Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rinanti Anindya Putri

NIM

: 0104511019

MK

: Biotek Industri dan Pangan

Bioetanol dari Lignoselulosa

Lignoselulosa digunakan untuk menyebut suatu bahan yang mengandung lignin, selulosa,
dan hemiselulosa. Lignoselulosa adalah penyusun dinding sel tanaman terutama pada bagian
batang tanaman. Limbah lignoselulosa ini dapat digunakan sebagai produksi bioethanol. Limbah
lignoselulosa bisa berupa jerami padi, tongkol jagung, onggok, pangkasan tebu, kulit buah kopi,
sisa gergajian, limbah sampah rumah tangga, limbah sludge pabrik kertas, dan lain-lain. Proses
konversi lignoselulosa menjadi bioethanol terjadi melalui 4 tahapan, yaitu pretreatment
(delignifikasi), hidrolisis, fermentasi, dan pemurnian. Bioethanol dari lignoselulosa ini nantinya
dapat diaplikasikan sebagai BBN (Bahan Bakar Nabati) seperti bensin ataupun pengganti minyak
tanah.
Pretreatment lignoselulosa umumnya dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu kimiawi, fisik,
dan mikrobiologis. pretreatment dapat meningkatkan hasil gula yang diperoleh. Gula yang
diperoleh tanpa pretreatment kurang dari 20% sedangkan dengan pretreatment dapat meningkat
hingga 90%. Pretreatment bertujuan untuk membuka struktur lignoselulosa agar selulosa mudah
di akses oleh enzim yang memecah polimer polisakarida menjadi monomer gula.
Setelah dilakukan pretreatment, kemudian limbah lignoseluloa dihidrolisis selama 30
menit t. Hidrolisis dapat menggunakan asam & basa (secara kimia) atau enzimatik. Hidrolisis
dilakukan untuk memecah polisakarida didalam biomassa lignoselulosa, yaitu selulosa dan
hemiselulosa menjadi monomer gula penyusunnya. Selulosa nantinya akan menghasilkan
glukosa, sedangkan hemiselulosa akan menghasilkan monomer gula pentose dan heksosa.
Hidrolisis dengan menggunakan asam dipaparkan dengan suhu dan tekanan tertentu. Asam yang

dapat digunakan untuk hidrolisis jerami padi, yaitu asam sulfat (H 2SO4), asam perklorat, dan
HCl.
Proses fermentasi hidrolisat selulosa dapat menggunakan ragi, yaitu Saccharomyces
cerevisia, Kluyveromyces, dan Candida utilis (Lin & Tanaka 2006). Hidrolisat selulosa
difermentasi selama beberapa waktu, kemudian selanjutnya dilakukan tahap purifikasi atau
pemurnian dengan cara destilasi. Destilasi adalah metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik
didih, digunakan untuk memisahkan etanol dari beer (air dan etanol) dari hasil fermentasi. Titik
didih etanol murni adalah 78oc, sedangkan titih didih air adalah 100oc. dengan memanskan
larutan pada suhu 78-90oc akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap dan sisa air yang
masih tersisa dihilangkan dengan cara dehidrasi hingga kandungan etanol 99.5%.
Salah satu limbah lignoselulosa yang dapat digunakan sebagai bahan dasar bioethanol
adalah jerami padi. Pembuatan bioethanol dari bahan dasar jerami padi adalah sebagai berikut:
1. Delignifikasi
Jerami padi diperkecil dengan menggunakan crusher (CR-113) hingga ukuran 0,1
mm. setelah itu dialirkan ke tangki pengaduk. Dalam tangki pengaduk, jerami padi
diberikan asam sulfat yang sudah diencerkan hingga 70% dengan penambahan air dan
direaksikan pada suhu 400c selama 1 jam. Proses ini bertujuan untuk memisahkan
selulosa dengan hemiselulosa dari lignin.
2. Hidrolisis
Campuran dari tangki pengaduk kemudian dialirkan menuju reactor hidrolisa (R211). Campuran tersebut direaksikan pada suhu 100oc dengan tekanan 1 atm selama 1
jam. Proses ini dilakukan untuk memecah selulosa menjadi glukosa. Kemudian,
campuran dialirkan menuju cooler (E-212) untuk didinginkan menjadi 30oc. Setelah
suhu tercapai, campuran dialirkan menuju filter press I untuk memisahkan fraksi
padar dan fraksi cair. Larutan gula yang tidak terikat oleh resin kemudian dialirkan
menuju mixer (M-219) untuk dicampurkan dengan urea. Proses ini bertujuan untuk
mereaksikan asam yang tersisa dengan urea, sehingga gula yang dihasilkan terbebas

dari asam. Pada proses ini akan menghasilkan gypsum (CaSO 4) sehingga harus di
sentrifugasu untuk memisahkan gypsum dengan cairan.

3. Fermentasi
Campuran yang dihasilkan dari reactor hidrolisat kemudian dialirkan menuju
reactor

fermentasi

(R-318).

Pada

reactor

fermentasi

diberikan

mikroba

Saccharomyces cerevisiae yang befungsi sebagai katalis dan membantu proses


fermentasi anaerob pada suhu 27,5oc dengan tekanan 1 atm dalam waktu 36 jam.
Fermentor juga diberikan nutrisi berupa H3PO 4 dari tangki penyimpanan (T-315) dan
ragi dari tangki penyimpanan (T-317).
4. Pemurnian (Destilasi)
Hasil dari tangki fermentasi kemudian dialirkan kedalam tagki penyimpanan hasil
fermentasi (T-320) lalu dilewatkan menuju filter press II (FP-322) yang berfungsi
untuk memisahkan fraksi padat dan fraksi cair. Campuran etanol dan air yang telah
terpisah dari gula akan dipompakan menuju membrane ultrafiltrasi (UF-326) untuk
memisahkan gula dengan etanol berdasarkan ukuran partikelnya. Campuran etanol
dan air yang telah terpisah dialirkan menuju menara destilasi (MD-412) untuk
memisahkan etanol dengan air. Etanol dapat dihasilkan hingga 96,5%. Campuran
etanol dengan air selanjutnya dialirkan lagi ke membrane pervaporasi (PV-420) untuk
memurnikan alcohol hingga 99,8% dan kemudian didinginkan dengan cooler (E-422)
hingga suhu 30oc

Daftar Pustaka
Anindyawati T. 2009. Prospek enzim dan limbah lignoselulosa untuk produksi bioethanol. BS.
44)1): 49-56
Jannah AM. 2010. Proses fermentasi hidrolisat jerami padi untuk menghasilkan bioethanol.
Jurnal Teknik Kimia. Vol 17 No 1

Lin, Yan, Tanaka. 2006. Ethanol fermentation from biomass esources: current state and prospect.
Microbial Biotechnol. 69: 627-642

Anda mungkin juga menyukai