Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

P DENGAN
GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN : DIABETES
MELLITUS DENGAN PRODUK PENERAPAN
INTERMITTENT FASTING DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LEBUH DALEM TAHUN 2022

Oleh :
NUR TANTRIYANA
Pendahuluan
 Di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter DM
pada penduduk umur ≥ 15 tahun meningkat dari
1,5% pada tahun 2013 menjadi 2,0% pada tahun
2018.
 Untuk Provinsi Lampung prevalensi DM
berdasarkan diagnosis dokter pada semua umur
adalah 0,99% dan Kabupaten Tulang Bawang
memiliki prevalensi sebesar 0,62%
 Pendekatan yang efektif sangat dibutuhkan untuk
mencegah diabetes tipe 2 dan untuk mencegah
komplikasi dan kematian prematur yang bisa
disebabkan oleh berbagai tipe diabetes.
 Pilar pengendalian DM meliputi latihan jasmani, terapi
gizi medis, intervensi farmakologis, dan edukasi.
 Keberhasilan proses kontrol terhadap penyakit DM
salah satunya ditentukan oleh kepatuhan pasien dalam
mengelola pola makan atau diet sehari-hari.
 Hal ini agar mencegah timbulnya komplikasi dari
penyakit DM. Prinsip pengaturan makan pada penderita
DM hampir sama dengan anjuran makan untuk
masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu.
 Alternatif aplikasi yang digunakan untuk membatasi
asupan kalori pada penderita DM yaitu intermitten
fasting.
 Melakukan intermitten fasting akan mempengaruhi
metabolism dan sensitivitas insulin sehingga kadar
glikemik akan terkontrol dan mempengaruhi berat
badan. Intermitten fasting mengacu pada berbagai
program diet yang meiputi periode makan dan puasa,
yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan yang
berbeda-beda. Masa puasa akan dilakukan selama
lebih dari 12 jam. Selama periode ini, penderita DM
dapat bebas untuk mengkonsumsi kalori seperti air
putih dan teh namun membatasi makan
Tinjauan Teori
 Diabetes Melitus adalah penyakit kronis serius
yang terjadi karena pankreas tidak menghasilkan
cukup hormon yang mengatur gula darah, atau
ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkannya
(Kemenkes,2018).
 Tanda dan gejala : poliuri, polidipsi, polifagi,
penurunan BB dan rasa lemah
Diagnosa Keperawatan
 Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b/d
Hiperglikemia
 Risiko Perfusi Perifer tidak Efektif b/d Hipertensi
 Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorsi
nutrient
 Nyeri Akut b/d neuropati sensori perifer
 Intoleran aktivitas b.d imobilitas
Tinjauan Kasus
 Identitas pasien : Ny. P (41 tahun), menikah, Islam, Suku
Jawa, pekerjaan wiraswasta
 Sumber informasi : Tn. S (45 tahun)
 Keluhan utama saat pengkajian : Saat dilakukan
pengkajian, klien megatakan badannya terasa lemas,
sering haus, sering kencing, kaki kesemutan, os makan
banyak karena sering lapar tetapi berat badan menurun ±
4 bulan ini. Os mengatakan kepala terasa pusing dan
ngantuk. Klien mengatakan kesulitan melakukan
aktivitas berat
Data Senjang
 Klien mengatakan sering merasa sering haus, merasa sering lapar dan sering BAK
 Klien mengatakan makan banyak tetapi berat badan menurun
 Klien mengatakan banyak minum tetapi kulit dan bibir kering
 Klien mengatakan badannya lemas dan kesulitan untuk melakukan aktivitas berat
 Frekuensi BAK > 10 x sehari ( ±2000 ml )
 Klien tampak lelah
 Frekuensi minum > 12 gelas/hari (± 2400 ml )
 GDS 284
 Klien mengatkan kakinya sering kesemutan
 Klien mengatakan tidak mengetahui secara rinci tentang penyakitnya
 Klien mengatakan hanya mendatangi faskes jika mengalami sakit saja
 Klien mengatakan tidak membatasi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
 TD 130/80 mmHg
 Klien mengatakan sering mengkonsumsi makanan dan minuman manis
 Klien mengatakan kakeknya ada riwayat diabetes mellitus
 Klien mengatakan sudah mengetahuai mengidap DM tetapi tidak menjaga asupan
makanan
Diagnosa Keperawatan Prioritas
 Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi
insulin, hiperglikemi
 Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi makanan
 Resiko gangguan integritas kulit / jaringan
berhubungan dengan Kekuarangan volume cairan
 Deficit pengetahuan b.d kurang informasi penyakit
 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
peurunan kekuatan otot
Intervensi
Implementasi & Evaluasi
Analisis Inovasi Produk
 Komplikasi dari DM yang bersifat kronis : kadar
gula darah yang tidak terkontrol, neuropati,
hipertensi, jantung koroner, retinopati,
nefropati, dan gangren.
 Terdapat berbagai jenis penatalaksanaan untuk
mencegah terjadinya komplikasi tersebut, yaitu
dengan terapi farmakologis, pemantauan kadar
gula darah, latihan jasmani dan terapi gizi
 Terapi gizi merupakan komponen penting pada penderita DM
 Intermittent fasting merupakan salah satu metode diet yang
sedang banyak diteliti dan populer oleh karena efeknya yang
dapat menurunkan berat badan sehingga dapat mencegah
obesitas sentral, mampu meningkatkan sensitivitas insulin,
mengurangi stress oksidatif, serta mencegah penyakit jantung
koroner.
 Intermittent fasting merupakan suatu pola makan dengan
sedikit intake kalori atau tidak mengonsumsi makanan sama
sekali dalam periode waktu tertentu dengan jadwal teratur.
 Intermittent fasting berfokus pada kapan anda makan dan
kapan harus berhenti makan bukan pada makanan apa yang
harus dikurangi atau dikonsumsi.
 penelitian Albosta (2021) yang bejudul intermittent fasting : is
there a role in treatment of diabetes ? didapatkan hasil bahwa
metode intermittent fasting efektif untuk menurunkan berat
badan, menurunkan kadar gula darah puasa, mengurangi kadar
insulin puasa dan resistensi insulin, menurunkan kadar leptin
dan menikngkatkan adiponectin. Dari hasil studi juga
didapatkan bahwa penderita DM yang menggunakan insulin
saat menerapkan intermittent fasting harus didampingi oleh
seorang ahli.
 Hasil studi kasus oleh Furmli (2018) berjudul therapeutic use
intermittent fasting for people with type 2 diabetes as an
alternative to insulin didapatkan hasil bahwa intermittent
fasting mampu membalikkan resistensi insulin dan
mengakibatkan penghentian penggunaan terapi insulin juga
mempertahankan kadar gula darah yang terkontrol.
 Selain itu juga mampu menurunkan berat badan dalam jumlah
yang signifikan, mengurangi lingkar pinggang.
 Dari hasil studi kasus ini juga didapatkan bahwa penerapan
intermittent fasting dapat membantu meringankan penggunaan
terapi farmakologis pada penderita DM tipe 2.
 Pada pelaksanaannya Intermittent fasting memang
mengizinkan untuk memakan apa saja dan juga
memperbolehkan untuk mengonsumsi air putih selama
berpuasa, tetapi intermittent fasting membutuhkan konsitensi
dalam pengaturan jam makan.
 Metode ini terbagi menjadi 2 macam, yaitu puasa dibawah 24
jam dan diatas 24 jam.
 Metode yang dipilih disesuaikan dengan masing-masing
kemampuan setiap individu.
 Jenis makanan yang dapat dikonsumsi saat pada periode bebas
makan juga harus mengandung berbagai macam jenis nutrisi
yang diperlukan oleh tubuh. Sehingga walaupun tubuh
berpuasa dalam jangka waktu lama, tidak akan kekurangan
kebutuhan nutrisi harian.

Anda mungkin juga menyukai