saluran otak. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa
Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG.
b. Rubella
Rubella atau yang dikenal sebagai campak Jerman. Resiko terjadinya
penularan pada janin berusia >12 minggu adalah 90%, jika usia kehamilan
berkisar antara 15-30 minggu, maka risiko janin terinfeksi rubella sekitar 20%,
dan pada saat usia kehamilan mencapai > 36 minggu, maka resiko penularan
menjadi 100%. Bedasarkan data National Health Service (UK) pada tahun 2013,
maternal yang terinfeksi rubella pada tri-semester pertama, 90% kecacatan yang
terjadi berupa kebutaan, tuli, kelainan jantung, keterbelakangan mental, bahkan
keguguran. Penyakit rubella dapat deteksi dengan beberapa cara, diantaranya
dengan melakukan pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Antirubella IgG dan IgM sangat disarankan untuk diagnosis infeksi akut pada saat usia
kehamilan < 12 minggu (tri-semester pertama), hal ini bertujuan untuk
mengurangi resiko terjadinya infeksi rubella bawaan.
c. Cytomegalovirus (CMV)
CMV merupakan parasit yang hidup di dalam sel atau intrasel yang
memanfaatkan sel inang untuk melakukan replikasi. Infeksi CMV itu sendiri
dapat menjadi pemicu munculnya berbagai macam penyakit, diantaranya penyakit
autoimun, penyakit inflamasi seperti radang ginjal-saluran kemih, hati, saluran
cerna, paru, mata, dan infertilitas. Selain itu bayi yang terlahir dari ibu yang
terkena CMV juga akan mengalami gangguan saraf berat, seperti keterlambatan
perkembangan mental. Pada bayi yang baru lahir dan terinfeksi CMV, biasanya
akan menunjukkan gejala berupa IUGR, ikterus (kuning), hepatosplenomegali
(pembesaran liver dan limpa), perdarahan bawah kulit, dan Pneumonia..
Penularan CMV terhadap janin terjadi melalui transmisi intrauterus, hal ini karena
virus beredar di dalam sirkulasi (viremia) ibu lalu masuk ke dalam placenta dan
menuju fetus. Untuk mendeteksi CMV pada janin yang masih berada dalam
kandungan, dapat melakukan pemeriksaan berupa amniosintesa.
pengion pada dosis rendah juga berdampak negatif pada janis, karena dapat
membunuh sel emrbrionik sehingga perkembangan janin menjadi tidak sempurna.
3. PMS (Penyakit Menular Seksual)
Penyakit menular seksual (PMS) juga dapat menjadi penyebab terjadinya
cacat bawaan. Contoh dari PMS yang dapat menimbulkan kecacatan adalah
gonorrhea dan sifilis. Gonorrhea merupakan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan kornea
pada janin. Apabila penyakit tersebut tidak segera ditangani, maka dapat
menimbulkan radang otak dan menyebabkan kematian. Penyakit sifilis atau raja
singa merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum.
Penularan sifilis oleh meternal terhadap janin ialah melalui placenta. Apabila
janin terserang penyakit sifilis pada usia kurang dari lima bulan, maka akan
berpeluang mengalami abortus. PMS lainnya yang dapat menyebabkan gangguan
pada perkembangan janin adalah vaginitis, klamidia, candidiasis, chancroid, dan
granula inguinale.