A. Diabetes Mellitus
1. Definisi Diabetes Mellitus (DM)
Diabetes melitus adalah penyakit yang disebabkan oleh gagalnya penguraian zat gula didalam
tubuh (darah) pada tubuh normal, zat gula harus diurai menjadi glukosa dan glikogen oleh
hormon insulin yang diproduksi sel beta pankreas. Glukosa dan glikogen inilah yang
kemudian oleh tubuh melalui proses metabolisme atau pembakaran diubah menjadi energi
(Hartini, 2009).
Diabetes melitus sangat tepat didefinisikan sebagai serangkaian gangguan atau sindoma, di
mana tubuh tidak mampu mengatur secara tepat pengolahan, atau metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein. Ini disebabkan oleh kekurangan baik maupun utlakinsulin hormon
penting, yang dihasilkan dan dilepas oleh sel-sel khusus/sesel beta yang terletak di pankreas.
(Bogdan Mc Wright, MD. 2008)
Diabetes Melitus adalah suatau kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut
maupun relatif. Untuk dapat memahami definisi itu lebih jelas , ada baiknya diterangkan
terlebih dahulu apa yang terjadi pada orang yang tidak menderita diabetes.(Syafrii
Syahbudin, 2002).
1. Etiologi
Pada penderita diabetes mellitus pangaturan sistem kadar gula
darar terganggu , insulin tidak cukup mengatasi dan akibatnya kadar gula dalam darah
bertambah tinggi. peningkatan kadar glukosa darah akan menyumbat seluruh sistem
energi dan tubuh berusaha kuat mengeluarkannya melalui ginjal. Kelebihan gula
dikeluarkan didalam air kemih ketika makan makanan yang banyak kadar gulanya.
Peningkatan kadar gula dalam darah sangat cepat pula karena insulin tidak mencukupi
jika ini terjadi maka terjadilah diabetes mellitus. (Tjokroprawiro, 2006 ).
Insulin berfungsi untuk mengatur kadar gula dalam darah guna menjamin kecukupan
gula yang disediakan setiap saat bagi seluruh jaringan dan organ, sehingga proses-
proses kehidupan utama bisa berkesinambungan. Pelepasan insulin dihambat oleh
adanya hormon – hormon tertentu lainnya, terutama adrenalin dan nonadrenalin, yang
dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar adrenal, yang juga dikenal sebagai katekolamin, dan
somatostatin.(Bogdan Mc Wright, MD. 2008).
2. Patofisiologi
Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke
lambung dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan di pecah menjadi
bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino,
dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makan itu akan diserap oleh usus dan kemudian
masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan keseluruh tubuh untuk dipergunakan oleh
organ-organ didalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya dapat berfungsi sebagai bahan
bakar, zat makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat
makan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya adalah
timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin
memegang peran yang sangat penting yaitu
bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat dipergunakan sebagai
bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di
pankreas (Suyono, 2004).
Pada DM type II jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor
insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat di ibaratkan
sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi lubang kuncinya yang
kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya
(reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan
bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat (Suyono, 2004).
Efek samping insulin adalah penambahan berat badan yang mungkin diduga karena tiga
penyebab : (Bogdan Mc Wright, MD. 2008)
1). Insulin diketahui memiliki efek anabolik (pembentukan tubuh).
2). Ketika kontrol terdapat glisemia yang baik mulai dicapai karena
adanya terapi insulin, sedikit gula yang hilang didalam urin. 3). Pengobatan insulin membuat
orang merasa lebih baik.
dalam tubuh yang mencukupi maka tidak dapat bekerja secara normal atau terjadinya
gangguan fungsi insulin. Insulin berperan utama dalam mengatur kadar glukosa dalam darah,
yaitu 60-120 mg/dl waktu puasa dan dibawah 140 mg/dl pada dua jam sesudah makan (orang
normal) (Tjokroprawiro, 2006).
Kekurangan Insulin disebabkan karena terjadinya kerusakan sebagian kecil atau sebagian
besar dari sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar penkreas yang berfungsi
menghasilkan insulin. Ada beberapa faktor yang menyebabkan DM sebagai berikut :
Virus yang menyebabkan DM adalah rubella, mumps, dan human coxsackievirus B4.
Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli
kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM (Maulana, 2008).
Ada beberapa bahan toksik yang mampu merusak sel beta secara langsung, yakni
allixan, pyrinuron (rodentisida), streptozotocin (produk dari sejenis jamur) (Maulana,
2008).
4. Asupan Makanan
5. Obesitas
Retensi insulin paling sering dihubungkan dengan kegemukan atau obesitas. Pada
kegemukan atau obesitas, sel-sel lemak juga ikut gemuk dan sel seperti ini akan
menghasilkan beberapa zat yang digolongkan sebagai adipositokin yang jumlahnya
lebih banyak dari keadaan pada waktu tidak gemuk. Zat-zat itulah
4. Glukosa Darah
a. Pengertian
Glukose merupakan bentuk paling sederhana dari molekul gula,
yang merupakan produk akhir dari pencernaan karbohidrat dan bentuk dimana karbohidrat
diserap dari usus ke dalam aliran darah. Terkadang orang menyebutnya gula anggur ataupun
dekstrosa. Banyak dijumpai di alam, terutama pada buah-buahan, sayur-sayuran, madu, sirup
jagung dan tetes tebu. Di dalam tubuh glukosa didapat dari hasil akhir pencemaan amilum,
sukrosa, maltosa dan laktosa (Erliensty, 2009).
salah satu atau lebih hasil pemeriksaan gula darah dibawah ini:
1. 1). Kadar gula darah sewaktu (plasma vena) lebih atau sama dengan 200 mg/dl
2. 2). Kadar gula darah puasa (plasma vena) lebih atau sama dengan 126 mg/dl
3. 3). Kadar glukosa plasma lebih atau sama dengan 200 mg/dl pada 2 jam sesudah
beban glukosa 75 gram pada tes toleransi glukosa oral (TTGO).
MD (2008), resiko terkena diabetes melitus lebih tinggi salah satunya kriteria dari faktor
risiko seperti :
2. 2). Rendahnya berat badan bayi yang lahir karena tidak memadainya
4. 4). Kegemukan
7. 7). Stres
Gejala penyakit diabetes mellitus dapat digolongkan menjadi dua yaitu gejala angkut dan
gejala kronik.
a. Gejala Angkut dikenal beberapa istilah :
1. 1). Hipoglikemia : keadaan seseorang dengan kadar glukosa darah di bawah nilai
normal. Gejala ini ditandai dengan munculnya rasa lapar, gemetar, mengeluarkan
keringat, pusing, gelisah dan penderita bisa jadi koma.
2. 2). Ketoasidosis diabetik yang diartikan sebagai keadaan tubuh yang sangat
kekurangan insulin dan bersifat mendadak akibat infeksi, luka suntik insulin, pola
makan yang terlalu besar atau setres.
3. 3). Koma hiposmoler non kronik yang diakibatkan adanya dehidrasi berat, hiotensi,
dan shock.
penderita yang lain tidaklah selalu sama tetapi terhadap keluhan yang umumnya timbul
seperti banyak makan (polifagia), banyak minum (polidipsia), dan banyak kencing (poliuria).
Apabila keadaan tersebut tidak segera diobati maka lama kelamaan mulai timbul gejala yang
disebabkan oleh kurangnya insulin. Kurangnya insulin menyebabkan gejala yang timbul
hanya polidipsia, poliuria, penurunan berat badan dengan cepat, mudah lelah, dan
nafsumakan berkurang. (Tjokroprawito,2006)
b. Gejala Kronik
Komplikasi kronis diartikan sebagai kelainan pembuluh darah
yang akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan
saraf. Komplikasi kronik sering dibedakan berdasarkan bagian tubuh yang mengalami
kelainan, seperti kelainan di bagian mata, mulut, urogenital, saraf dan kulit. Kadang – kadang
penderita diabetes melitus tidak menunjukan gejala angkut atau mendadak tetapi baru
menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit diabetes
melitus . Gejala kronik yang sering timbul pada penderita diabetes melitus adalah kesemutan,
kulit terasa panas, rasa tebal dikulit, kram, capai, mudah mengantuk, mata kabur, gatal
disekitar kemaluan, gigi mudah goyang atau mudah lepas, kemampuan seksual menurun atau
bahkan impotensi, bagi ibu hamil sering mengalamin keguguran atau berat bayi lahir lebih
dari 4 kg. (Tjokroprawito,2006)
Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara angkut maupun kronik , yaitu timbul
beberapa bulan atau beberapa tahun setelah mengidap penyakit Diabetes Mellitus.
(Tjokroprawito,2006)
Komplikasi akut yang sering timbul adalah hipoglikemia dan koma diabetik. Hipoglikemia
adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda : rasa lapar,
gemetar, keringat dingin, pusing.Berlawanan dengan koma hipoglikemik, koma diabetin ini
timbul karena kadar darah dalam tubuh semakin tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl.
Gejala koma diabetik adalah nafsu makan menurun, banyak minum, banyak kencing, mual
dan muntah, napas menjadi cepat dan
Program pencegahan diadetes dengan mengatur pola makan dan olahraga yang teratur,
termasuk penurunan 5 hingga 7 persen dari berat badan total dapat menurunkan resiko
terkena diabetes tipe 2 sebesar 60 %. Caranya adalah mengurangi asupan lemak serat dengan
berjalan sekitar 30 menit dalam sehari, lima hari dalam seminggu.
a. Tujuan diet
Tujuan diet diabetes mellitus adalah membantu pasien agar
memperbaiki kebiasaan makan dan olah raga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang
lebih baik dengan cara ( Almatsier,2004)
yang optimal.
mendekati normal
diabetes melitus menurut ALMASIER (2004) adalah memberikan cukup energi untuk
mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan
memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal,
ditambah kebutuhan untuk aktifitas fisik dan keadaan khusus. Makanan dibagi dalam 3 porsi
besar, yaitu makanan pagi 20%, siang 30%, sore 25%, serta 2-3 porsi untuk makanan
selingan masing- masing 10-15%. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan
energi total. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total dalam
bentuk <10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 10% dari lemak tidak
jenuh ganda dan selebihnya lemak tidak jenuh tunggal, komsumsi kolestrol <300 mg/hari.
Komsumsi serat 25 gram/hari mengutamakan serat larut air, dan ajuran mengkonsumsi
natrium 3000 mg/hari (9 gram garam) dan bagi penderita yang mempunyai hipertensi
konsumsi natrium sebesar 2400 mg/hari atau 6 gram garam.
B. Serat
1. Pengertian serat
Serat adalah makan berbentuk karbohidrat komplek yang banyak
terdapat pada dinding sel tanaman. Serat tidak dapat dicerna dan tidak dapat diserap oleh
saluran pencernaan manusia. Bahkan pangan nabati, selain mengan dung zat-zat komponen
penting untuk kesehatan, yang kenal dengan zat non gizi .(Soilistijani,1999)
2. Manfaat Serat
Serat sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia . Untuk itulah kita
sangat dianjurkan untuk mengkomsumsi serat yang cukup setiap hari. Manfaat serat :
1). Sembelit
Merupakan kesulitan dalam pengeluaran sisa pencernaan. Gangguan ini dapat dihindari
dengan mengkonsumsi makanan berserat tinggi yang tidak larut air .
2).Wasir
Merupakan pembekakan pada pembuluh balik porosmaka mengkonsumsi serat larut dalam
air.
4). Mengatur kadar gula darah dan kadar energi dalam tubuh. 2. Anjuran Komsumsi Serat
Untuk Diabetes
Rekomendasi asupan serat untuk pasien diabetes sama dengan untuk orang yang tidak
diabetes. Dianjurkan mengkonsumsi 20-30 g serat makan dari sumber berbagai bahan
makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 g/hari dengan mengutamakan serat
larut air.(Kartini Sukardji, 2002).
1. 1). Perasaan kenyang dan puas yang mampu menekan nafsu makan
Berat badan dikatakan normal bila berat badan untuk tinggi badan tertentu secara statistic
dianggap paling baik untuk menjamin kesehatan dan umur oanjang (Soeharto,2004).
Rumus yang digunakan untuk menentukan Indeks Masa Tubuh (IMT) seseorang adalah :
laki sebelum 55 tahun dan wanita sebelum 65 tahun terkena PJK 4. Perokok
5. Tekanan darah tingi
6. Makanan berlemak dan berkalori tinggi
7. Diabetes mellitus
8.Pemakaian obat kontrasepsi
9. Kurang gerak, tidak berolahraga
Apabila kolesterol dalam tubuh kita sampai melebihi batas kebutuhan atau tertimbun di
dalam dinding pembulu darah akan menyebabkan suatu kondisi yang disebut dengan
aterosklerosis, yaitu penyempitan atau pengerasan pembulu darah. Kadar kolesterol yang
tinggi dapat menyumbat aliran darah. Apabila penyumbatan terjadi di jantung, tentunya dapat
menyebabkan serangan jantung. Apabila penyumbatan terjadi di otak, dapat menyebabkan
serangan otak atau
Serat adalah makan berbentuk karbohidrat komplek yang banyak terdapat pada dinding sel
tanaman. Serat tidak dapat dicerna dan tidak dapat diserap oleh saluran pencernaan manusia.
Bahkan pangan nabati, selain mengan dung zat-zat komponen penting untuk kesehatan, yang
kenal dengan zat non gizi .(Soilistijani,1999)
Makan dengan kadungan serat kasar yang tinggi akan memberikan rasa kenyang karena
komposisi karbohidrat komplek yang menghentikan nafsu makan sehingga mengakibatkan
turunnya konsumsi makanan. Diety serat tinggi yaitu 25 gram perhari mampu memperbaiki
pengontrolan kadar gula darah, menurunkan peningkatan insulin yang berlebihan didalam
darah serta menurunkan kadar lemak darah.
Pemberian serat secara klinis tidak banyak menggangu penyerapan vitamin atau mineral.
Serat merupakan kontra indikasi pada gangguan pengosongan lambung seperti gastroparesis
diabetes yang responya terhadap prokinetik. (Arisman,2002)
B. HubunganAsupanSeratDenganKadarKolesterolTotal
Meningginya kolesterol plasma darah merupakan unsur bahaya pengerasaan pembulu darah,
serat tidak hanya dapat menyebabkan kolesterol keluar dari darah, tetapi juga dapat
mengurangi kekentalan kolesterol, juga dapat mencegah penyerapan kolesterol makanan.
Serat baik untuk menurunkan kadar kolesterol dan mencegah konstipasi karena menyerap air
ketika melewati saluran pencernaan, sehingga tekstur feses menjadi lunak. Agar terbebas dari
masalah sembelit, konsumsi serat harus diimbangi dengan asupan air yang cukup. Jika kurang
minum, serat akan memperparah sembelit atau gangguan pada usus besar.(Yuli,2010)
C. Hipotesa
1. Ada hubungan antara asupan serat dengan kadar glukosa darah penderita diabetes mellitus
tipe II pasien rawat inap di Rumah Sakit Roemani Semarang
Ada hubungan antara asupan serat dengan kadar kolesterol total penderita diabetes mellitus
tipe II pasien rawat inap di Rumah Sakit Roemani Semarang