SKRIPSI
Diajukan Oleh :
170901068
MEDAN
2021
SKRIPSI
Oleh :
170901068
MEDAN
2021
ABSTRAK
ABSTRACT
Body shaming is an act of giving negative comments about a person's body size,
body shape, and weight. This happens because the concept of ideal physical
beauty is still something subjective among the public, especially among students.
This study examines the phenomenon of body shaming against women that occurs
at Faculty of Social and Political Science University of North Sumatera. In this
study, researchers found student behaviors that indicated the existence of body
shaming. Body shaming often occurs in peer-to-peer interactions or small talk
also often leads to body shaming behavior either intentionally or unintentionally.
The phenomenon of body shaming is mostly carried out by the victim's closest
friends, which have become rampant and become commonplace, jokes or small
talk are often used as reasons for body shaming. The main purpose of this study is
to find out why the practice of body shaming occurs at Faculty of Social and
Political Science University of North Sumatera. and to find out how the response
of female students who experience body shaming at Faculty of Social and
Political University of North Sumatera. This study uses a case study method by
conducting interviews and analyzing the body shaming experienced by the ten
informants. This study uses the feminist theory of intersectionality. In this study,
the body shaming experienced by the ten informants occurred because of the
patriarchal culture adopted by the actors, ethnic background and patriarchal
construction of beautiful standards that interact with each other resulting in
oppression of women in the form of body shaming. Then female students who
experienced body shaming showed various responses, namely apathetic
responses; indifferent, passive; take it for granted, and assertive; act decisively.
.
ii
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkat yang
pengalaman yang dimiliki, sehingga skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Demi penyempurnaan, penulis mengharap kritik, saran, dan masukan dari semua
pihak yang berkompeten dalam bidang ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih
moril maupun materil. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis
1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Rektor Universitas Sumaera
Utara
2. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
3. Bapak Drs. T. Ilham Saladin, MSP selaku Ketua Program Studi Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, sekaligus
4. Ibu Dra. Linda Elida, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, sekaligus
iii
5. Ibu Dr. Hadriana Marhaeni Munthe, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi.
studi dan penulisan skripsi ini. Semoga berkat Tuhan melimpah dan Tuhan
menjalankan perkuliahaan.
8. Tenaga pendidikan program studi Sosiologi yaitu Kak Ernita dan Bang Abel
9. Kedua orangtua saya yang saya cintai dan kasihi, yaitu Ayah saya Mansari
Sihombing dan Ibu saya Demi Ompusunggu. Kalian adalah orangtua terbaik
jenjang sarjana. Kalian adalah anugerah terbesar yang Tuhan berikan dalam
hidup saya. Semoga berkat Tuhan dan umur panjang selalu menyertai kalian.
iv
11. Desno Reza Sitompul, A. Md yang selalu menemani saya saat keadaan suka
dan duka, mendukung dari awal sampai akhir perkuliahan saya dan juga
sebagai salah satu penasehat terbaik. Terimakasih sudah selalu ada sampai
saat ini.
12. Keluarga besar Pomparan Op. Riduan Sihombing dan keluarga besar
Pomparan Op. Rico Ompusunggu. Terimakasih atas segala doa dan dukungan
yang telah diberikan mulai dari awal perkuliahaan sampai mendapat gelar
saya dan juga sebagai editor terbaik dalam penulisan skripsi ini.
pikiran.
2017” yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah sama-sama
memberi dukungan dan motivasi tiap kali ada yang melaksanakan seminar,
tetapi apapun itu penulis sangat menyayangi kalian. Terima kasih untuk
segala cerita dan pengalaman yang telah kita lalui bersama. Semoga kita
Penulis
170901068
vi
ABSTRAK...................................................................................................................... i
ABSTRACK .................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii
vii
viii
ix
Tabel 4.8. Tindakan Body Shaming Terhadap Mahasiswi FISIP USU ............................77
xi
PENDAHULUAN
belahan dunia. Kecantikan tidak bisa dilepaskan dari citra tubuh dan
dirinya dianggap cantik dan prestis untuk terlihat lebih mencolok dari yang
lain. Penampilan fisik yang cantik dianggap sebagai salah satu faktor dalam
Pada era modern saat ini kecantikan perempuan merupakan salah satu
objektif yang sah karena seperti yang diketahui bahwa konsep makna
(Poloma, 2000).
pada era modern pemaknaan cantik itu sendiri telah bergeser dikarenakan
yang dinilai kurang ideal seperti memiliki hidung pesek, yang jauh dari kata
dengan berbagai cara seperti perawatan kulit, diet ketat ataupun oplas
(operasi plastik) untuk menyesuaikan bentuk tubuh mereka dengan apa kata
fisik mereka yang dianggap tidak sesuai dengan standar kecantikan yang
diartikan sebagai salah satu bentuk tindakan bullying secara verbal maupun
lebih banyak dialami oleh perempuan dibanding laki-laki. Hal ini terjadi
suatu bentuk kekerasan verbal emosional yang sering tidak disadari oleh
tentunya body shaming termasuk dalam bentuk kekerasan secara verbal atau
bullying. (Brigitta, 2018). Dalam jurnal (Putri dan Santoso, 2012) tindakan
kasus ini. Perempuan juga selalu disalahkan dalam bentuk tubuh yang
dalam fenomena body shaming ini. Hal ini terjadi karena adanya budaya
yang secara terus menerus dilihat, dikomentari dan dievaluasi oleh banyak
body shaming juga turut memicu terjadinya gangguan pola makan (eating
disorder) dan kebiasaan diet ekstrim pada korban yang mengalami fat
shaming hingga dapat berujung pada anorexia dan bulimia nervosa (Moradi,
Dirks, & Matteson, 2005). Selain itu, perundungan yang banyak dilakukan
dan paling berdampak pada psikis korban adalah perundungan verbal salah
satunya adalah body shaming dan menjadi salah satu faktor yang memicu
keinginan bunuh diri pada korbannya. Body shaming juga memiliki banyak
dan yang paling fatal, korban bisa bunuh diri (Noorvitri, 2019).
sudah ada sejak dulu, di Indonesia sendiri marak terjadi kasus body
shaming. Tercatat ada 966 kasus penghinaan fisik atau body shaming yang
Selain Maria Simorangkir, salah satu contoh perilaku body shaming yang
kalangan selebritas, bahkan pengguna biasa juga turut menjadi korban dari
sehingga tidak dapat untuk dielakkan bahwa fisik sering menjadi topik
lawan jenis yang tentunya berkaitan erat dengan penilaian fisik seseorang,
hingga guyonan ala anak muda yang sering menjadikan fisik sebagai pokok
bahasannya.
USU sangatlah beragam mulai dari latar belakang, asal daerah, suku, agama,
usia, bahkan fisik dan bentuk tubuh yang beragam. Kondisi fisik dan bentuk
hubungan sosial antar teman sebaya. Oleh sebab itu tindakan seperti body
dianggap memiliki bentuk tubuh yang tidak ideal atau kurang menarik.
dipanggil “tepos” karena memiliki tubuh kecil, rata atau tidak berbentuk.
ataupun tidak sengaja. Salah satu contoh dalam sebuah interaksi, mahasiswi
libur kampus makin bengkak aja ya”. Hal ini kemudian membuat mahasiswi
bisa merawat wajah dengan baik. Ia juga mendapat omongan basa basi yang
mengarah kepada body shaming “makanya pake skincare dong biar mulus”.
kerap dialami oleh mahasiswi dari etnis Papua, body shaming yang dialami
model rambut. Menurut mahasiswi X yang berasal dari etnis Papua bentuk
yang menyinggung kepada bentuk tubuh dan warna kulit yang dimilikinya.
hadapan orang, mereka sering mendapat tatapan sinis dan merasa bahwa
yang biasa, beberapa korban body shaming menolak tindakan body shaming
perilaku body shaming tidak seharusnya terjadi. Candaan atau basa basi
penelitian adalah adanya masalah yang akan diteliti. Menurut Arikunto, agar
diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
dialaminya ?
FISIP USU.
peniliti maupun kepada pihak lain baik secara langsung maupun tidak
masyarakat.
terhadap perempuan.
10
abstrak mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya
Fenomena
dapat diamati dan dinilai lewat kaca mata ilmiah atau lewat disiplin ilmu
peristiwa yang terjadi dan dapat diamati dalam kehidupan sosial. Salah satu
maupun masyarakat.
Body Shaming
shaming juga merupakan istilah dari perkataan diri sendiri atau orang lain
mengejek terlalu kurus atau terlalu gemuk, terlalu hitam atau terlalu putih,
kulit berjerawat.
11
berarti “tuan”, yaitu orang yang mahir atau berkuasa, kepala, hulu, yang
paling besar. Namun dalam sosiologi, perempuan sebagai suatu objek studi
(Zaitunah Subhan, 2004) kata perempuan berasal dari kata empu yang
usia 19-23 tahun yang sedang menempuh pendidikan tinggi di FISIP USU.
12
KAJIAN PUSTAKA
yang berasal dari bahasa Inggris yaitu body (tubuh) dan shaming
shaming yang terjadi secara terus menerus terhadap orang lain akan
masyarakat.
13
shaming sebagai rasa malu dan rasa bersalah yang munvul ketika
yang tidak sempurna dan hal ini membuat korban tidak percaya diri,
dini dikaitkan dengan tanda gangguan makan lebih parah karena efek
dari rasa malu yang sangat tinggi terutama citra tubuh. Efek dari rasa
14
tidak percaya diri, tidak menarik, tidak layak dalam kelompok sosial.
lainnya.
terus.”
15
gentong”
16
itu, body shaming ini juga munul karena stigma atau cacat
17
18
19
mengontrol.
verbal yang sangat signifikan. Hal ini dapat melalui mencaci maki,
bercanda.
tidak percaya diri dengan bentuk tubuhnya yang dianggap tidak ideal
20
dan pada semua usia, pria lebih sering melukai orang lain dengan
agresi fisik”.
berbeda. Penjelasan untuk variasi itu dan penjelasan ini merupakan subjek
21
dan previlese, yang tidak hanya mencakup gender tetapi juga kelas, ras,
lokal global, prefensi seksual dan usia. Variasi dari interaksi ini secara
“perempuan”.
variabel tertentu yang menonjol dari salah satu vektor. (Crenshaw, 1989)
kecuali ia dapat ditunjukan menjadi sebuah kasus dari apa yang dianggap
22
feminis kelas kulit putih, kelas yang memiliki hak istimewa di masyarakat
Atlantik Utara. Teori Interseksionalitas adalah salah satu tradisi paling tua di
oleh tidak hanya satu, tetapi banyak sistem dan saling bertumpuk dan
23
tindasan yang bertumpuk dari sistem kelas, ras dan gender. Kata
sebagai berikut: ras dan warna kulit, kasta, usia, etnik, bahasa, keturunan,
cacat, budaya.
dalam kelas sosial dan pekerjaan yang terjadi dalam masyarakat. Kemudian,
berkonflik dalam agenda politis. Ras dan gender kerap menjadi konflik dan
24
ini fokusnya tidak hanya pada kerangka gender saja namun juga fokus
melekat pada diri perempuan yang dapat bersinggungan satu sama lain dan
perempuan.
25
angkat, yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh (Rahmat, Eka dan Rina 2019) dengan
yang negatif menjadikan rasa tidak percaya diri, merasa malu, tidak mau
makan.
26
2. Penelitian yang dilakukan oleh (Fajariani dan Rastri 2019) dengan judul
shaming yang disertai dengan kekerasan fisik. Body shaming dari teman
27
toleransi terhadap sesama dan juga tidak dapat bersikap tenang dalam
shaming.
28
METODE PENELITIAN
untuk memahami suatu fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
ini penulis memilih lokasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
29
ini dikarenakan penulis merupakan salah satu mahasiswi FISIP USU yang
ini.
unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin, 2007). Salah satu ciri
atau karakteristik dari hasil penelitian sosial adalah apa yang disebut
3.3.2. Informan
30
Batak Toba, Karo, Mandailing, Jawa, Nias dan etnis Papua dengan
melihat kondisi fisik yang mereka miliki yang tidak sesuai dengan
data primer dan data sekunder yang dibutuhkan oleh peneliti agar dapat
1. Observasi
penelitian. Manfaat dari teknik ini antara lain peneliti akan lebih
31
Agustinova, 2015).
kepada wawancara.
2. Wawancara
sampai saat ini, proses tanya jawab dalam penelitian ini dilakukan
32
media whatssapp.
oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber yang ada (Hasan,
kalimat-kalimat yang logis dan sesuai dengan situasi serta kondisi lapangan
lapangan yang ada. Agar bisa dimengerti dan mudah dipahami pada tiap-
33
data hasil dari observasi dan wawancara. Lalu hasil pembahasan dari
yaitu:
yang kredibel.
34
Bulan Ke -
No. Jadwal Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7
1 Pra observasi
2 Acc judul
7 Operasional penelitian
8 Bimbingan
35
Pada tahun 1952 USU adalah sebuah yayasan yang kemudian beralih
status menjadi PTN pada tahun 1957 dan selanjutnya berubah menjadi
Ilmu Sosial dan Politik dan Sekolah Paca Sarjana. Berdirinya Fakultas
ini disusun oleh Drs. M. Adham Nasution, Asma Afan, MPA, Dr. A.P.
Parlindungan, SH. yang pada saat itu menjabat sebagai Rektor USU,
didirikanlah FISIP.
36
37
38
4. Ilmu Komunikasi
5. Ilmu Politik
6. Kesejahteraan Sosial
7. Sosiologi
8. D3 Administrasi Perpajakan
9. S2 Studi Pembangunan
11. S2 Sosiologi
39
40
A. Visi
41
B. Misi
42
Cik Ditiro, Jalan Sempali, dan Jalan Gandhi. Kampus Padang Bulan
tengah – tengah kota. Kampus ini memiliki luas 122 Ha, dengan zona
Kode Pos 20155, dengan nomor telepon : +62 61 8211965 dan alamat
USU juga berasal dari banyak daerah yang berbeda hingga suku,
agama, dan ras, dan mereka dapat memasuki berbagai komunitas atau
43
44
Muslim Indonesia).
45
dalam satu wadah organisasi yang memiliki visi dan misi yang
46
sudah ada sejak dulu. Body shaming rentan terjadi di lingkungan anak muda.
Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara (FISIP
mulai dari latar belakang, asal daerah, suku, agama bahkan bentuk tubuh
yang beragam. Oleh sebab itu tindakan seperti body shaming kerap terjadi di
Fakultas ini. Body shaming sering terjadi dalam interaksi sesama teman
atupun omongan basa basi juga sering mengarah kepada perilaku body
shaming baik dengan maksud sengaja ataupun tidak sengaja. Tindakan body
shaming yang dialami oleh mahasiswi FISIP USU juga bukan hanya terjadi
peran karena sebagian waktu mereka dihabiskan pada saat di tempat tinggal
sendiri yang telah merajalela dan menjadi hal yang biasa, candaan atau basa
47
tetapi sayangnya sebagian lagi cenderung cuek dan tidak perduli dengan
4.3.1. Informan I :
Usia : 20 Tahun
Suku : Karo
Asal : Karo
ketika awal masuk kuliah tahun ajaran baru, ketika itu Erika sedang
temannya setelah beberapa waktu tidak bertemu tapi sapaan ini bukan
48
49
4.3.2. Informan II :
Nama / Inisial : MG
Usia : 21 Tahun
Suku : Nias
50
orang lain yang sama-sama bersuku Nias tetapi memiliki wajah yang
Usia : 20 Tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Asal : Kisaran
dimiliki oleh ADY dinilai tidak ideal, karena memiliki tinggi badan
51
ADY memiliki tinggi badan dibawah 150 cm. Awal ADY mendapat
pendek, untuk itu ADY harus berada pada posisi paling depan agar
untuk mengurus sesuatu. Body shaming kali ini dilakukan oleh salah
satu alumninya yang baru saja lulus, dengan nada tertawa alumni
tubuh yang dianggap kecil. Hal ini membuat ADY merasa tidak
dalam bentuk gurauan dan candaan akan tetapi ADY merasa tindakan
karena tinggi badan yang dimiliki oleh ADY diwariskan oleh ayahnya.
ADY jadi minder dan tidak percaya diri jika bertemu dengan
temannya yang memiliki bentuk tubuh yang lebih tinggi. Dari hal ini
tetapi semua itu dihentikan oleh ADY karena merasa tidak ada
52
Nama / Inisial : FS
Usia : 22 Tahun
53
4.3.5. Informan V :
Nama / Inisial :C
Usia : 21 Tahun
Suku : Batak
Alamat : Jl Harmonika
Asal : Balige
54
ngemil dan olahraga. C juga harus memilih pakaian yang pas dengan
4.3.6. Informan VI :
Usia : 21 Tahun
55
FISIP USU pada tahun 2017. Semenjak HDR diterima di USU HDR
postur tubuh yang gemuk dan memiliki kulit yang gelap, karena itu
mengalami yang namanya suka dan duka. Salah satu duka yang harus
kulit orang papua itu hitam-hitam”. Tidak berhenti disitu saja HDR
juga sering merasa bahwa tubuhnya menjadi bahan olokan orang lain.
56
Usia : 22 Tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Asal : Batubara
57
itu wajah Rahmawati sedang sensitif akibat tidak cocok terhadap salah
menjijikkan.
Nama / Inisial : AS
Usia : 20 Tahun
Suku : Batak
Agama : Katholik
58
produk skincare tetapi AS masih ragu karena takut tidak cocok dan
4.3.9. Informan IX :
Nama / Inisial : MA
Usia : 20 Tahun
59
Agama : Islam
sesuatu.
Ada rasa kesal dan marah dalam diri MA terhadap perlakuan body
60
4.3.10. Informan X :
Usia : 19 Tahun
Suku : Batak
Agama : Islam
meeting.
mempunyai bentuk tubuh yang sangat kurus, tubuh yang rata dan
61
62
Angkatan
Jurusan
Alamat
Agama
Nama
Suku
Usia
Asal
NO
Jl. Sei
1 EF 20 Sosiologi 2018 Karo Kristen Medan
Padang
Adm Nias
2 MG 21 2018 Nias Kristen Jl. Bahagia
Perpajakan Selatan
Kesejahteran Jl. Pemba-
3 ADY 20 2019 Jawa Islam Kisaran
Sosial ngunan
Jl. Bunga Lumban-
4 FS 22 Sosiologi 2017 Batak Kristen
Cempaka Julu
Kesejahteraan Serui Asrama
5 HDR 21 2017 Kristen Jayapura
Sosial (Papua) Putri USU
Jl.
6 CS 21 Antropologi 2017 Batak Kristen Balige
Harmonika
Ilmu
7 R 22 2017 Jawa Islam Jl. Bahagia Batubara
Komunikasi
Jl.
8 AS 18 Ilmu Politik 2019 Batak Katolik Tarutung
Berdikari
Administrasi Gunung
9 MA 20 2018 Mandailing Islam Setia Budi
Bisnis Tua
Kesejahteraan
10 TYA 19 2020 Batak Islam Sarulla Sarulla
Sosial
63
(Em Zul, Fajri & Ratu Aprilia Senja, 2008). Pemahaman adalah sebuah
organisasi kampus sehingga EF sudah tidak asing lagi istilah body shaming.
body shaming sejak mereka menggunakan media sosial namun mereka lupa
64
65
perilaku atau dalam hal ini komentar negatif secara berulang-ulang, dari
perempuan, terutama pada bagian tubuh dan fisik perempuan. Hal ini
oleh media cenderung memiliki kesamaan, yakni berupa tubuh yang kurus
langsing, tinggi semampai, kulit putih bersih rambut panjang dan lurus,
beda. Begitu juga informan dalam penelitian ini. Pertama, CS, R, FS dan
66
memiliki badan kurus. Kedua, HDR mahasiswi asal Papua juga mengalami
body shaming dalam kategori Color skin and fat shaming perilaku body
shaming yang menimpa HDR ini dikarenakan dia memiliki warna kulit
gelap dan tubuh yang gemuk. Ketiga, EF, MG dan AS mengalami body
shaming yang diakibatkan oleh jerawat pada wajah mereka sehingga mereka
dari skinny shaming hal ini disebabkan karena ADY memiliki postur tubuh
yang kurus dan pendek sehingga ADY juga dianggap kurang ideal oleh
orang lain.
mereka agar tidak mendapat penilaian negatif lagi dari lingkungan sekitar.
67
68
body shaming ini menyampaikan opini dan respon mereka saat berdialog
69
shaming informan pada penelitian ini tetap bisa bersikap terbuka pada
pelaku. Tetapi berbeda halnya dengan sebagian korban yang lebih memilih
fisik yang mereka punya dan juga juga cukup aktif menanggapi beberapa
komentar dari teman-teman mereka. EF, FS, CS, MG, dan AS menunjukkan
menunjukkan sikap terbuka dan adanya sebuah harapan agar pelaku body
Pada kelima informan lainnya yaitu ADY, HDR, R, MA, dan TYA
lebih memilih untuk diam dan menahan rasa kesalnya dalam hati. Kelima
70
71
memberi standar tampilan dengan tubuh ideal (tidak gemuk dan tidak
kurus), kulit putih, rambut panjang dan lurus, memiliki tinggi badan yang
ideal bak model, serta masih banyak lagi standar tampilan yang kian
dampak atau pengaruh negatif bagi para korban yang mengalami tindakan
body shaming.
72
adalah timbulnya rasa tidak percaya diri dalam lingkungan sosialnya, dan itu
tidak nyaman saat berinteraksi drngan lingkungan sosialnya. Hal ini serupa
dengan yang dialami oleh kesepuluh subyek penelitian ini, body shaming
yang dialami korban dalam peneltian ini berdampak pada kurangnya rasa
untuk mengikuti penilaian lingkungan dalam hal ini tentang tubuh dan
penampilan mereka.
73
74
dari sudut pandang orang lain, mengenali perasaan orang lain dan
kondisi orang lain membuat pelaku tidak memahami akan kondisi korban
seperti perasaan sedih, tidak nyaman dan perasaan dihina yang dialaminya.
teman laki-laki.
shaming.
75
76
hal-hal lain seperti kelas, ras, warna kulit, etnis, budaya, usia dan sistem
77
yang mendasari praktik body shaming terjadi pada mahasiswi FISIP USU.
Berdasarkan temuan data yang ada, peneliti melihat adanya vektor atau
1. Budaya Patriarki
dominasi dimulai dari hal penting yang mendasar dari setiap masyarakat
komunitas yang berbudaya patriarki. Hal ini sesuai dengan temuan yang
keputusan dikelas. Hal ini merupakan salah satu bukti nyata terbentuknya
78
perempuan harus memiliki tubuh yang ideal karna menurut laki-laki jika
79
juga menjadi salah satu vektor penindasan yang dialami oleh beberapa
khas dari suatu etnis atau budaya tertentu yang bersifat fisik yang
Pada etnis Jawa, perempuan yang berasal dari etnis Jawa dikenal
cantik karena memiliki wajah yang elok, bentuk tubuh yang langsing,
Pada informan ADY dan Rahmawati yang berasal dari etnis Jawa
80
postur tubuh yang pendek, serta warna kulit yang gelap, dan Rahmawati
dengan kategori sebagai kelompok etnis dengan nilai ideal cantik yang
sebagai kelompok yang tidak sesuai dengan standar cantik yang ada
perbedaan warna kulit, bentuk tubuh yang lebih berisi dan model rambut
yang keriting. Hal tersebut juga dialami oleh informan HDR yang
81
yang berasal dari suku Nias mengakui sering mendapat perlakuan body
dengan orang lain yang sama-sama bersuku Nias tetapi memiliki wajah
MG beranggapan bahwa gadis Nias terkenal dengan kulit putih dan paras
percaya diri.
ideal dan cantik adalah perempuan yang tidak gemuk dan yang tidak
kurus, tinggi, memiliki warna kuit cerah/putih dan wajah mulus tidak
berjerawat.
82
cerah atau putih, bertubuh langsing dan mulus. Hal tersebut merupakan
patriarki.
gemuk.
cantik.
Kondisi paling berat yang dialami oleh korban body shaming adalah
83
mereka.
Shaming
penilaian, suka atau tidak suka, maupun sikap yang menyatakan positif atau
menanggapi baik secara positif ataupun negatif body shaming yang mereka
alami.
84
1. Apatis
Apatis adalah sikap tak peduli atas apa yang terjadi di sekitar. Pada
HDR dan ADY tidak perduli terhadap komentar orang lain yang
HDR dan ADY tidak memikirkan komentar orang lain yang dapat
mengganggu fikiran dan aktifitas mereka dan juga mereka yang tidak
bahwa body shaming yang diterima oleh HDR dan ADY tidak membuat
85
2. Pasif
konflik karena takut akan tidak disukai atau menyakiti perasaan orang
yang mereka alami menjadikan mereka malas dan kurang berminat untuk
sehingga mereka tidak nyaman dan merasa tidak percaya diri dalam
melakukan interaksi.
86
adaptif. Sebuah perilaku asertif juga memerlukan rasa percaya diri yang
tinggi. Dengan rasa percaya diri, maka mahasiswi yang mengalami body
menunjukan sikap terbuka dan adanya sebuah harapan agar pelaku body
shaming tidak lagi melakukan perbuatannya. Hal ini yang dilakukan oleh
87
shaming.
88
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
patriarki, latar belakang etnis dan konstruksi patriarki tentang standar cantik
oleh vektor latar belakang etnis. Peneliti melihat bahwa sebagian korban
mempunyai bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan tipologi kecantikan yang
89
yang dialami oleh kesepuluh informan merupakan bentuk nyata dari titik
temu tiga vektor atau dimensi penindasan yang melekat pada diri mereka,
5.2. Saran
90
kelingkungan sekitar.
adalah salah satu tindakan kekerasan verbal yang tidak seharusnya terjadi
dilingkungan kampus.
91
92
93
94
PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Informan
Nama/ Inisial :
Usia :
Jurusan :
Suku :
Agama :
Alamat :
1. Bagaimana pemahaman anda tentang body shaming dan kapan anda mulai
2. Apakah anda pernah membandingkan bentuk tubuh anda dengan bentuk tubuh
4. Tindakan body shaming seperti apa yang anda alami di lingkungan kampus ?
5. Siapakah yang melakukan tindakan body shaming terhadap anda? Apakah yang
perempuan ?
95
8. Adakah dampak atau pengaruh pada diri anda terhadap tindakan body shaming
10.Apakah anda akan menjauhi orang yang melakukan tindakan body shaming
terhadap anda?
11.Apakah kedepannya anda akan sensitif terhadap body shaming dan melakukan
suatu penolakan atau malah akan menganggap tindakan body shaming adalah
96
DOKUMENTASI
97
98
99