Apakah tempat pembuangan sampah tertutup hingga tidak terjamah lalat dan
kedap air,

a. Ya b. Tidak

IV. Jenis Ketersediaan Sarana Pembuangan Limbah


1. Apakah di rumah Anda mempunyai saluran pembuangan air kotor? Misalnya,
airbekas mencuci pakaian dan piring.
a. Ya b. Tidak

V. Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun

1. Apakah sumber air untuk mencuci tangan anda ?


a. Sumur Gali b. sungaic. PDAM d. Air mineral e. penampungan air hujan
2. Apakah anda mencuci tangan menggunakan air dan sabun sebelum mengolah
dan menghidangkan makanan?

a. Ya
b. Tidak

3. Apakah anda mencuci tangan menggunakan air dan sabun sesudah BAB?

31
a. Ya
b. Tidak

4. Apakah anda mencuci tangan menggunakan air bersih, sabun dan air mengalir

setelah memegang hewan/unggas?

a. Ya
b. Tidak

VI. Kebiasaan Memotong Kuku

1. Apakah dalam seminggu anda memotong atau memendekkan kuku ?

a. Ya b. Tidak

VII. Sanitasi Makanan

1. Apakah makanan yang anda konsumsi di masak sendiri?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah bahan makanan sebelum di masak di cuci terlebih dahulu?

a. Ya b Tidak

jika iya , dicuci dengan sumber air apa ?

sebutkan

3. Apakah tempat penyimpanan bahan maknan tertutup ?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah makanan yang tersaji tertutup ?

a. Ya b Tidak

32
Lampiran 3. Lembar Cheklist Penelitian

LEMBAR CHECKLIST PENELITIAN


PETUNJUK PENGISIAN

Berilah tanda () pada kolom jawaban disamping sesuai dengan yang Anda
lakukan.

JAWABAN
No VARIABEL SKOR
YA TIDAK
1. Kondisi fisik sarana air bersih
Sumur gali dan sumur pompa: terdapat
dinding 3 meter ke bawah.
Perlindungan mata air dan perpipaan:
jaringan pipa tidak bocor / terendam
air.
Tempat penampungan air dalam
keadaan bersih dan dikuras sekurang-
kurangnya seminggu sekali.
Tempat penyimpanan air minum
dalam keadaan bersih dan dicuci
sekurang-kurangnya seminggu sekali.
2. Kondisi fisik sarana pembuangan tinja
/ jamban
Mencegah kontaminasi ke badan air.
Mencegah kontak antara manusia dan
tinja
Membuat tinja tidak dapat dihinggapi
Serangga
Septic tank tidak mencemari air tanah
dan air permukaan, jarak dengan
sumber air > 10 meter.
(a) Bila berbentuk leher angsa, air
penyekat selalu menutup lubang
tempat jongkok.
(b) Bila tanpa leher angsa, harus
dilengkapi dengan penutup lubang
tempat jongkok yang dapat mencegah
lalat atau serangga atau binatang
kainnya.
3. Kondisi fisik sarana
tempatpembuangan sampah
Setiap keluarga mempunyai tempat
pembuangan sampah sendiri di rumah.
Tempat pembuangan sampah tertutup
hingga tidak terjamah lalat dan kedap
air.

33
4. Kondisi fisik sarana pembuangan air
limbah
Tidak mencemari sumber air bersih.
Tidak menimbulkan genangan air
yang dapat menjadi sarang nyamuk.
Tidak menimbulkan bau
Tidak menimbulkan becek-becek atau
pandangan yang tidak menyenangkan.

KETERANGAN PEMBERIAN NILAI LEMBAR CHECKLIST PENELITIAN

pertanyaan yang dijawab () pada kolom Tidak diberi skor 0.

34

Anda mungkin juga menyukai