A. RINGKASAN JURNAL
Epilepsi merupakan sindrom yang ditandai oleh kejang yang terjadi
berulang- ulang. Diagnose ditegakkan bila seseorang mengalami paling tidak
dua kali kejang tanpa penyebab (Jastremski, 1988).
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang
berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat
reversibel (Tarwoto, 2007).
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-
gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan
lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan
berbagai etiologi (Arif, 2000).
Dalam sebuah jurnal yang penulis analisa, penulis jurnal melakukan
penelitian mengenai diet yang dapat mengontrol kejang pada penderita epilepsy
yaitu dengan medium-chain trigliserida Ketogenic Diet (MCTKD) adalah lebih
efektif dibandingkan dengan diet ketogenik (CKD).
Diet Ketogenik adalah pola diet tinggi lemak dan sedang protein, serta
kandungan karbohidrat sangat rendah yang diberikan untuk mengobati
penderita epilepsi dan penyakit lainnya, mulai dari anak-anak, remaja, hingga
dewasa. Nama ketogenik mengacu pada peningkatan produksi keton di dalam
tubuh sebagai hasil dari diet khusus ini. Keton adalah tiga senyawa yang
terbentuk saat metabolisme lemak dan biasanya dikeluarkan melalui urine.
Kadar keton tinggi yang tidak normal disebut ketosis, dan kondisi ini adalah
tujuan dari diet ketogenik. Ketosis diyakini dapat membantu mengontrol
frekuensi dan tingkat keparahan serangan epilepsi, meskipun alasannya belum
sepenuhnya dipahami.
Diet ketogenik (KD) adalah salah satu terapi yang paling efektif untuk
penderita epilepsi yang resistan terhadap obat. Khasiat medium-chain
trigliserida KD (MCTKD) lebih baik dibandingkan dengan diet KD klasik
(CKD), yang telah didokumentasikan dalam beberapa retrospektif, prospektif,
dan studi acak. Minyak MCT kandungan ketogeniknya lebih dari trigliserida
rantai panjang. Oleh karena itu, MCTKD memungkinkan lebih banyak
kandungan karbohidrat dan protein makanan, yang membuat diet lebih cocok
daripada CKD tersebut. MCTKD tidak berdasarkan rasio diet seperti CKD, tapi
menggunakan persentase kalori dari minyak MCT untuk membuat keton. Ada
juga literatur yang mendokumentasikan efek samping gastrointestinal terkait
dari MCTKD, seperti diare, muntah, kembung, dan kram. Oleh karena itu, terapi
diet MCTKD kurang dimanfaatkan untuk epilepsi pada children. Penulis telah
menggunakan hingga >70% MCTKD diet untuk memaksimalkan kontrol
kejang dengan efek samping gastrointestinal optimal atau dapat dikendalikan.
Selama perawatan kesehatan secara profesional dan hati-hati dalam mengelola
MCTKD, akan lebih banyak pasien dengan epilepsi yang tidak menggunakan
CKD atau dimodifikasi diet Atkins atau pengobatan indeks glikemik rendah
akan mendapatkan keuntungan dari perawatan ini. Perbandingan antara
MCTKD dan KDs lainnya juga dibahas. (Biomed J 2013; 36: 9-15)
Khasiat MCTKD yang sangat baik, karena mirip dengan yang dicapai
oleh CKD, yang telah terverfikasi dalam beberapa penelitian retrospektif,
prospektif, dan secara acak. Studi-studi ini telah menunjukkan bahwa lebih dari
50% dari anak-anak telah mencapai >50% dapat mengontrol kejang.
Liu telah menggunakan MCT dari 40% hingga >70% dari asupan harian
kalori untuk memaksimalkan kontrol kejang dengan perkiraan kepatuhan 100%
(2005-2008).
Jika diare atau muntah terjadi, minyak MCT diturunkan sebesar 10%
untuk makanan berikut. Setelah pasien menghabiskan makanan dan dapat
mentolerir MCTKD tanpa muntah / diare dan pasien / keluarga yakin dalam
menangani diet. Selama inisiasi diet, ahli gizi memberikan pengajaran intensif
kepada orang tua / pengasuh / pasien pada topik-topik berikut: mengidentifikasi
makanan yang sesuai untuk diet, cara menghitung diet, bagaimana membuat
resep diet, bagaimana menimbang makanan / susu formula, cara membaca label,
suplemen vitamin / mineral, bagaimana menghadapi komplikasi dan
permasalahan yang mungkin terjadi, dan manajemen sakit. Perawat
mengajarkan orang tua / perawatan.
Penyembuhan dan proses tindak lanjut dari diet MCTKD yaitu sebagai
berikut. Setelah pasien keluar dari rumah sakit, mereka akan dipantau melalui
telepon atau e-mail ditambah klinik yang akan dikunjungi tiap bulannya selama
beberapa bulan pertama, dan kemudian kunjungan untuk setiap 3-6 bulan. Jika
kontrol kejang pasien memerlukan pengoptimalan, minyak MCT dapat secara
bertahap meningkat 0,1-1,0 g per pakan per hari atau 6 feed per hari setiap 1-3
hari sesuai toleransi masing-masing individu. Selama tahap fine-tuning, ahli
diet memantau kemajuan pasien dan memodifikasi diet untuk mencapai
peningkatan kontrol kejang. Penilaian gizi dan penyesuaian nutrisi juga penting
untuk menjamin pertumbuhan terbaik dan status gizi optimal untuk setiap
individu. Ahli gizi terus memberikan pendidikan kepada orang tua / pengasuh
pada setiap pertanyaan dan masalah yang mungkin timbul, serta ketika diet dan
vitamin / mineral suplemen perlu diubah dan bagaimana untuk menyapih diet.
Contoh menu untuk MCT 1500 kcal 60%, 11% LCT, 19% CHO, dan
10% protein KD (asupan nutrisi harian: 108,5 g MCT, 18,4 g LCT, 71,2 g CHO,
dan 37,5 g protein).
C. KESIMPULAN
Diet ketogenik (KD) adalah salah satu terapi yang paling efektif untuk
penderita epilepsi yang resistan terhadap obat dalam mengontrol kejang. Tetapi
khasiat medium-chain trigliserida KD (MCTKD) adalah lebih baik
dibandingkan dengan diet KD yang biasa (CKD).
Pada diet MTCKD ini, akan lebih banyak karbohidrat yang akan
dikonsumsi oleh pasien dengan penderita epilepsy dan makanan yang lainnya
pun akan lebih bervariasi dengan porsi yang lebih banyak.