Anda di halaman 1dari 5

Pengaruh Diet Low-Carbohydrate Terhadap Peptide YY Dan

Cardiometabolic
Achmad Jamaah Syari
1
, Asri Utami
2
, Endah Permata Sari
3
, Laila Mahri
4

1
Program Studi Biologi (Bioteknologi), Fakultas Sains Dan Teknologi,
Universitas Al Azhar Indonesia, Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jakarta 12110

Abstrak
Diet low-carbohydrate (LC) dapat dijadikan alternatif untuk menurunkan
berat badan. Hal ini karena diet LC dapat menurunkan kadar peptida YY (PYY) di
dalam tubuh. PYY itu sendiri berperan dalam mengatur nafsu makan dan regulasi
asupan makanan. Akan tetapi diet LC secara berkepanjangan dapat mempengauhi
metabolisme tubuh, sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya disfungsi
metabolik dan resiko Cardiovascular disease (CVD). Hal ini berkaitan dengan
kurangnya asupan makanan yang mengandung antioksidan mikronutrien dari
makanan nabati.
Kata kunci: diet LC, PYY, CVD, metabolisme

Pendahuluan
Hampir 45% wanita dan 30% pria di Amerika Serikat berusaha untuk
menurunkan berat badan. Diet rendah lemak dan diet karbohidrat merupakan cara
yang sering dilakukan. Berdasarkan data meta-analisis yang dilakukan oleh
Essahet al pada tahun 2010, diet karbohidrat merupakan cara efektif untuk
menurunkan berat badan. Peptida YY (PYY) berperan dalam mengatur nafsu
makan dan regulasi asupan makanan. PYY disekresi oleh sel-sel neuroendokrin
yang terdapat pada ileum dan usus besar. Dalam studi sebelumnya menunjukkan
bahwa diet rendah karbohidrat dan diet rendah lemak dapat meningkatkan kadar
PYY sebanyak 55% dibandingkan dengan diet rendah lemak akan tetapi tinggi
karbohidrat.
Meski demikian diet yang terlalu ketat dapat berpengaruh pada kinerja
tubuh, karena dapat menimbulkan disfungsi metabolik dan meningkatkan
risikoCardiovascular disease(CVD), seperti fungsi endotel, peradangan dan
kurangnya antioksidan di dalam tubuh.Hal ini berkaitan dengan kurangnya asupan
makanan yang mengandung antioksidan mikronutrien dari makanan nabati. Selain
itu diet low-carbohydrate (LC) secara berkepanjangan dapat mempengaruhi
kesehatan usus. Pada umumnya orang yang melakukan diet LC akan
meningkatkan konsumsi protein dan protein. Hal inilah yang menjadi awal
terjadinya CVD.
Dalam studi yang telah dilakukan oleh peneliti, terdapat dua hipotesis,
yang pertama adalah diet LC dapat meningkatkan kadar PYY di dalam tubuh, dan
yang kedua adalah diet LC memiliki dampak negatif terhadap metabolisme tubuh
dan kardiovaskular terutama bagi orang-orang yang mengalami obesitas.
Tinjauan Pustaka
Peptida YY merupakan protein berantai pendek yang dilepaskan oleh sel-
sel pada ileum dan usus besar dalam merespon makanan. Selain itu, PYY juga
diproduksi oleh neuron di batang otak, khususnya pada bagian nukleus reticular
gigantocellular dari medula oblongata. Konsentrasi PYY dalam sirkulasi darah
akan meningkat setelah tubuh menerima asupan makanan dan akan menurun
ketika berpuasa. Cara kerja PYY itu sendiri dengan cara menghambat motilitas
lambung dan meningkatkan penyerapan air dan elektrolit di usus. Selain itu PYY
juga dapat menekan sekresi dari pankreas, sehingga dapat mengurangi nafsu
makan.Bagi orang yang sedang melakukan program diet, dianjurkan untuk
membatasi asupan makanannya, yaitu 500kkal/hari.
Dalam proses penurunan berat, jenis kelamin dan ras tidak akan
berpengaruh. Yang berpengaruh adalah berat badan, massa tubuh,kadar insulin,
glukosa, leptin dan adiopektin yang terdapat di dalam tubuh. Diet LC yang
dilakukan akan memberi pengaruh terhadap mekanisme homeostasis fisiologis.
Hal inilah yang menyebabkan penurunan kadar PYY di dalam tubuh.Kadar
glukosa di dalam tubuh dapat diukur dengan glukosa analyzer menggunakan
metodologi oksidatif, dan kadar insulin menggunakan radioimmunoassay ganda-
antibodi. Untuk PYY menggunakan aprotinin (Sigma-Aldrich, Inc, St Louis, MO,
USA) pada konsentrasi 1 gml-1 dan dipeptidyl peptidase IV inhibitor (Linco,
Research, Inc, St Louis, MO, USA) pada konsentrasi akhir dari 100 M
ditambahkan ke serum, dan sampel disimpan pada suhu -70C. Jumlah PYY
diukur dengan menggunakan sensitif dan spesifik RIA (Linco Research, Inc).
Batas bawah deteksi adalah 10 pg ml-1, dan variasi koefisien berkisar antara 9,4%
dan 8,5%. Tes leptin dan tingkat adiponektin diukur dengan menggunakan ELISA
kit (Diagnostic System Laboratories, Inc, Webster, TX, USA).






Berdasarkan data yang diperoleh dari Essahet al pada tahun 2010
menunjukkan bahwa kadar PYY selama puasa mengalami penurunan lebih dari
9% setelah melakukan 8 minggu melakukan diet LC. Pada tabel ini menunjukkan
bahwa kadar PYY dan penurunan berat badan memiliki hubungan yang
berkebalikan. Akan tetapi tidak ada hubungan yang signifikan antara PYY dan
glukosa, insulin, leptin, atau adiponektin.
Dalam studi yang dilakukan olehJohnstone et al pada tahun 2011
mengenai dampak diet LC yang dilakukan bagi orang yang obesitas dengan
diabetes mellitus tipe 2 menunjukkan bahwa terjadi peradangan dan disfungsi
endotel. Diet LC yng dilakukan dalam jangka panjang juga dapat mengakibatkan
gangguan pada sistem metabolisme, sehingga bisa meningkatkan risiko terjadinya
penyakit kardiovaskular. Selain karena terganggunya metabolisme tubuh, hal ini
juga disebabkan oleh kadar adiponektin yang dianggap menghambat sistem
vaskular sehingga menimbulkan peradangan.Hal ini dapat terjadi karena pada
umumnya orang yang melakukan diet LC akan mengurangi konsumsi pati dan
meningkatkan konsumsi asam lemak jenuh, ini disebut diet low-carbohydrate,
high-protein, hight-fat. Oleh sebab itu diet LC tidak dianjurkan untuk diterapkan
dalam jangka panjang.
Ketika seseorang melakukan diet LC tubuh akan mengalami homeostasis.
Terdapat 2 jenis homeostasi yang akan dilakukan oleh tubuh, yang pertama adalah
dengan cara pengaturan produksi ketone bodies agar jaringan tubuh dapat
mengurangi konsumsi glucose. Dan yang kedua dengan cara memperlambat
terjadinya siklus glikolisis sehingga dapat mempertahankan glycemia di dalam
tubuh. Fungsi dari ketone bodies itu sendiri berasal dari hasil oxidasi NEFAs dan
ketogenic amino acids seperti leucine dan lysine.Dalam jangka pendek, diet LC
dapat menimbulkan beberapa efek samping, seperti pusing, keram otot, diarrhea,
tubuh lemas, dan kulit kering. Hal ini karena tubuh kekurangan sumber energi
yang berasal dari karbohidrat.
Dalam melakukan diet LC maka kita juga harus memperhatikan makanan
yang akan dikonsumsi. Selain membatasi asupan pati, akan lebih baik jika kita
juga mengurangi asupan makanan yang banyak mengandung asam lemak jenuh,
sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit jantung (CVD). Makanan
yang dianjurkan adalah yang mengandung vitamin dan micronutrient.Nutrisi
tersebut bisa didapat dari buah-buahan dan sayur-mayur, selain itu dianjurkan
pula untuk mengkonsumsi supplement yang mengandung antioxidant. Hal ini
berfungsi untuk menjaga metabolisme tubuh dan menstabilkan kerja jantung.
Untuk mengoptimalkan program diet yang dilakukan, akan lebih baik jika disertai
dengan olah raga yang teratur, sehingga pembakaran lemak tubuh dapat berjalan
dengan baik.
Kesimpulan
Diet Low-Carbohydrate merupakan salah satu cara alternatif untuk
menurunkan berat badan. Cara ini lebih efektif dibandingkan dengan melakukan
diet low-fat. Dengan melakukan diet LC, maka dapat menurunkan kadar PYY di
dalam tubuh, mengontrol gula darah, HbA1c, dan glycemic. Akan tetapi diet LC
tidak dapat dilakukan dalam jangka panjang, karena dapat mempengaruhi kerja
metabolisme tubuh dan meningkatkan resiko terjadinya CVD. Hal ini karena
biasanya orang-orang yang melakukan diet LC akan mengurangi konsumsi pati
dan meningkatkan asupan lemak, atau yang dikenal dengan diet low-carbohydrate
high-fat. Proses penurunan berat badan tidak hanya dipengaruhi oleh asupan
makanan yang diterima oleh tubuh, akan tetapi juga dengan melakukan olah raga
secara teratur sehingga dapat mengoptimalkan proses penurunan berat badan serta
menjaga kesehatan tubuh. Diet yang paling baik untuk menurunkan berat badan
adalah diet low-carbohydrate dan low-fat.
Daftar Pustaka
Essah, PA. et al. 2010. Effect of Weight Loss By A Low-Fat Diet And A Low-
Carbohydrate Diet On Peptide YY Levels. JURNAL OF OBESITY.
Volume 34 : 1239 - 1242.
Johnstone, Alexandra M. et al. 2011. Effects of A High-Protein, Low-
Carbohydrate V. High-Protein, Moderatecarbohydrate Weight-Loss Diet
On Antioxidant Status, Endothelial Markers and Plasma Indices of The
Cardiometabolic profile. JURNAL OF NUTRITION. Volume 106 : 282 -
291.

Anda mungkin juga menyukai