Anda di halaman 1dari 34

SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA S

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:1


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: American Journal of Infection Control


Nomor/Edisi/Tahun: 183-8/37/2009
Penerbit: Association for Professionals in Infection Control and
Epidemiology
Judul Artikel: Impact of patient visiting activities on indoor climate in a medical
Intensive care unit: A 1-year longitudinal study
Penulis: Chin-Sheng Tang et al.

Isi Telaahan:
Bioaerosol termasuk virus, bakteri, fungi, dan spora dapat menyebabkan berbagai penyakit
pernapasan. Sebuah RS di Taiwan melakukan survey pada ruang ICU, yang menunjukkan
presentase angka penyakit nosokomial pernapasan antara 17% - 25%. Beberapa bakteri yang
dominan adalah Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter baumannii, Klebsiella pneumoniae,
Staphylococcus aureus (yang paling dominan 17-21%), dan Stenotrophomonas maltophilia.

Sumber dari bioaerosol adalah semua pengguna, pasien, pengunjung, dan seluruh personil RS.
Berbagai alat pada ICU juga meningkatkan resiko infeksi. Kemungkinan Cross-infection antar
pasien dan pengguna juga semakin tinggi dengan penggunaan sistem HVAC. Ketidaklayakan
sistem AC, rendahnya pertukaran udara, penggunaan sebuah material tertentu, jumlah pengguna
yang terlalu banyak, dapat menghasilkan polusi udara di dalam ruang.

Penelitian dilakukan terhadap konsentrasi berbagai parameter udara indoor, yaitu: partikel,
bakteri, jamur, virus, NO, temperature, kelembaban, dan VOC. Peneliti melakukan sampling
setiap minggu sepanjang tahun. Hasil sampling menunjukkan grafis yang cukup datar sepanjang
tahun, kecuali partikel halus, bakteri, dan jamur (yang memililki 1-4 puncak, yang bisa s.d. 100
kali kelipatan angka di bulan-bulan lain), untuk CO2 menunjukkan penurunan di musim kemarau
sejalan dengan meningkatnya pertukaran udara.

Hal Penting/Kesimpulan:

Penelitian dilakukan pada iklim subtropis sehingga terdapat perbedaan konteks iklim, dan
memiliki konteks ekonomi yang kurang lebih sama, yaitu negara berkembang. Penelitian ini
menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan sebelum dan setelah kunjungan pasien terhadap
iklim udara indoor, meski tidak ditemukan signifikansinya pada konsentrasi bakteri. Penelitian
ini belum mengukur supply dan pertukaran udara, dan akan mempertimbangkan hal ini untuk
penelitian berikutnya.

Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA S
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:2


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: Procedia Engineering


Nomor/Edisi/Tahun: 1389–1396/ 205 / 2017
Penerbit: Elsevier
Judul Artikel: Numerical Simulation Study on Concentration Distribution of
Indoor pollutions by Different Natural Ventilation Strategies in
Shenyang
Penulis: Shui Yu et al.

Isi Telaahan:
Paper ini bertujuan menganalisis kinerja ventilasi alami terhadap kualitas udara dalam ruang.
Penelitian dilakukan pada musim panas, di bangunan perumahan di kota Shenyang, Cina.
Peneliti melakukan investigasi terhadap perilaku penghuni selama musim panas mengenai
penggunaan bukaan jendela, dan simulasi berbagai skenario bukaan jendela.

Analisis aliran udara dilakukan dengan menggunakan aplikasi CFD Airpak 3.0. Persamaan
matematik yang digunakan dalam modelling CFD tersebut sebagai berikut:
1. Species Transport Modeling
CFD mensimulasikan proses konveksi, difusi, dan transportasi dengan memecahkan
persamaan hukum kekekalan yang mampu menjelaskan sumber konveksi, difusi dan reaksi
dari masing-masing bahan penyusunnya. Persamaannya sebagai berikut:

Ri=kecepatan produksi bersih dalam reaksi kimia


Si=diskrit dan sumber yang ditentukan pengguna hal-hal yang menghasilkan kecepatan
produksi eksternal
2. Air Flow Modeling
Aliran fluida adalah hukum kekekalan yang harus meliputi: hukum kekekalan momentum,
hukum konservasi energi, hukum kekekalan komponen dan hukum kekekalan massa. Untuk
udara dalam ruangan turbulensi, persamaan umumnya sebagai berikut:

φ=variabel generik, ρ=densitas fluida, u=kecepatan partikel cairan, Г= koefisien difusi, S=


sumber.

Hal Penting/Kesimpulan:
Persamaan matematik yang digunakan dalam simulasi CFD. Simulasi inlet yang semakin besar
tanpa merubah outlet dapat memperbaiki kualitas udara yang cukup signifikan.
Tanda tangan

SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA S


PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:3


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal:
Nomor/Edisi/Tahun: 2012
Penerbit: Kementerian Kesehatan RI
Judul Artikel: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Perawatan Intensif
Penulis: Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik Dan Sarana
Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

Isi Telaahan:
Definisi Ruang ICU adalah fasilitas untuk merawat pasien yang dalam keadaan belum stabil
sesudah operasi berat atau bukan karena operasi berat yang memerlukan secara intensif
pemantauan ketat atau tindakan segera.

Ruang ICU dapat berisikan beberapa tempat tidur dengan sekat, dengan luas lantai bersih per
tempat tidur 12m2-16m2. Ruang ICU dengan modul kamar individual atau kamar isolasi luas
lantainya 16m2-20m2 per kamar.

Ruang ICU berhubungan langsung dengan ruang perawat, dokter, alat medik, tunggu, jenazah,
gudang bersih, dan gudang kotor. Ruang ICU berhubungan tidak langsung dengan IGD, Instalasi
Bedah, dan Instalasi Rawat Inap.

Ventilasi di Ruang Perawatan Intensif harus pasti merupakan ventilasi tersaring dan
terkontrol.Pertukaran udara di ruang perawatan intensif minimal enam kali per jam. Udara
disaring dengan menggunakan medium filter. Tekanan dalam setiap Ruang Perawatan Intensif
harus lebih besar dari ruang-ruang yang bersebelahannya (tekanan positif). Tekanan positif
diperoleh dengan memasok udara dari diffuser yang terdapat pada langit-langit ke dalam
ruangan. Udara dikeluarkan melalui return grille yang berada pada + 20 cm diatas permukaan
lantai. Organisme-organisme mikro dalam udara bisa masuk ke dalam ruangan, kecuali tekanan
positip dalam ruangan dipertahankan.

Ruang ICU minimal memiliki 2 dudukan filter udara dengan masing-masing efisiensinya 25%
dan 90%. Syarat ini setara dengan ruang melahirkan, ruang anak, ruang tindakan, diagnostik,
ruang operasi prosedur umum.

Hal Penting/Kesimpulan:
Pada pedoman ini tidak ada opsi dimana ruang ICU diperbolehkan menggunakan jendela /
srikulasi alami. Hal ini berbeda dengan pedoman di India.

Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA S
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:4


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal:
Nomor/Edisi/Tahun: 2011
Penerbit: Kementerian Kesehatan RI
Judul Artikel: Pedoman Teknis Prasarana Sistem Tata Udara pada Bangunan
Rumah Sakit
Penulis: Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik Dan Sarana
Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

Isi Telaahan:
Dalam banyak kasus, pengkondisian udara yang tepat merupakan faktor terapi pasien dan dalam
beberapa kasus merupakan pengobatan utama. Studi menunjukkan bahwa pasien dalam
lingkungan terkendali umumnya memiliki penyembuhan fisik lebih cepat daripada orang-orang
di lingkungan yang tidak terkendali. Sebagai contoh, pasien dengan tirotoksikosis tidak
menghendaki kondisi lembab atau gelombang panas yang sangat tinggi. Pasien ini butuh udara
sejuk, dan kering.
Setiap pasien memiliki ukuran ideal kelembaban dan suhu udara ruangnya masing-masing,
sesuai penyakit yang diderita. Pasien cedera kepala, yang mengalami operasi otak, dan yang
keracunan barbiturat mungkin memiliki hipertermia, terutama dilingkungan yang panas, karena
gangguan di pusat pengatur panas otak. Faktor penting dalam pemulihan lingkungan di mana
pasien dapat kehilangan panas oleh radiasi dan penguapan yaitu dengan ruangan yang sejuk serta
udara kering. Suatu lingkungan yang panas dengan temperatur 320 C bola kering dan kelembaban
relatif 35% telah berhasil digunakan dalam merawat pasien radang sendi. Area klinis yang bukan
untuk pengobatan penyakit pernapasan atas dan perawatan akut, serta seluruh rumah sakit, harus
dipertahankan pada kelembaban relatif 30% sampai 60%. Pasien yang memerlukan terapi
oksigen dan pasien dengan tracheostomy memerlukan perhatian khusus untuk menjamin
kehangatan, pasokan udara lembab.
Infeksi bakteri yang sangat menular dan terbawa dalam campuran udara atau udara dan air
adalah Mycobacterium tuberculosis dan Legionella pneumaphia (penyakit legionnaire).
Well (1934) menunjukkan bahwa tetesan atau zat infeksius berukuran 5 μm atau kurang dapat
tetap diudara tanpa batas. Isoard (1980) dan Luciano (1984) telah menunjukkan bahwa 99,9%
dari semua bakteri yang berada di rumah sakit dapat dihilangkan oleh filter dengan effisiensi
90% sampai 95% (ASHRAE Standar 52.1).
Hal Penting/Kesimpulan:
Kelembaban dan suhu udara ideal sifatnya relatif untuk setiap pasien. Jenis bakteri yang sangat
menular di udara. Efisiensi filter menurut Luciano (1984) 90%-95%, peraturan hanya 90%.
Asumsi Pola udara dalam ruang laminar.

Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA S
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:5


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal:
Nomor/Edisi/Tahun: 2010
Penerbit: Guidelines Committee ISCCM
Judul Artikel: ICU Planning and Designing in India – Guidelines 2010
Penulis: Rungta, Dr Narendra et al.

Isi Telaahan:
Ruang ICU harus dikondisikan secara mekanis sehingga dapat terkontrol temperatur,
kelembaban, dan pertukaran udaranya. Jika hal tersebut tidak dapat dilakukan seharusnya ruang
tersebut memiliki jendela yang dapat dibuka (sebaiknya jendela berengsel).

Gerakan udara harus selalu dari bersih ke area kotor. Disarankan untuk memiliki minimal enam
kali perubahan udara total per kamar per jam, dengan dua perubahan udara per jam terdiri dari
udara luar. Di mana AC tidak universal, bilik harus memiliki lima belas perubahan udara per jam
dan area pasien lainnya setidaknya tiga per jam. Utilitas kotor, pintu air dan laboratorium
membutuhkan lima perubahan per jam, tetapi dua per jam cukup untuk area staf lainnya. Sistem
AC sentral dan udara yang disirkulasikan ulang harus melewati filter yang tepat. Disarankan
bahwa semua udara harus disaring hingga efisiensi 99% hingga 5 mikron. Merokok tidak
diperbolehkan di ruang ICU.

Untuk unit perawatan kritis yang memiliki modul pasien tertutup, suhu harus disesuaikan dalam
setiap modul untuk memungkinkan pilihan suhu dari 16 hingga 25 derajat Celcius.
Beberapa bilik mungkin memiliki pilihan tekanan operasi positif atau negatif (relatif terhadap
area terbuka).

Daya listrik cadangan penting terdapat di ICU. ICU harus memiliki tenaga cadangan sendiri,
yang akan mulai secara otomatis jika terjadi kegagalan daya. Kekuatan ini harus cukup untuk
mempertahankan suhu dan menjalankan peralatan ICU (meskipun sebagian besar peralatan ICU
penting memiliki cadangan baterai). Stabilisasi tegangan juga wajib. Sistem Catu Daya Tidak
Terputus (UPS) lebih baik untuk ICU

Ruang isolasi tekanan negatif (Isolasi pasien yang terinfeksi / dicurigai terinfeksi organisme yang
ditularkan melalui droplet nukleus di udara <5 μm diameter), di kamar-kamar ini jendela tidak
terbuka. Ruang isolasi tekanan positif (Untuk menyediakan lingkungan yang protektif bagi
pasien dengan risiko infeksi tertinggi, misal: Neutopenia dan pasca transplantasi). Penyaringan
HEPA diperlukan jika udara dikembalikan.

Hal Penting/Kesimpulan:
Terbuka kemungkinan ICU tanpa penggunaan AC dalam pedoman di India. Ruang isolasi bisa
bertekanan negatif atau positif tergantung tingkat risiko infeksi pasien.
Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:6


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: Technology


Nomor/Edisi/Tahun: 119-124/13(2) /2010
Penerbit: Research Gate
Judul Artikel: Sustainable Indoor Air Quality (Iaq) In Hospital Buildings
Penulis: Gültekin, Arzuhan Burcu & Çiğdem Belgin Dikmen

Isi Telaahan:
Penelitian ilmiah telah menunjukkan bahwa udara di dalam gedung dapat lebih tercemar
daripada udara luar. Polusi dalam ruangan telah meningkat karena berbagai faktor termasuk
pembangunan bangunan yang lebih tertutup rapat, penggunaan finishing perabotan sintetis, dan
penggunaan produk perawatan pribadi yang diformulasi secara kimia. Kehadiran sumber-sumber
yang melepaskan gas atau partikel ke udara adalah penyebab utama polusi dalam ruangan di
gedung-gedung, dan dalam konteks ini di bangunan rumah sakit. Polusi dalam ruangan
membatasi kualitas udara dalam ruangan (IAQ).

Sustainable IAQ memiliki beberapa faktor penentu seperti: polutan dalam ruangan, sumber
pencemar dalam ruangan, mekanisme penghilangan pencemar dalam ruangan, dan efek
kesehatan dari polusi dalam ruangan. Pendekatan komprehensif untuk desain bangunan rumah
sakit yang sustainable juga perlu dilakukan.

Peningkatan kualitas IAQ akan mengurangi dampak negatif bagi seluruh penggunanya, hal ini
sesuai dengan kriteria desain berkelanjutan. Rumah sakit adalah bangunan kompleks yang
membutuhkan mekanisme pembuangan polutan untuk mengontrol emisi yang berbahaya bagi
pasien, pengunjung, staf administrasi, dan staf kesehatan. Selain itu, desain bangunan rumah
sakit dan isu-isu IAQ harus dipertimbangkan pada seluruh proses.

Hal Penting/Kesimpulan:
Faktor penentu IAQ yang sustainable. Sumber-sumber polutan, dan cara-cara mengukurnya di
dalam ruangan. Pengaruh-pengaruh kesehatan bagi pengguna dari setiap indoor polutan.

Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:7


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: Intitut Pasteur Research in Microbiology


Nomor/Edisi/Tahun: 557-563/166/2015
Penerbit: Elsevier
Judul Artikel: Microbiological assessment of indoor air quality at different
hospital sites
Penulis: Verde, Sandra Cabo et al.

Isi Telaahan:
Kualitas udara dalam rumah sakit yang buruk (IAQ) dapat menyebabkan
infeksi yang didapat di rumah sakit, sindrom rumah sakit yang sakit dan
berbagai bahaya pekerjaan.Upaya pengendalian udara sangat penting untuk
mengurangi penyebaran partikel biologis di udara di rumah sakit.

Penelitian ini melakukan survei kualitas bioaerosol di berbagai situs di Rumah


Sakit Portugis, yaitu operasi teater, layanan darurat, dan bangsal bedah.
Jumlah bakteri mesophilic aerobik dan fungal load dinilai dengan impaksi
langsung ke agar kedelai tryptic dan agar ekstrak malt dilengkapi dengan
antibiotik kloramfenikol (0,05%) piring, masing-masing menggunakan
sampler udara MAS-100. Konsentrasi mikroba udara tertinggi, melebihi
standar di beberapa situs sampling, kriteria kesesuaian didefinisikan dalam
undang-undang nasional.

Bakteri gram-positif adalah fenotipe yang paling sering (88%) terdeteksi dari
populasi bakteri yang diukur di semua lingkungan dalam ruangan.
Staphylococcus (51%) dan Micrococcus (37%) dominan di antara genera
bakteri yang diidentifikasi dalam penelitian ini. Mengenai jamur dalam
ruangan karakterisasi, genera umum adalah Penicillium (41%) dan
Aspergillus (24%).
Pemantauan rutin sangat penting untuk menilai efisiensi kontrol udara dan
untuk mendeteksi pengenalan partikel udara yang tidak teratur melalui
pakaian pengunjung dan staf medis atau kereta oleh bahan-bahan pribadi
dan medis. Selanjutnya, data survei mikrobiologi harus digunakan dengan
jelas menentukan pedoman kualitas udara spesifik untuk lingkungan yang
terkendali di pengaturan rumah sakit..

Hal Penting/Kesimpulan:
Bakteri paling dominan adalah Staphylococcus dan Micrococcus. Jamur paling dominan adalah
Penicillium dan Aspergillus.

Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:8


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: Heritage Science


Nomor/Edisi/Tahun: 28/3/2015
Penerbit: Chemistry Central
Judul Artikel: Innovative tools and modeling methodology for impact prediction
and assessment of the contribution of materials on indoor air
quality
Penulis: Desauziers et al.

Isi Telaahan:
Kombinasi dari semakin banyak bangunan kedap udara, emisi formaldehyde, dan materi
senyawa organik yang mudah menguap (VOC) dengan bahan bangunan, dekorasi dan furnitur
menyebabkan kualitas udara dalam ruangan lebih rendah.

Oleh karena itu, ini merupakan tantangan penting bagi kesehatan masyarakat tetapi juga untuk
pelestarian warisan budaya, seperti misalnya, karya seni di pameran museum dan benda budaya
lainnya. Beberapa VOC seperti asam organik atau senyawa karbonil dapat memainkan peran
dalam degradasi beberapa benda logam atau kertas bersejarah.

Penelitian ini menamakan alat yang mereka kembangkan untuk mengukur adalah DOSEC
“Device for On-site Emission Control”. Permintaan alat pengambilan sampel yang efektif,
mudah, dan murah diperlukan untuk memenuhi permintaan diagnostik kualitas udara dalam
ruangan terkini dan terus meningkat, termasuk identifikasi sumber emisi dan peringkatnya.

Penelitian ini mengembangkan alat baru berdasarkan sampling pasif (Solid-Phase Micro
Extraction, SPME) untuk mengukur senyawa karbonil (termasuk formaldehida) dan VOC
lainnya dan keduanya di udara dalam ruangan dan pada material/ antarmuka udara.

Metode pemodelan
Model keseimbangan massa bertujuan untuk mensimulasikan indoor rata-rata konsentrasi
pencemar udara sebagai fungsi dari konsentrasi luar ruangan, karakteristik bangunan (volume,
pertukaran udara) dan sumber/ pembuang VOC di ruangan. Model zona tunggal
mempertimbangkan ruangan (atau lingkungan tertutup lainnya) sebagai zona tekanan, temperatur
dan polutan konsentrasi adalah homogen.

Hal Penting/Kesimpulan:
Metode pemodelan untuk polutan VOC. VOC sering disebabkan di bangunan publik atau rumah
sakit dari pengharum ruangan.

Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:9


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: Science of the Total Environment


Nomor/Edisi/Tahun: 168–179/642 /2018
Penerbit: Elsevier
Judul Artikel: Indoor air quality in two French
hospitals:Measurement of chemical and
microbiological contaminants
Penulis: Baurès, Estelle et al .

Isi Telaahan:
Penelitian ini melakukan penilaian konsentrasi kimia dan mikrobiologi udara dalam ruangan di
dua rumah sakit Perancis. Metodologinya bertujuan untuk mengukur konsentrasi berbagai
macam senyawa kimia (senyawa organik mudah menguap dan semi-volatil), konsentrasi partikel
(PM10 dan PM2.5), mikroorganisme (jamur, bakteri dan virus) dan parameter ambient (suhu,
kelembaban relatif, tekanan dan karbon dioksida). Konsentrasi udara kimia dan mikrobiologi
telah diukur selama dua kampanye (musim dingin dan musim panas) dan di tujuh kamar (untuk
variabilitas spasial).

Hasilnya menunjukkan bahwa udara dalam ruangan mengandung campuran kompleks senyawa
kimia, fisik dan mikrobiologi. Konsentrasi dalam urutan yang sama ditemukan di kedua rumah
sakit. Kontaminasi untuk parameter khusus non-rumah sakit (aldehid, limonene, phthalates,
hidrokarbon aromatik) dalam studi ini rendah karena ventilasi yang efektif.

Konsentrasi dan frekuensi tertinggi senyawa kimia disebabkan kegiatan perawatan kesehatan,
misalnya alkohol - paling sering etanol - dan sarung tangan (konsentrasi rata-rata: etanol 245,7
μg / m3 dan isopropanol 13,6 μg / m3); toluena dan pewarnaan dalam parasitologi (konsentrasi
median tertinggi di laboratorium Nancy: 2.1 μg / m3). Mengenai polusi mikrobiologi, bakteri
tingkat rendah dan jamur terdeteksi di musim panas, dan tingkat kontaminasi sangat rendah
diamati di musim dingin. Kontaminasi bakteri tidak bervariasi antara situs pengambilan sampel,
dan tidak sejalan dengan kontaminasi jamur.

Lingkungan dilengkapi dengan sistem AC sentral dapat secara efektif menghapus polutan aerosol
dan tampak menurunkan aerosol dalam ruangan dari itu AC non-sentral.

Hal Penting/Kesimpulan:
Kontaminasi bakteri tidak bervariasi tidak berhubungan dengan kontaminasi jamur.

Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:10


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: Energy Procedia


Nomor/Edisi/Tahun: 858-863/138/2017
Penerbit: Elsevier
Judul Artikel: Indoor Air Quality Evaluation of Isolation Room for Hospital in
Thailand
Penulis: Tungjai et al.

Isi Telaahan:
Penelitian ini menggunakan kualitas udara dalam ruangan untuk mengevaluasi kinerja dan
keberlanjutan rumah sakit. Penelitian ini mempelajari pedoman untuk meningkatkan kualitas
ruangan isolasi ruangan untuk rumah sakit di Thailand dalam rangka untuk mengembangkan
sistem penilaian bangunan hijau yang sesuai di masa depan.

Penelitian ini mengukur kualitas udara dalam ruangan di dalam satu pasien ruangan rumah sakit
pemerintah dengan 250 tempat tidur atau lebih dari 11 rumah sakit di timur laut Thailand.
Analisis karbondioksida (CO2) karbon monoksida (CO) dan senyawa organik mudah menguap
(VOC), kelembaban relatif (RH), suhu (ºC) dan kecepatan angin menunjukkan konsentrasi
karbon dioksida di udara tidak melebihi standar ASHRAE, dengan rata-rata 609,81 ppm tetapi
beberapa kasus ditemukan melebihi dengan rata-rata pada 1.022,92 ppm.

Selain itu, pengukuran konsentrasi senyawa organik yang mudah menguap di udara dan
konsentrasi karbon monoksida di udara yang tidak lebih besar dari standar, dengan rata-rata 0,40
ppm dan 0,99 ppm masing-masing. Pengukuran suhu udara di ruangan sendirian untuk pasien
dengan rata-rata 25,59 ºC, kelembaban relatif rata-rata udara sebesar 53,11%, tetapi beberapa
memiliki kelembaban relatif di atas standar EIT rata-rata 64,43% dan kecepatan angin
menemukan rata-rata 0,09 m/s. Hasil indoor pemantauan kualitas udara di dalam ruang isolasi,
menunjukkan CO2 melebihi 1.000 ppm dan kelembaban relatif yang melebihi standar dengan
kecepatan rendah rata-rata 0,05 m/s. Salah satu solusi adalah memasang kipas untuk
meningkatkan ventilasi dilakukan di salah satu rumah sakit. Tingkat ventilasi yang diperlukan
adalah 29,54 meter kubik per jam. Beban pendinginan meningkat karena ventilasi tambahan,
volume 0,033 kW, mengakibatkan biaya listrik naik pada 3,50 baht per hari.

Hal Penting/Kesimpulan:
Penambahan ventilasi udara salah satunya dengan kipas angin. Hal ini akan memperbaiki
kualitas udara atau menurunkan konsentrasi CO2. Tetapi juga akan menambah beban pendingin,
dan biaya listrik.

Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:11


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: Procedia Engineering


Nomor/Edisi/Tahun: 224 – 230/146 /2016
Penerbit: Elsevier
Judul Artikel: Numerical Analysis of Infectious Ward Air Exchanges Rate
Penulis: Kang, Zhiqiang et al.

Isi Telaahan:
Saat ini, Cina mengatur bahwa nilai tukar udara di bangsal infeksius harus 10 hingga 40 kali per
jam. Australia, Inggris mengatur bahwa nilai tukar udara di bangsal infeksi seharusnya tidak
kurang dari 12 kali per jam. Dalam keterbatasan nilai tukar udara seharusnya tidak kurang dari 6
kali per jam.

Namun, untuk berbagai bentuk ventilasi dan jenis kamar perlu studi khusus untuk mencapai nilai
tukar udara yang wajar. Dengan metode simulasi numerik, dengan ukuran partikel 5μm dan
20μm sebagai contoh, dalam kondisi dinding terpasang jet. Penelitian ini mempelajari pengaruh
dari nilai tukar udara yang berbeda terhadap efisiensi pembuangan polutan dalam ruangan.

Partikel aerosol di udara dipengaruhi oleh banyak kekuatan, seperti gravitasi, gaya Saffman,
gaya Basset, gaya drag, Kekuatan coklat dan sebagainya. Menurut ukuran gaya, gaya yang lebih
kecil dapat diabaikan. Ini juga akan menyebabkan kesalahan hasil.Gaya gravitasi dan Saffman
memiliki pengaruh besar pada hasil, yang tidak diizinkan untuk diabaikan.

Nilai tukar udara yang lebih besar lebih efektif, tetapi kemudian harus mempertimbangkan
kenyamanan pasien. Jadi, nilai tukar udara harus moderat. Keduanya perlu dipotimalisasi agar
dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, dan memuaskan kenyamanan pasien.

Hal Penting/Kesimpulan:

Nilai tukar udara yang lebih besar adalah, semakin pendek jalur aerosol, semakin cepat
konsentrasi menurun, semakin sedikit waktu tinggal di dalam ruangan. Ventilasi di ruang injeksi
dapat menggunakan jet yang terpasang di dinding. Metode ini dapat menghindari partikel aerosol
tanpagerakan biasa. Dalam kondisi memungkinkan, nilai tukar udara 20 kali per jam adalah baik
untuk memastikan udara dalam ruangan kualitas.

Asumsi model ruang simulasi ebagai berikut: posisi inlet, posisi outlet, permukaan dinding,
temperatur dinding, ukuran partikel, kerapatan partikel, kecepatan partikel.

Asumsi lain juga digunakan yaitu: aliran udara konstan, evaporasi diabaikan, tubrukan dan
penggabungan partikel. Semua partikel dalam bentuk bola, dengan ukuran seragam.
Tanda tangan

SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:12


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: Building and Environment


Nomor/Edisi/Tahun: 68–73/ 135/ 2018
Penerbit: 2018
Judul Artikel: Microbial quality assessment of indoor air in a large hospital
building during winter and spring seasons
Penulis: Asif, Ayesha et al.

Isi Telaahan:
Kepekaan lingkungan bangunan rumah sakit karena adanya sumber potensial berbagai udara
mikroba, menjadikannya lingkungan yang kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki
variasi musiman (musim dingin & musim semi) di tingkat mikroba udara serta spesies di
berbagai lokasi yaitu teater operasi, bangsal, departemen rawat jalan dan layanan darurat dari
gedung rumah sakit besar.

Udara sampel dikumpulkan selama jam sibuk, dua kali seminggu, mencakup satu bulan setiap
musim. Signifikan secara statistik variasi (p> 0,05) dalam konsentrasi bakteri selama dua musim
hanya ditemukan untuk ruang rawat jalan. Namun, Konsentrasi jamur bervariasi secara
signifikan (p <0,05) selama dua musim untuk semua situs kecuali untuk ruang operasi.

Konsentrasi di antara sebagian besar situs berbeda secara signifikan. Tingkat bakteri tertinggi
ditemukan di ruang rawat jalan (1649,7 CFU/m3) sementara yang terendah dalam dua ruang
operasi (221 CFU/m3 dan 236 CFU/m3). Paling tinggi tingkat jamur ditemukan di GMW (rata-
rata: 193,4 CFU/m3) sementara yang terendah dalam dua ruang operasi (rata-rata: 41,1 CFU/m3
dan 58 CFU/m3). Identifikasi bakteri menunjukkan dominasi bakteri gram-positif (89,8%). Strain
bakteri yang teridentifikasi milik genera staphylococcus, micrococcus, kocuria, aerococcus,
kytococcus, bacillus dan pseudomonas. Yang paling melimpah genera jamur termasuk
cladosporium (47%), aspergillus (17,1%), penicillium (7,1%), alterneria (6,2%), geotrichium
(3,68%) dan ulocladium (3,2%). Pembersihan frekuensi tampaknya menjadi faktor penting
dalam mempertahankan beban mikroba rendah di udara.

Hal Penting/Kesimpulan:
Statistik menunjukkan signifikansi konsentrasi bakteri di musim dingin dan musim semi pada
ruang rawat jalan. Hal ini kemungkinan karena adanya hubungan udara yang erat dengan kondisi
iklim di luar bangunan. Sementara kondisi jamur bervariasi dan signifikan perbedaannya dalam
dua musim kecuali pada ruang operasi.

Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:13


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: American Psychological Association


Nomor/Edisi/Tahun: 125-130/21/2016
Penerbit: YYU Tip Fakultesi
Judul Artikel: Attitude and behaviour of hospital workers on healthy diet and
lifestyle in Eastern Turkey
Penulis: Avci, Dilek Kusaslan et al.

Isi Telaahan:
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku gaya hidup sehat dokter, perawat dan
karyawan rumah sakit lainnya di FK Universitas Yuzuncu Yil, Van, Turki Timur. Subjek
penelitian adalah 440 dokter, perawat dan karyawan rumah sakit lain yang bekerja di Rumah
Sakit Universitas.

Data penelitian dalam penelitian deskriptif ini dikumpulkan dengan kuesioner meliputi;
frekuensi konsumsi nutrisi, perilaku konsumsi nutrisi, kondisi kesehatan umum, tinggi dan berat
badan, tekanan darah, konsumsi alkohol dan rokok, olahraga, karakteristik sosio demografi.
Merokok lebih dari 10 batang rokok per hari di kalangan dokter, perawat, dan karyawan lainnya
masing-masing 83,3%, 76,7% dan 46,9% (p: 0,004).

Tingkat obesitas tertinggi terlihat pada dokter (20,9%) (p = 0,000). Tingkat hipertensi tertinggi
terlihat pada karyawan lain (24,3%) (p = 0,000). Makan makanan cepat setiap hari di antara
dokter, perawat, dan karyawan lainnya masing-masing 10,5%, 7,4% dan 0% (p: 0,000). 11%
wanita dan 17,1% pria melakukan olahraga teratur. Persentase memulai hari tanpa sarapan di
antara perempuan dan laki-laki adalah 37,2% dan 43,8%. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui alasan dari gaya hidup tidak sehat, sehingga mereka dapat meningkatkan sikap
mereka mengenai diet dan gaya hidup sehat.

Statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara profesi dan konsumsi alkohol, juga antara
profesi dan obesitas.Pada sebuah penelitian di Yunani ditemukan bahwa 38,6% dari dokter (40%
pria; 37% wanita) dan 32% perawat di tahun yang sama adalah perokok. Dalam sebuah
penelitian di tingkat merokok Ukraina ditemukan 32,5% pada dokter anak, 37,5% di dokter
keluarga. Hasil kami menunjukkan bahwa bagian penting dari dokter dan perawat masih
merokok (masing-masing 27,6% dan 34,4%). Merokok tertinggi pada karyawan lain, pria dan
menikah. Namun, jumlah merokok yang dikonsumsi per hari rata-rata tertinggi pada dokter pria
dan lajang. Statistik tingkat merokok dokter, perawat dan pekerja kesehatan lainnya lebih tinggi
dari tingkat merokok penduduk Turki pada umumnya.

Hal Penting/Kesimpulan:
Ada kecenderungan pekerja di dunia kesehatan memiliki perilaku hidup tidak sehat, yang
kemungkinan dapat berpengaruh kepada kualitas lingkungan kerja mereka.
Tanda tangan

SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:14


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: Transactions on Healthcare Systems Engineering


Nomor/Edisi/Tahun: 259–273/2/2012
Penerbit: IIE
Judul Artikel: Exploring the effects of network structure and healthcare worker
behavior on the transmission of hospital-acquired
infections
Penulis: Barnes, Sean et al.

Isi Telaahan:
Penelitian ini mempelajari transmisi penyakit menular di rumah sakit menggunakan perspektif
jaringan-sentris. Pasien yang berbagi perawatan kesehatan pekerja secara inheren terhubung satu
sama lain, lalu koneksi tersebut membentuk jaringan di mana transmisi dapat terjadi. Struktur
jaringan ini dapat menjadi penentu kuat tingkat dan laju penularan. Kami mengeksplorasi efek
perilaku pekerja pada perawatan kesehatan, pola berbagi pasien, dan menggabungkan
kemampuan petugas layanan kesehatan untuk saling menginfeksi. Kemudian penelitian
mempelajari bagaimana pergantian pasien dapat memengaruhi dinamika transmisi dalam
jaringan pasien bersama pengaruh-pengaruh lain.

Topik infeksi pada rumah sakit sudah sering dipublikasikan, dan langkah-langkah pengendalian
infeksi telah dipelajari secara ekstensif (Curtis, 2008). Namun, penelitian tentang masalah ini
belum fokus pada interaksi antar pasien, perawat, dan dokter.

Untuk tujuan pengendalian infeksi, peneliti ingin memiliki angka rasio pengaruh antara petugas
layanan kesehatan (petugas kesehatan) dan pasien, sehingga pekerja yang terinfeksi dapat
dikendalikan kemampuannya untuk menginfeksi banyak orang pasien. Jaringan koneksi yang
mendasarinya pasien, perawat, dan dokter dan sifat mereka interaksi juga merupakan faktor
penting. Penelitian ini dibangun dari penelitian sebelumnya (Barnes et al., 2010), dan
menyelidiki cara struktur jaringan di unit rumah sakit dapat memengaruhi penularan penyakit
antar pasien.

Hal Penting/Kesimpulan:

Model berbasis agen digunakan untuk mensimulasikan efek kepadatan jaringan, perilaku
pekerja, danpergantian pasien pada transmisi di ICU. Dengan memeriksa kepadatan jaringan
perawat dan dokter, peneliti memperoleh perspektif baru tentang pengaruh koneksi implisit di
antara pasien yang berbagi pekerja kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat dan
dokter dapat menimbulkan ancaman signifikan pada pasien dalam hal infeksi.

Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:15


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: International Journal for Quality in Health Care


Nomor/Edisi/Tahun: 74–80/ 28(1)/2016
Penerbit: Oxford
Judul Artikel: Hand-hygiene practices and observed barriers in pediatric long-
term care facilities in the New York metropolitan area
Penulis: Løyland, Borghild et al.

Isi Telaahan:

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan praktek-praktek kebersihan-tangan dalam


fasilitas perawatan jangka panjang pediatrik / pediatric Long Term Care (pLTC) dan untuk
mengidentifikasi hambatan yang diamati, dan solusi potensial untuk, pencegahan infeksi yang
lebih baik.

Penelitian observasional menggunakan beberapa teori sebagai berikut:


(i) WHO 5 Moments for Hand
Alat observasi yang divalidasi higienis untuk merekam indikasi untuk kebersihan dan kepatuhan
dengan tangan;
(ii) log individu tayangan subyektif dari hambatan perilaku dan / atau sistemik yang disaksikan
selama observasi langsung.

Staf di tiga fasilitas pLTC (284 tempat tidur total) diamati oleh dua perawat yang terlatih 1 hari
per minggu selama 3 minggu pada bulan Februari dan Maret 2015. Peserta penelitian: pekerja
kesehatan, perawatan terapeutik dan rehabilitasi, dan staf lain yang bertanggung jawab untuk
kegiatan sosial dan akademik untuk anak-anak dengan kondisi medis kronis yang rumit. Variabel
penelitian: Indikasi kebersihan tangan, kepatuhan dan hambatan. Hasilnya performa tangan yang
higienis sebesar 40% dari 847 indikasi yang diamati dan dicatat.

Ketaatan meningkat pada satu situs dan menurun di dua situs lainnya selama masa studi.
Ketaatan tampaknya dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, keyakinan, dan pengaturan kerja
individu.

Hal Penting/Kesimpulan:

Kepatuhan pekerja keesehatan terhadap kebersihan tangan masih buruk dalam pengamatan
secara keseluruhan. Penyebabnya khusus dalam setiap setting dan membutuhkan pendekatan
yang kontekstual.

Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:16


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: Scandinavian Journal of Work, Environment & Health


Nomor/Edisi/Tahun: 228-237/38(3)/2012
Penerbit: the Scandinavian Journal of Work, Environment & Health, the
Finnish Institute of Occupational Health
Judul Artikel: Health risk behaviors and morbidity among hospital staff -
comparison across hospital ward medical specialties in a study of
21 Finnish hospitals
Penulis: Virtanen, Marianna et al.

Isi Telaahan:

Penelitian ini menguji apakah indikator kesehatan buruk dan resiko kesehatan bagi setiap staff di
rumah sakit berbeda setiap area perawatan. Penelitian dilakukan di 21 rumah sakit di Finlandia,
dengan sampel 8003 pekerja yang bekerja untuk spesialisasi berbeda yaitu: penyakit dalam,
bedah, kandungan, anak, ICU, dan kejiwaan.

Staff kesehatan di bidang kejiwaan memiliki angka statistik yang lebih tinggi dalam hal
merokok, konsumsi alkohol, inaktivitas fisik, penyakit fisik kronis, dan penyakit kejiwaan.
Mereka juga memiliki angka absen karena sakit dan depresi yang lebih tinggi daripada yang lain.

Personil staff bedah memiliki angka morbiditas terendah. Tidak ditemukan adanya perbedaan
pengalaman dalam hal pengobatan psikotropika antar staff kesehatan masing-masing bidang
spesialis.

Hal Penting/Kesimpulan:

Prevalensi angka kesehatan buruk lebih tinggi bagi staff di ruang perawatan spesialis kejiwaan di
banding yang lain. Besarnya sampel populasi menambah kredibilitas penelitian ini.

Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:17


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: Folia Medica Indonesiana


Nomor/Edisi/Tahun: 32-36/48(1)/2012
Penerbit: FMI (Folia Medica Indonesiana)
Judul Artikel: Implementation Of Safety Work For Nurse In Handling Hiv/Aids
Patient
Penulis: Utami, Anindya Nugraheni Tris et al.

Isi Telaahan:

Perawat adalah sebagian besar pekerja kesehatan di rumah sakit yang memiliki risiko kontak
terlama dengan pasien seperti darah,cairan tubuh pasien, dan bahaya lain yang bisa menjadi
media penularan penyakit seperti HIV/AIDS jika aturan keselamatan dilanggar.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pelaksanaan keselamatan perawat dalam
penanganan pasien HIV/AIDS sesuai dengan kebijakan dari RSUD Dr. Soetomo Surabaya,
termasuk bagaimana bekerja dengan aman menggunakan Kewaspadaan Universal, pelatihan, dan
Penyediaan Personal Protective Equipment (PPE).

Dari aspek analisis data merupakan penelitian deskriptif, dalam jangka waktu, dengan
pendekatan cross sectional. Obyek penelitian ini tentang pelaksanaan keamanan oleh tujuh
perawat di UPIPI RSUD Dr.Soetomo Surabaya. Data digunakan adalah data primer (kuisioner,
observasi dan wawancara) dan data sekunder yang diperoleh dari rumah sakit. Penelitian dimulai
dari 3-31 Mei 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas telah diterapkan. Namun
ada komponen yang belum diaplikasikan, seperti pelaksanaan mencuci tangan terlebih dahulu
sebelum memakai sarung tangan (14,3 %) dan penggunaan pakaian pelindung (16,7%).

Penggunaan APD lain, kacamata (100%) tidak dilakukan, masker dan sarung tangan (100%)
dilakukan, pakaian pelindung (16,7%) tidak dilakukan, dan sepatu bot yang digunakan dalam
pengolahan air limbah dalam jumlah yang signifikan. Manajemen medis yang digunakan
perangkat telah diterapkan. Manajemen jarum dan benda tajam (100%) telah diterapkan. Limbah
ruang manajemen dan sanitasi telah diterapkan.

Hal Penting/Kesimpulan:
Staff yang tidak cuci tangan sebelum menggunakan sarung tangan sebanyak 14,3% atau 1 dari 7
staff cukup besar. Walaupun bisa jadi angka ini besar karena jumlah sampel yang terlalu sedikit.

Terdapat kekurangan rumah sakit dalam hal tata kelola SDM dan logistik. Setiap pekerja sudah
mendapat pelatihan di awal, namun setelah bekerja belum mendapatkan pelatihan lagi. Sarung
tangan terkadang habis di saat banyak pasien.
Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:18


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: Journal of Safety Research


Nomor/Edisi/Tahun: 95–101/45/2013
Penerbit: Elsevier & National Safety Council
Judul Artikel: Patient safety climate and worker safety
behaviours in acute hospitals in Scotland
Penulis: Agnew, Cakil et al.

Isi Telaahan:

Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan ukuran iklim keamanan rumah sakit dari sampel
National Health Service (NHS) Rumah Sakit Akut di Skotlandia dan untuk menguji apakah skor
ini dikaitkan dengan perilaku keamanan pekerja, dan cedera pasien dan pekerja.

Data dikumpulkan dari 1.866 staf klinis NHS di enam Rumah Sakit Akut di Skotlandia. Alat
pengumpulan data adalah sebuah kuesioner tentang keselamatan rumah sakit Skotlandia yang
mengukur iklim keselamatan rumah sakit, budaya keselamatan pasien, perilaku keselamatan
pekerja, dan cedera pekerja dan pasien. Hubungan dipelajari antara skor iklim keselamatan
rumah sakit dan ukuran hasil perilaku keselamatan pekerja dan cedera pasien.

Skor iklim keselamatan rumah sakit secara signifikan berkorelasi dengan klinis perilaku
keselamatan pekerja dan tindakan cedera pasien dan pekerja, meskipun ukuran efeknya lebih
kecil untuk yang terakhir. Analisis regresi mengungkapkan bahwa persepsi tingkat staf dan
komitmen manajerial adalah prediktor signifikan untuk semua ukuran hasil keselamatan.
Keamanan pasien dan secara umum, ditemukan memiliki dampak signifikan terhadap ukuran
iklim keselamatan.

Hal Penting/Kesimpulan:

Penelitian ini menunjukkan pengaruh berbagai aspek iklim keselamatan rumah sakit pada
keselamatan pasien dan pekerja hasil. Selain itu, telah ditunjukkan bahwa di lingkungan rumah
sakit, iklim keselamatan mendukung pasien yang lebih aman perawatan juga akan membantu
memastikan keselamatan pekerja. Iklim keselamatan yang dibangun di rumah sakit memengaruhi
perilaku pekerja dan keselamatan pasien.

Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:19


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: Clinical Medicine; London


Nomor/Edisi/Tahun: 12-18/16(1)/2016
Penerbit: Royal College of Physicians
Judul Artikel: Practise what you preach: health behaviours and stress among non-
consultant hospital doctors
Penulis: Feeney, Sinéad et al.

Isi Telaahan:

Latar belakang penelitian ini adalah tingkat stres psikologis, depresi dan bunuh diri yang tinggi
telah dilaporkan di antara para dokter. Selain itu, banyak dokter tidak mengakses layanan
kesehatan secara konvensional.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang respon dokter rumah sakit non-
konsultasi terhadap stres, hambatannya, dan mengidentifikasi solusi yang mungkin.

Staf medis di 58 rumah sakit membagikan kuesioner 25-item ke 4.074 dokter non-konsultasi;
kami menerima 707 tanggapan (tanggapan tingkat, 17,4%). 60% dokter tidak dapat mengambil
cuti saat tidak sehat; 'membiarkan rekan kerja turun' (90,8%) dan 'kesulitan menutupi panggilan'
(85,9%) berada di garis terdepan alasan. 'Menjadi terlalu sibuk' (85%), 'self-prescription' (66,6%)
dan 'self-management' (53,1%) menduduki peringkat tertinggi dalam memblokir dokter non-
konsultasi dari mengunjungi seorang dokter umum (GP).

22,9% dokter non-konsultasi tidak akan mendatangi GP dengan kecemasan atau depresi sampai
mereka mulai merasa putus asa, tidak berdaya atau ingin bunuh diri. 12,2% tidak akan mencari
membantu sama sekali. 55% responden (n = 330) harus pindah dari mitra atau tanggungan
karena pekerjaan, secara negatif memengaruhi dukungan sosial sebesar 82,9%. Dokter non-
konsultasi adalah populasi yang rentan dan memiliki gaya hidup yang sangat menantang.

Rekomendasi utama termasuk meningkatkan GP dan akses ke konseling untuk dokter non-
konsultasi, dan meningkatkan budaya perawatan diri dan perilaku kesehatan yang buruk melalui
pendidikan sarjana dan pascasarjana.

Hal Penting/Kesimpulan:

Dokter spesialis/ non-konsultasi di Inggris, memilki perilaku kesehatan yang buruk, karena
stress, kesibukan, dan depresi. Hal ini diperparah karena mereka dapat mengkases pengobatan
tidak secara konvensional. Perilaku ini mungkin dapat berpengaruh terhadap lingkungan kerja.

Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:20


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: Obesity, Fitness & Wellness Week; Atlanta


Nomor/Edisi/Tahun: 837/ 2016
Penerbit: NewsRx
Judul Artikel: Smoking; Reports Outline Smoking Study Results from Institute
for Cancer Research and Treatment (IRCCS) (Hospital doctors'
smoking behavior and attitude towards smoking cessation
interventions for patients: a survey in an Italian Comprehensive
Cancer
Penulis: -

Isi Telaahan:
Menurut berita dari Milan, Italia, oleh jurnalis NewsRx, sebuah penelitian menyatakan,
"Pedoman kontrol tembakau merekomendasikan semua profesional perawatan kesehatan untuk
bertanya kepada pasien tentang status merokok dan menawarkan setidaknya saran penghentian
minimal. Namun, beberapa data tersedia tentang praktik sehari-hari dari dokter rumah sakit yang
bekerja dengan pasien kanker yang merokok. "

Survei berbasis web dikirim ke 285 dokter. Tingkat respons survei adalah 75%. 62%, 24%, dan
14% responden tidak pernah, mantan, dan perokok saat ini, masing-masing.

6% dari semua dokter yang menanggapi telah berpartisipasi dalam pelatihan berhenti merokok
dan 43% dari mereka menyatakan kesediaan mereka untuk dilatih. 86% dari semua dokter yang
menanggapi bertanya tentang status merokok pasien, 50% secara rutin menyarankan pasien
untuk berhenti merokok merokok, dan 32% menilai motivasi mereka untuk melakukannya.

Pedoman penghentian merokok tidak diikuti sebagian besar karena kurangnya waktu, rasa takut
untuk meningkatkan stres pasien, dan kurangnya pelatihan berhenti merokok. 94% dari dokter
yang menanggapi mengetahui layanan berhenti merokok untuk pasien rawat jalan dan 65%
merujuk setidaknya satu pasien, 66% dari dokter yang menanggapi mengetahui layanan untuk
pasien rawat inap, dan 36% dari mereka meminta setidaknya satu intervensi di bangsal. Studi ini
menunjukkan kepatuhan sebagian dokter yang bekerja di pusat-pusat kanker mengarah ke
pedoman berhenti merokok." Menurut wartawan berita, penelitian ini menyimpulkan:
"Kebiasaan merokok para dokter tidak memengaruhi pelatihan dan praktik klinis dalam
menawarkan pasien intervensi berhenti merokok. "

Hal Penting/Kesimpulan:
Sebagian besar dokter yang merokok masih mengarahkan pasien untuk berhenti merokok.

Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:21


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: Medical Education


Nomor/Edisi/Tahun: 995–1005/45/2011
Penerbit: Wiley-Blackwell
Judul Artikel: Understanding the behaviour of newly qualified doctors in acute
care contexts
Penulis: Tallentire, Victoria R et al.

Isi Telaahan:

Suatu aspek yang sangat berat dari transisi seorang mahasiswa kedokteran ke praktek
Kedokteran adalah berkenaan dengan kebutuhan untuk dapat melakukannya dengan cepat
mengidentifikasi pasien yang tidak sehat secara akut dan memulai resusitasi yang sesuai.

Ini adalah keterampilan di mana banyak lulusan merasa buruk disiapkan dan dianggap oleh
beberapa orang sebagai yang terbaik belajar di tempat kerja. Studi konstruktivis ini menyelidiki
faktor-faktor yang memengaruhi perilaku dokter junior dalam konteks ini dan memprakarsai
pengembangan kerangka kerja itu mempromosikan pemahaman tentang bidang yang penting ini.

Penelitian melibatkan 36 dokter dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan berbagai
pengalaman klinis dilakukan dan dianalisis menggunakan kualitatif, pendekatan grounded
theory. Kompleks hubungan antara tema yang muncul dipandu pengembangan kerangka kerja
yang disempurnakan dan divalidasi oleh wawancara lebih lanjut dengan peserta.

Hasil dari FGD menunjukkan adanya 6 tema utama, dikelompokkan dalam tiga judul besar,
yaitu:
1.“Mentransfer pengetahuan ke dalam praktik” dan “pengambilan keputusan dan
ketidakpastian” (kognitif tantangan)
2.“Tindakan dan kelalaian” dan “identitas dan harapan” (peran dan tanggung jawab)
3.“'Hirarki medis” dan “tampil di bawah tekanan” (lingkungan faktor).
Terdapat hubungan yang rumit antara faktor-faktor di atas.

Hal Penting/Kesimpulan:

Terdapat Gap antara pendidikan dan dunia kerja di kedokteran, yang dapat menimbulkan tekanan
atau stres. Hal tersebut dapat berpengaruh kepada lingkungan kerja di rumah sakit.
Kemungkinan ada keterhubungan antara umur dan pengalaman dengan tingkat stres di
lingkungan kerja.

Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:22


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: Building and Environment


Nomor/Edisi/Tahun: 137 (2018) 138–146
Penerbit: Elsevier
Judul Artikel: VOC uptakes on gypsum boards: Sorption performances and
impact on indoor air quality
Penulis: Thevenet et al.

Isi Telaahan:

Polusi udara dalam ruangan membutuhkan pengembangan berbagai


pendekatan untuk mengurangi konsentrasi VOC. Di luar optimalisasi ventilasi
dan pengurangan sumber pencemar, bahan bangunan dengan sorptive
material saat ini diperiksa sebagai kemungkinan proses remediasi VOC.
Potensi dan keefektifannya bahan-bahan bangunan yang penuh penyiksaan
masih membutuhkan penilaian yang terperinci dan dapat diandalkan.

Jadi, tujuan dari ini kertas bergantung pada pengembangan metodologi


untuk menentukan koefisien pemartisian VOC pada dua ruang bahan
bangunan, dibandingkan dengan yang non-penghalus, menggunakan dua
model kontras VOC, yaitu toluena dan formaldehida, di bawah kondisi
ruangan lingkungan yang berbeda.

Pendekatan ini bertujuan untuk membandingkan bahan yang berbeda dan


memperkirakan daya tahan mereka tentang serapan VOC di bawah kondisi
dalam ruangan yang realistis. Setelah mengekspos metodologi
eksperimental, penyerapan toluena dan formaldehida diselidiki pada
ketiganya papan gipsum terpilih. Penentuan koefisien partisi masing-masing
mencerahkan kontras perilaku papan tergantung pada (i) ada atau tidak
adanya agen sorptif dalam formulasi mereka, (ii) sifat agen sorptif yang
digunakan, (iii) struktur model VOC, (iv) lapisan kertas di papan tulis dan (v)
kelembaban relatif. Berdasarkan hasil eksperimen yang diperoleh, masa
pakai papan dievaluasi untuk setiap VOC.

Hal Penting/Kesimpulan:
Perilaku material gypsum dapat berpengaruh terhadap persebaran VOC pada udara. Simulasi
CFD dapat dilakukan untuk mengetahui perilaku ini.

Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:23


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: Sustainable Cities and Society


Nomor/Edisi/Tahun: 100-106/42/2018
Penerbit: Elsevier
Judul Artikel: Effects of buildings’ refurbishment on indoor air quality. Results of
a wide survey on radon concentrations before and after energy
retrofit interventions
Penulis: Pampuri, Luca et al.

Isi Telaahan:
Peraturan energi, kebijakan dan target meningkatkan retrofit energi di gedung-gedung dengan
distribusi luas di Eropa dan Swiss. Tindakan ini terutama ditujukan untuk mengurangi
penyebaran panas melalui selubung bangunan. Intervensi mempengaruhi permeabilitas selubung
bangunan akan mempengaruhi kualitas udara dalam ruangan.

Penelitian ini berfokus kepada Radon, melaporkan hasil survei pada 154 bangunan yang
mengukur konsentrasi radon sebelum dan sesudah perbaikan energi. Bangunan-bangunan itu
terletak di bagian selatan Swiss (Canton Ticino), sebuah wilayah dengan pengukuran konsentrasi
radon di lebih dari setengah bangunan (lebih dari 55.000 bangunan pada tahun 2018), dalam
populasi sekitar 355.000.

Angka-angka ini membuat wilayah ini menjadi wilayah dengan sangat tinggi jumlah pengukuran
radon, dilakukan pada tahun 2005–10 setelah mendapat mandat dari otoritas kesehatan
masyarakat setempat. Itu survei mengungkapkan peningkatan konsentrasi radon, khususnya di
mana jendela diganti dengan lebih banyak yang kompeten. Hasilnya menggarisbawahi perlunya
mempertimbangkan penghematan energi dan kualitas udara dalam ruangan pada saat yang sama
waktu, dalam kerangka orientasi investasi publik dan swasta untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat jangka panjang. Teknik yang memadai untuk meningkatkan ventilasi bisa sangat
membantu untuk tujuan itu.

Hal Penting/Kesimpulan:

Kegiatan retrofit energi atau renovasi kelistrikan dalam bangunan dapat menurunkan kualitas
udara di rumah sakit. Kemungkinan setiap kegiatan renovasi memiliki dampak yang juga
menurunkan kualitas udara.

Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:24


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: International Journal of Occupational Safety and Ergonomics


Nomor/Edisi/Tahun: 251–261/11(3)/2005
Penerbit: Faculty of Chemistry, Nicolaus Copernicus University, Toruń,
Poland
Judul Artikel: Using Gas Chromatography for Indoor-Air Quality Control in
Conservation and Renovation Studios
Penulis: Department of Environmental Chemistry and Ecoanalytics,
Faculty of Chemistry, Nicolaus Copernicus University,

Isi Telaahan:

Penelitian dilakukan di Departemen Konservasi Lukisan dan Patung Polikrom dan di Screen
Printing Studio Fakultas Seni di Universitas Nicolaus Copernicus. Konsentrasi dari uap pelarut
organik diukur dalam 2 workshop: Art Conservation Studio dan Screen Printing Studio.
Penelitian ini mencoba untuk mengevaluasi lingkungan kerja di kedua studio dengan
menganalisis konsentrasi pelarut uap lebih dari 5 hingga 7 tahun pengukuran.

Pelarut yang mudah menguap - hidrokarbon alifatik dan aromatik, alkohol, ester dan keton —
terdeteksi di tempat-tempat yang diteliti. Senyawa-senyawa ini memiliki kisaran luas aplikasi
dalam membersihkan dan menghapus pernis tua, lak dan cat; inhalasi adalah rute utama
eksposur. Uap dikumpulkan menggunakan metode sampling aktif.

Tergantung pada jenis pekerjaan, tugas dan pekerjaan jadwal, paparan individu terhadap pelarut
bervariasi lembur. Eksposur yang khas dibatasi hingga 2–4 jam per hari. Namun, jadwal waktu
lainnya juga mungkin. Di kedua studio (Screen Printing dan Konservasi Seni) hampir semua
karyawan terkena. Investigasi kualitas udara di kedua studio selama periode 6 tahun dikonfirmasi
seorang kerabat kecenderungan penurunan konsentrasi polutan.

Penurunan ini hasil pendidikan keselamatan sistematis yang dilakukan oleh Departemen
Keselamatan, menerapkan solusi perlindungan (knalpot efisiensi tinggi dan lemari asam), kontrol
konsentrasi polutan dan bekerja di sesuai dengan aturan keamanan. Petroleum eter, aseton dan
toluena adalah enyawa yang paling sering terdeteksi.

Hal Penting/Kesimpulan:
Kebutuhan akan pendidikan keamanan terutama ketika pengguna adalah non-ahli kimia, untuk
penggunaan peralatan perlindungan, untuk bekerja sesuai dengan aturan keselamatan, dan untuk
mengendalikan konsentrasi polutan di tempat kerja. Dukungan atau peran orang luar dibutuhkan
dalam meningkatkan kualitas lingkungan, dalam kasus ini Departemen Keselamatan.
Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:25


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: Building and Environment


Nomor/Edisi/Tahun: 572–583/44/2009
Penerbit: Elsevier
Judul Artikel: Modelling indoor air and hygrothermal wall interaction in building
simulation: Comparison between CFD and a well-mixed zonal
model
Penulis: Steeman, H.J. et al.

Isi Telaahan:

Model tradisional untuk transportasi panas dan kelembaban di gedung mempertimbangkan udara
dalam ruangan sebagai gas yang tercampur dengan baik dengan sifat seragam. Computational
fluid dynamics (CFD) menawarkan kemungkinan untuk digunakan efek distribusi udara pada
interaksi dengan dinding. Penelitian ini membandingkan simulasi dibuat dengan model
campuran tradisional dan model CFD untuk mencari keterbatasan integrasi pada model.
Kemungkinan model ini akan meningkatkan akurasi hasil.

Untuk memungkinkan perbandingan yang baik antara keduanya model model CFD diperdalam
dengan model kedalaman penetrasi efektif (EPD) untuk kelembaban penyangga di dinding,
pendekatan yang juga digunakan dalam model campuran yang baik. Ruangan dalam rata-rata
iklim dan kelembaban relatif rata-rata di dinding diprediksi oleh model CFD-EPD dan well-
mixed model dengan koefisien transfer permukaan standar cukup sesuai untuk uji coba yang
dipelajari. Penggunaan CFD koefisien transfer permukaan yang dihasilkan dalam model well-
mixed mampu meningkatkan hasil yang tercampur dengan baik secara signifikan dalam hal
koefisien transfer permukaan yang stabil dan relevan secara fisik bisa dikaitkan dengan kondisi
udara dalam ruangan rata-rata.

Hal Penting/Kesimpulan:

Untuk simulasi CFD, semakin banyak parameter, dan terintegrasi dalam model akan semakin
meningkatkan akurasi hasil.

Tanda tangan
SEKOLAH ILMU LINGKUNGAN - UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

LAPORAN TELAAH JURNAL ILMIAH KE:26


Nama: Ezra Ganesha Prihardanu
NPM: 1806257505

Nama Jurnal: Healthcare Epidemiology


Nomor/Edisi/Tahun: 1690-1699/60/2015
Penerbit: CID
Judul Artikel: The Burden of Healthcare-Associated Infections
in Southeast Asia: A Systematic Literature Review
and Meta-analysis
Penulis: Ling, Moi Lin et al.

Isi Telaahan:
Studi literatur sistematis dan meta-analisis dari angka infeksi terkait perawatan kesehatan atau
healthcare-associated infection (HAI) di Indonesia, Asia Tenggara dilakukan pada 41 studi dari
catatan 14.089 yang awalnya diidentifikasi. Prevalensi yang dikumpulkan dari keseluruhan HAI
adalah 9,0% (95% interval kepercayaan [CI], 7,2% -10,8%), sedangkan kepadatan insiden
gabungan dari HAI adalah 20 kasus per 1000 unit perawatan intensif - hari.

Kepadatan insiden gabungan pneumonia terkait ventilator, Infeksi aliran darah terkait-garis
pusat, dan infeksi saluran kemih terkait kateter adalah 14,7 per 1000 hari ventilator (95% CI,
11,7-17,7), 4,7 per 1.000 hari kateter (95% CI, 2,9-6,5), dan 8,9 per 1000 kateter-hari (95% CI,
6,2-11,7), masing-masing. Insiden infeksi situs bedah adalah 7,8% (95% CI, 6,3% -9,3%). Angka
kematian yang berhubungan dengan penambahan lama tinggal di rumah sakit bagi pasien yang
terinfeksi berkisar dari 7%-46% dan dari 5 hingga 21 hari.

Infeksi yang terkait dengan perawatan kesehatan (HAI) adalah sebuah beban sistem kesehatan
dalam hal biaya kepada pembayar dan penyedia layanan, dan inefisiensi dalam kapasitas dan
operasi rumah sakit. Selanjutnya, pasien yang terinfeksi dan perawatan kesehatan pekerja dapat
mengalami penurunan kualitas hidup dan terkadang kematian. HAI tidak perlu ada karena dapat
dicegah dengan perilaku pekerja kesehatan yang benar dan kepatuhan terhadap prosedur
pencegahan infeksi berbasis bukti dan pedoman.

Inisiatif di negara maju, seperti Amerika dan Australia, telah memanfaatkan penggunaan nasional
data pengawasan HAI untuk meningkatkan keselamatan pasien dengan menegakkan
partisipasi rumah sakit. Selanjutnya, kedua negara juga secara terbuka mengungkapkan angka
HAI rumah sakit melalui online.

Hal Penting/Kesimpulan:
Kegiatan pengawasan HAI harus menargetkan area berisiko tinggi seperti ICU dan bangsal
bedah. Peningkatan layanan mikrobiologi dasar dan kontrol kualitas pengujian kerentanan
antimikroba akan bermanfaat untuk memperoleh informasi pengawasan HAI yang valid dan
dapat diandalkan.
Tanda tangan

Anda mungkin juga menyukai