Ras kulit hitam, hispanik, Native American, dan Asia-Amerika, memiliki angka pengidap lebih tinggi
dibandingkan dengan ras kulit putih.
Usia di atas 45 tahun, walaupun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi sebelum usia 45 tahun.
Kondisi prediabetes, yaitu ketika kadar gula darah lebih tinggi dari normal, tapi tidak cukup tinggi untuk
diklasifikasikan sebagai diabetes.
Wanita dengan sindrom ovarium polikistik, yang ditandai dengan menstruasi tidak teratur,
pertumbuhan rambut berlebihan, dan obesitas.
Penyebab Diabetes
Diabetes disebabkan karena adanya gangguan dalam tubuh, sehingga tubuh tidak mampu menggunakan
glukosa darah ke dalam sel, sehingga glukosa menumpuk dalam darah. Pada diabetes tipe 1, gangguan
ini disebabkan karena pankreas tidak dapat memproduksi insulin. Sedangkan pada diabetes tipe 2,
gangguan ini terjadi akibat tubuh tidak efektif menggunakan insulin atau kekurangan insulin yang relatif
dibandingkan kadar glukosa darah. Kadar glukosa yang tinggi ini dapat merusak pembuluh darah kecil di
ginjal, jantung, mata, dan sistem saraf, sehingga mengakibatkan berbagai macam komplikasi.
Gejala Diabetes
Sering mengalami infeksi pada kulit, saluran kemih, gusi, atau vagina.
Diagnosis Diabetes
Dokter akan mendiagnosis diabetes pada seseorang dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan
fisik, serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah dan urine.
Komplikasi Diabetes
Baik diabetes tipe 1 maupun 2 dapat menyebabkan komplikasi berupa kerusakan retina mata, kerusakan
saraf, penyakit stroke dan jantung koroner, kerusakan ginjal, disfungsi seksual, keguguran, atau bayi
lahir mati dari ibu yang mengidap diabetes.
Pengobatan Diabetes
Insulin untuk mengontrol glukosa darah. Pemberian insulin ini dengan cara disuntikkan pada lapisan di
bawah kulit sekitar 3-4 kali sehari sesuai dosis yang dianjurkan dokter.
Pola makan sehat dan olahraga teratur untuk membantu mengontrol tingkat glukosa darah.
Merawat kaki dan memeriksakan mata secara berkala untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Pemberian obat-obatan diabetes di bawah pengawasan dokter. Obat-obatan tersebut, antara lain:
Nateglinide dan repaglinide yang bermanfaat untuk melepas insulin ke aliran darah.
Obat-obatan lain yang diberikan untuk mengurangi risiko komplikasi, seperti statin dan obat anti
hipertensi.
Baca juga: Tak banyak yang Tahu, Ini Manfaat Okra untuk Atasi Diabetes
Pencegahan Diabetes
Menjalami tes DNA untuk mengetahui adanya gen pembawa atau penyakit diabetes tipe 1.
Mengurangi waktu duduk diam terlalu lama, seperti ketika menonton televisi.
Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin di mana tubuh kekurangan hormon
insulin, dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini disebabkan hilangnya
sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan
pada balita, anak-anak dan remaja.
Sampai saat ini, diabetes melitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian terapi insulin yang
dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat
mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1.
Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya
dengan menggunakan alat tes gula darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka
sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit.
Diabetes tipe 2 adalah di mana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya,
dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai
kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya
sensitivitas (respon) sell dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar
insulin di dalam darah.
Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin, diantaranya faktor
kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan
dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet diabetik.
Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level gula dalam darah, maka
obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan.
Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70-150 mg/dL {millimoles/liter (satuan unit United
Kingdom)} atau 4-8 mmol/l {milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, di mana 1 mmol/l = 18
mg/dl.
Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami penurunan
diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami hyperglycemia apabila kadar gula
dalam darah jauh diatas nilai normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi di mana seseorang
mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal.
Diagnosa penyakit diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai level
126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam)
mencapai level 180 mg/dl.
Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa
diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila
dia atas 200 mg/dl.
Banyak alat tes gula darah yang diperdagangkan saat ini dan dapat dibeli dibanyak tempat penjualan
alat kesehatan atau apotik seperti Accu-Chek, BCJ Group, Accurate, OneTouch UltraEasy machine.
BACA JUGA: TANDA DAN EFEK DIABETES PADA PRIA YANG MUDAH DILIHAT
Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan terapi insulin (Lantus/ Levemir, Humalog,
Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga secukupnya serta
melakukan pengontrolan menu makanan (diet).
Pada penderita diabetes melitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan pada
gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program
pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga.
Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan
pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.
https://doktersehat.com/diabetes/
https://doktersehat.com/pengobatan-penyakit-diabetes-millitus/
TEORI KEPERAWATAN MENURUT SISTER CALISTA ROY
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.
Keperawatan sebagai suatu profesi yang sampai saat ini masih dianggap profesi yang \kurang eksis,
kurang profesional, bahkan kurang menjanjikan dalam hal finansial. Oleh karena itu keperawatan harus
berusaha keras untuk menunjukkan pada dunia luar, di luar dunia keperawatan bahwa keperawatan
juga bisa sejajar dengan profesi
profesi lain. Tugas ini akan terasa berat bila perawat-perawat Indonesia tidak menyadari bahwa
eksistensi keperawatan hanya akan dapat dicapai dengan kerja keras perawat itu sendiri untuk
menunjukkan profesionalismenya dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan
keperawatan baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat. Salah satu cara untuk menunjukkan
eksistensi keperawatan adalah dengan mengembangkan salah satu model pelayanan keperawatan yang
sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. Model keperawatan Roy, dikenal dengan model adaptasi
dimana Roy memandang setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi terhadap
stimulus baik stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari
berbagai tingkatan usia Aplikasi proses keperawatan menurut konsep teori Roy di Rumah Sakit telah
banyak diterapkan namun sedikit sekali perawat yang mengetahui dan memahami bahwa tindakan
keperawatan tersebut telah sesuai. Bahkan perawat melaksanakan asuhan keperawatan tanpa
menyadari sebagian tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah penerapan konsep teori Roy. Oleh
karena itu, kelompok memandang perlu untuk mengetahui dan mengkaji tentang penerapan model
keperawatan yang sesuai dengan teori Sister Callista Roy di lapangan atau rumah sakit, sehingga dapat
diketahui apakah teori Roy dapat diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan keperawatan atau asuhan
keperawatan .
B.
Tujuan
Tujuan dari makalah untuk memahami konsep model keperawatan menurut Roy dalam manajemen
asuhan keperawatan. Dan mampu menghubungkan model konsep Roy dengan proses keperawatan,
selain itu juga kami berharap makalah ini bisa memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan( KDK)
Cari
Cari
Cari
Unduh Sekarang
SimpanSimpan Teori Keperawatan Menurut Sister Calista Roy Fon3 Untuk Nanti
1 Suka
0 Tidak suka
967 tampilan
12 halaman
Informasi Dokumen
Deskripsi:Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi keperawatan adalah dengan mengembangkan
salah satu model pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. Model
keperawatan Roy, dikenal dengan model adaptasi dimana Roy memandang setiap manusia pasti
mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi terhadap stimulus baik stimulus internal maupun eksternal
dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari berbagai tingkatan usia
Data diunggah
Hak Cipta
Opsi Berbagi
Copy Text
Salin Tautan
Unduh Sekarang
SimpanSimpan Teori Keperawatan Menurut Sister Calista Roy Fon3 Untuk Nanti
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.
Keperawatan sebagai suatu profesi yang sampai saat ini masih dianggap profesi yang \kurang eksis,
kurang profesional, bahkan kurang menjanjikan dalam hal finansial. Oleh karena itu keperawatan harus
berusaha keras untuk menunjukkan pada dunia luar, di luar dunia keperawatan bahwa keperawatan
juga bisa sejajar dengan profesi
profesi lain. Tugas ini akan terasa berat bila perawat-perawat Indonesia tidak menyadari bahwa
eksistensi keperawatan hanya akan dapat dicapai dengan kerja keras perawat itu sendiri untuk
menunjukkan profesionalismenya dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan
keperawatan baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat. Salah satu cara untuk menunjukkan
eksistensi keperawatan adalah dengan mengembangkan salah satu model pelayanan keperawatan yang
sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. Model keperawatan Roy, dikenal dengan model adaptasi
dimana Roy memandang setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi terhadap
stimulus baik stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari
berbagai tingkatan usia Aplikasi proses keperawatan menurut konsep teori Roy di Rumah Sakit telah
banyak diterapkan namun sedikit sekali perawat yang mengetahui dan memahami bahwa tindakan
keperawatan tersebut telah sesuai. Bahkan perawat melaksanakan asuhan keperawatan tanpa
menyadari sebagian tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah penerapan konsep teori Roy. Oleh
karena itu, kelompok memandang perlu untuk mengetahui dan mengkaji tentang penerapan model
keperawatan yang sesuai dengan teori Sister Callista Roy di lapangan atau rumah sakit, sehingga dapat
diketahui apakah teori Roy dapat diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan keperawatan atau asuhan
keperawatan .
B.
Tujuan
Tujuan dari makalah untuk memahami konsep model keperawatan menurut Roy dalam manajemen
asuhan keperawatan. Dan mampu menghubungkan model konsep Roy dengan proses keperawatan,
selain itu juga kami berharap makalah ini bisa memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan( KDK)
psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif
sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu.
Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan
residual stimuli. Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap
manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi
nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk
menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah
keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan. Sebagai
model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti
Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model
ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan
dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum
sarjana muda keperawatan di
t itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring,
dan memperluas model. Penggunaan
model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977 menunjukkan
beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan
dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai
kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu
perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manusia dan spirit. Keyakinan filosofi
Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan. B. Konsep adaptasi Roy.
Definisi dan Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi roy adalah: 1.
Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan
yang utuh dengan ditandai adanya input, control, proses, output, dan umpan balik. 2.
Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konstektual dan residual
dengan standar individual, sehingga manusia dapat berespon adaptif sendiri. 3.
Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap penurunan atau
peningkatan kebutuhan. 4.
Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara langsung mengharuskan manusia
berespon adaptif. Stimulus fokal adalah presipitasi perubahan tingkah laku. 5.
Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan memberikan konstribusi terhadap
perubahan tingkah laku yang disebabkan atau dirangsang oleh stimulus fokal. 6.
Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan konstribusi terhadap perubahan
tingkah laku, akan tetapi belum dapat di validasi. 7.
Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural, cemikal,
dan proses endokrin. 8.
Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang kompleks dari
persepsi informasi, mengambil, keputusan dan belajar. 9.
Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean, interdependensi dan konsep diri.
10.
Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia dalam mencapai tujuan manusia
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan reproduksi
model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah
http://nurhasan-unija.blogspot.com/2012/12/teori-dan-model-keperawatan-callista-roy.html?m=1