1. DAMPAK DEFIDIENSI
a. Karbohidrat
Saat mengurangi asupan karbohidrat dari diet, Anda akan menderita kekurangan nutrisi ini.
Perhatikan jika tubuh mulai mengirim sinyal yang menunjukkan gejala defisiensi
karbohidrat. Karena fungsi karbohidrat sangat penting bagi tubuh, kurangnya asupan akan
memicu berbagai efek merugikan jangka pendek serta jangka panjang seperti:
I. Lekas marah
II. Mual
Otak mendapatkan energi dari gula darah, yang diperoleh dari karbohidrat, untuk
melakukan fungsinya. Sel otak membutuhkan dua kali energi lebih banyak
dibandingkan sel-sel lain dalam tubuh. Ini antara lain disebabkan sel otak yang selalu
Ketika mengalami kekurangan karbohidrat, otak tidak akan berfungsi dengan baik dan
ringan sering dihubungkan dengan faktor cekaman atau stres. Kadar normal Zn serum darah
pada ternak ruminansia berkisar antara 0,8 – 1,2 ppm. Defisiensi menengah dapat dilihat pada
gejala sub-klinis yang ditimbulkannya seperti menurunnya Zn plasma dan respon kekebalan
tubuh ternak. Defisiensi berat dapat dilihat dari gejala klinis yang ditimbulkannya seperti
a. KARBOHIDRAT
Kelebihan karbohidrat dapat terjadi bila konsumsi karbohidrat melalui makanan melebihi
jumlah yang dianjurkan. Kelebihan karbohidrat selanjutnya dapat disimpan di dalam tubuh
dalam bentuk lemak. Lemak ini sewaktu-waktu dapat dipergunakan oleh tubuh sebagai
sumber cadangan energi di dalam tubuh. Kelebihan karbohidrat yang terjadi secara terus-
menerus dapat menyebabkan terjadinya kelebihan berat badan atau kegemukan pada
seseorang. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh dan dapat
meningkatkan risiko penyakit kronis. Beberapa akibat yang terjadi apabila tubuh
mengalami kelebihan karbohidrat, antara lain obesitas, diabetes mellitus, dan penyakit
jantung koroner
1) Obesitas
Obesitas adalah suatu kondisi di mana terjadi akumulasi lemak yang berlebih pada
dalam tubuh, namun tidak diubah menjadi energi sebagai sumber tenaga. Simpanan
lemak ini berasal dari konsumsi karbohidrat yang berlebihan, lalu menyebabkan
penambahan berat badan seseorang, kemudian mengakibatkan terjadinya obesitas
mana asupan energi melebihi pengeluaran energi. Hal ini akan berdampak pada
peningkatan berat badan yang biasanya seagian besar berupa massa lemak tubuh. Di
dalam proses metabolisme energi, asupan makanan diperlukan oleh tubuh khususnya
asupan zat gizi makro. Zat gizi makro yang terdiri dari karbohidrat, lemak, protein
berperan sebagai zat gizi yang menyumbangkan energi dan makanan yang
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi makro yang dapat menghasilkan energi bagi
tubuh dan dapat berkontribusi pada kelebihan asupan energi dan penambahan berat
badan jika asupan energi dikontrol secara ketat Komposisi zat gizi makro dari
makanan tidak secara substansial mempengaruhi berat badan atau massa lemak
2) Diabetes melitus
peningkatan pada kadar glukosa didalam darah. peningkatan kadar glukosa Darah ini
disebabkan oleh produksi hormon insulin di dalam tubuh. adalah pankreas dan
mengangkut Glukosa dari darah ke sel-sel tubuh. Apabila kadar glukosa darah di
seperti penyakit jantung koroner, penyakit ginjal, stroke dan infeksi lainnya
penyakit diabetes melitus dipengaruhi oleh berbagai macam faktor bisa Dibedakan
menjadi di faktor eksternal dampak faktor internal Meliputi genetik, faktor stres
umur, aktivitas fisik dan pola makan Pola makan dengan asupan karbohidrat dan
asupan serat yang rendah dapat mempengaruhi kinerja Hormon insulin dalam
membantu mengontrol kadar glukosa didalam darah. karbohidrat yang tinggi akan
peningkatan kadar glukosa di dalam. itu asupan serat yang rendah juga akan
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan kronis akibat terjadinya
Penyempitan atau penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot sehingga
menimbulkan gejala seperti rasa nyeri di bagian dada. Pada kondisi PJK yang lebih
parah, kemampuan jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh dapat mengalami
Faktor risiko penyakit jantung koroner antara lain, faktor genetik, kolesterol, tekanan
darah, gaya hidup, aktivitas fisik dan pola makan. Asupan karbohidrat, lemak dan
berlebihan terutama dalam bentuk fruktosa dna sukrosa dapat meningkatkan laju
lipogenesis dan esterifikasi asam lemak. Hal ini dapat meningkatkan sintesis
triasilgliserol dan sekresi ery Low Density Lipoproteins (VLDL). Selain itu, kadar
trigliserida di dalam tubuh juga dapat meningkat karena asupan karbohidrat yang
tinggi
b. PROTEIN
Mengkonsumsi protein dalam jumlah yang berlebihan akan membuat kerja ginjal sia-sia.
Makanan yang berprotein tinggi, biasanya juga tinggi lemaknya obesitas. sehingga
Kelebihan dapat menyebabkan memberatkan protein pada kesehatan bayi ginjal dan hati
yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitogen, juga dapat menyebabkan
Protein memiliki peran yang penting bagi tubuh, namun menurut Kurniawan (2014), terlalu
banyak mengkonsumsi protein hewani akan membuat sistem pencernaan sulit untuk
diuraikan dan diserap secara menyeluruh karena sia-sia makanan yang tidak dapat diserap
oleh tubuh akan menumpuk dan akhirnya membusuk didalam usus. Racun yang dihasilkan
oleh sisa-sisa makanan yang menumpuk akan dinetralkan oleh hati. Kondisi inilah yang
mengakibatkan sebagian besar enzim didalam usus dan hati menguras energinya hanya
untuk melindungi tubuh dari racun-racun yang ada di dalam pencernaan. Kerugian yang
didapatkan oleh tubuh adalah protein akan terbuang sia-sia melalui urine.(Edy Susanto,
2019)
1). Obestitas
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab terjadinya obesitas, salah satunya adalah asupan
dengan kejadian obesitas. Kebutuhan protein bagi remaja usia 9-13 tahun adalah 0.95
g/kgBB/hari dan 0,85 g/kgBB/hari untuk remaja laki-laki dan perempuan usia 14-18
tahun. 11 Proporsi asupan protein nabati adalah 60-80% kebutuhan protein dan protein
hewani sebesar 20-40% kebutuhan protein.12 Tubuh manusia tidak dapat menyimpan
protein secara berlebih sehingga jika asupan protein berlebih maka akan disimpan tubuh
dalam bentuk trigliserida dan hal inilah yang menyebabkan kenaikan jaringan lemak yang
c. LEMAK
Penyakit jantung koroner dianggap salah satu penyebab kematian yang menakutkan.
perokok berat dan aktivitas fisik. Beberapa ahli berpendapat bahwa aktivitas fisik
merupakan faktor penting dibandingkan jumlah dan jenis lemak pada makanan untuk
Serikat 1977 melakukan riset yang menunjukkan hasil bahwa pembatasan rata-rata
peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh berpengaruh nyata terhadap kadar lipida.
Demikian juga kaadr lipida darah yang tinggi banyak dijumpai pada orang yang
Kadar Kolesterol dalam darah manusia beragam dan menalami peningkatan dan
Pada wanita dimulai umur 20-an sementara pada pria dapat lebih awal. Faktor
makanan yang berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah adalah LDL, lemak total,
lemak jenuh, dan energi total. Untuk menghindari timbulnya penyakit Jantung
koroner, kadar kolesterol darah di pertahankan kurang dari 200 mg/dl. Untuk
menghindari kadar kolesterol darah yang tinggi dianjurkan mengganti sumber lemak
jenuh dengan makanan sumber lemak tidak jenuh, terutama lemak dengan ikatan
ganda dan mengurangi makanan yang kaya kolesterol. Demikian juga diet kalori
yang terkontrol merupakan modifikasi program pencegahan PJK, karena kalori yang
kolestrol dapat membahayakan tubuh. Kolesterol bila terdapat dalam jumlah terlalu
banyak didalam darah dapat membantuk endapan pada dinding pembuluh darah
jantung koroner dan bila pada pembuluh darah otak penyakit serebrovaskular.
Edy Susanto, M. (2019). Tinjauan pustaka protein. Journal of Chemical Information and
Purwani, R., & Widyastuti, N. (2015). Hubungan Asupan Protein Dengan Tekanan Darah Pada
https://doi.org/10.14710/jnc.v4i4.10159
Widhyari, S. D. (2012). Peran dan Dampak Defisiensi Zinc (Zn) Terhadap Sistem Tanggap