OBESITAS
Seorang laki-laki berusia 15 tahun dibawa oleh ibunya ke klinik gizi karena
mengalami obesitas. ia senang sekali makan junk food dan gorengan. Aktivitasnya
setelah pulang sekolah, bermain video games selama berjam-jam. Ibu khawatir
dengan kesehatan anaknya. Karena akhir-akhir ini sering mengeluh sakit kepala
juga. Anak ini mengaku sudah pernah mencoba diet, tetapi gagal terus. Hasil
laboratorium menunjukan kadar kolesterol total 300mg/dl. Dokter mengatakan
bahwa anak ini mengalami dislipidemia. Dokter meyarankan untuk merubah gaya
hidup dahulu, jika masih gagal, maka dokter akan memberikan obat golongan
HMG-CoA reduktase inhibitor.
STEP 1
1. Obesitas: Kelebihan lemak pada tubuh, biasanya pada jaringan subkutan dan
sekitar organ.
2. Junk food: Makanan cepat saji.
3. LDL: Low Density Lipoprotein, yang mengangkut kolesterol paling banyak
dalam darah (Normalnya < 100mg/dl)
4. Dislipidemia: peningkatan trigliserid dan kolesterol, serta penurunan HDL.
5. HDL: High Density Lipoprotein, yang berfungsi mengangkut kolesterol ke
dalam hati
6. HMG-CoA reduktase inhibitor: obat pencegah kerja enzim HMG-CoA
reduktase
STEP 2
1. Berapakah nilai normal LDL, HDL, dan trigliserid?
2. Bagaimana penentuan obesitas dan apa saja tipe-tipe obesitas?
3. Apa saja faktor resiko obesitas?
4. Apakah hubungan obesitas dengan dislipidemia?
5. Apakah hubungan aktivitas dengan keluhan pasien?
6. Mengapa pasien mengeluhkan sering sakit kepala?
7. Bagaimana penegakan diagnosis pada kasus?
8. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus?
9. Bagaimana cara kerja obat HMG-CoA reduktase inhibitor?
STEP 3
1. Nilai Normal
A. LDL : 100mg/dl
B. HDL: 40-59 mg/dl
C. Trigliserid: < 150mg/dl
2. Tipe obesitas
A. Obesitas Hiperplastik
B. Obesitas Hipertropik
C. Obesitas Campuran
Berdasarkan penyebaran dalam tubuh: Android dan Genoid
3. Faktor Resiko
A. Genetik
B. Gaya hidup tidak sehat
C. Usia
D. Jenis kelamin
E. Faktor kegemukan
4. Hubungan obesitas dengan dislipidemia
A. Karena adanya akumulasi lemak sehingga dapat menyebabkan
aterosklerosis
B. Berhubungan juga dengan penyakit diabetes mellitus tipe 2, batu
ginjal, batu empedu, dan hipertensi
5. Hubungan aktivitas dengan keluhan pasien
A. Makan junk food dan aktivitas yang jarang dapat menyebabkan
penumpukan lemak, sehingga terjadi obesitas
B. Harus di perbaiki dengan mengubah gaya hidup
6. Penyebab sakit kepala pada kasus
A. Peningkatan trigliserid dan kolesterol menyebabkan aterosklerosis
sehingga dapat menyebabkan kurangnya oksigenasi otak, maka akan
sakit kepala.
B. Hipertensi dapat menyebabkan sakit kepala
7. Penegakan diagnosis
A. Anamnesis
1) Pola hidup/pola makan
2) Aktivitas fisik
3) Riwayat penyakit keluarga
4) Gejala
5) Usia
6) Lingkungan
B. Pemeriksaan fisik
1) Berat badan
2) Tinggi badan
C. Pemeriksaan penunjang
1) LDL
2) HDL
3) Trigliserid
4) Kolesterol total
8. Penatalaksanaan
A. Farmako
B. Non-farmako
9. Cara kerja obat
A. Metabolik primer: Menghambat sintesis kolesterol
B. Metabolisme lipoprotein: Meningkatkan pembersihan LDL
STEP 4
1. Nilai normal
A. Trigliserid dihasilkan diusus lalu masuk ke aliran limfe lalu ke dalam
darah. Bila dipakai, trigliserid akan pecah menjadi gliserol dan asam
lemak. Trigliserid tetap disimpan bila aktivitas hanya ringan
B. LDL akan meningkat bila asupan kolesterol meningkat
C. HDL akan menurun karena hati masih memiliki persediaan dari hasil
gluconeogenesis
Mekanisme Lipoprotein
A. Jalur Eksogen
B. Jalur Endogen
2. Tipe obesitas :
A. Hiperplastik: Jumlah sel lebih banyak dari normal
B. Hipertropik: Ukuran sel lebih besar dari normal
C. Campuran: Keadaan hiperplastik dan hipertropik
D. Android: Penumpukan lemak pada tubuh bagian atas
E. Genoid: Penumpukan lemak pada tubuh bagian bawah
Menurut WHO :
A. Pradiabetes: IMT 25-29,9
B. Diabetes tipe I: IMT 30-34,9
C. Diabetes tipe II: IMT 35-39,9
D. Diabetes tipe III IMT >40
3. Faktor resiko dislipidemia, antara lain :
A. Jenis kelamin: Berhubungan dengan hormone estrogen dan progesterone
B. Umur: Pria 45 dan wanita 55
C. Penurunan aktivitas
8. Penatalaksanaan
A. Non-farmako
1) Terapi Nutrisi
a) Karbohidrat 60%
b) Lemak 20-25%
c) Protein 15%
2) Aktivitas fisik
Jalan kaki, bersepeda, berenang, dll
B. Farmako
1) Bile Acid Sequestrants
2) HMG-CoA reduktase inhibitor
3) Asam Nikotinik
4) Ezitimib
Faktor
Resiko
OBESITAS
Metabolisme
Lipoprotein
S
Aterosklerosi
s
Penatalaksanaa
n
Komplikasi
Dislipidemi
a
Hipertensi
Penegakan
Diagnosis
STEP 5
1. Mekanisme homeostatic kebutuhan energi
2. Dislipidemia (Klasifikasi, etiologi, penegakan diagnosis, dan penatalaksanaan)
STEP 6
Belajar Mandiri
STEP 7
1. Mekanisme homeostatic kebutuhan energi
A. Jenis lipoprotein
1. Kilomikron
diklasifikasikan
lagi
berdasarkan
Apoprotein
yang
Terdiri atas partikel LDL dan apoprotein sekunder selain apoB100. Lipoprotein jenis ini menghambat fibrinolisis atau bersifat
aterogenik. (Sudoyo, 2009)
B. Metabolisme Lipoprotein dan Patofisiologi
Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur utama yaitu:
A. Jalur metabolisme eksogen
B. Jalur metabolisme endogen
C. Jalur reverse cholesterol transport.
Kedua jalur pertama berhubungan dengan metabolisme kolesterolLDL dan trigliserid, sedang jalur yang ketiga khusus mengenai
metabolisme kolesterol-HDL.
A. Jalur metabolisme eksogen
Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserid dan
kolesterol. Selain kolesterol yang berasal dari makanan, dalam usus
juga terdapat kolesterol dari hati yang diekskresi bersama empedu ke
usus halus. Baik lemak di usus halus yang berasal dari makanan
maupun yang berasal dari hati disebut lemak eksogen. Trigliserid dan
kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa
usus halus. Trigliserid akan diserap sebagai asam lemak bebas sedang
kolesterol sebagai kolesterol. Di dalam usus halus asam lemak bebas
akan dirubah lagi menjadi trigliserid, sedang kolesterol akan mengalami
esterifikasi menjadi kolesterol ester dan keduanya bersama dengan
fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang dikenal
dengan kilomikron. (Sudoyo, 2009)
Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe dan akhirnya melalui
duktus torasikus akan masuk ke dalam aliran darah. Trigliserid dalam
kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase
yang berasal dari endotel menjadi asam lemak bebas (free fatty acid ).
Asam lemak bebas dapat disimpan sebagai trigliserid kembali di
jaringan lemak, tetapi bila terdapat dalam jumlah yang banyak sebagian
akan diambil oleh hati menjadi bahan untuk pembentukan trigliserid
meningkatkan
emiliki kadar LDL yang lebih tinggi, tetapi setelah menopause kadarnya
pada wanita lebih banyak. Faktor lain yang menyebabkan tingginya kadar lemak
tertentu (VLDL dan LDL) adalah (Davey,2002):
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
B. Klasifikasi
1) Klasifikasi Fenotipik
a) Klasifikasi EAS (European Atheroselerosis Society) (Anwar, 2004).
Tabel 1. Klasifikasi Berdasarkan EAS (European Atheroselerosis Society)
(Anwar, 2004).
2) Klasifikasi Patogenik
Klasifikasi dislipidemia berdasarkan atas ada atau tidaknya penyakit dasar
yaitu primer dan sekunder. Dislipidmia primer memiliki penyebab yang tidak
jelas sedangkan dislipidemia sekunder memiliki penyakit dasar seperti
sindroma nefrotik, diabetes melitus, hipotiroidisme (Sudoyo, 2006). Contoh
dari
dislipidemia
primer
adalah
hiperkolesterolemia
poligenik,
C. Patofisiologi
Lipid dalam plasma terdiri dari kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan
asam lemak bebas. Normalnya lemak ditranspor dalam darah berikatan dengan
lipid yang berbentuk globuler. Ikatan protein dan lipid tersebut menghasilkan 4
kelas utama lipoprotein : kilomikron, VLDL, LDL, dan HDL. Peningkatan lipid
dalam darah akan mempengaruhi kolesterol, trigliserida dan keduanya
(hiperkolesterolemia,
hipertrigliseridemia
atau
kombinasinya
yaitu
menyebabkan penurunan densitas reseptor LDL di serum (> 135 mg/dl). Ikatan
LDL mudah melepaskan lemak dan kemudian membentuk plak pada dinding
pembuluh darah yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya arterosklerosis
dan penyakit jantung koroner (Silbernagl, 2000).
2. Faktor Risiko
1. Umur pria 45 tahun dan wanita 55 tahun.
2. Riwayat keluarga PAK (Penyakit Arteri Koroner) dini yaitu ayah usia < 55
tahun dan ibu < 65 tahun.
3. Kebiasaan merokok.
4. Hipertensi ( 140/90 mmHg atau sedang mendapat obat antihipertensi ).
5. Kolesterol HDL rendah (<40 mg/dl). Jika didapatkan kolesterol HDL 60
mg/dl maka mengurangi satu faktor risiko dari jumlah total.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaaan antropometri (lingkar perut dan IMT/Indeks Massa Tubuh) dan
tekanan darah. Cara pengukuran dengan rumus : IMT(kg/m2)= BB(kg)/TB2(m)
4. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium memegang peranan penting dalam menegakkan
2.
diagnosa.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar kolesterol total,
kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserida plasma.
(Mansjoer, 2009)
Gambaran Laboratorium.
Untuk menilai apakah kadar kolesterol seseorang tinggi atau rendah,
semuanya harus mengacu pada pedoman umum yang telah disepakati dan
digunakan di seluruh dunia yaitupedoman dari NCEP ATP III (National
cholesterol Education Program, Adult Panel Treatment III), yang antara lain
menetapkan bahwa :
1. Total Kolesterol :
Nilai Normal
Perbatasan tinggi
Tinggi
2. LDL Kolesterol :
Optimal
Mendekati optimal
Perbatasan tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
3. HDL Kolesterol :
Rendah
< 40 mg/dl
Tinggi
60 mg/dl
4. Trigliserida
Normal
Perbatasan tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
Pada
pemeriksaan
laboratorium
memegang
peranan
penting
dalam
Persiapan
Sebaiknya pasien dalam keadaan metabolik yang stabil, tidak ada
Pengambilan bahan dilakukan setelah puasa makanan 12-16 jam. Sebelum bahan
diambil pasien duduk selama 5 menit. Pengambilan bahan dilakukan dengan
melakukan bendungan vena seminimal mungkin. Bahan yang diambil adalah
serum.
c.
Analis
Analis kolesterol total dan trigliserida dilakukan dengan metode ensimatik. Analis
kolesterol HDL dan Kol-LDL dilakukan dengan metode presipitasi dan ensimatik.
Kadar kolesterol LDL sebaiknya diukur secara langsung, atau dapat juga dihitung
menggunakan rumus Friedewaid kalau kadar trigliserida <400 mg/d, sebagai
E. Penatalaksanaan
a. Non farmakologi
Penatalaksanaan dalam dislipidemia dimulai dengan melakukan penilaian
jumlah faktor resiko koroner pada pasien untuk menentukan kolesterol-LDL
yang harus dicapai. Berikut ini adalah tabel faktor resiko (selain kolesterol
LDL) yang menentukan sasaran kolesterol LDL yang ingin dicapai berdasarkan
NCEP-ATP III :
Tabel 4 Faktor Risiko (Selain Kolesterol LDL) yang Menentukan
Sasaran Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai
Faktor Resiko (Selain Kolesterol LDL) yang Menentukan Sasaran
Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai
- Umur pria 45 tahun dan wanita 55 tahun.
- Riwayat keluarga PAK (Penyakit Arteri Koroner) dini yaitu ayah
-
atihipertensi)
Kolesterol HDL rendah ( <40 mg/dl). Jika didapatkan kolesterol
sedang
mendapat
obat
Sasaran
Kolesterol
LDL (mg/dl)
1. Resiko Tinggi
<100
<130
<160
unsaturated fatty acid = MUFA dan poly unsaturated fatty acid = PUFA). Pada
pasien dengan kadar trigliserida yang tinggi perlu dikurangi asupan karbohidrat,
alkohol dan lemak. (Katzung, 2004)
Tabel 4: Komposisi makanan untuk hiperkolesterolemia (Katzung, 2004)
b. Aktivitas fisik
Pada prinsipnya pasien dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik sesuai
dengan kondisi dan kemampuannya. Semua jenis aktivitas fisik bermanfaat,
seperti jalan kaki, naik sepeda, berenang dll. Penting sekali diperhatikan agar jenis
olahraga disesuaikan dengan kemampuan dan kesenangan pasien, selain itu agar
dilakukan secara terus menerus. Pasien DM yang mempunyai BB berlebih
sebaiknya mendapat Terapi Nutrisi Medik dan meningkatkan aktivitas fisik. The
American Heart Association merekomendasikan untuk pasien DM dengan
Penyakit Kardiovaskular bahwa Terapi Nutrisi Medik maksimal dapat
menurunkan kadar LDL kolesterol sebesar 15 sampai 25 mg/dl. Jadi, bila kadar
LDL kolesterol mengalami peningkatan lebih dari 25 mg/dl diatas kadar sasaran
terapi, hendaklah diputuskan untuk menambahkan terapi farmakologik terutama
terhadap pasien-pasien dengan risiko tinggi (pasien DM dgn riwayat infark
miokard sebelumnya atau dengan kadar LDL kolesterol tinggi (diatas 130 mg/dl).
(Katzung, 2004)
b. Farmakologi
Berbagai studi klinis menunjukkan bahwa terapi farmakologik dengan obatobat penurun lipid memberi manfaat perbaikan profil lipid dan menurunkan
penyakit CVD (Cardio Vascular Disease). Penurunan resiko ini terjadi pada
semua subkategori LDL yang diperiksa, termasuk pasien dengan kadar kolesterol
LDL yang lebih rendah sebelum terapi (<116 mg/dl) (Sudoyo, 2009).
Collaborative Atorvastatin Diabetes Study (CARDS) meneliti sebanyak
2838 penderita diabetes melitus yang tidak menderita penyakit kardiovaskular
atau revaskularisasi koroner sebelumnya. Secara acak diberikan atorvastatin 10
mg/hari dan plasebo selama 4 tahun. Kadar kolesterol LDL pada awal penelitian
adalah sekitar 116 mg/dl. Pada akhir penelitian, sebanyak 75 % dari penderita
kadar kolesterol LDL menurun mencapai 96 mg/dl dan 25 % menurun sampai <
64 mg/dl. Seiring dengan penurunan kadar kolesterol LDL, terdapat penurunan
risiko kejadian penyakit kardiovaskular sebesar 37% (Sudoyo, 2009).
menggunakan kombinasi obat penurun kadar lipid, misalnya kombinasi statin dan
fibrat atau asam nikotinat (Sudoyo, 2009).
2) Derivat asam fibrat
Obat antihiperlipidemik yang termasuk golongan asam fibrat adalah:
Gemfibrozil, Fenofibrate, Ciprofibrate dan Bezafibrate. Obat ini bekerja dengan
cara meningkatkan oksidasi asam lemak bebas di hati ataupun otot dan
mengurangi lipogenesis dihati sehingga sekresi dari VLDL dan trigliserid hati
menjadi menurun. Fibrat juga mempunyai efek merubah struktur lipid melalui
aktivasi dari Peroxisome Proliferator Activated receptor Type Alpha (PPAR).
Aktivasi dari PPAR meningkatkan lipolisis dan eliminasi aterogenik yang
banyak mengandung partikel trigliserida dari plasma dengan mengaktifkan
Lipoprotein lipase dan mengurangi produksi apoprotein CIII (suatu inhibitor dari
aktivitas lipoprotein lipase). Aktivasi PPAR juga memicu peningkatan sintesa
apoprotein AI and AII, yang dapat menimbulkan berkurangnya kolesterol VLDL
dan kolesterol LDL yang berisi apoprotein B dan peningkatan kolesterol HDL
yang mengandung apoprotein AI dan AII. Mengenai mekanisme kerja obat fibrat
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Sudoyo, 2009).
melalui feses. Asam fibrat di eliminasi dengan waktu paruh sekitar 20 jam,
sehingga di berikan dengan dosis sekali sehari . Fibrat meningkatkan kadar statin.
Karena itu dosis statin seharusnya lebih rendah jika di berikan bersamaan dengan
fibrat. Dosis fibrat harusnya juga di kurangi pada pasien dengan gagal ginjal
sedang dan berat. Para ahli merekomendasikan pemberian di pagi hari,
sedangkan statin di malam hari (Sudoyo, 2009).
Efek samping yang paling sering dijumpai adalah gangguan saluran cerna
pada 5% pasien. Seperti juga pada statin, peningkatan enzim hati juga terjadi pada
awal terapi tapi tidak berlanjut. Miopati jarang dilaporkan jika fibrat digunakan
sebagai terapi tunggal. Harus dipertimbangkan risiko dan manfaatnya sebelum
memberikan fibrat sebagai terapi kombinasi. Fibrat di kontraindikaskan pada
pasien pasien yang hipersensitif terhadap fibrat, pasien dengan kerusakan ginjal
yang berat, sirhosis bilier, dan pasien dengan kerusakan fungsi hepar yang
persisten, serta penyakit kandung empedu (Sudoyo, 2009).
Fenofibrate Intervention and Event Lowering in Diabetes (FIELD study)
tahun 2009 dalam suatu penelitiannya mendapatkan bahwa fenofibrat 200 mg/hari
secara signifikan mengurangi kejadian penyakit kardiovaskuler pada pasienpasien dengan kolesterol LDL yang rendah dan hipertensi. Efek terbesar dari
fenofibrat adalah menurunkan risiko penyakit kardiovaskular yang diobservasi
pada pasien dengan dislipidemia (trigliserida yang tinggi yaitu diatas 2,3 mmol/L
dan kolesterol LDL yang rendah) sebanyak 27 % (Sudoyo, 2009).
Veterans Affairs High-Density Lipoprotein Cholesterol InterventionTrial
(VA-HIT) mendapatkan bahwa gemfibrozil 1200 mg/hari dihubungkan dengan
penurunan cardiovascular events sebesar 24% pada penderita diabetes yang
sebelumnya telah menderita penyakit kardiovaskuler dengan HDL rendah (<40
mg/dl) dan peningkatan trigliserida (Sudoyo, 2009).
3) Sekuestran asam empedu (Penangkap asam empedu)
Terdapat tiga jenis Sekuestran asam empedu yaitu cholestyramin, colestipol
dan Colesevelam dengan dosis masing-masing adalah 8-16 g/hari, 10-20 g/hari
dan 6,5 g/hari. Mekanisme kerjanya ada dua yaitu meningkatkan bersihan
(klirens) kolesterol dan menurunkan resirkulasi asam empedu. Mulamula obat ini
mengikat asam empedu pada usus halus sehingga mencegah resirkulasinya ke
dalam sistem entrohepatik. Dengan demikian ekskresi asam empedu meningkat
hingga 10 kali lipat, dan karena asam empedu berkurang, hati berespon
meningkatkan produksi asam empedu dengan cara memecah kolesterol. Selain itu
reseptor LDL juga meningkat untuk mengikat kolesterol, sehingga kadar
kolesterol yang ada dalam sirkulasi darah makin menurun (Sudoyo, 2009).
mempunyai efek samping cukup banyak, maka obat ini tidak banyak dipakai.
Dengan diperkenalkannya asam nikotinik yang lepas lambat (niaspan) sehingga
absorpsi di usus berjalan lambat, maka efek samping menjadi lebih kurang
(Sudoyo, 2009).
Obat ini diduga menghambat enzim hormone sensitive lipase di jaringan
adiposa, dengan demikian akan mengurangai asam lemak bebas. Diketahui bahwa
asam lemak bebas yang ada dalam darah sebagian akan ditangkap oleh hati dan
akan menjadi sumber pembentukan VLDL. Dengan menurunnya sintesis VLDL
dihati, akan mengakibatkan penurunan kadar trigliserida dan juga kolesterol LDL
plasma. Pemberian asam nikotinik ternyata juga meningkatkan kadar kolesterol
HDL bahkan merupakan obat yang terbaik untuk meningkatkan kolesterol HDL.
Oleh karena menurunkan trigliserida, menurunkan LDL dan meningkatkan
kolesterol HDL maka disebut juga sebagai broad spectrum lipid lowering agent
(Sudoyo, 2009).
asam
lemak
omega3
46g/hari
digunakan
untuk
hiperkolestrolemia. Juga dapat ditambahkan pada terapi statin atau fibrat untuk
meningkatkan efektivitas penurunan lipidnya. Dosis rendah 1g/hari digunakan
untuk menurunkan risiko kardiovaskular dengan hasil penurunan mortalitas infark
miokard dan stroke 10%, dan kematian jantung mendadak 44%. Efek samping
utama adalah pada saluran cerna, berupa diare (Sudoyo, 2009).
Tabel 9: Obat Penurun Lipid, Jenis, Cara Kerja, Dosis dan
Efek samping (Sudoyo, 2009)
Jenis
Bile
Acid-
sequestran
Cara Kerja
Lipoprotein
Dosis
Menghambat
Samping
LDL-C 20- Kolestramin 8-12 Obstipasi,
sirkulasi
30%,
Efek
mual, perut
enterohepatik
asam
HDL-C (2/3
pemberian)
Kolestipol 10-15 g
(2/3
kali
pemberian)
HMG-CoA
Gangguan
reductase
Penurunan
inhibitor
kolestrol,
peningkatan reseptor
40%,
VLDV
LDL
Lovastatin
10-80
mg/dl
Simvastatin
5-40
fungsi hati,
mg/dl
miosis
Pravastatin 10-40
mg/dl
Fluvastatin 20-40
mg/dl
Atorvastatin 10-80
mg/dl
Rosuvastatin
Derivat asam
fibrat
Asam nikotin
TG
10-
Mual,
25- 20 mg/dl
gangguan
40%,
Gemfibrozil 600- fungsi hati,
peningkatan
or LDL1200 mg
miosis
hidrolisis TG,
C
Fenofibrat 160 mg
Penurunan
sintesis HDL
Peningkatan LPL dan
VLDL,
Peningkatan
Flushing,
katabolisme LDL
Penurunan
sintesis Trigliserida
Niasin 50-100 mg
takikardia,
gatal, mual,
3 kali pemberian,
25-85 %,
diare,
VLDL-C kemudian
hiperurisemi
25-35%,
tingkatkan 1.0-2.5
LDL-C 25a,
ulkus
g 3 kali pemberian
40% dan
peptik,
Ezetimibe
HDL
intoleransi
mungkin
glukosa,
gangguan
kolestrol
halus
absorpsi
di
fungsi hati
10 mg/hari
usus
Sakit
LDL-C 16-
18%
Penurunan
kepala,
sintesis
nyeri perut,
VLDL
dan diare
pada
50-60%
hiper
Mual
TG berat
Terapi kombinasi untuk pasien dislipidemia
Pengobatan kombinasi untuk dislipidemia diabetik adalah satu cara
penatalaksanaan lipid yang optimal dengan menggunakan dua macam obat lipid
yang mekanisme kerjanya berbeda, bersifat efektif dan ditoleransi baik dan aman
terhadap pasien. Kombinasi yang digunakan sebaiknya menggunakan kombinasi
jalur endogen dengan eksogen sintesa kolesterol, kombinasi tersebut adalah statinniacin, statin-fibrat, statin-bile acid sequestrant, statin-ezetimibe, dan niacin-bile
acid sequestrant. Penggunaan kombinasi dua obat juga terbukti efektif untuk yang
gagal dengan monoterapi, karena kombinasi dengan dosis kecil mempunyai efek
penurun lipid lebih besar dibandingkan terapi dosis yang ditingkatkan. Secara
umum menurunkan dosis dari tiap obat yang digunakan akan memperkecil risiko
efek samping (Sudoyo, 2009).
Studi-studi membuktikan bahwa terapi kombinasi antara statin dan
berbagai obat lain seperti bile acid resin, fibrat dan niacin memberikan manfaat
yang lebih baik dalam hal penurunan kadar LDL kolesterol. Kombinasi ezetimibe
dengan statin merupakan strategi baru dalam memperbaiki profil lipid pada pasien
DM tipe 2. Studi terbaru menunjukkan bahwa kombinasi ezetimibe dengan
simvastatin pada dosis 10/10, 10/20, 10/40 dan 10/80 mg menghasilkan
penurunan kadar LDL kolesterol, total kolesterol, trigliserida, non HDL
cholesterol dan apolipoprotein (Apo) B yang lebih besar dibandingkan simvastatin
monoterapi serta ditoleransi dengan baik. Berikut ini adalah daftar prioritas
pilihan obat- obatan dalam penatalaksanaan dislipidemia diabetik menurut
American Diabetes Association (Sudoyo, 2009).
Tabel 10: Prioritas pilihan penatalaksanaan dislipidemia diabetik.
DAFTAR PUSTAKA