Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PENYAKIT DIABETES MELITUS DAN GANGGUAN METABOLIK

A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan
dunia dan Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia
kesehatan karena merupakan salah satu penyebab dari kematian (Jansje &
Samodra 2012). Penyakit tidak menular (PTM), juga dikenal sebagai penyakit
kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang, mereka memiliki durasi yang panjang
dan pada umumnya berkembang secara lambat (Riskesdas, 2013).
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular dikarenakan
ketidakseimbangan hormon dan tidak berfungsinya kinerja Insulin dalam tubuh
sehingga glukosa dalam darah tidak dapat dikontrol produksinya.
Ketidakseimbangan kinerja Insulin mengakibatkan produktifitas pankreas
terganggu. Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada
beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai syarat kemungkinan diabetes.
Gejala khas DM antara lain polyuria (sering buang air kecil), polidipsi (banyak
minum), polifagia (banyak makan), dan berat badan menurun tanpa sebab yang
jelas. Gejala tidak khas DM, antara lain kesemutan, bisul yang hilang timbul,
penglihatan kabur, cepat lelah, mudah mengantuk, gangguan ereksi.
Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein
sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat
disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta
Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel
tubuh terhadap insulin (WHO, 1999). Belakangan prevalensi dan proporsi penyakit
DM semakin meningkat.
Banyak orang masih menganggap penyakit DM merupakan penyakit orang
tua atau penyakit turunan. Padahal setiap orang dapat mengidap penyakit DM.
Indonesia menempati urutan keempat dalam jumlah penderita versi WHO,
sehingga diperlukan upaya untuk mencegah sebelum mengobati.
Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue),
iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit).
Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM Tipe
2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa tahun
kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi.
Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari
luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya menderita hipertensi,
hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf.
Seseorang bisa dikatakan menderita kencing manis karena beberapa
penyebab, yaitu:
1. Tidak melakukan pemeriksaan gula darah secara teratur. Begitu terdapat
gejala seperti lemas ataupun seperti gejala yang disebutkan sebelumnya,
periksakan ke dokter. Kadang kencing manis bisa ditanggulangi dengan
pendeteksian dini.
2. Nutrisi yang tidak seimbang. Pola makan yang tidak memiliki nutrisi
seimbang cenderung meningkatkan gula darah. Menu makanan yang
hanya didominasi oleh karbohidrat, lemak, dan makanan berkolesterol
membuat darah akan penuh dengan kolesterol.
3. Aktifitas fisik yang tidak seimbang. Ketika jam kerja selama 8 jam hanya
didominasi oleh kegiatan duduk saja, maka otot tubuh tidak akan terlatih
dengan baik, peredaran darah akan tersumbat karena darah tidak
mengalir ketika kolesterol dan lemak jahat dalam darah tidak dikeluarkan
melalui aktifitas fisik yang menghasilkan keringat.
4. Mengkonsumsi minuman yang disertakan pemanis buatan. Kadar glukosa
berlebih dalam darah juga bisa disebabkan oleh pemanis buatan karena
pemanis sederhana tidak memerlukan waktu lama untuk diserap oleh
tubuh, sedangkan pemanis buatan akan bertahan dalam darah dan
merusak sistem kerja insulin.
5. Cemilan tidak sehat. Jika tidak pintar dalam memilih cemilan, seperti
coklat atau es krim, maka glukosa dalam darah meningkat. Pilih dengan
pintar cemilan yang menyehatkan bagi aliran darah seperti buah, sayur
ataupun biji-bijian.
Diabetes melitus (DM) dapat dideteksi dengan pemeriksaan diagnostik.
Pemeriksaan GDS (Gula Darah Sewaktu) yaitu tes gula darah yang dilakukan pada
saat kapanpun walaupun sesudah makan. Hasilnya akan menggambarkan kadar
gula darah. Jika hasil menunjukkan >200 mg/dl (11,1 mmol/L), maka sudah pasti
orang tersebut menderita gula darah, dan GDP (Gula Darah Puasa) dilakukan
dengan sengaja dan untuk mengetahui kadar gula dalam darah setelah 8 sampai
10 jam tidak makan. Dianjurkan untuk dilakukan di pagi hari. Nilai GDP tidak boleh
lebih dari 126 mg/dl (> 7.0 mmol/L) karena akan terindikasi diabetes.
Hemoglobin glikat atau dikenal dengan nama (HbA1C) bisa menguji produksi
selama 3 bulan terakhir. Jika menunjukkan lebih dari 6,5 % maka bisa diidentikkan
dengan Diabetes. Lalu ada juga metode pelitian TTGO ( Tes Toleransi Glukosa
Oral). Walaupun berbeda tes, namun akurasinya sama. Tes ini mengharuskan
untuk puasa terlebih dahulu dan 2 jam setelah minum, baru glukosa bisa diketahui.
Jika nilai 2 jam setelah minum glukosa mencapai lebih besar atau sama dengan
200 mg/DL (11,1 mmol/L) maka seseorang terkena Diabetes.
Adapun program penanggulangan Diabetes bisa dilakukan dengan berbagai
macam cara diantaranya:
1. Pemeriksaan kesehatan secara teratur
Banyak orang mengabaikan gejala tipe 2 karena merasa badan sehat-
sehat saja. Diabetes yang tidak dideteksi secara dini dapat menyebar ke
organ lain dan menimbulkan penyakit komplikasi. Jalan satu-satunya yang
paling efektif yaitu melakukan pemeriksaan kesehatan. Tes atau
screening bisa dilayani di setiap fasilitas penyedia kesehatan, seperti
fasilitas kesehatan, tempat praktek dokter, klinik atau laboratorium.
2. Menjalani pengobatan secara intensif
Tujuan pengobatan untuk membuat gula darah mendekati normal ataupun
menjadi normal. Walaupun pengobatan dijalani secara intensif, pemilihan
makanan dan aktifitas sangat menentukan akan normalnya gula darah.
Jangan membeli obat bebas, karena obat diabetes hanya boleh ditebus
dengan resep dokter. Obat anti diabetes ada yang dimasukkan secara
oral berupa tablet ataupun obat dalam bentuk injeksi. Insulin yang
diinjeksikan wajib untuk penderita Diabetes tipe 1 sedangkan untuk tipe 2
digunakan obat oral.
3. Aktif secara fisik
Setelah obat, maka penderita Diabetes harus aktif secara fisik, artinya
segala kegiatan fisik harus dilakukan agar membantu kadar gula dalam
darah keluar dan darah kembali memproduksi insulin. Penelitian
menunjukkan bahwa orang yang punya aktifitas fisik punya resiko lebih
kecil sebanyak 30-50% dibandingkan dengan individu pasif.
4. Memperbaiki kualitas makanan
Penderita Diabetes ataupun yang ingin bebas harus mempunyai diet
seiring dengan itu, kualitas makanan sangat mendapatkan peranan
penting bagi penderita Diabetes. Perbanyak makanan sehat yang
dianjurkan oleh para penderita Diabetes. Kurangi gula, minyak, dan
semua makanan berlemak lainnya. Ingat untuk selalu mengikutkan buah
ke dalam menu. Gangguan kulit serta infeksinya mengharuskan penderita
Diabetes untuk wajib perhatikan.
5. Dukungan masyarakat
Masyarakat bisa memberikan dukungan untuk para penderita Diabetes
dengan aktivitas yang berhubungan dengan fisik, seperti berjalan kaki
menelusuri taman. Selain itu, masyarakat perlu ditanamakan tentang
kesadaran untuk mengobati Diabetes serta komplikasinya. Advokasi akan
penyakit Diabetes pun harus dilakukan juga sehingga aktifitas fisik
menjadi semakin bertambah lagi peminatnya. Tempat-tempat publik pun
harus turut mendukung Indonesia bebas Diabetes. Penyediaan gula non
kalori harus lebih diperbanyak. Para penderita Diabetes pun layak
mendapat perlakuan yang sama dengan manusia yang lainnya.
Oleh karena itu, pemberian informasi mengenai diet, kebiasaan makan dan
gaya hidup sangat dibutuhkan sehingga dapat membantu menurunkan gula darah
dan mengurangi kejadian diabetes melitus di masyarakat. Dengan pola hidup
terkontrol, baik dari pola makan, pola istirahat maupun pola stress dapat
mengurangi komplikasi akibat penyakit tersebut.

A. Tujuan Umum
Terlaksananya pencegahan dan pengendalian faktor resiko penyakit diabetes
melitus dan gangguan metabolik.

B. Tujuan Khusus
1. Terlaksananya deteksi dini faktor resiko penyakit diabetes melitus dan
gangguan metabolik.
2. Terlaksananya monitoring faktor resiko penyakit diabetes melitus dan
gangguan metabolik.
3. Terlaksananya tindak lanjut dini.

C. Kegiatan Pokok
1. Anamnesa untuk menggali informasi faktor resiko keturunan dan perilaku.
2. Penimbangan dan mengukur lingkar perut, serta Indeks Massa Tubuh (IMT)
termasuk analisa lemak tubuh.
3. Pengukuran tekanan darah.
4. Pemeriksaan gula darah
5. Pemberian konseling (diet, merokok, stress, aktifitas fisik dan lain - lain) dan
penyuluhan kelompok termasuk sarasehan.
6. Melakukan olah raga/aktifitas fisik bersama dan kegiatan lainnya.
7. Persiapan rujukan ke Puskesmas
8. Mengikuti seminar atau workshop yang berkaitan dengan kanker dan
pencegahannya.
9. Untuk jadwal kegiatan sebaiknya diatur berdasarkan kesepakatan bersama.

D. Rincian Kegiatan
1. Melakukan wawancara dan anamnesa untuk menggali informasi faktor resiko
keturunan dan perilaku.
2. Melakukan penimbangan dan mengukur lingkar perut, serta Indeks Massa
Tubuh (IMT) termasuk analisa lemak tubuh.
3. Melakukan pengukuran tekanan darah.
4. Melakukan pemeriksaan gula darah
5. Melaksanakan konseling (diet, merokok, stress, aktifitas fisik dan lain - lain) dan
penyuluhan kelompok termasuk sarasehan.
6. Melakukan olah raga/aktifitas fisik bersama dan kegiatan lainnya.
7. Melakukan rujukan ke Puskesmas pada kasus tertentu
8. Mengikuti seminar atau workshop yang berkaitan dengan penyakit DM dan
gangguan metabolik serta pencegahannya.
9. Untuk jadwal kegiatan sebaiknya diatur berdasarkan kesepakatan bersama.

E. Cara Melaksanakan Kegiatan dan Sasaran


1. Masyarakat baik laki - laki atau perempuan yang usia ≥ 15 tahun yang memiliki
atau tidak memiliki faktor resiko.
2. Kelompok masyarakat sehat, beresiko dan penyandang PTM atau orang
dewasa yang berumur 15 tahun keatas.
3. Pada orang sehat agar faktor resiko tetap terjaga dalam kondisi normal. Pada
orang dengan faktor resiko adalah mengembalikan kondisi beresiko ke kondisi
normal.
4. Pada orang dengan penyandang PTM adalah mengendalikan faktor resiko
pada kondisi normal untuk mencegah timbulnya komplikasi PTM.
5. Pada perokok aktif dan pasif; pola makan buruk; usia haid pertama di bawah 12
tahun; perempuan tidak menikah; perempuan menikah tidak memiliki anak;
melahirkan anak pertama pada usia 30 tahun; tidak menyusui; menggunakan
kontrasepsi hormonal dan atau mendapat terapi hormonal dalam waktu lama;
usia menopause lebih dari 55 tahun; pernah operasi tumor jinak payudara;
riwayat radiasi dan riwayat kanker dalam keluarga

F. Pencatatan Pelapor (Evaluasi)


1. Menilai kehadiran (para anggotanya, kader dan undangan lainnya).
2. Catatan pelaksanaan kegiatan
3. Masalah yang dihadapi
4. Mencatat hasil penyelesaian masalah merupakan bagian dari Sistem Rujukan
Kesehatan Nasional. Bila terdapat peserta yang memiliki kriteria harus dirujuk
ke Puskesmas Pada saat merujuk, sertakan lembar rujukan ke Puskesmas
sebagai media informasi Petugas Puskesmas dalam menerima rujukan dari
masyarakat.
Kasokandel, Juni 2022
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Kasokandel Pelaksana Program

RINA HASTUTI, S.ST ADELIA NURFADILLAH, A.Md. Kep


NIP. 19750602 200701 2 009 NIP.19980809 202203 2 013

Anda mungkin juga menyukai