Anda di halaman 1dari 4

TUGAS BACA JURNAL READING

Dokter Pembimbing:
dr. Muhammad Ifan Romli, Sp.A
Disusun Oleh:
Mellynia Yuniarti
2017730067

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAYANG CIANJUR
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2022
1. Evidence-based Medicine Hierarchy?
Tahapan penelitian dan hirarkinya, dalam penelitian ilmiah terdapat hirarki mulai dari tingkat kepercayaannya
yang paling rendah hingga yang paling tinggi.
- laporan fenomena atau kejadian-kejadian yang kita temui sehari-hari
- studi kasus
- studi lapangan atau laporan deskriptif
- studi percobaan tanpa penggunaan tehnik pengambilan sampel secara acak (random)
- studi percobaan yang menggunakan setidaknya ada satu kelompok pembanding, dan menggunakan sampel
secara acak (random)
- systemic reviews oleh kelompok bijak bestari atau meta analisa yaitu pengakajian berbagai penelitian yang
ada dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.

2. Traffic light diet (IDAI 2014)

Panduan makanan berupa traffic light diet . Buah dan sayur termasuk green food pada traffic light diet yaitu
dapat dikonsumsi setiap hari, tinggi vitamin, mineral dan serat. Green food lainnya mengandung rendah
lemak, rendah gula dan garam berupa daging tanpa lemak, ikan, kacang-kacangan, roti gandum, susu rendah
lemak dan air. Yellow food/makanan yang boleh dikonsumsi dalam porsi kecil, tetapi tidak dianjurkan untuk
dikonsumsi setiap hari yaitu daging olahan rendah lemak dan garam, produk roti dan sereal olahan, susu
tinggi lemak, kue dan biskuit rendah lemak dan gula. Red food adalah makanan yang boleh dikonsumsi
1x/minggu yaitu makanan yang mengandung rendah vitamin dan mineral tetapi tinggi kalori, lemak jenuh,
gula dan garam, berupa gorengan, daging olahan tinggi lemak, kue, minuman manis dan coklat.

3. Ukuran pembesaran hepar pada warning sign DHF

> 2 cm

4. Penggunaan metformin sebagai penurun berat badan

Anak dan Remaja dengan Obesitas

Menurut WHO dan Imperial College, London, jumlah obesitas pada anak dan remaja meningkat sepuluh kali
lipat dalam waktu 40 tahun di seluruh dunia. Obesitas pada anak memiliki dampak yang besar untuk
dislipidemia, hipertensi toleransi glukosa, dan konsekuensi psikososial. Anak sangat muda dengan obesitas
memerlukan tata laksana yang lebih agresif untuk menghindari peningkatan keadaan proinflamasi dan
protrombosis, bahkan pada anak-anak tanpa komorbiditas lainnya. Metformin memiliki catatan sebagai obat
yang aman untuk dikonsumsi anak-anak. Penelitian lain menunjukkan bahwa dari empat puluh dua anak,
penurunan berat badan dan lemak abdominal lebih signifikan pada kelompok yang menggunakan metformin
bersamaan dengan olahraga dan diet (-4.9 +/- 1.0 kg), dibandingkan dengan olahraga dan diet saja (-1.7 +/-
1.1 kg). Peserta penelitian ini juga mudah ditoleransi dan aman, tidak ada yang menghentikan pengobatan
karena efek samping. Sebuah meta analisis untuk randomized controlled trials (RCTs) menunjukkan bahwa
metformin mengurangi BMI sebanyak 1.42 kg/m2 (95% CI 0.83-2.02) pada pasien anak-anak obesitas tanpa
diabetes.

Cara Kerja Metformin dalam Menurunkan Berat Badan

Sebagai obat antihiperglikemia, mekanisme kerja metformin adalah melalui reduksi produksi glukosa di hati,
reduksi absorpsi glukosa di usus, dan peningkatan sensitivitas terhadap insulin melalui peningkatan
penggunaan dan konsumsi glukosa di otot. Mekanisme utama metformin dalam menurunkan berat badan
adalah melalui reduksi konsumsi makanan pasien dan jaringan adiposa, bukan pengeluaran atau pengolahan
energi. Metformin mengatur selera makan melalui beberapa pathways seperti regulasi sistem saraf pusat,
mekanisme sensor jaringan adiposa, dan sinyal ‘kenyang’ (satiety) dari jaringan gastrointestinal.
Regulasi Sistem Saraf Pusat
Di hipotalamus, metformin mengurangi konsumsi jumlah makanan melalui mengurangi peptida orexigenik
(e.g. ghrelin), neuropeptide-Y (NPY), dan agouti-related protein (AgRP)[4]. Metformin mengatur regulasi
interaksi resistensi insulin dan adenosine monophosphate-activated kinase (AMPK) di hati, otot, jaringan
lemak dan hipotalamus. Saat gula darah rendah atau terjadi defisit kalori, tubuh akan mengeluarkan ghrelin
dari lambung yang menstimulasi nafsu makan melalui AMPK. Penggunaan metformin mengurangi kadar gula
darah tubuh dan berat badan, sehingga dapat ditemukan peningkatan jumlah ghrelin—namun metformin dapat
menghambat aktivasi AMPK yang disebabkan oleh hipoglikemia. Selain dari jalur AMPK, metformin juga
mengatur regulasi nafsu makan melalui meningkatkan signal transducer and activator of transcription
3 (STAT3) yang mempengaruhi reseptor leptin. Dapat disimpulkan bahwa metformin memiliki berbagai jalur
untuk regulasi asupan makanan.
Modulasi Sinyal dari Adiposa
Metformin mengurangi massa lemak dan juga mempengaruhi mekanisme modulasi sinyal dari sel adiposa-
otak. Penting untuk mengerti mengenai leptin, sebuah hormon dari sel adiposa yang mengatur keseimbangan
energi dan melawan kerja dari ghrelin. Terlebih lagi, leptin juga mengikat ke reseptor obesitas B di
hipotalamus untuk meningkatkan pengeluaran energi, menghambat aktivitas AMPK di hipotalamus untuk
mengurangi AgRP dan NPY, juga mengaktivasi STAT3 yang meningkatkan pengaruh anoreksia di
hipotalamus. Jumlah leptin yang ada di darah proporsional dengan jumlah sel adiposa; di pasien obesitas
seringkali ditemukan jumlah leptin yang banyak, sehingga diduga terjadi resistensi leptin pada pasien
obesitas. Metformin mengurangi sekresi leptin sebelum penurunan berat badan, tetapi meningkatkan
sentivitas. Insulin juga memiliki efek serupa dengan leptin. Terlebih lagi, obesitas berkaitan kuat dengan
resistensi insulin yang meningkatkan aktivitas AMPK di hipotalamus dan mengurangi pro-opiomelanocortin
(POMC). Dengan demikian, meningkatkan sensitivitas insulin menggunakan metformin dapat memperbaiki
regulasi nafsu makan.
Modulasi Sinyal dari Sistem Gastrointestinal
Metformin meningkatkan penurunan berat badan melalui peningkatan hormon satiety atau kenyang yang
disekresikan oleh L-cell di traktus gastrointestinal yaitu GLP-1. Hormon ini juga memiliki produksi sekunder
di sistem saraf pusat, di nucleus traktus solitarius. GLP-1 berfungsi untuk mengurangi nafsu makan melalui
mempengaruhi nervus vagus afferent yang mencapai NTS dan mengurangi aktivitas AMPK di hipotalamus.
Di sistem gastrointestinal, GLP-1 melambatkan motilitas usus sehingga mengurangi penyerapan karbohidrat
dan glukosa. Metformin meningkatkan jumlah GLP-1 di tubuh dengan cara menghambat dipeptidyl
peptidase-IV (DPP-IV) yaitu sebuah enzim yang mendegradasi GLP-1.

Anda mungkin juga menyukai