Anda di halaman 1dari 9

B.

MENJELASKAN DAMPAK DEFIDIENSI DAN KELEBIHAN ASUPAN ZAT GIZI

MAKRO (KARBO HIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK)

1. DAMPAK DEFIDIENSI

a. Karbohidrat

Saat mengurangi asupan karbohidrat dari diet, Anda akan menderita kekurangan nutrisi ini.

Perhatikan jika tubuh mulai mengirim sinyal yang menunjukkan gejala defisiensi

karbohidrat. Karena fungsi karbohidrat sangat penting bagi tubuh, kurangnya asupan akan

memicu berbagai efek merugikan jangka pendek serta jangka panjang seperti:

I. Lekas marah

II. Mual

III. Bau mulut

IV. Kelelahan yang berlebihan

Otak mendapatkan energi dari gula darah, yang diperoleh dari karbohidrat, untuk

melakukan fungsinya. Sel otak membutuhkan dua kali energi lebih banyak

dibandingkan sel-sel lain dalam tubuh. Ini antara lain disebabkan sel otak yang selalu

bekerja bahkan ketika Anda sedang tidur.

Ketika mengalami kekurangan karbohidrat, otak tidak akan berfungsi dengan baik dan

dapat memicu kehilangan memori, berkurangnya daya konsentrasi, serta kemampuan

belajar. Menghilangkan semua sumber karbohidrat dari diet juga mengakibatkan

b. DEFISIENSI ZINC (Zn)


Defisiensi Zn diklasifikasikan sebagai defisiensi ringan, menengah dan berat. Defisiensi

ringan sering dihubungkan dengan faktor cekaman atau stres. Kadar normal Zn serum darah

pada ternak ruminansia berkisar antara 0,8 – 1,2 ppm. Defisiensi menengah dapat dilihat pada

gejala sub-klinis yang ditimbulkannya seperti menurunnya Zn plasma dan respon kekebalan

tubuh ternak. Defisiensi berat dapat dilihat dari gejala klinis yang ditimbulkannya seperti

dermatitis, anorexia dan parakeratosis(Widhyari, 2012)

2. KELEBIHAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO (KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK)

a. KARBOHIDRAT

Kelebihan karbohidrat dapat terjadi bila konsumsi karbohidrat melalui makanan melebihi

jumlah yang dianjurkan. Kelebihan karbohidrat selanjutnya dapat disimpan di dalam tubuh

dalam bentuk lemak. Lemak ini sewaktu-waktu dapat dipergunakan oleh tubuh sebagai

sumber cadangan energi di dalam tubuh. Kelebihan karbohidrat yang terjadi secara terus-

menerus dapat menyebabkan terjadinya kelebihan berat badan atau kegemukan pada

seseorang. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh dan dapat

meningkatkan risiko penyakit kronis. Beberapa akibat yang terjadi apabila tubuh

mengalami kelebihan karbohidrat, antara lain obesitas, diabetes mellitus, dan penyakit

jantung koroner

1) Obesitas

Obesitas adalah suatu kondisi di mana terjadi akumulasi lemak yang berlebih pada

tubuh seseorang. Obesitas disebabkan oleh adanya penumpukan simpanan lemak di

dalam tubuh, namun tidak diubah menjadi energi sebagai sumber tenaga. Simpanan

lemak ini berasal dari konsumsi karbohidrat yang berlebihan, lalu menyebabkan
penambahan berat badan seseorang, kemudian mengakibatkan terjadinya obesitas

(Evan et al., 2017).

Obesitas dapat terjadi apabila terjadi ketidakseimbangan energi di dalam tubuh, di

mana asupan energi melebihi pengeluaran energi. Hal ini akan berdampak pada

peningkatan berat badan yang biasanya seagian besar berupa massa lemak tubuh. Di

dalam proses metabolisme energi, asupan makanan diperlukan oleh tubuh khususnya

asupan zat gizi makro. Zat gizi makro yang terdiri dari karbohidrat, lemak, protein

berperan sebagai zat gizi yang menyumbangkan energi dan makanan yang

mengandung energi tinggi terbukti menjadi salah satu penyebab obesitas.

Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi makro yang dapat menghasilkan energi bagi

tubuh dan dapat berkontribusi pada kelebihan asupan energi dan penambahan berat

badan jika asupan energi dikontrol secara ketat Komposisi zat gizi makro dari

makanan tidak secara substansial mempengaruhi berat badan atau massa lemak

Namun apabila asupan karbohidrat tidak terkontrol dan berlebih

2) Diabetes melitus

Diabetes melitus adalah penyakit degeneratif yang ditandai dengan adanya

peningkatan pada kadar glukosa didalam darah. peningkatan kadar glukosa Darah ini

disebabkan oleh produksi hormon insulin di dalam tubuh.  adalah pankreas dan

mengangkut Glukosa dari darah ke sel-sel tubuh. Apabila kadar glukosa darah di

dalam tubuh tidak terkendali,  dapat menyebabkan beberapa penyakit komplikasi

seperti penyakit jantung koroner,  penyakit ginjal,  stroke dan infeksi lainnya

penyakit diabetes melitus dipengaruhi oleh berbagai macam faktor bisa  Dibedakan

menjadi di faktor eksternal dampak faktor  internal Meliputi genetik,  faktor stres
umur,  aktivitas fisik dan pola makan Pola makan dengan asupan karbohidrat dan

asupan serat yang rendah dapat mempengaruhi kinerja  Hormon insulin dalam

membantu mengontrol kadar glukosa didalam darah.  karbohidrat yang tinggi akan

akan menyebabkan terjadinya peningkatan peningkatan kadar peningkatan kadar gula

peningkatan kadar glukosa di dalam.  itu asupan serat yang rendah juga akan

mempengaruhi kadar glukosa darah pada individu tersebut 

3) Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan kronis akibat terjadinya

penyempitan, penyumbatan, atau adanya kelainan pada pembuluh nadi koroner.

Penyempitan atau penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot sehingga

menimbulkan gejala seperti rasa nyeri di bagian dada. Pada kondisi PJK yang lebih

parah, kemampuan jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh dapat mengalami

penurunan atau hilang

Faktor risiko penyakit jantung koroner antara lain, faktor genetik, kolesterol, tekanan

darah, gaya hidup, aktivitas fisik dan pola makan. Asupan karbohidrat, lemak dan

protein dapat memengaruhi kadar kolesterol darah. Konsumsi karbohidrat yang

berlebihan terutama dalam bentuk fruktosa dna sukrosa dapat meningkatkan laju

lipogenesis dan esterifikasi asam lemak. Hal ini dapat meningkatkan sintesis

triasilgliserol dan sekresi ery Low Density Lipoproteins (VLDL). Selain itu, kadar

trigliserida di dalam tubuh juga dapat meningkat karena asupan karbohidrat yang

tinggi

b. PROTEIN
Mengkonsumsi protein dalam jumlah yang berlebihan akan membuat kerja ginjal sia-sia.

Makanan yang berprotein tinggi, biasanya juga tinggi lemaknya obesitas. sehingga

Kelebihan dapat menyebabkan memberatkan protein pada kesehatan bayi ginjal dan hati

yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitogen, juga dapat menyebabkan

asidosis, dehidrasi, diare dan demam (Planten & Hoppenbrouwers, 2016)

Protein memiliki peran yang penting bagi tubuh, namun menurut Kurniawan (2014), terlalu

banyak mengkonsumsi protein hewani akan membuat sistem pencernaan sulit untuk

diuraikan dan diserap secara menyeluruh karena sia-sia makanan yang tidak dapat diserap

oleh tubuh akan menumpuk dan akhirnya membusuk didalam usus. Racun yang dihasilkan

oleh sisa-sisa makanan yang menumpuk akan dinetralkan oleh hati. Kondisi inilah yang

mengakibatkan sebagian besar enzim didalam usus dan hati menguras energinya hanya

untuk melindungi tubuh dari racun-racun yang ada di dalam pencernaan. Kerugian yang

didapatkan oleh tubuh adalah protein akan terbuang sia-sia melalui urine.(Edy Susanto,

2019)

1). Obestitas

Berbagai faktor dapat menjadi penyebab terjadinya obesitas, salah satunya adalah asupan

makanan melebihi kebutuhan. Protein merupakan jenis makronutrien yang berkaitan

dengan kejadian obesitas. Kebutuhan protein bagi remaja usia 9-13 tahun adalah 0.95

g/kgBB/hari dan 0,85 g/kgBB/hari untuk remaja laki-laki dan perempuan usia 14-18

tahun. 11 Proporsi asupan protein nabati adalah 60-80% kebutuhan protein dan protein

hewani sebesar 20-40% kebutuhan protein.12 Tubuh manusia tidak dapat menyimpan

protein secara berlebih sehingga jika asupan protein berlebih maka akan disimpan tubuh
dalam bentuk trigliserida dan hal inilah yang menyebabkan kenaikan jaringan lemak yang

akhirnya menyebabkan status gizi lebih. (Purwani & Widyastuti, 2015)

c. LEMAK

Pengaruh akibat kelebihan lemak terhadap kesehatan.

1). Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner dianggap salah satu penyebab kematian yang menakutkan.

Terdapat sejumlah faktor resiko yang diidentifikasi menyebabkan penyakit jantung

koroner, seperti meningkatnya kadar lipida utamanya kolesterol darah, hipertensi,

perokok berat dan aktivitas fisik. Beberapa ahli berpendapat bahwa aktivitas fisik

merupakan faktor penting dibandingkan jumlah dan jenis lemak pada makanan untuk

mengatur kadar kolesterol dalam darah. Lembaga Kesehatan Nasional di Amerika

Serikat 1977 melakukan riset yang menunjukkan hasil bahwa pembatasan rata-rata

tingkat konsumsi kolesterol sehari, pengurangan konsumsi lemak jenuh dan

peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh berpengaruh nyata terhadap kadar lipida.

Demikian juga kaadr lipida darah yang tinggi banyak dijumpai pada orang yang

berpendidikan dan status sosial ekonomi tinggi.


2). Peningkatan Kadar Kolesterol dalam darah

Kadar Kolesterol dalam darah manusia beragam dan menalami peningkatan dan

bertambahnya umur. Penambahan kolesterol darah berbeda menurut jenis kelamin.

Pada wanita dimulai umur 20-an sementara pada pria dapat lebih awal. Faktor

makanan yang berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah adalah LDL, lemak total,

lemak jenuh, dan energi total. Untuk menghindari timbulnya penyakit Jantung

koroner, kadar kolesterol darah di pertahankan kurang dari 200 mg/dl. Untuk

menghindari kadar kolesterol darah yang tinggi dianjurkan mengganti sumber lemak

jenuh dengan makanan sumber lemak tidak jenuh, terutama lemak dengan ikatan

ganda dan mengurangi makanan yang kaya kolesterol. Demikian juga diet kalori

yang terkontrol merupakan modifikasi program pencegahan PJK, karena kalori yang

berlebihan ternyata dapat meningkatakan kolesterol.

kolestrol dapat membahayakan tubuh. Kolesterol bila terdapat dalam jumlah terlalu

banyak didalam darah dapat membantuk endapan pada dinding pembuluh darah

sehingga menyebabkan penyimpatan yang dinamakan aterosklerosis. Bila

penyempitan terjadi pada pembuluh darah jantung dapat menyebabkan penyakit

jantung koroner dan bila pada pembuluh darah otak penyakit serebrovaskular.
Edy Susanto, M. (2019). Tinjauan pustaka protein. Journal of Chemical Information and

Modeling, 53(9), 1689–1699. http://repository.unimus.ac.id/1710/4/12 BAB II.pdf

Planten, J. T., & Hoppenbrouwers, R. (1954). Experiments on intra-ocular hyaluronidase

administration. Ophthalmologica, 127(2), 17–121. https://doi.org/10.1159/000301932

Purwani, R., & Widyastuti, N. (2015). Hubungan Asupan Protein Dengan Tekanan Darah Pada

Remaja. Journal of Nutrition College, 4(4), 534–540.

https://doi.org/10.14710/jnc.v4i4.10159

Widhyari, S. D. (2012). Peran dan Dampak Defisiensi Zinc (Zn) Terhadap Sistem Tanggap

Kebal. Wartazoa, 22(3), 141–148.

Anda mungkin juga menyukai