Anda di halaman 1dari 10

A.

Definisi Obesitas
Obesitas didefinisikan sebagai kandungan lemak berlebih pada jaringan
adiposa. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan
akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat
mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009). Obesitas terjadi jika dalam suatu periode
waktu, lebih banyak kilokalori yang masuk melalui makanan daripada yang digunakan
untuk menunjang kebutuhan energi tubuh, dengan kelebihan energi tersebut disimpan
sebagai trigliserida di jaringan lemak (Sherwood, 2012).
B. Mekanisme Obesitas
Obesitas terjadi karena energi intake lebih besar dari energi expenditure.
Apapun penyebabnya, yang menjadikan seseorang obesitas pada dasarnya adalah
energi intake atau masukan yang didapat dari makanan atau lainnya lebih besar
dibandingkan energi expenditure atau energi yang dikeluarkan.
Obesitas terjadi akibat gangguan dari mekanisme homeostasis yang
mengontrol keseimbangan energi dalam tubuh. Jaringan lemak merupakan tempat
penyimpanan energi yang paling besar menyimpan energi dalam bentuk
trigliserida melalui proses lipogenesis yang terjadi sebagai respons terhadap
kelebihan energi dan memobilisasi energi melalui proses lipolisis sebagai respon
terhadap kekurangan energi. Regulasi keseimbangan energi memerlukan sensor
dari penyimpanan energi di jaringan adiposa, mekanisme kontrol dari sistem
pusat (hipotalamus) untuk integrasi berikutnya, yang mana akan menentukan
kebutuhan asupan makanan dan pengeluaran energi.
Hipotalamus berperan penting dalam proses inisiasi makan. Adanya
gangguan pada jalur sinyal “makan” mempengaruhi nucleus hipotalamikus medial
sehingga meningkatkan rasa lapar, dengan cara (1) meningkatkan respon
terhadap sinyal oreksigenik seperti ghrelin dan menstimulasi Neuropeptida Y;
dan (2) menghambat respon sinyal adiposit seperti leptin dan menghambat
POMC (Proopiomelanocortin) di hipotalamus. Hal ini sering ditemukan pada
pasien dengan Craniopharyngioma dengan lesi di hipotalamus, terutama yang
berpengaruh terhadap ncl. Arcuata, ncl. Ventromedial, dan ncl dorsomedial yang
berperan penting dalam persepsi lapar-kenyang seorang individu.
Lipogenesis merupakan proses deposisi lemak dan meliputi proses sintesis
asam lemak dan kemudian sintesis trigliserida yang terjadi di hati pada daerah
sitoplasma dan mitokondria dan jaringan adiposa. Peristiwa ini terjadi akibat
rangsangan dari diet tinggi karbohidrat, namun juga dapat dihambat oleh adanya
asam lemak tak jenuh ganda dan dengan berpuasa.Efek tersebut sebagian
diperantarai oleh hormon yang dapat menghambat (mis.Hormon pertumbuhan,
Leptin) atau merangsang (seperti insulin) lipogenesis. Insulin menstimulasi
liopogenesis dengan cara meningkatkan pengambilan glukosa di jaringan adiposa
melalui transporter glukosa menuju membran plasma, mengaktivasi enzim
lipogenik dan glikolitik, serta menyebabkan SREBP -1 (Sterol Regulatory Element
Binding Protein-1) meningkatkan ekspresi dan kerja enzim glukokinase yang
berakibat pada peningkatan konsentrasi metabolit glukosa. Leptin dengan kerja
sebaliknya, membatasi penympanan lemak dengan mengurangi masukan
makanan (meningkatkan ekspresi gen Corticotropin-Releasing Factor di
hipotalamus yang berakibat penurunan kebutuhan makanan) dan mempengaruhi
jalur metabolik spesifik di adiposa dan jaringan lainnya.Leptin mengirimkan sinyal
ke otak tentang jumlah penyimpanan lemak. Hormon ini merangsang pengeluaran
gliserol dari adiposit dengan menstimulasi oksidasi asam lemak dan menghambat
lipogenesis.
Lipolisis merupakan proses dekomposisi kimiawi dan penglepasan lemak
dari jaringan lemak. Enzim Hormone Sensitive Lipase (HSL) menyebabkan
terjadinya hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Asam
lemak kemudian mengalami proses re-esterifikasi, kemudian di lepas ke dalam
sirkulasi darah, dibentuk menjadi ATP (Adenosin Trifosfat) lalu dibawa kel
sirkulasi darah yang kemudian akan menjadi sumber energi bagi jaringan yang
membutuhkan. Mobilisasi asam lemak dari jaringan lemak dihambat oleh hormon
insulin.
Asupan makanan direguasi oleh 4 proses : faktor olfaktorik dan gustatorik,
distensi gastrointestinal, penglepasan hormon gastrointestinal seperti insulin,
kolesistokinin, dan gastrin releasing petide, serta aktivasi komponen termogenik
dari sistem saraf simpatis eferen. Serum insulin menstimulasi penglepasan leptin
dari jaringan adiposit yang kemudian menurunkan kebutuhan asupan makanan
dengan mempengaruhi kolesistokinin (CCK) dan Neuropeptide Y(NPY). Namun,
insulin terutama bekerja untuk meningkatkan penyerapan makanan dengan
menurunkan kadar glukosa darah.
Pengeluaran energi ditentukan oleh aktivitas fisik, metabolic rate, dan
termogenesis. Bagian metabolik dari pengeluaran energi termasuk di dalamnya
kerja dari kardio-respiratorik individu. Aktivitas fisik meningkatkan pengluaran
energi dengan mengaktifkan kerja otot skelet. Aktivitas fisik dapat dibagi menjadi
aktivitas olahraga dan aktivitas non-olahraga (berhubungan dengan ativitas kerja
dan aktivitas sehari-hari).
C. Pengobatan Obesitas
1. Intervensi Diet
Pengaturan makan merupakan tiang utama penanganan obesitas, oleh sebab
itu perlu ditekankan pada penderita bahwa kosistensi pengaturan makan jangka
panjang sangat menentukan keberhasilan pengobatan. Keberhasilan pengobatan
dievaluasi minimal dalam jangka waktu 6 bulan.Dua macam nutrisi medic yang efektif
untuk menurunkan berat badan, yaitu Low Calorie balance Diets (LCD),Very Low
Calorie Diets (VLCD), Low Calorie balance Diets (LCD). Hal ini dapat dicapai dengan
mengurangi asupan lemak dan karbohidrat. Dapat diberikan 1200-1600 kkal/hari
dengan protein 1 g/kg BB, lemak 20-25% dari kalori total dan sisanya karbohidrat.
Beberapa rekomendasi praktis dapat dilakukan untuk mencapai sasaran diet :
makan setidaknya 5-7 porsi buah dan sayuran perhari. Makan 25-30 gram serat
perhari (dari buah/sayur, roti gandum, sereal, pasta dan kacang-kacangan.
Untuk sumber karbohidrat hasil proses, pilihlah roti gandum.Minum sedikitnya 8
gelas sehari. Makan sedikitnya 2 porsi perhari hasil olahan susu rendah lemak. Pilih
protein rendah lemak seperti ayam tanpa kulit, kalkun dan produk kedelai. Sebaiknya
makan daging lebih sedikit. Makan ikan setidaknya 2 kali seminggu. Asupan garam
maksimum 2.400 mg perhari.
2. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik aktif berupa aktivitas yang rutin, merupakan bagian penting dari
program penurunan berat badan. Olahraga juga dapat mengurangi rata-rata angka
kesakitan dan kematian beberapa penyakit kronik. Dokter dapat menekankan
urgensinya aktivitas fisik pada penderita, dan menyarankan untuk melakukan aktivitas
fisik paling sedikit 150 menit perminggu. Latihan fisik saja sudah dapat menurunkan
berat badan rata-rata 2-3 kg. Perubahan perilaku merupakan usaha maksimal untuk
menerapkan aspek nonparmakologis dalam pengelolaan penyakit. Perencanaan
makan dan kegiatan jasmani merupakan aspek penting dalam terapi nonfarmakologis.
Penderita agar menyadari untuk mengubah perilaku, karena keberhasilan penurunan
berat badan ini sangat dipengaruhi oleh faktor dirinya sendiri, kedisiplinan mengikuti
program diet serta kesinambungan pengobatan. Motivasi penderita sangat
menentukan keberhasilan upaya penurunan berat badan.
3. Farmakoterapi.
Tiga mekanisme dapat digunakan untuk mengklasifikasi obat-obatan untuk
terapi obesitas adalah terapi yang mengurangi asupan makanan, yang mengganggu
metabolisme dengan cara mempengaruhi proses pra atau pasca absorbsi. Terapi yang
meningkatkan pengeluaran energi atau termogenesis.Obat yang tersedia saat ini
Orlistat : yang menghambat lipase pankreas (enzim yang dihasilkan kelenjar ludah
perut) dan akan menyebabkan penurunan penyerapan lemak sampai 30%. Efedrin dan
kafein : meningkatkan pengeluaran energi, akan meningkatkan konsumsi oksigen
sekitar 10% selama beberapa jam. Pada uji klinis efedrin dan kafein menghasil kan
penurunan berat badan lebih besar dibanding kelompok plasebo. Diperkirakan 25-
40% penurunan berat badan oleh karena thermogenesis dan 60-75% karena
pengurangan asupan makanan. Efek samping utama adalah peningkatan nadi dan
perasaan berdebar-debar yang terjadi pada sejumlah penderita. Sibutramin,
menurunkan energy intake dan mempertahankan penurunan pengeluaran energi
setelah penurunan berat badan. Pada penelitian ternyata terbukti sibutramin
menurunkan asupan makanan dengan cara mempercepat timbulnya rasa kenyang dan
mempertahankan penurunan pengeluaran energi setelah penurunan berat badan.
4. Intervensi Bedah.
Intervensi bedah untuk mengatasi masalah obesitas sebenarnya telah
diterapkan sejak th.1960 dengan bedah pintas lambung. Hanya karena teknologi
bedah saat itu masih terbatas, membuat operasi ini hampir selalu berujung pada
kematian pasien. Ada beberapa pilihan pembedahan seperti Laparoscopic Adjustable
Gastric Binding, Vertical Banded Gastroplasty, Rouxen-Y gastric bypass. Laparoscopic
Adjustable Gastric Binding, merupakan tindakan bedah generasi mutakhir untuk
menangani penderita dengan obesitas yang berat, dimana hanya dengan membuat
lubang/irisan kecil diperut (diameter 0,5-1,0 cm). Dengan pita/plaster silicon yang
dilekatkan seputar lambung bagian atas, sehingga terbentuk satu kantong kecil.
Apabila penderita makan, kantong kecil tadi akan cepat penuh dan ini akan
memberikan sensasi kenyang. Pengosongan makanan dari kantong kecil tersebut
akan secara pelan-pelan melalui ikatan yang dibuat dan penderita tidak akan merasa
lapar sampai beberapa jam. Dengan intervensi bedah ini, diharapkan dapat
menurunkan berat badan dari 20 kg sampai lebih dari 100 kg.
D. Mekanisme Obat Penurun Berat Badan
Obat golongan amfetamin (amfetamin, dekstroamfetamin, metamfetamin, dan
fenmatrazin) merupakan obat yang pertama – tama digunakan sebagai menekan nafsu
makan. Sekarang obat – obatan ini, baik tunggal ataupun dalam kombinasi, tidak lagi
efektif dibandingkan obat lain, dan juga tidak dianjurkan lagi penggunaannya karena
resiko timbulnya ketergantungan.
Benzphetamin, dietilpropion, fenfluramin, mazindol, fentermin hidroklorida dan
fentermin resin hanya boleh digunakan dengan resep dokter. Selain perbedaan efek
farmakologi dan efek samping, obat – obatan ini hanya dapat menurunkan berat badan
sampai pada batas – batas tertentu. Mazindol juga dapat merangsang SSP, tetapi efek
ini hanya terlihat pada dosis yang sangat besar, mendekati dosis toksik. Mazindol
secara kimia mirip dengan antidepresan trisiklik, yang dapat memblok asupan
norepinefrin dan serotonin.
Sebaliknya dari amfetamin, serotonin dapat mengurangi jumlah asupan makan.
Pemberian 5-hidroksi triptofan 8 mg/kg/hari, suatu precursor serotonin, selama 5
minggu akan menurunkan jumlah karbohidrat atau jumlah asupan makanan total
sebanyak 21 – 22% dan akan menurunkan berat 3 kali jika disbanding dengan
placebo. Fenfluramin dan deksfenfluamin merangsang pengeluaran serotonin di
sinaps, yang dapat menyebabkan penurunan berat badan pada orang dewasa yang
dapat bertahan sampai 1 tahun pada pasien obes kronik.
E. Terapi Herbal Untuk Obesitas
1. Daun Sirsak
Pemberian ekstrak air daun sirsak mempengaruhi nilai indeks lemak
retroperitoneal, indeks lemak gonadal dan indeks organ hepar. Selain itu dapat
disimpulkan juga bahwa ekstrak air daun sirsak memiliki efek yang sama
baiknya dengan orlistat terhadap distribusi lemak tubuh.
2. Teh Hijau
Teh hijau merupakan salah satu jenis teh yang prosesnya tidak melalui
proses fermentasi. Teh hijau berdasarkan hasil penelitian memiliki kandungan
katekin yang merupakan golongan polifenol. Senyawa ini diketahui efektif dalam
menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, penurunan berat badan,
sebagai antiinflamasi, antivirus dan antibakteri (Cyboran et al., 2015). Kandungan
katekin terbanyak yaitu (-)epigallocatechin-3-gallate (EGCG) ditemukan berkaitan
kuat dengan penurunan risiko penyakit metabolik (Sae-tan et al., 2011).
Hasil penelitian in-vivo pada hewan coba menunjukkan bahwa teh hijau
berpengaruh terhadap penurunan berat badan dan berat jaringan adiposa. Salah
satu mekanisme penurunan berat badan melalui konsumsi teh hijau yaitu dengan
meningkatkan absorpsi lipid. Ekstrak teh hijau dan katekin teh hijau juga
diketahui meningkatkan konsentrasi lipid feses pada tikus yang diinduksi lemak
/tinggi (Sae-tan et al., 2011). Hasil penelitian invitro juga menunjukkan efek anti
obesitas melalui mekanisme inhibisi proliferasi dan diferensiasi adiposit serta
mengurangi absorpsi lemak dan karbohidrat melalui inhibisi berbagai enzim terkait
(Wolfram et al., 2006).
Epigallocatechin gallate (EGCG) merupakan kandungan katekin terbesar di
dalam teh hijau yang diketahui memiliki efek baik bagi kesehatan. EGCG
menghambat proliferasi sel adiposa dan diferensiasi pada sel 3T3-L1,
meningkatkan oksidasi lemak, meningkatkan penggunaan energi (Kim & Kim,
2013). Selain mekanisme tersebut, jalur yang memungkinkan efek anti obesitas teh
hijau yaitu melalui peningkatan produksi adiponektin pada tikus. Adiponektin
diketahui memiliki efek antagonis dengan biomarker obesitas, melalui jalur inhibisi
Erk, peningkatan proliferasi peroxisome proliferator-activated receptor γ (PPARγ),
dan peningkatan ekspresi PPARγ (Tian et al., 2013).
3. Jati Belanda
Penelitian kuasi eksperimental dengan desain pre dan postes, pada 30
penderita obesitas yang memperoleh perlakuan pemberian ekstrak daun jati belanda.
Data yang diukur adalah berat badan. Hasil penelitan menunjukkan bahwa adanya
penurunan berat badan penderita obesitas sesudah pemberian ekstrak daun jati
belanda. Rata-rata sebelum perlakuan berat badan penderita 75,5 kg dan sesudahnya
73,9 kg.
4. Kemuning
Daun kemuning mengandung kadinen, metil-antranilat, bisabolen, ß-karyofilen,
geraniol, karen-3, eugenol, sitronelol, metil-salisilat, s-guiazulen, ostol, panikulatin,
tanin dan kumurayin. Kulit batang mengandung meksotioin, 5-7dimetoksi-8-(2,3-
dihidroksiisopentil) kumarin. Sedangkan bunga kemuning mengandung skopoletin,
dan buahnya mengandung semi-a-karotenom. Infusa daun kemuning 10, 20, 30 dan
40% sebanyak 0,5 mL pada mencit dapat menurunkan berat badan secara bermakna.
F. Berbagai Jenis Terapi Obesitas
1. Terapi Fisik
a) Diet Perampingan
Pengaturan makan (diet) untuk merampingkan tubuh yang aman adalah
dengan cara mengurangi asupan makan 25 % dan kebutuhan energi sehari – hari
(calori expenditure). Besarnya kebutuhan energi/hari dapat dihitung dengan
menambahkan BMR(Basal Metalik Rate) dengan faktor aktivitas. BMR adalah energy
minimal yang diperlukan seseorang/hari, untuk orang dewasa besarnya BMR = Bearat
badan (KG) X 1 Kalori X 24 Jam.
b) Olahraga
Olahraga merupakan latihan yang paling efektif untuk mengurangi obesitas
yang berfungsi membakar lemak tubuh, untuk itu ciri-ciri, takaran, jenis dan model
latihan olahraganya adalah sebagai berikut:
 Ciri-ciri gerak melibatkan otot besar, dilakukan secara kontinyu dengan gerakan
ritmis.
 Takaran latihan : intensitasnya 65 % - 75 % detak jantung maksimal, durasi 20-
60 menit, Frekuensi 3-5 kali/minggu. Dengan intensitas 65%-75% akan terjadi
penurunan berat badan secara optimal, sebab lebih dan 50 energi yang
diperlukan untuk aktivitas berasal dan pembakaran lemak tubuh dan setiap
berlatih pembakaran lemak yang aman adalah 500-1000 kalori.
 Jenis latihannya adalah latihan aerobik.
 Model Iatihannya dapat dipilih antara lain jalan, jogging, bersepeda, renang,
dan semam aerobic. Berbagai model latihan tersebut dapat di kerjakan di alam
terbuka atau di pusat-pusat kebugaran. Agar Penurunan berat badan untuk
mengatasi obesitas dapat optimal, selain latihan diatas perlu dilengkapi dengan
latihan beban untuk mengencangkan otot-otot tubuh dengan takaran 15
repetisi, di kerjakan sebanyak 2-3 set untuk setiap otot recovery 30 detik antar
set.
2. Terapi Psikologis
a) Dengan menggunakan CBT (Cognitif Behavioral Treatment)
Terapi ini dapat digunakan seperti halnya dalam mengatasi bulimia nervosa.
Terapi kognitif-perilaku (CBT) merupakan terapi yang mendasarkan pada teori kognitif
perilaku yang menekankan pada kesalingterkaitan antara pikiran, perasaan dan
perilaku, Menurut teori ini psikopatologi terjadi bila terdapat ketidak sesuaian antara
tuntutan-tuntutan lingkungan dengan kapasitas adaptif individu. Teoari ini sangat efektif
karena penderita telah memiliki kesadaran bahwa mereka memiliki berat badan yang
berlebih, pola makan yang tidak normal. Namun mereka tidak berdaya untuk
mengendalikan dorongan makan pada saat perut terasa lapar sehingga diperlukan
penyadaran pikiran dan perasaan agar subjek mampu mengenali dan kemudian
mengevaluasi atau rnengubah cara berfikir, keyakinan dan perasaannya (mengenali
diri sendiri dan lingkungan) yang salah, dapat mengubah perilaku maladaptive dengan
cara mempelajari ketrampilan pengendalian diri dan staregi pemecahan masalah yang
efektif (Okun, 1990).
Misalnya subjek diminta untuk melakukan latihan-latihan menantang pikiran
yang negative seperti membandingkan gambar-gambar wanita atau pria yang
mempunyai tubuh gemuk dan yang mempunyai tubuh ramping dengan tujuan
mernbangkitkán persepsi yang berhubungan dengan body image-nya.
b) Self Monitoring
Self monitoring ini berhubungan dengan lingkungan di sekitarnya dalam hal ini
adalah keluarga dan terapis. Keluarga berhubungan dengan pengaturan segala jenis
makanan yang dikonsumsi, pengatur waktu makan dan aktivitas diri. serta keluarga
berperan dalam meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri. Sedangkan terapis
berperan dalam mengontrol kemajuan-kemajuan selama perlakuan diberikan dan
target-target yang harus dicapai oleh penderita.
3. Diet dan Latihan Fisik
Terapi dasar obesitas adalah mengontrol jumlah asupan energi. Untuk
menurunkan berat badan, penggunaan energi harus lebih banyak daripada asupan
energi. Diet rendah energy yang seimbang yang mengandung makanan yang disukai
pasien akan sangat membantu penurunan berat badan daripada memberikan diet
tertentu (misalnya diet tanpa karbohidarat). Selain itu diet seimbang ini dapat
dipertahankan dalam jangka panjang, dan biasanya lebih aman dibanding diet yang
disesuaikan dengan makanan kesukaan.
Diet tinggi lemak atau protein yang mengandung banyak lemak jenuh dan
kolestrol akan dapat menginduksi hyperlipidemia. Diet yang rendah karbohidrat ini
bersifat ketogenik, dan akan berbahaya pada pasien diabetes atau pasien dengan
gangguan ginjal. Asupan karbohidrat yang tidak adekuat akan menimbulkan
kehilangan natrium, diuresis dan lemak. Sebaliknya kelebihan asupan karbohidrat
dapat menyebabkan retensi air dan natrium. Diet tertentu (misal hanya makan protein)
dapat menyebabkan defisiensi vitamin atau zat-zat tertentu disamping mengganggu
pertumbuhan pada anak dan remaja. Diet seimbang rendah kalori (1000-1200 kkal/
hari), memerlukan control dokter yang berpengalaman dan juga pemberian tambahan
vitamin serta mineral. Bila diet yang diberikan kurang dari 500 kkal/ hari dari kebutuhan
tubuh setiap harinya, maka berat badan akan turun 0,5 kg/ minggu. Penurunan berat
yang lebih dari 1 % berat badan tidak baik untuk kesehatan, jadi diet harian tidak boleh
dikurangi sampai 1000 kkal / hari dari kebutuhan tubuh. Diet yang diberikan harus
memenuhi semua kebutuhan nutrient, enak, murah dari sudut ekonomi dan mudah
didapat. Asupan makan berserat harus ditingkatkan, antara lain buah-buahan, sayuran,
sedangkan karbohidrat serta lemak dikurangi. Setelah 1 sampai 2 minggu, diet yang
diikuti dengan latihan fisik biasanya akan memperlihatkan penurunan berat badan.
4. Terapi perubahan perilaku
Perubahan perilaku merupakan persyaratan berhasilnya suatu program
penurunan berat badan. Ada 3 perilaku yang harus diubah dalam pola hidup, sehingga
berat badan dapat diturunkan dan bukan malahan meningkat. Pasien dapat memonitor
dan mengevaluasi problemnya sendiri ( self-monitoring). Menghilangkan berbagai
stimulus yang dapat menimbulkan keinginan untuk makan, waktu, tempat dan
kebiasaan rutin makan(stimulus control). Reinforcement, memberi hadiah pada diri
sendiri bila dapat menurunkan berat badan, tetapi bukan berupa makanan. Perubahan
perilaku ini termasuk diantaranya diet seimbang rendah kalori, latihan fisik yang teratur,
dan system insentif.
5. Terapi anorexiant (penekan nafsu makan)
Penggunaan obat-obatan untuk menekan nafsu makan (anorexiant) tidak
dianjurkan. Semua obat penekan nafsu makan menimbulkan efek samping,
menimbulkan kepercayaan bahwa obat – obat tersebut akan menolong dan tidak
berperan dalam mengubah perilaku yang menyebabkan obesitas pada pasien.
Penggunaan nafsu makan hanya boleh pada orang dewasa dan hanya digunakan
sebagai terapi tambahan terhadap diet, latihan fisik dan perubahan perilaku.
Obat penekan nafsu makan akan mengurangi rasa lapar dan juga mengurangi
asupan makanan, tergantung dari dosis dan respon individu. Pada terapi
komprehensif, bila tidak dicapai penurunan berat badan yang signifikan dalam waktu 4
sampai 6 minggu pada penggunaan dosis maksimum yang dapat ditoleransi, maka
terapi tidak boleh diteruskan. Lamanya penggunaan obat penekan nafsu makan belum
jelas. Beberapa dokter lebih menyukai terapi yang dimulai dengan diet, aktivitas fisik
dan ditambah dengan penggunaa singkat obat penekan nafsu makan. Bila setelah
penggunaan penekan nafsu makan selama 4 sampai 6 minggu penurunan berat badan
tercapai, sebaiknya pemberian obat diberikan.
Fenfkaramin, dietilpropion dan fentemin resin dapat menurunkan dan
mempertahankan penurunan berat badan bila digunakan 24 sampai 52 minggu tanpa
menimbulkan efek samping, toleransi atau adiksi. Penghentian tiba – tiba obat tersebut
setelah setelah penggunaan lama dapat menyebabkan lemah, lelah dan paranoid
(biasanya pada penggunaan dosis tinggi), serta depresi mental yang kadang – kadang
berat. Obat penekan nafsu makan ini tidak boleh digunakan pada anak – anak dan
juga remaja. Dilaporkan adanya gangguan pertumbuhan pada penggunaan fenfluramin
dan mazindol.

Anda mungkin juga menyukai