PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus
merupakan pedoman dalam pelaksanan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang
pendidikan, kurikulum harus sesuai dengan falsafah dan dasar Negara, yaitu pancasila
dan UUD 1945 yang menggambarkan pandangan hidup suatu bangsa. Tujuan dan pola
kehidupan suatu Negara banyak di tentukan oleh system kurikulum yang digunakannya,
mulai dari kurikulum taman kanak-kanak sampai kurikulum pergurusn tinggi. Jika terjadi
pada perubahan system ketatanegaraan maka dapat berakibat pada perubahan system
pendidikan, bahkan system kurikulum yang berlaku.
Kurikulum juga dimiliki oleh sekolah khusus seperti sekolah luar biasa. Sekolah luar
biasa (SLB) adalah sekolah untuk anak-anak berpendidikan khusus. Berbicara tentang
SLB, tidak akan lepas dari keberadaan ABK (anak berkebutuhan khusus). Keluarbiasaan
ini dapat dijadikan dua kategori yaitu: keluarbiasaan yang ada diatas normal dan
keluarbiasaan yang ada di bawah normal. Jika keluarbiasaan yang ada di atas normal
hanya dikenla dengan satu istilah, maka keluarbiasaanyang ada di bawah normal dikenal
dengan berbagai istilah karena memang kondisi keluarbiasaan dibawah normal sangat
beragam. Jenis-jenis keluarbiasaan dibawah normal diantaranya dalah : (1) tunanetra, (2)
tunarungu, (3) tunadaksa, (4) tunalaras, (5) tunagrahita.
Pada kesempatan ini, penulis akan membahas tentang kurikulum yang dipakai pada
sekolah khusus seperti sekolah luar biasa.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana proses perkembangan, bentuk serta penerapan kurikulum pendidikan di
sekolah khusus Seperti Sekolah Luar Biasa (SLB)?
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2
kelainan fisik mungkin memerlukan kursi dan meja belajar yang dirancang khusus,
seorang siswa dengan kesulitan belajar mungkin memerlukan waktu tambahan untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Contoh yang lain, seorang siswa dengan kelainan pada
aspek kognitifnya mungkin akan memperoleh keuntungan dari pembelajaran
kooperatif yang diberikan oleh satu atau beberapa guru umum bersama-sama dengan
guru pendidikan luar biasa. Pendidikan luar biasa merupakan salah satu komponen
dalam salah satu sistem pemberian layanan yang kompleks dalam membantu individu
untuk mencapai potensinya secara maksimal.
3
Satu hal penting yang sangat berkaitan dengan layanan pendidikan bagi anak tuna
netra adalah perkembangan sistem baca-tulis. Hauy mengembangkan sistem huruf
timbul untuk dibaca dengan menggunakan jari.
4
yang dimilikinya tidak dapat berkembang secara optimal. Ini berarti pula bahwa
kita telah menyianyiakan potensi-potensi unggul yang ada pada manusia.
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan pendidikan Anak Supernormal
perlu kita menengok sejarahnya yang menunjukkan bahwa program khusus bagi
pelayanan Anak Supernormal di dunia telah dirintis sejak tahun 1867 yaitu dengan
berbagai macam usaha, antara lain seperti terselenggaranya sekolah dan kelas
khusus, penelitian-penelitian, berdirinya lembaga yang bertujuan mengembangkan
pendidikan khusus bagi Anak Supernormal.
5
Tahun 1990 – sekarang, anak diwajibkan turut serta dalam penuntasan wajar 9
tahun, perluasan/peningkatan Subdit PSLB menjadi Direktorat PLB, diujicobakannya
kembali model pendidikan terpadu (menuju pendidikan yang inklusif) di beberapa
daerah, dikeluarkan kebijakan (edaran Dirjen Dikdasmen tentang pendidikan yang
inklusif, dan tumbuh kembangnya sekolah-sekolah “inklusif” di beberapa daerah.
6
C. Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari istilah yang dipergunakan dalam dunia
atletik curere yang berarti “berlari”. Istilah tersebut erat hubungannya dengan
kata curier atau kurir yang berarti penghubung atau seseorang yang bertugas
menyampaikan sesuatu kepada orang tempat lain. Dari istilah atletik kurikulum
mengalami perpindahan arti ke dunia pendidikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan
oleh suatu lembaga penyelenggaraan pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang
akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.
Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan
kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut
serta kebutuhan lapangan kerja. Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya
disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan.
Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan
tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.
Kurikulum Pendidikan Khusus adalah kurikulum bagi peserta didik berkelainan
atau berkebutuhan khusus yang mengikuti pendidikan pada satuan pendidikan khusus
atau satuan pendidikan reguler di kelas khusus yang bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik secara optimal sesuai kemampuannya.
7
2. Sekolah:
• Kurikulum (visi, misi, struktur)
• Silabus (pengalaman belkajar, alokasi waktu, sumber bahan, alat)
• Penilaian (jenis tagihan, soal / butir, pengelolaan hasil ujian, pelaporan)
Oleh karena dokumen final kurikulum yang dipakai (kurikulum, silabi dll)
dikembangkan oleh sekolah, dokumen ini dikenal dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).
Melihat kategorisasi ini, pola pikir yang dipakai tidak jauh berbeda dengan
pola pikir kurikulum SLB tahun 1994, yaitu bahwa bagi anak berkelainan tanpa
disertai kemampuan intelektual di bawah rata-rata, tujuan pendidikan adalah
menyiapkan mereka mengikuti program pendidikan umum agar dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan bagi anak
berkelainan dengan kemempuan intelektual di bawah ratarata, diperlukan
kurikulum yang lebih spesifik, sederhana, dan bersifat tematik untuk mendorong
kemandirian dalam kehidupan sehari-hari. Pada jenjang sekolah menengah,
program yang disediakan lebih bersifat vokasional.
Program kurikulum terbagi menjadi kelompok mata pelajaran, muatan lokal,
program khusus, dan pengembangan diri. Muatan lokal merupakan kegiatan
kurikuler untuk mengembangkan potensi yang disesaikan dengan ciri khas dan
potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal
ditentukan oleh satuan pendidikan.
Program khusus berisi kegiatan bervariaso sesuai dengan jenis kelainan
peserta didik, yaitu orientasi mobilitas untuk peserta didik tuna netra, bina
komunikasi, persepsi bunyi, dan irama untuk peserta didik tunarungu, bina diri
untuk peserta didik tuna grahita, bina gerak untuk peserta didik tuna daksa, dan
bina pribadi / sosial untuk peserta didik tunalaras.
8
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh
guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan, bakat, dan minat, sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan / atau dibimbing oleh konselor, guru, atau
tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk ekstra kurikuler.
9
8. Seni Budaya dan Keterampilan
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
10. Keterampilan Vokasional/ Teknologi Informasi
dan Komunikasi
11. Muatan Lokal
12. Program Khusus (sesuai kelainannya)
Orientasi & Mobilitas
Bina Komunikasi, Persepsi Bunyi & Irama
Bina Gerak
Bina Bribadi & Sosial
13. Pengembangan Diri
Jumlah
10
3. Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus Luar Biasa
Pendidikan khusus yang dimaksud dalam pendoman ini adalah pendidikan bagi
peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan ditambah
lagi masih mengalami hambatan intelektual.
Kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2013 untuk pendidikan khusus atau sekolah luar
biasa (SDLB, SMPLB, dan SMALB) dimulai pada tahun ajaran 2014/2015 untuk
semua satuan pendidikan dan dilaksanakan dengan pola secara bertahap. Pelaksanaan
secara bertahap yakni :
1. Pada tahun ajaran 2014/2015 diawali dengan kelas I, IV, VII, dan X.
2. Pada tahun ajaran 2015/2016 menyasar pada kelas I, II, IV, V, VII, VIII, dan X,
XI.
3. Pada tahun ketiga, yaitu tahun ajaran 2016/2017 kelas I, II, III, IV, V, VI, VII,
VIII, IX, X, dan XI.
4. Kemudian, pada tahun ajaran 2017/2018 seluruh kelas baik SDLB, SMPLB,
maupun SMALB diharapkan telah melaksanakan Kurikulum 2013 untuk
Pendidikan Khusus.
11
Kompetensi dalam Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus dirumuskan dalam
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi
Dasar (KD). Kompetensi dalam Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus
mencangkup tiga ranah yang memiliki lintasan perolehan (proses
psikologis)yaitu
1. Ranah sikap yang dapat diperoleh melalui aktivitas “menerima,
menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”.
2. Ranah pengetahuan Pengetahuan dapat diperoleh melalui aktivitas
“mengingat, memahami, menerapkan,menganalisis, mengevaluasi,
mencipta”, dan
3. Ranah keterampilan dapat diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum terus berkembang seirama dengan dinamika masyarakat dan kemajuan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum harus disesuaikan dengan dinamika
dan tuntutan masyarakat karena kurikulum rancangan / program (pembelajaran) yang
bertujuan untuyk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat. Kurikulum
tidak boleh terlalu jauh tertinggal dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
selaras dengan salah satu fungsi pendidikan sebagai konservasi kebudayaan, sedangkan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni merupakan bagian dari kebudayaan.
Perkembangan sistem layanan pendidikan luar biasa di Indonesia memang sedikit
terlambat dibandingkan dengan sistem yang dipakai oleh berbagai negara maju. Sistem
layanan PLB/SLB yang paling tua adalah sistem segregatif, yaitu menyediakan layanan
pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di tempat-tempat khusus, terpisah dari
teman sebayanya yang normal.
B. Saran
Oleh karena itu, untuk lembaga pendidikan yang telah di bentuk atau yang akan baru
dibentuk seperti sekolah agar memiliki kurukulum yang efisien serta efektif dalam proses
belajar mengajar di sekolah guna melancarkan aktivitas di sekolah. Dan semoga dengan
adanya pembentukan kurikulum di sekolah-sekolah khususnya pada sekolah luarb iasa
diharapkan dapat memberikan contoh untuk para siswa, orang tua siswa, dan bahkan
guru-guru serta staf yang ada di ruang lingkup sekolah. Baik itu sekolah inklusi,
adiwiyata, alam, Islam terpadu, home schooling serta sekolah khusus seperti Sekolah Luar
Biasa (SLB) agar dapat menjaga dan memperlakukan mereka dengan penuh kasih sayang
serta kelembutan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Desma Husni, dkk. 2012. Psikologi Sekolah. Pekanbaru: Al-Mujtahaddah Press.
Drs. Wasty Soemanto, M. Pd. 2003. Psikologi Pendidikan Edisi Baru. Jakarta: Rineka Cipta.
Haryanto. 2011. Diktat Pengembangan Kurikulum Pendidikan Luar Biasa. Yogyakarta.
Prof. Dr. S. Nasution, M.A. 2012. Kurikulum & Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Penerbit: Kencana Prenada.
Sunardi. 2010. Kurikulum Pendidikan Luar Biasa di Indonesia Dari Masa Ke Masa. Pusat
Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional.
http://www.scribd.com/doc/51709600/172/Psikologi-sekolah. Diakses pada 20 September
2019 Pukul: 16.21.
https://yuswan62.wordpress.com/kurikulum-2013-pendidikan-khusus/implementasi-
kurikulum-pendidikan-khusus-di-tahun-2017-2018/. Diakses pada 20 September 2019
Pukul: 16.21.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum. Diakses pada 20 September 2019 Pukul: 16.23.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_khusus. Diakses pada 21 September Pukul: 12.15.
14