Anda di halaman 1dari 53

HASIL PENELITIAN

PENELITIAN MANDIRI

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANGGOTA PALANG MERAH REMAJA


DENGAN KEMAMPUAN MEMBERIKAN PERTOLONGAN
PERTAMA TRAUMA (CEDERA OLAHRAGA)
DI SMK TELKOM MEDAN

OLEH :
Marlisa, S.Kep., Ns., M.Kep NIDN : 4009017103
Lestari, S.Kep., Ners., M.Kep NIDN : 4029088001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Pengetahuan Anggota Palang Merah Remaja


Dengan Kemampuan Memberikan Pertolongan Pertama Trauma (Cedera Olahraga)
Di SMK Telkom Medan.
1. Peneliti Utama
a. Nama Lengkap : Marlisa, S.Kep., Ns., M.Kep
b. NIP : 197101091993032002
c. NIDN : 4009017103
d. Jabatan : Lektor Kepala , IV/a
e. Program Studi : DIII Keperawatan
f. No.HP : 081397241981
g. Alamat Email : marlisanurse@gmail.com
2. Anggota Peneliti (1) :
a. Nama Lengkap : Lestari, S.Kep., Ners., M.Kep
b. NIDN : 4029088001
c. Program Studi : Keperawatan
3. Mahasiswa (1) :
a. Nama Lengkap : Angelika Sianipar
b. NIM : P07520219004
c. Program Studi : DIII Keperawatan
4. Perguruan Tinggi : Poltekkes Kemenkes Medan
a. Tahun Pelaksanaan : 2023
b. Biaya Penelitian : Rp. 2. 851. 000,-

Mengetahui
Medan, 03 Oktober 2022
Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Tim Pengabdi
Politeknik Kesehatan Medan

Suriani Br. Ginting, S.Kep, Ns, M.Kep Marlisa S,Kep., Ns, M.Kep
NIDN : 4021106802 NIDN : 4009017103

Mengesahkan
Kapus Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat

Dr. Jhonson P Sihombing, Mse, Apt


NIDN: 4030016901

i
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

Judul : Hubungan Pengetahuan Anggota Palang Merah Remaja


Dengan Kemampuan Memberikan Pertolongan Pertama Trauma (Cedera
Olahraga) Di SMK Telkom Medan.
1. Tim Peneliti :
No Nama Jabatan Bidang Instansi Alokasi
Keahlian asal waktu
(jam/minggu)
1. Marlisa, Ketua Keperawatan Polkesmed 4jam/minggu
S.Kep.,
Ns.,
M.,Kep
2. Lestari, Anggota 1 Keperawatan Polkesmed 4jam/minggu
S.Kep.,
Ners.,
M.Kep
5. Angelika Mahasiswa Keperawatan Polkesmed 4jam/minggu
Sianipar

2. Objek Penelitian (jenis material yang akan diteliti dan segi penelitian) : Anggota
Palang Merah Remaja di SMK Telkom Medan
3. Masa Pelaksanan
Mulai bulan : Januari 2023
Berakhir bulan : Juli 2023
4. Usulan Biaya Penelitian
Tahun ke-1 : Rp. 2. 851 . 000,-
5. Lokasi penelitian (lab/studio/lapangan) : SMK Telkom Medan

ii
6. Temuan yang ditargetkan (penjelasan gejala atau kaidah, metode, teori, atau
rekayasa) : leaflet
Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu (uraikan tidak lebih dari 50 kata,
tekankan pada gagasan fundamental dan orisinal yang akan mendukung
pengembangan Iptek) : pada bidang keperawatan untuk mengetahui Hubungan
Pengetahuan Anggota Palang Merah Remaja Dengan Kemampuan Memberikan
Pertolongan Pertama Trauma (Cedera Olahraga) Di SMK Telkom Medan
7. Jurnal Ilmiah yang menjadi sasaran (tuliskan nama terbitan berkala ilmiah
Internasional bereputasi, Nasional terakreditasi, atau Nasional tidak terakreditasi dan
tahun rencana publikasi) : Jurnal Internasional ; Health Notions tahun 2023
8. Rencana luaran HKI, Buku, purwarupa atau luaran lainnya yang ditargetkan, tahun
rencana perolehan atau penyusaiannya) : HKI tahun 2023

iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan Anggota Palang Merah
Remaja Dengan Kemampuan Memberikan Pertolongan Pertama Trauma
(Cedera Olahraga) Di SMK Telkom Medan”
Dalam Penyususna penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan
dukungan dan arahan dari berbagai pihak. Penulis juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu R.R. Sri Arini Winarti Rinawati, SKM., M.Kep selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kemenkes medan
2. Ibu Suriani Ginting, S.ST., S.Pd., S.Kep., Ns., M.Kep selaku ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan penelitian ini banyak kekurangan


dan jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi, penulisan mamupun tata bahasanya.
Maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik serta
memasukkan dari semua pihak demi kesempurnaan penelitian ini. Harapan penulis,
penelitian ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi.

Medan, Januari 2023


Penulis

iv
RINGKASAN

Latar Belakang: Cedera ialah rusaknya jaringan fisik pada tubuh manusia yang
terjadi secara tiba-tiba dan terjadi penurunan energi yang signifikan yang disebabkan
oleh kurangnya satu atau lebih elemen penting seperti oksigen (World Health
Organization, 2014). Cedera adalah salah satu penyebab kematian bahkan kecacatan
di Amerika Serikat, kebanyakan cedera terjadi pada anak-anak, 70% kematian cedera
terjadi pada usia sekolah dengan umur 5-19 tahun. Sekitar 10 % sampai 25% cedera
terjadi pada anak saat mereka berada di sekolah (Agbo dkk, 2015). Tujuan: untuk
mengetahui hubungan antara pengetahuan anggota Palang Merah Remaja (PMR)
dengan kemampuan memberikan pertolongan pertama trauma (cedera olahraga) di
SMK Telkom Medan. Metode: Penelitian ini menggunakan metode jenis Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat korelasional
(hubungan atau asosiasi) yaitu dengan mengkaji hubungan antar variabel, dengan
pendekatan potong lintang (cross sectional) artinya pengukuran variabel hanya
dilakukan satu kali pada satu saat.

Kata Kunci: Pengetahuan, Kemampuan, Cedera Olahraga

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ i
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM........................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................
RINGKASAN.................................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................... 7
1.3. Manfaat Penelitian..................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Cedera.......................................................................................... 8
2.2. Konsep Pengetahuan.................................................................................. 15
2.3. Konsep Keterampilan................................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian.......................................................................................... 24
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................... 24
3.3. Populasi dan Sampel.................................................................................. 24
3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan data............................................................. 27
3.5. Analisa dan penyajian data........................................................................ 28
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Karakteristik Responden.................................................................. 30
4.2. Hasil Uji Statistik............................................................................. 30
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Pembahasan............................................................................................... 35
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan....................................................................................... 42
6.2. Saran................................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 43

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cedera ialah rusaknya jaringan fisik pada tubuh manusia yang terjadi secara
tiba-tiba dan terjadi penurunan energi yang signifikan yang disebabkan oleh
kurangnya satu atau lebih elemen penting seperti oksigen (World Health
Organization, 2014).
Cedera adalah salah satu penyebab kematian bahkan kecacatan di Amerika
Serikat, kebanyakan cedera terjadi pada anak-anak, 70% kematian cedera terjadi pada
usia sekolah dengan umur 5-19 tahun. Sekitar 10 % sampai 25% cedera terjadi pada
anak saat mereka berada di sekolah (Agbo dkk, 2015).
Cedera atau trauma merupakan kejadian/peristiwa yang sudah terjadi yang
mengenai jaringan tubuh secara tiba-tiba (Khadavi dkk, 2019).
Berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2020, menyatakan
bahwa cedera yang terjadi dapat mengakibatkan kematian dan juga kecacatan paling
banyak disebabkan oleh cedera yang tidak disengaja di antara anak remaja. Sebanyak
72% jumlah kematian pada anak remaja pada usia 10 tahun sampai dengan 24 tahun
sering terjadi cedera yang disebabkan oleh 4 penyebab yaitu kecelakan lalu lintas
(30%), Cedera yang tidak disengaja (15%), Pembunuhan (15%), dan bunuh diri
(12%). Namun, 1 juta lebih yang mengalami cedera serius berhubungan dengan
olahraga yang ada di sekolah setiap tahunnya di antara anak remaja dengan perkiraan
usia 10 sampai dengan 17 tahun (Ohio Disability Health Program, 2020).
Berdasarkan data di Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) tahun 2018
Amerika Serikat mengatakan tingginya jumlah cedera olahraga yang terjadi pada
orang dewasa maupun anak-anak. Terdapat 1,5 juta pertahun pada orang dewasa,
setengahnya merupakan cedera serius, Untuk anak dan remaja jumlahnya lebih tinggi
denga 3 juta pertahun. Jumlah terjadinya cedera antara pria dan wanita sama, tetapi

1
olahraga kontak lebih tinggi dua kali lipat daripada olahraga non kontak. Lutut
merupakan bagian tubuh yang sering cedera ( RSON, 2018).
Bardasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 di Indonesia terjadi
peningkatan populasi cedera, di tahun 2013 kasus cedera sebanyak 8,2% sedangkan
tahun 2018 kasus cedera sebanyak 1.017.290 orang atau sekitar 9,2%. Tempat
terjadinya cedera di Sumatera Utara terdapat di sekolah dan lingkungannya yaitu
6,5%, jalan raya 27,3%, di rumah dan lingkungannya 51,7%, di tempat kerja 9,8%,
dan lainnya 5,6% (Riskesdas, 2018). Proporsi jenis cedera yang terjadi si Sumatera
Utara yaitu luka lecet/memar 63,1%, luka iris/robek/tusuk 23,9%, terkilir 33,5%,
patah tulang 3,7%, anggota tubuh terputus 0,6% (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan hasil penelitian pada atlet sepak bola Pusat Pendidikan Latihan
Pelajar (PPLP) Sumatera Utara menunjukkan hasil jenis cedera yang dialami yaitu
cedera terbuka sebanyak 16 orang (94,1%), cedera tertutup 13 orang (76,5%), cedera
ringan sebanyak 17 orang (100%), cedera berat sebanyak 14 orang (82,4%). Lokasi
cedera yang terjadi yaitu pada paha sebanyak 16 orang (94,1%), pada lutut sebanyak
14 orang (82,4%), pada badan sebanyak 12 orang (70,6%), pada lengan sebanyak 11
orang (64,7%), pada tangan sebanyak 9 orang (52,9%), pada tumit sebanyak 8 orang
(47,1%), pada pinggang sebanyak 8 orang (47,1%), pada kepala sebanyak 6 orang
(35,3%), pada telapak kaki sebanyak 5 orang (29,4%), dan cedera pada leher
sebanyak 3 orang (17,6%) (Nurhayati, 2019).
Berdasarkan hasil penelitian pada olahraga basket di Club Junior Medan
Labuhan menunjukkan bahwa jenis cedera yang paling sering terjadi yaitu cedera
lutut sebanyak 21 kasus (100%), cedera bahu sebanyak 20 kasus (95,2%), cedera
hamstring sebanyak 18 kasus (85,7%), cedera pergelangan tangan sebanyak 13 kasus
(61,9%), cedera siku sebanyak (57,1%), cedera pinggul 8 kasus (38,1%), cedera jari-
jari tangan sebanyak 6 kasus (28,6%), cedera tumit sebanyak 5 kasus (23,8%)
(Miftahul, 2017).
Ada tiga bagian tubuh yang terkena cedera terbanyak yaitu ekstremitas bawah
(67,9%), ekstremitas atas (32,7%) dan kepala (11,9%). Tempat-tempat terjadinya

2
cedera seperti rumah dan lingkungannya sebesar (44,7%), jalan raya sebesar (31,4%),
tempat bekerja sebesar (9,1%), lainnya (8,3%), dan sekolah (6,5%) (Kementerian
Kesehatan RI,2018). Ada juga terdapat hasil dari Riset Kesehatan Dasar pada tahun
2018 menyatakan bahwa kecacatan fisik permanen yang disebabkan oleh cedera
adalah tidak berfungsinya panca indera sebesar (0,5%), kehilangan sebagian anggota
tubuh (0,6%), dan bekas luka permanen mengganggu kenyamanan sebesar (9,2%)
(Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Palang Merah Remaja (PMR) merupakan organisasi yang berperan sangat
penting dikarenakan Palang Merah Remaja adalah satu-satunya petugas kesehatan di
sekolah (Athorid, 2016).
Palang Merah Remaja adalah suatu organisasi yang melakukan kegiatan diluar
jam sekolah, kegiatan Palang Merah Remaja bertujuan untuk membangun sifat yang
bertanggungjawab dan peduli dengan sosial dan lingkungan sekitar, Tindakan
pertolongan pertama pada kecelakaan telah dilatih di organisasi Palang Merah
Remaja (Maghfiroh, 2019).
Seluruh anggota Palang Merah Remaja (PMR) harus mengetahui tentang
pengetahuan dasar pertolongan pertama, anatomi fisiologi, evaluasi pasien, cedera,
fraktur, luka bakar, sakit yang tiba-tiba dan juga peran Palang Merah Remaja dalam
melakukan tindakan pertolongan pertama (Ibrahim dkk, 2021).
Pertolongan pertama cedera olahraga adalah suatu kemampuan yang harus
dipahami oleh seorang olahragawan termasuk atlet untuk meminimalkan kesalahan
dalam penanganan dan juga perawatan yang mengakibatkan cedera lebih fatal (Abou,
2016). Dan juga, cedera terjadi pada saat olahraga dimulai atau selama olahraga
berlangsung. Cedera terjadi karena disebabkan oleh kegiatan pemanasan yang salah,
kurangnya pergerakan, dan juga kelelahan (Listiyanto et al., 2016).
Pertolongan Pertama pada kecelakaan (First Aid) merupakan usaha
memberikan penanganan sementara kepada orang yang mengalami kecelakaan
sebelum mendapatkan penanganan dari dokter atau tenaga medis lainnya,
Pertolongan yang diberikan bukan penanganan yang sempurna, namun hanya

3
pertolongan sementara yang dilakukan oleh petugas pertolongan pertama (Cecep,
2015).
Pertolongan pertama adalah suatu tindakan bantuan yang diberikan pada
seseorang yang mengalami kecelakaan atau cedera (Susilowati, 2015).
Jika cedera terjadi di lingkungan sekolah maka orang yang pertama kali
melihat adalah warga sekolah salah satunya anggota Palang Merah Remaja (PMR).
Pertolongan pertama bisa dilakukan oleh siapa saja dan kondisi apapun (Zideman
dkk, 2015). Seseorang yang mengalami cedera sangat membutuhkan bantuan
pertolongan pertama dengan cepat dan tepat untuk mengurangi resiko terjadinya
kecacatan dan kematian, oleh karena itu sangat membutuhkan pengetahuan dasar
kepada warga sekolah yang salah satunya adalah anggota Palang Merah Remaja
(PMR). Pengetahuan dasar yang kurang bisa mengakibatkan kesalahan dalam
memberikan pertolongan pertama (Ibrahim dkk, 2021).
Mempunyai pengetahuan tentang pertolongan pertama diantara siswa yang
ada di sekolah sangatlah penting karena bisa membantu orang lain jika mengalami
cedera di lingkungan sekolah (Kalaiyasaran, 2015). Pertolongan pertama yang tidak
tepat contohnya luka yang dirawat dengan kurang baik, maka dapat mengkibatkan
luka semakin parah dan juga dapat mengakibatkan infeksi pada luka dan menyebar ke
seluruh tubuh (Wirakhmi, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Prevalensi pengetahuan tentang
pencegahan dan penanganan cedera olahraga pada atlet putri di Malaysia”. Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif terdapat 103 responden yang dipilih
menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner
melalui formulir google, hasil penelitian menunjukkan 82,5% responden memiliki
pengetahuan dan sikap yang baik terhadap pencegahan dan penanganan cedera
olahraga (Nurul dkk, 2022).
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Preverensi pengetahuan dan
pelatihan pertolongan pertama standar di kalangan mahasiswa di Hong Kong” yang
menggunakan metode cross sectional dengan menggunakan kuesiner online

4
terstruktur yang mencakup data demografis membantu penilaian pengetahuan dan
sikap. Hasil penelitian dari 385 responden menunjukkan proporsi pengetahuan baik
tentang pertolongan pertama standar adalah 15,2% dan sikap yang baik terhadap
pertolongan pertama adalah 71,3% (Sze Nok Ng dkk, 2021).
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Pengetahuan siswa/i tentang
pertolongan pertama pada kecelakaan saat berolahraga di SMA Olahraga Rumbai
Pekanbaru Provinsi Riau 2019” penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kuantitatif dengan desain deskriptif, populasi pada penelitian ini sebanyak 80 siswa/i
dan menggunakan tehnik total sampling yaitu semua populasi dijadikan sampel. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat 69 orang (86,25%) yang memiliki pengetahuan baik,
terdapat 10 orang (12,5%) yang memiliki pengetahuan cukup, dan terdapat 1 orang
(1,25%) yang memiliki pengetahuan kurang (Putri dkk, 2019).
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Anggota
Palang Merah Remaja (PMR) Tentang Pertolongan Pertama Pada Cedera” yang
menggunakan metode penelitian deskriptif menunjukkan hasil tingkat pengetahuan
anggota palang merah remaja tentang pertolongan pertama pada cedera. Dari 94
responden, terdapat 39 responden (41,5%) yang memiliki pengetahuan baik, 48
reponden (51,1%) yang memiliki pengetahuan cukup, dan 7 responden (7,45) yang
memiliki pengetahuan kurang (Ibrahim dkk, 2021).
Berdasarkan penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Siswa Palang
Merah Remaja Dengan Kemampuan Memberikan Pertolongan Pertama Cedera
Olahraga Di SMA Negeri Ambulu” yang menggunakan metode penelitian yaitu
desain korelasi dengan pendekatan cross sectional menunjukkan adanya hubungan
pengetahuan siswa Palang Merah Remaja dengan kemampuan memberikan
pertolongan pertama cedera olahraga di SMA Negeri Ambulu. Dari 33 responden
terdapat 29 orang (87,9%) yang mempunyai pengetahuan baik, 2 orang (6,1%) yang
mempunyai pengetahuan cukup, dan 2 orang (6,1%) yang mempunyai pengetahuan
kurang. Sedangkan kemampuan memberikan pertolongan pertama cedera olahraga

5
sebanyak 31 orang (93,9%) dalam kategori baik, 1 orang (3%) dalam kategori cukup,
1 orang (3%) dalam kategori kurang (Trisya, 2022).
Pengetahuan dan juga keterampilan siswa merupakan hal yang sangat penting
dalam melakukan pencegahan serta perawatan cedera dan juga pertolongan pertama
cedera olahraga dalam kegiatan ekstrakurikuler yang dapat mengurangi dan
mencegah terjadinya cedera pada siswa (Afandi dkk, 2019).
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada ketua Palang Merah Remaja
menunjukkan bahwa terdapat 38 orang yang mengikuti organisasai Palang Merah
Remaja yang berasal dari kelas X dan XI. Akibat dari virus Covid-19 mengakibatkan
kegiatan organisasi Palang Merah Remaja di SMK Telkom Medan menjadi terhambat
dan organisasinya aktif kembali pada tahun 2021. Kegiatan pelatihan organisasi
Palang Merah Remaja berjalan dengan baik dengan materi seperti : Pertolongan
pertama, cek golongan darah, leadership, sejarah Palang Merah Indonesia,
penanganan cedera, dan lain-lain.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan strudi
pedelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Anggota Palang Merah Remaja
(PMR) Dengan Kemampuan Memberikan Pertolongan Pertama Trauma (Cedera
Olahraga) di SMK Telkom Medan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
pertanyaan “Apakah ada hubungan pengetahuan anggota Palang Merah Remaja
(PMR) dengan kemampuan memberikan pertolongan pertama trauma (cedera
olahraga) di SMK Telkom Medan?“

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

6
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan anggota Palang Merah Remaja (PMR) dengan kemampuan memberikan
pertolongan pertama trauma (cedera olahraga) di SMK Telkom Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui pengetahuan anggota Palang Merah Remaja (PMR) tentang
pertolongan pertama trauma (cedera olahraga) di SMK Telkom Medan.
2. Untuk mengetahui keterampilan anggota Palang Merah Remaja (PMR) dalam
memberikan pertolongan pertama trauma (cedera olahraga) di SMK Telkom Medan.
3. mengetahui hubungan antara pengetahuan anggota Palang Merah Remaja (PMR)
dengan kemampuan memberikan pertolongan pertama pada trauma (cedera olahraga)
di SMK Telkom Medan.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan kepada anggota Palang Merah Remaja untuk meningkatkan
kemampuan dalam memberikan pertolongan pertama.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai sumber data dan sumber informasi untuk Politeknik Kesehatan Kemenkes
Medan yang dapat dijadikan dokumentasi ilmiah
1.4.1 Bagi Peneliti selanjutnya
Sebagai referensi dan acuan bagi peneliti selanjut untuk menambah wawasan dan
pengetahuan sehingga hasil dari penelitian selanjutnya akan semakin baik.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cedera
2.1.1 Pengertian Cedera
Cedera olahraga merupakan suatu keadaan yang mengakibatkan kerusakan
pada jaringan yang diikuti dengan gangguan fungsi yang muncul karena adanya
trauma fisik secara langsung dari kegiatan olahraga yang bersifat ringan (tanpa
prtolongan medis) dan juga yang bersifat berat. Cedera olahraga yaitu cedera yang
diakibatkan oleh adanya trauma akut atau stres yang berulang pada otot dan sendi
yang berhubungan dengan olahraga (Yusni, 2019).
Cedera olahraga (sport injury) adalah segala macam cedera yang muncul,
ketika sedang latihan ataupun pada saat berolahraga (perlombaan) atau juga
sesudahnya, dan tulang, otot, tendon, dan juga ligamentum. Olahraga bertujuan agar
menyehatkan tubuh, dan memberikan kebugaran jasmani saat melakukannya dengan
cara-cara yang benar dan tepat (Kemang, 2018).

2.1.2 Penyebab Terjadinya Cedera Olahraga


Terdapat beberapa faktor yang menyebkan terjadinya cedera yaitu:
1) Faktor Olahragawan/olahragawati
a. Umur
Umur sangat mempengaruhi kekuatan dan struktur jaringan tubuh. Contohnya pada
saat berusia 30-40 tahun kekuatan otot akan menurun.

8
b. Faktor Pribadi
Kematangan seorang olahraga cenderung lebih mudah dan lebih sering mengalami
cedera dibandingkan dengan olahragawan yang berpengalaman.
c. Pengalaman
Seorang olahraga pemula cenderung lebih mudah dan lebih sering mengalami cedera
dibandingkan dengan olahragawan yang berpengalaman.
d. Tingkat Latihan
Peran penting latihan yaitu pemberian awal dasar latihan fisik untuk mencegah
terjadinya cedera, namun jika latihan yang berlebihan juga dapat mengakibatkan
cedera karena “over use”.
e. Teknik
Penting untuk melakukan tehnik yang benar untuk menghindari terjadinya cedera.
Dalam melakukan tehnik yang salah maka akan menyebabkan cedera.
f. Kemampuan Awal (warming up)
Pemanasan sangat penting dilakukan sebelum olahraga karena pemanasan dapat
mencegah terjadinya cedera yang tidak diinginkan.
g. Recovery Period
Setelah bermain atau berolahraga perlu memberi waktu istirahat pada organ-organ
tubuh termasuk sistem muskuloskeletal untuk recovery (pulih awal) sampai kondisi
organ-organ itu menjadi prima lagi, sehingga kemungkinan terjadinya cedera dapat
dihindari.
h. Kondisi Tubuh Yang “fit”
Kondisi yang kurang sehat jangan dipaksakan untuk berolahraga, karena kondisi
tersebut dapat mempengaruhi kondisi jaringan tubuh sehingga dapat mempercepat
atau mempermudah terjadinya cedera.
i. Keseimbangan Nutrisi
Keseimbangan nutrisi baik dapat berupa kalori, cairan, vitamin yang cukup, untuk
kebutuhan tubuh yang sehat.
j. Hal-hal Yang Umum

9
Menghindari minuman yang beralkohol, tidak merokok, tidur dan istirahat yang
cukup, dan lain-lain.

2) Faktor Peralatan Dan Fasilitas


a. Peralatan: Jika peralatan yang digunakan kurang atau tidak memadai, desain yang
jelek dan kurang baik akan mudah terjadinya cedera.
b. Fasilitas: Kemungkinan alat-alat proteksi badan, jenis olahraga yang bersifat body
contact, serta jenis olahraga yang khusus tidak memadai untuk keamanan.

3) Faktor Karakter Dari Pada Olahraga Tersebut


Banyaknya cabang-cabang olahraga yang mempunyai tujuan masing-masing.
Misalnya pada olahraga yang kompetitif yang sering mengundang cedera olahraga
(Pinton, 2017).

2.1.3 Klasifikasi Cedera Olahraga


Secara umum cedera olahraga dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1) Cedera Ringan (Cedera tingkat 1)
Untuk cedera ringan ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius, tetapi dapat
menggangu penampilan. Miaslnya : lecet, memar, sprain yang ringan.
2) Cedera Sedang (Cedera tingkat 2)
Cedera pada tingkat ini mengalami kerusakan jaringan yang lebih nyata dan
berpengaruh pada performa penderita. Keluhan pada cedera sedang biasanya seperti:
nyeri, bengkak, gangguan fungsi (tanda-tanda inflamasi) misalnya : lebar otot, strain
otot, tendon-tendon, robeknya ligamen (sprain grade II)
3) Cedera Berat (Cedera tingkat 3)
Cedera pada tingkat ini penderita memerlukan penanganan yang intensif, istirahat
total, dan mungkin memerlukan tindakan pembedahan jika terdapat robekan lengkap
atau hampir lengkap ligamen (sprain grade III dan IV atau fraktur) atau fraktur
tulang.

10
4) Strain dan Sprain
Strain dan sprain ialah kondisi/keadaan yang biasa ditemukan pada cedera olahraga.
Strain merupakan cedera yang menyangkut otot atau tendon. Strain dibedakan
menjadi 3 tingkat yaitu :
a. Tingkat 1 (ringan)
Pada tingkat ini mengalami sedikit pembengkakan dan rasa nyeri, dimana cedera
mengenai beberapa serabut otot, tendon dan ligamen dan cedera ini tidak memerlukan
pengobatan khusus.
b. Tingkat 2 (sedang)
Pada tingkat ini terjadi robekan atau kerusakan pada otot atau tendon, sehingga dapat
mengakibatkan kekuatan berkurang.
c. Tingkat 3 (berat)
Strain pada tingkat berat sudah terjadi robekan/putusnya otot atau tendon yang lebih
hebat sampai kolplit, untuk strain tingkat 3 (berat) memerlukan tindakan bedah
sampai fisioterapi dan rehabilitasi (Ari, 2021)
d. Sprain merupakan cedera yang menyangkut cedera ligamen. Sprain dibedakan
menjadi 4 tingkat yaitu :
1. Tingkat 1 (ringan)
Cedera pada tingkat ini mengalami robekan pada serat ligamen yang menimbulkan
hematom kecil di dalam ligamen dan tidak mengalami gangguan fungsi.
2. Tingkat 2 (sedang)
Cedera pada tingkat ini mengalami robekan yang lebih luas, tetapo 50% masih baik.
Pada tingkat ini sudah terjadi gangguan fungsi, jadi harus dilakukan tindakan proteksi
untuk memberi kesembuhan. Imobilitas memerlukan 6-10 minggu agar benar-benar
aman dan mungkin membutuhkan waktu 4 bulan.
3. Tingkat 3 (berat)
Cedera pada tingkat ini mengalami robekan total atau terlepasnya ligamen dari tempat
lekatnya dan terjadi gangguan fungsi total.
4. Tingkat 4 (Sprain Fractur)

11
Cedera pada tingkat ini terjadi akibat ligamentnya robek dari tempat lekatnya pada
tulang dan diikuti lepasnya sebagian tulang tersebut (Pinton, 2017).

2.1.4 Cedera Yang Sering Terjadi Saat Melakukan Olahraga Dan Penanganannya
Adapun jenis-jenis cedera yang sering terjadi saat melakukan olahraga, yaitu:
1) Cedera Kulit
a. Luka Lecet
Luka lecet sering terjadi karena disebabkan oleh pergesekan dengan benda keras yang
mengakibatkan rusaknya struktur jaringan kulit.
b. Luka Robek
Luka robek sering terjadi karena kecelakaan saat melakukan olahraga yang
berhubungan dengan kontak fisik dan biasanya terjadi perdarahan.
Penanganan untuk membuat perdarahan berhenti, yaitu :
1. Naikkan posisi bagian luka menjadi lebih tinggi dari badan.
2. Melakukan tekanan pada bagian luka
3. Menutup luka dengan balut tekan
4. Mengobati lukanya dengan cara : Membersihkan luka dengan menggunakan air, lalu
menutup luka dengan kassa steril, selanjutnya bawa penderita ke klinik agar
mendapatkan perawatan lebih lanjut.
c. Luka Lepuh
Pada luka ini sering terjadi karena diakibatkan oleh gesekan pada kulit dengan benda
keras yang mengakibatkan kulit melepuh.
Penanganan untuk mengobati luka, yaitu :
1. Membersikan luka lepuh, lalu menutup luka dengan plester lebar dan jangan
pecahkan lepuh pada luka.
2. Jika lepuh pada luka telah pecah, selanjutnya luka dibersihkan dan berikan cairan
antiseptik, lalu menutup luka dengan kassa steril dan balut.

12
2) Cedera Otot Dan Tendon
a. Kejang Otot
Kejang otot terjadi jika otot tanpa sengaja mengalami kontraksi dan menimbulkan
rasa nyeri.
Penanganannya yaitu: Dengan melakukan peregangan dan pijat (massage) ringan
b. Nyeri otot setelah melakukan aktivitas
Nyeri otot biasanya terjadi setelah beberapa jam melakukan olahraga atau aktivitas.
Penanganannya, yaitu:
1. Aktivitas yang berat dilakukan dengan bertahap
2. Jika telah merasa nyeri berkurang latihan dilanjutkan dengan latihan yang sudah di
ubah.
3. Lakukan pijatan dengan pelan-pelan dan berikan penghangat pada otor yang nyeri
c. Memar (Hematoma)
Cedera yang mengakibatkan perdarahan pada otot yang disebabkan oleh
benturan benda keras dan biasanya terdapat memar pada kulit.
Penanganannya yaitu: Memberikan es dan menempelkannya pada kulit yang memar
agar pembengkakan pada luka berkurang. Selanjutnya setelah 3 hari, lakukan
kompres hangat yang bertujuan agar mempercepat proses penyembuhan bekuan
darah.
d. Otot Robek (Strain)
Pada cedera ini terjadi pada bagian otot dan tendon yang menyebabkan perdarahan
dan kehilangan kekuatan. Otot robek (strain) dapat disebabkan karena terlalu
memaksakan otot melebihi kemampuannya, melakukan gerakan dengan asal-asalan,
dan melakukan pemanasan dengan tidak benar dan tidak cukup.
Tindakan penanganan yang dilakukan pada otot robek:
1. Istirahat yang cukup
2. Melakukan kompres es pada bagian cedera
3. Memberikan balutan pada bagian yang cedera

13
3) Cedera Ligamen/Sendi
Pada cedera ini diakibatkan karena terlalu memaksakan sendi bergerak melebihi
kemampuannya. Robekan yang terjadi pada ligament juga dapat mengakibatkan
perdarahan yang mengenai ke jaringan sekitarnya dan tempak seperti memar. Pada
cedera ligamen saat olahraga biasanya paling sering terkena pada bagian tumit, lutut,
siku, pergelangan tangan dan bahu.
a. Sprain
Cedera sprain terjadi pada ligamen yang mana dua otot bergerak melebihi batas gerak
normal. Hal tersebut mengakibatkan pembengkakan.
Tindakan pertolongan yang diberikan : melakukan kompres es pada bagian yang
cedera dengan segera selama 15 menit lakukan berulang setiap 4 jam sampai dengan
24 jam, lalu setelah itu , lakukan kompres panas. Jika bengkak sudah menghilang
dapat melakukan olahraga kembali.
b. Dislokasi (Cerai sendi)
Dislokasi terjadi karena pergeseran sendi yang mengakibatkan sendi tidah berhadapan
lagi.
Penanganan di yang dilakukan :
1. Istirahatkan sendi yang mengalami cedera dan berikan kompres es
2. Bawa ke rumah sakit
3. Batasi pergerakan pada bagian yang cedera sekitar 1-6 minggu
4. Dislokasi sering terjadi pada bagian bahu dan lutut dan sering terjadi berulang kali
karena penanganan yang di berikan kurang tepat.

4) Cedera Patah Tulang (Fraktur)


Patah tulang merupakan suatu kondisi yang mengalami tulang retak atau patah
yang dapat dibuktikan dengan melakukan pemeriksaan rontgen. Gejala yang biasanya
terjadi seperti : terjadi pembengkakan dan terdapat memar, bagian yang patah tidak

14
dapat digerakkan, terdapan nyeri tekan pada bagian yang patah, terjadi perubahan
bentuk (deformitas).
Ada 2 jenis patah tulang, yaitu :
1. Patah tulang terbuka : adanya kerusakan pada kulit, terlihat adanya penonjolan yang
keluar pada ujung tulang yang dapat mengakibatkan infeksi.
2. Patah tulang tertutup : tidak ada kerusakan pada kulit, namun patah tulang tertutup
biasanya terjadi pada bagian : clavicula (Tulang selangka), humerus (lengan atas),
radius dan ulna (lengan bawah), carpalia (pergelangan tangan), costae (iga/rusuk),
femur (tulang paha), patella (tempurung lutut), tibia dan fibula.
Penanganan awal pada patah tulang (fraktur)
a) Membersihkan luka dan menghentikan perdarahan
b) Tutup luka menggunakan kassa steril agar dapat mencegah infeksi
c) Lakukan pembidaian pada bagian yang patah dan batasi pergerakan.
d) Berikan penanganan cedera dengan metode RICE (Rest Ice Compression dan
Elevation)
e) Segera bawa ke rumah sakit. (Kemang, 2018).

2.2 PERTOLONGAN PERTAMA


2.2.1 Pengertian Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama adalah suatu tindakan memberikan pertolongan segera
kepada seseorang yang merasakan sakit atau cedera/kecelakaan dan memerlukan
penanganan medis dasar (Novita, 2018).
Pertolongan pertama yaitu memberikan bantuan atau penanganan awal kepada
orang yang sakit atau seseorang yang terkena cedera/kecelakaan dan harus dilakukan
tindakan dengan segera, sebelum pasien itu dibawa ketempat rujukan
(puskesmas/rumah sakit terdekat) (Usino, 2016).
Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat (PPGD) merupakan beberapa tindakan-
tindakan awal yang bisa diberikan pada keadaan gawat darurat yang bertujuan untuk
memberikan keselamatan pada pasien (Pinton, 2017).

15
2.2.2 Tujuan Pertolongan Pertama
1) Untuk menyelamatkan jiwa pasien.
2) Untuk mencegah terjadinya kecacatan yang berkelanjutan
3) Untuk memberikan rasa nyaman dan membantu proses penyembuhan.
4) Untuk menunjang proses kesembuhan pasien (Usino, 2016).

2.2.3 Prinsip Utama Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD)


Prinsip utama Pertolongan Pertama Gawat Darurat ialah untuk memberikan
keselamatan pada pasien dan mencega terjadinya kematian pada kondisi gawat
darurat. Pertolongan Pertama Gawat Darurat mempunyai fiosofi “Time Saving Is Life
Saving” yang mempunyai arti bahwa semua tindakan dan usaha yang diberikan pada
saat keadaan pasien gawat darurat harus dilakukan dengan sangat efektif dan efisien
karena pada saat keadaan gawat darurat pasien dapat mengalami kematian dalam
hitungan menit (henti nafas 2-3 menit dapat mengakibatkan kematian) (Pinton, 2017).
2.2.4 Dasar-Dasar Pertolongan Pertama
1) Persetujuan Tindakan Pertolongan
Terdapat dua jenis pesetujuan atau ijin kepada penolong sebelum memberikan
tindakan, yaitu:
a. Pesetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat ialah kesepakatan yang biasanya di
berikan kepada penderita dalam keadaan sadar atau normal
b. Persetujuan yang dinyatakan ialah kesepakatan yang diberikan secara lisan atau
secara tertulis oleh penderita itu sendiri.

2) Seorang Penolong Pertama Mempunyai Kewajiban Sebagai Berikut:


a. Dapat menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita, dan orang disekitarnya
b. Dapat menjangkau pasien
c. Dapat mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang mengancam nyawa
d. Meminta bantuan/rujukan

16
e. Melakukan penangan dengan cepat dan tepat sesuai kondisi pasien
f. Memberikan bantuan kepada penolong yang lain
g. Menjaga kerahasian medis penderita
h. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat
i. Mempersiapkan pasien untuk diantar atau dirujuk ke fasilitas kesehatan lain
Kualifikasi Penolong Pertama :
1. Harus jujur dan bertanggungjawab
2. Profesional dalam menjalankan kewajiban
3. Dapat mengontrol emosi dengan baik
4. Dapat bersosialisasi dengan sesama
5. Kemampuan nyata terukur sesuai sertifikasi
6. Memiliki keadaan fisik yang sehat
7. Mempunyai rasa bangga

3) Yang Perlu Disiapkan


Sebagai pemberi tindakan pertolongan pertama, harus menjaga keselamatan diri
sendiri. Kita membutuhkan Alat Pelindung Diri (APD). Alat Pelindung Diri yaitu alat
yang dipakai agar terhindar dari penyakit menular.
Contohnya seperti :
1. Sarung tangan lateks
2. Masker
3. Kacamata pelindung
4. Baju pelindung
5. Helm
6. dll
Selain Alat Pelindung Diri, saat memberikan pertolongan
pertama kita juga membutuhkan peralatan, seperti :
1. Kasa steril
2. Pembalut gulung/perban

17
3. Pembalut perekat/plester
4. Gunting pembalut
5. Kapas – selimut
6. Pinset
7. Alkohol 70%
8. Thermometer
9. Obat-obatan (Usino, 2016)

2.3 Palang Merah Remaja (PMR)


2.3.1 Defenisi Palang Merah Remaja
Palang Merah Remaja merupakan wadah pembinaan dan pengembangan
anggota Palang Merah Indonesia yang disebut dengan anggota Palang Merah Remaja.
Anggota Palang Merah Remaja merupakan seorang/beberapa orang remaja yang
berumur 10-17 tahun dan atau belum kawin/menikah, yang medaftarkan diri atau
terdaftar dalam suatu perkumpulan (Usino, 2016).

2.3.2 Prinsip Dasar Palang Merah Dan Bulan Sabit Merah


1) Kemanusiaan
Kegiatan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional ada berdasarkan
kemauan untuk memberikan bantuankepada korban yang terluka tanpa membedakan
korban dalam mengatasi dan mencegah penderitaan sesama.
2) Kesamaan
Kegiatan menolong orang yang menderita dan tidak membeda-bedakan kebangsaan,
ras, agama, tingkat sosial, atau pandang politik korban tersebut.
3) Kenetralan
Kegiatan ini tidak memihak atau melibatkan diri dengan politik, ras,agama, atau
ideologi.
4) Kemandirian

18
Kegiatan ini bersifat mandiri, setiap kumpulan nasional merupakan penyemangat
untuk pemerintah di bagian kemanusiaan dan wajib menuruti aturan hokum yang
berlaku di negara masing-masing.
5) Kesukarelaan
Kegiatan ini memberikan bantuan dengan ikhlas tanpa ada unsur keinginan untuk
mengambil keuntungan.
6) Kesatuan
Dalam suatu negara hanya diperbolehkan satu perhimpunan nasional dan dapat
memilih satu lambing yang dipakai palang merah atau bulan sabit merah. Kegiatan ini
mempunyai sifat terbuka dan melakukan tugas kemanusiaan di daerah negara yang
bersangkutan.
7) Kesemestaan
Kegiatan ini bersifat semesta, yang berarti kegiatan ada diseluruh dunia. Perhimpunan
nasional memiliki status yang sederajat, dan juga mempunyai hak dan kewajiban
yang sama dalam menolong sesame (Siti dkk, 2018).

2.3.3 Syarat Menjadi Anggota Palang Merah Remaja


1. Penduduk Negara Indonesia atau Masyarakat Negara Asing yang bertempat tinggal di
Kawasan Indonesia.
2. Berumur 10 sampai dengan 17 tahun dan juga berstatus belum kawin/menikah atau
juga setara dengan Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas sederajat.
3. Menerima pernyataan setuju dari orang tua/wali.
4. Berkenan menjalani orientasi, pelatihan, dan pelaksanaan aktivitas Palang Merah
Remaja.
5. Mengisi formulir pendaftaran dan memberikannya kembali kepada Pembina Palang
Merah Remaja di regu masing-masing, lalu diserahkan kepada pengurus cabang
Palang Merah Remaja setempat (Usino, 2016).

2.3.4 Keanggotaan dan Tingkatan Palang Merah Remaja

19
Adapun 3 tingkatan keanggotaan Palang Merah Remaja, yaitu:
1. Palang Merah Remaja Mula yaitu tingkatan yang berusia 10 sampai dengan 12 tahun
atau setara dengan pelajar Sekolah Dasar.
2. Palang Merah Remaja Madya yaitu tingkatan yang berusia 12-15 tahun yang setara
dengan pelajar Sekolah Menengah Pertama
3. Palang Merah Remaja Wira yaitu tingkata yang berusia 15-17 tahun atau setara
dengan pelajar Sekolah Menengah Atas (Eman, 2014).

2.3.5 Hak dan Kewajiban Anggota Palang Merah Remaja


a. Hak Anggota Palang Merah Remaja
1. Menerima ajaran dan pengembangan dari Palang Merah Indonesia
2. Memberikan masukan dalam forum/pertemuan resmi Palang Merah Indonesia
3. Ikut serta dalam melakukan gerakan Palang Merah Remaja
4. Mempunyai Kartu Tanda Anggota (KTA)
b. Kewajiban Anggota Palang Merah Remaja
1. Melaksanakan dan berpartisipasi untuk memberitahukan prinsip-prinsip dasar
kegiatan Palang Merah Remaja dan Palang Merah Indonesia.
2. Mengikuti Anggaran Dasar (AD)/ Anggaran Rumah Tangga (ART)
3. Melakukan Tri Bhakti Palang Merah Remaja
4. Melindungi nama baik Palang Merah Indonesia
5. Memberikan uang iuran keanggotaan (Usiono, 2016).

2.3.6 Tri Bhakti Palang Merah Remaja


1. Tri Bhakti Palang Merah Remaja yaitu terdiri dari ;
a. Mengabdi kepada masyarakat
b. Meningkatkan kemampuan dan menjaga kebersihan dan kesehatan
c. Menjalin persahabatan nasional dan internasional
2. Pelaksana Tri Bhakti Palang Merah Remaja :

20
Tri Bhakti Palang Merah Remaja dilaksanakan oleh anggota Palang Merah Remaja
yang difasilitasi oleh Pembina Palang Merah Remaja, pelatih Palang Merah
Indonesia, dan Palang Merah Indonesia di semua tingkatan seperti cabang, daerah,
dan pusat.
3. Pelaksanaan Tri Bhakti Palang Merah Remaja :
a. Aktivitas Tri Bhakti Palang Merah Remaja dilaksanakan sesuai dengan rancangan
kelompok Palang Merah Remaja, yang terintegrasi dengan bagian pelayanan social
dan kesehatan, dan juga manajemen bencana.
b. Aktivitas Tri Bhakti Palang Merah Remaja bisa dilaksanakan oleh Kelompok Palang
Merah Remaja, Palang Merah Indonesia cabang, Palang Merah Indonesia daerah,
ataupun Palang Merah Indonesia pusat.
c. Tri Bhakti Palang Merah Remaja dilaksanakan ditingkat pusat, wajib melibatkan
Palang Merah Indonesia daerah dan cabang.
d. Anggota Palang Merah Remaja yang sudah mengikuti Tri Bhakti Palang Merah
Remaja, diberikan lencana. (Usiono, 2016).

2.4 Pengetahuan
2.4.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan ialah hasil dari kata “tahu” dan terjadi sesudah orang melakukan
penemuan tentang suatu obyek tertentu. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor
Pendidikan resmi. Pengetahuan sangat berkaitan dengan Pendidikan, Pendidikan yang
tinggi diharapkan dapat memperluas pengetahuan. Namun, harus ditekankan bahwa
bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah sepenuhnya berpengetahuan
rendah pula. Pengetahuan seseorang akan suatu obyek menyimpan dua aspek seperti
aspek positif dan aspek negatif. Pada aspek-aspek ini dapat menentukan perilaku
seseorang, semakin banyak aspek positif dan pengetahuan tentang obyek dapat
menghasilkan perilaku yang semakin baik pada obyek tertentu (Wawan & Dewi,
2021).

21
2.4.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif adalah informasi yang sangat berguna untuk
membentuk perilaku seseorang (ovent behavior). Pengetahuan yang cukup memiliki 6
tahapan dalam domain kognitif, yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu memiliki arti sebagai pengingat dalam topik yang sudah dipelajari sebelumnya.
Pengetahuan dalam tingkat ini ialah mengingat ulang (recall) tentang suatu khusus
dan semua materi yang dipelajari atau rangsangan yang sudah diterima. Kata kerja
yang digunakan untuk mengukur pengetahuan orang tentang yang dipelajarinya,
misalkan menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami yaitu kemampuan untuk menguraikan dengan benar tentang obyek yang
diketahui dan dapat mengartikannya dengan benar.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi merupakan kemampuan untuk memakai materi yang sudah dipelajari pada
kondidi yang sebenarnya. Aplikasi ini menggunakan hokum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dengan konteks dan situasi yang lain.
2. Analisis (Analysis)
Analisis yaitu kemampuan untuk memberitahukan topik atau obyek pada unsur-
unsur, namun masih pada struktur organisasi dan masih berkaitan satu dengan yang
lain.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis yaitu memperlihatkan suatu kemampuan dalam melakukan atau mengaitkan
bagian-bagian ke dalam keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan dalam melaksanakan penilaian tentang suatu materi
atau obyek (Wawan & Dewi, 2021).

2.4.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

22
Cara memperoleh pengetahuan, yaitu sebagi berikut :
1. Cara kuno
a. Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara coba salah sudah digunakan orang sebelum kebudayaan, dan juga tampaknya
sebelum adanya peradaban. Cara ini dilaksanakan dengan memakai kemungkinan
dalam menyelesaikan masalah dan jika kemungkinan tidak berhasil maka dicoba
sampai masalah dapat teratasi.
b. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Pengetahuan cara ini bersumber dari pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal
atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan beberapa prinsip orang lain
yang disampaikan oleh orang yang memiliki kekuasaan, tanpa memeriksa
sebelumnya atau memastikan kebenarannya dengan berdasarkan fakta empiris
ataupun penalaran sendiri.
c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi bisa digunakan untuk menghasilkan pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang pernah dihasilkan dalam menyelesaikan
masalah yang terjadi pada masa lalu.

3. Cara Modern
Cara modern dikatakan sebagai metode penelitian ilmiah atau yang sering disebut
metodologi penelitian. Cara modern pertama kali dikembangkan oleh Francis Bacon
pada tahun 1561-1626, lalu dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Dan lahir suatu
cara untuk melaksanakan penelitian ilmiah (Wawan & Dewi, 2021).

2.4.4 Proses Perilaku “Tahu”


Perilaku ialah seluruh aktivitas orang benar yang bisa dilihat langsung atau
tidak bisa dilihat oleh orang luar. Sementara itu, sebelum mengangkat perilaku baru
pada diri seseorang itu terdapat proses yang berurutan, seperti :

23
1. Kesadaran (Awarenes) yaitu keadaan seseorang yang mengetahui lebih awal tentang
stimulus (objek).
2. Merasa tertarik (Interest) yaitu seseorang yang memberikan perhatian dan tertarik
pada stimulus tersebut.
3. Menimbang-nimbang (Evaluation) yaitu seseorang yang memperhitungkan baik
buruknya tindakan tentang stimulus untuk dirinya sendiri, hal tersebut menunjukkan
sikap seseorang menjadi lebih baik.
4. Trial yaitu seseorang yang mencoba perilaku baru.
5. Adaption yaitu sikapnya terhadap stimulus (Wawan & Dewi, 2021).

3.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


a. Faktor Internal
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan layanan yang diberikan seseorang tentang perkembangan
orang lain yang mengarah kepada harapan yang menentukan seseorang untuk
melakukan dan mengisi aktivitas untuk mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan
2. Pekerjaan ialah keburukan yang wajib dilaksanakan agar dapat menopang
kehidupannya dan keluarganya. Pekerjaan bukan sumber kebahagiaan, Namun
kebanyakan pekerjaan menjadi upaya untuk mencari nafkah membosankan, berulang,
dan banyak tantangan
3. Umur
Umur ialah usia seseorang yang dihitung sejak dilahirkan sampai berulang tahun.
Jikan semakin cukup umur, tingkat kedewasaan dan kemampuan seseorang akan
lebih baik dalam berfikir dan melakukan pekerjaan

b. Faktor Eksternal
1. Faktor Lingkungan
Lingkungan Merupakan Suatu keadaan yang ada disekeliling manusia dan akibat
yang bisa mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

24
2. Sosial Budaya
Bentuk sosial budaya yang ada di masyarakat bisa mempengaruhi sikap seseorang
dalam menerima informasi (Wawan & Dewi, 2021).

2.4.6 Kriteria Tingkat Pengetahuan


Pengetahuan individu bisa diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang
bersifat kualitatif (menurut Wawan & Dewi, 2021), yaitu :
1. Baik : Hasil presentasi 76%-100%
2. Cukup : Hasil presentasi 56%-75%
3. Kurang : Hasil presentasi > 56%

25
BAB III
METODE PENELITIAN

1.1 Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian
kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan menggunakan desain Cross Sectional yaitu
penelitian yang dilakukan dalam satu waktu yang digunakan untuk mencari hubungan
antara pengetahuan anggota Palang Merah Remaja dengan kemampuan memberikan
pertolongan pertama trauma (cedera olahraga).

1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMK Telkom Medan terhadap anggota Palang
Merah Remaja, penelitian ini dilakukan pada mulai bulan januari 2023

1.3 Polulasi dan Sampel Penelitian


1.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah semua objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang telah dipilih oleh peneliti sebelumnya (Jenita, 2021).
Populasi pada penelitian ini yaitu terdapat kelas X sebanyak 25 orang dan kelas XI
sebanyak 13 orang jadi total anggota Palang Merah Remaja Di SMK Telkom Medan
berjumlah 38 orang.

1.3.2 Sampel

26
Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki kriteria sesuai dengan
subjek penelitian. Cara pengambilan sampel dari populasinya yaitu menggunakan
kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
1) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi yaitu ukuran yang menetapkankan subjek penelitian mewakili sampel
penelitian karena sampel memenuhi kriteria. Kriteria inklusi seperti :
a. Anggota Palang Merah Remaja di SMK Telkom Medan yang aktif dalam
kegiatan Palang Merah Remaja
b. Bersedia menjadi responden
2) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi yaitu ukuran yang menetapkankan subjek penelitian yang tidak bisa
mewakili sebagai sampel, disebabkan akibat sampel tidak memenuhi syarat.
a. Anggota Palang Merah Remaja yang tidak hadir saat pengumpulan data di
sekolah
b. Tidak bersedia menjadi responden
Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini ialah tehnik
nonprobality sampling dengan metode total sampling. Total sampling merupakan
cara pengambilan sampel yang jumlah sampelnya sama dengan jumlah populasi,
alasan menggunakan total sampling karena jumlah populasi kurang dari 100,
sehingga semua populasi dijadikan sampel penelitian. Jadi, jumlah sampel pada
penelitian ini adalah 38 orang.

1.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian dibagi menjadi dua yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dihasilkan secara langsung
dari sumber data. Data primer yaitu data yang terdapat pertanyaan-pertanyaan yang
sesuai dengan variabel penelitian yaitu tentang pengetahuan dan kemampuan
memberikan pertolongan pertama trauma (cedera olahraga).Data sekunder adalah

27
data yang bersumber secara tidak langsung seperti dari buku, jurnal, artikel, dan
penelitian terdahulu.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket/kuesioner
pertanyaan tingkat pengetahuan tentang tindakan pertolongan pertama pada cedera
olahraga. Angket adalah cara untuk mengumpulkan data yang dilaksanakan dengan
cara memberikan pertanyaan dan penyataan tertulis di kertas.

1.5 Pengolahan dan Analisis Data


3.5.1 Pengolahan Data
1. Pengeditan (Editing) Memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan.
2. Cooding
Kegiatan memberi kode angka terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori
3. Tabulating
Membuat table data, sesuai dengan tujuan penelitian yang diinginkan oleh
peneliti.

3.5.2 Analisa Data


a. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
penelitian. Variabel yang dianalisa univariat adalah jenis kelamin, usia, agama, dan
kelas.
b. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat bertujuan untuk melihat hubungan variabel independen dengan
dependen. Uji korelasi yang digunakan adalah uji Spearman Rank yang merupakan
uji statistik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel
ordinal. Jika nilai signifikansi <0,05 maka terdapat hubungan dan jika nilai signifikan
>0,05 maka tidak ada hubungan.
c. Analisa Multivariat

28
Analisa Multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel independen yang
beruhubungan dengan variabel dependen.
Analisis Multivariat dilakukan setelah Analisa bivariat terhadap masing-masing
variabel independen. Jika hasil Analisa bivariat menunjukkan nilai p-value (sig) <
0,05 maka, variabel penelitian memiliki hubungan yang signifikan untuk melakukan
Analisa multivariat. Sedangkan, jika hasil Analisa bivariat menunjukkan nilai p-value
(sig) > 0,05 maka, variabel tersebut tidak signifikan untuk dapat melakukan Analisa
multivariat.
Tahap selanjutnya adalah melakukan pembuatan model untuk
menentukan variabel independen yang berhubungan dengan variabel dependen.
Pembuatan model tersebut menggunakan Analisa regresi logistic berganda. Jika hasil
uji menunjukkan nilai p-value (sig) < 0,05 maka, variabel penelitian memiliki
hubungan yang signifikan Sedangkan, jika hasil Analisa bivariat menunjukkan nilai
p-value (sig) > 0,05 maka, variabel tersebut tidak signifikan.

29
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Data Umum
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Presentase (%)
Laki-laki 11 33,3
Perempuan 22 66,7
Total 33 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa jenis kelamin responden yang tertinggi
adalah perempuan dengan jumlah 22 responden dengan presentase 66,7%.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah (Orang) Presentase (%)


12-15 Tahun 10 30,3
16-19 Tahun 23 30 69,7
Total 33 100,0
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan hasil penelitian bahwa responden dengan jumlah
tertinggi yaitu dengan usia 16-19 tahun sebanyak 23 responden dengan presentase
69,7%.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama


Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Agama
Agama Jumlah (Orang) Presentase (%)
Islam 32 97,0
Kristen 1 3,0
Hindu 0 0,0
Budha 0 0,0
Lain-lain 0 0,0
Total 33 100,0
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa islam adalah agama yang paling
banyak dianut oleh siswa palang merah remaja dengan jumlah sebanyak 32
responden dengan presentase 97,0%.

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas


Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Kelas

Kelas Jumlah (Orang) Presentase (%)


Kelas X 10 30,3
Kelas XI 13 69,7
Total 33 100,0

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa kelas siswa palang merah remaja
yang tertinggi adalah 13 orang dengan tingkat kelas XI dengan presentase 69,7%.

31
B. Data Khusus
1. Pengetahuan Siswa Palang Merah Remaja
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Siswa Palang Merah Remaja
Pengetahuan Siswa PMR Jumlah (Orang) Presentase (%)
Baik 29 87,9
Cukup 2 6,1
Kurang Baik 2 6,1
Total 33 100,0

Berdasarkan tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan


siswa palang merah remaja memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 29 orang
dengan presentase 87,9%.

2. Kemampuan Memberikan Pertolongan Pertama Cedera Olahraga


Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Kemampuan Memberikan Pertolongan Pertama Cedera
Olahraga
Pertolongan Pertama Jumlah (Orang) Presentase (%)
Cedera Olahraga
Baik 31 93,9
Cukup 1 3,0
Kurang Baik 1 3,0
Total 33 100,0

32
Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas kemampuan siswa
palang merah remaja dalam memberikan pertolongan pertama cedera olahraga baik
didapatkan sebanyak 31 responden dengan presentase 93,9%.

3. Hubungan Pengetahuan Siswa Palang Merah Remaja Dengan Kemampuan


Memberikan Pertolongan Pertama Cedera Olahraga
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Siswa Palang Merah Remaja dengan
Kemampuan Memberikan Pertolongan Pertama Cedera Olahraga

Kemampuan
Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang

Baik 29 1 0 29

Cukup 1 0 0 2

Kurang 1 0 1 2

Total 33 1 1 33

Spearman Rank Correlation r = 0,68 dan p = 0,000 (p = < 0,05)


Berdasarkan hasil uji statistic spearman rank rho diketahui p value 0,000
dimana ɑ < 0,05 sehingga H1 diterima, yang berarti terdapat hubungan antara
pengetahuan siswa palang merah remaja dengan kemampuan memberikan
pertolongan pertama cedera olahraga di. Serta nilai korelasi ( r ) sebesar 0,68
artinya kekuatan hubungan dapat dikategorikan hubungan kuat. Arah korelasi
positif (+) yang artinya semakin baik pengetahuan siswa palang remaja maka
kemampuan memberikan pertolongan pertama cedera olahraga akan semakin baik

33
BAB V
PEMBAHASAN

1. Pengetahuan Siswa Palang Merah Remaja Di SMK Telkom Medan


Berdasarkan hasil suatu riset yang sudah dilakukan oleh peneliti
pada
bulan Januari 2022 didapatkan hasil bahwa sebagian besar siswa palang merah
remaja yang memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 29 orang dengan presentase
87,9%, pengetahuan cukup sebanyak 2 orang dengan presentase 6,1% dan
pengetahuan yang kurang baik sebanyak 2 orang dengan presentase 6,1%. Sehingga
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan siswa palang
merah remaja dalam memberikan pertolongan pertama cedera olahraga memiliki
pengetahuan yang baik.
Pengetahuan adalah gagasan yang muncul setelah seseorang mengamati suatu
objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui indera manusia, seperti penglihatan,
pendengaran, penciuman, sentuhan dan rasa (Notoatmodjo, 2013 dalam (Suswitha &
Arindari 2020). Berkaitan dengan pengetahuan siswa palang merah remaja, menurut
(Listiana & Oktarina 2019)taraf pengetahuan siswa PMR pada responden penelitian
ini ialah pada tingkat tahu (know) dan memahami (comprehension). Tahu ialah
ingatan yang sudah ada sebelumnya sesudah mengamati suatu objek namun masih
kurang terinterpretasikan dalam kehidupan sehari-hari.Menurut (Wulandini et al.,
2019 dalam (Nasri & Leni 2021) yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
siswa PMR mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan saat berolahraga
diantaranya ada faktor usia, pendidikan, serta sumber nformasi (Nasri & Leni 2021).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan siswa palang merah remaja
yang paling banyak yaitu kelas XI dengan usia kurang lebih 16-19 tahun sebanyak 23
responden dengan prosentasi (69,7%). Orang yang berpengetahuan memiliki
keterampilan pertolongan pertama yang lebih baik daripada orang yang tidak

34
memiliki pengetahuan.Bila pengetahuan ditambah dengan latihan atau praktek di
lapangan, tindakan pertolongan pertama yang diberikan jauh lebih baik bila
dibandingkan orang yang tanpa diikuti pelatihan atau praktek sendiri(Kundre &
Mulyadi, 2018).Usia adalah rentang waktu yang dihitung sejak seseorang itu lahir.
Seiring bertambahnya usia, pemahaman daya tangkap serta pola pikir akan tumbuh,
sehingga pengetahuan yang diperoleh juga akan semakin meningkat(Nasri & Leni
2021).
Tobing (2019, dalam(Ibrahim & Adam 2021)yang menyatakan informasi adalah
salah satu organ pembentuk pengetahuan, semakin banyak informasi yang diterima
seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya. Namun sebaliknya bila informasi
yang diterima semakin kurang maka pengetahuan yang diterima akan semakin
kurang pula(Ibrahim & Adam 2021). Hasil wawancara dengan Pembina dan Ketua
bidang ekstrakurikuler palang merah remaja di SMA Negeri Ambulu menjelaskan
bahwa siswa palang merah remaja mempunyai pengetahuan yang sangat baik dalam
pertolongan pertama dengan didukung adanya pelatihan maupun lomba-lomba yang
diselenggarakan diluar area sekolah agar semakin menambah wawasan yang
membuat pengetahuan yang dimiliki akan semakin baik lagi.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fitri, Wulandini, & Sari
2019) mengenai pengetahuan siswa/siswi tentang pertolongan pertama pada
kecelakaan saat berolahraga di SMA Olahraga Rumbai Pekanbaru Provinsi Riau
2019, tingkat pengetahuan siswa/siswi tentang pertolongan pertama berada pada
kategori baik yaitu sebanyak 69 orang (86,25%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan siswa telah mempunyai pemahaman yang baik dalam pertolongan
pertama pada kecelakaan saat berolahraga. Sumber informasi yang didapatkan siswa
dan siswi berasal dari tenaga kesehatan.
Menurut pendapat peneliti, seseorang yang mengetahui dan dapat melakukan
pertolongan pertama lebih baik daripada seseorang yang tidak memiliki pengetahuan
yang baik dapat memberikan pertolongan pertama secara baik dan benar. Tujuan
pertolongan pertama adalah untuk mencegah kondisi pasien menjadi lebih buruk,

35
tetapi memberikan perawatan darurat tanpa mengetahuinya dapat menyebabkan
kerugian yang lebih besar bagi pasien. Maka dari itu anggota PMR harus memiliki
pengetahuan yang baik dalam memberikan pertolongan pertama.

36
2. Kemampuan Memberikan Pertolongan Pertama Cedera Olahraga Di SMK
Telkom Medan
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan peneliti pada bulan Januari 2022
mendapatkan hasil sebagian besar siswa palang merah remaja mempunyai
kemampuan memberikan pertolongan pertama cedera olahraga yang baik sebanyak
31 orang dengan presentase 93,9%, cukup sebanyak 1 orang dengan presentase 3,0%
serta kurang baik sebanyak 1 orang dengan presentase 3,0%. Sehingga dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa palang merah remaja dalam
memberikan pertolongan pertama cedera olahraga memiliki kemampuan yang baik.
Pertolongan pertama ialah pertolongan yang pertama kali diberikan pada
seseorang yang mengalami cedera akibat kecelakaan sebelum ditangani oleh tenaga
kesehatan (Nurlaela & Mamluaty 2020). Menurut Hasrullah (2015) tujuan dari
pertolongan pertama adalah menyelamatkan nyawa korban, mencegah kondisinya
menjadi lebih parah, serta mempercepat penyembuhan .Prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan oleh penolong di antaranya penolong wajib tenang, jangan panik,
penolong wajib percaya diri, cerdik, cekatan serta memiliki insiatif. Tugas dari
penolong ialah menilai keadaan di sekitar korban, adakah sesuatu yang dapat
membahayakan nyawa korban. Bila situasi aman penolong dapat melanjutkan
melakukan pemeriksaan pada korban, melihat tingkat kesadarannya, serta keadaan
umumnya. Apabila di sekitar korban terdapat sesuatu yang membahayakan, maka
pindahkan korban ke tempat yang lebih safety, banyak oksigen serta teduh (Nurlaela
& Mamluaty 2020).
Berkaitan dengan kemampuan siswa palang merah remaja dalam memberikan
pertolongan pertama cedera olahraga, anggota PMR diwajibkan untuk memahami dan
mengerti mengenai tindakan pertolongan pertama pada cedera olahraga agar dapat
memberikan pertolongan pertama pada korban dengan baik. Salah satu tugas utama
dari PMR adalah memberikan penanganan dan pertolongan pertama apabila
terjadi kecelakaan cedera di sekolah dengan baik dan benar. Peran PMR juga sangat
penting karena mereka merupakan satu-satunya petugas kesehatan yang ada di

37
sekolah. Maka dari itu setiap anggota PMR diwajibkan untuk memahami mengenai
materi pertolongan pertama yang terdiri tentang pengetahuan dasar pertolongan
pertama, anatomi fisiologis, penilaian penderita, luka, patah tulang, luka bakar,
penyakit mendadak serta peran PMR dalam pelayanan pertolongan pertama cedera.
Menurut Cava (1995:145 dalam (Priyatno & Indika 2019)cedera ialah rusaknya
jaringan yang disebabkan oleh adanya kesalahan teknis, benturan maupun aktivitas
fisik yang melebihi batas ambang beban latihan, yang bisa menimbulkan rasa sakibat
akibat dari keleihan latihan melalui pembebanan yang terlalu berlebihan sehingga
otot serta tulang tak lagi dalam keadaan yang anatomis. Selanjutnya menurut
Afriwadi (2011:115 dalam (Priyatno & Indika 2019)cedera olahraga bisa diartikan
adalah cedera yang terjadi akbiat kegiatan baik secara langsung maupun tidak
langsung, yang mengenai sistem musculoskeletal serta semua sistem atau organ lain
yang mempengaruhinya sehingga menimbulkan gangguan fungsi sistem
tersebut(Priyatno & Indika 2019). Dalam penanganan cedera ada berbagai cara yang
bisa dilakukan antara lain menggunakan pengobatan medis atau non medis,
pengobatan medis mencakup terapi rehabilitasi olahraga menggunakan pengobatan
alternative serta olahraga terapi dapat menjadi pilihan untuk penyembuhan pasca
cedera yang dialami oleh seorang atlet. Terapi yang bisa digunakan dapat berupa
terapi herbal, terapi massage, terapi yoga, exercise theraphy, thermotheraphy,
coldtherapy, hydrotherapy, manual theraphy, dan lain- lain(Okta & Hartono 2020).
Penanganan serta perawatan cedera perlu diketahui terlebih dahulu cedera yang
dialami serta langkah apa yang harus dikerjakan. Penanganan cedera dengan
pelayanan spesialistik rehbilitas medic. Proses rehabilitasi pada cedera akut
berlangsung 0 hingga 24 jam, yang merupakan hal paling penting ketika penanganan
dan perawatan pertama yaitu melakukan evaluasi awal mengenai kondisi umum
pasien, serta memastikan apakah ada sesuatu yang membahayakan jiwanya(Nasri &
Leni 2021).
Berdasarkan hasil analisis peneliti menunjukkan bahwa kemampuan siswa
palang merah remaja dalam memberikan pertolongan pertama cedera olahraga dapat

38
dikategorikan baik dikarenakan siswa sudah memahami dan dapat menerapkan
langsung ilmu yang mereka miliki saat memberikan pertolongan pertama jika terjadi
kecelakaan olahraga saat dilakukannya pertandingan olahraga. Kemampuan yang
mereka miliki sudah mumpuni dan mereka terampil dalam memberikan
pertolongan pertama pada cedera olahraga.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hardyanto and
Nirmalasari 2020) yang menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai penanganan
pertama cedera olahraga dengan metode RICE baik yang berarti mahasiswa UKM
sudah mengerti dan memahami bagaimana tindakan dalam memberikan penanganan
pada cedera olahraga. Pengetahuan responden juga baik dalam penanganan cedera,
dibuktikan dengan pemahaman responden dalam melakukan penekanan ketika
mengalami cedera dengan tujuan untuk mengurangi pergerakan dan mengurangi
pembengkakan sebagai akibat perdarahan yang dihentikan oleh ikatan.
Menurut asumsi peneliti seseorang yang memiliki kemampuan yang baik berarti
memiliki pemahaman yang baik pula. Sedangkan seseorang yang memiliki
kemampuan yang buruk maka pemahaman yang dimiliki buruk pula. Maka dari itu
siswa PMR dalam memberikan pertolongan pertama cedera olahraga harus dibekali
dengan pemahaman yang baik dan luas agar dapat memberikan pertolongan dengan
maksimal dan tidak menyakiti dan memperburuk keadaan korban.

3. Hubungan Pengetahuan Siswa Palang Merah Remaja Dengan Kemampuan


Memberikan Pertolongan Pertama Cedera Olahraga Di SMK Telkom Medan
Berdasarkan hasil dari riset yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan hasil
analisa data ditemukan p value = 0,00 sehingga nilai ɑ = <0,05, serta koefisien
korelasi sebesar 0,68 yang artinya ada dalam tingkat korelasi yang tinggi maka H1
diterima, terdapat hubungan antara pengetahuan siswa palang merah remaja dengan
kemampuan memberikan pertolongan pertama cedera olahraga di SMK Telkom
Medan.
Pengetahuan adalah hasil persepsi manusia atau hasil tahu seseorang tentang

39
objek melalui indranya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya) (Notoatmodjo,
2012).Yang dimaksud dengan tahu disini adalah semakin sering individu ataupun
seseorang mendapatkan informasi maka semakin tinggi pula pengetahuan yang
diperolehnya. Tingginya tingkat pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu faktor usia, tingkat pendidikan, dan sumber informasi. Ariani (2014, dalam
(Fitri, Wulandini, & Sari 2019) mengatakan pada sumber informasi, kemauan
teknologi menyediakan berbagai macam media masa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang informasi baru, seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah, penyuluhan, dan lain-lain. Usia merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan
seseorang sejak lahir sampai berulang tahun. Bila seseorang cukup dewasa, maka
akan memiliki pola pikir yang matang. Usia akan sangat berpengaruh terhadap daya
tangkap, sehingga ilmu yang didapat akan semakin baik. Selain faktor usia, faktor
pendidikan juga mempengaruhi siswa dalam mengembangkan kepribadian dan
keterampilan baik di dalam maupun di luar sekolah. Pendidikan mempengaruhi
proses belajar. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh peneliti
dapat dilihat bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh siswa anggota PMR rata-rata
berpengetahuan baik, yang berarti kemampuan yang mereka miliki juga baik. Mereka
yang aktif dalam kegiatan-kegiatan maupun pelatihan-pelatihan baik yang
diselenggarakan disekolah maupun luar sekolah biasanya akan mempunyai
pengetahuan dan keterampilan yang baik. Dalam kegiatan keolahragaan,
keterampilan serta pengetahuan yang mereka dapatkan baik dengan dibuktikan
dalam memberikan pertolongan pertama pada cedera olahraga mereka sangat
terampil dan kompeten dengan tugasnya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Febrina, Semiarty,
&Abdiana 2017)yang menunjukkan bahwa anggota PMR disana umumnya
mempunyai pengetahuan dan tindakan pertolongan pertama yang baik dan hanya
sebagian kecil yang mempunyai pengetahuan dan pertolongan pertama yang cukup
dan kurang. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena pemberian pendidikan

40
kesehatan yang kurang, pendidikan kesehatan hanya diberikan melalui metode
ceramah saja, tidak diirngi dengan metode diskusi sehingga pengetahuan yang
diperoleh menjadi kurang maksimal.
Menurut sebuah studi oleh Wei, Chen Li, Ma et al (2015 dalam(Ibrahim & Adam
2021)manajemen pertolongan pertama yang dapat mengurangi cedera tambahan dan
meningkatkan prognosis orang yang terluka. Cedera yang dimaksud ialah kerusakan
fisik yang terjadi saat tubuh manusia tiba-tiba saja mengalami penurunan energi
dalam jumlah yang melebihi batas kenormalan toleransi fisiologis atau dampak dari
kurangnya satu atau lebih elemen penting seperti oksigen(Ibrahim & Adam 2021).
Secara fisiologis cedera olahraga terjadi akibat ketidakseimbangan antara beban
kerja dengan kemampuan tubuh dalam melakukan aktivitas olahraga. Umumnya
penyebab cedera olahraga diantaranya kurang pemanasan, melakukan smash yang
salah, terlalu memaksakan kondisi tubuh melampaui ambang batas kemampuan tubuh
sebelum berolahraga terutama saat pertandingan yang menuntut untuk banyak
gerakan yang eksplosif (Widhiyanti, Ariawati, & Bagia 2019). Cedera yang terjadi
ketika beraktivitas olahraga perlu mendapatkan perhatian khusus. Penanganan yang
tepat dan cepat akan membantu memperburuk risiko kejadian cedera lanjutan.
Penanganan medis yang diberikan juga harus disesuaikan dengan kondisi dari cedera
itu sendiri (Sudijandoko, 2000 dalam (Okta & Hartono 2020).
Penelitian lain menunjukkan hal yang yang berbeda yang dilakukan oleh
(Maulidia & Loura, 2019) menyatkan bahwa sebagian anak enggan untuk melakukan
CPR dikarenakan pengalaman yang kurang, tidak percaya diri, dan tidak mau
mengambil risiko jika terjadi sesuatu. Pengetahuan yang dimiliki sebenarnya sduah
cukup, namun mereka tidak mau mengambil risiko karena pengetahuan kognitif saja
tidak cukup untuk menumbuhkan rasa ingin membantu memberikan pertolongan
CPR jika tidak didasari dengan pengalaman dan tingkat percaya diri yang tinggi.
Asumsi dari peneliti bahwa siswa PMR sudah memahami penanganan dan
pemberian pertolongan pertama pada korban untuk mengurangi risiko cedera
kearah yang lebih parah. Pengetahuan yang baik akan berpengaruh terhadap setiap

41
tindakan yang akan dilakukan oleh siswa PMR. Pengetahuan yang baik akan
menciptakan tindakan pertolongan pertama yang baik dan benar.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan siswa palang merah


remaja dengan kemampuan memberikan pertolongan pertama cedera olahraga di
SMK Telkom Medandapat di simpulkan sebagai berikut ini:
1. Sebagian besar pengetahuan siswa palang merah remaja didapatkan hasil sebanyak 29
responden dengan presentase 87,9% termasuk dalam kategori baik, 2 responden
dengan presentase 6,1% dalam kategori cukup dan 2 responden dengan presentase
6,1% dalam kategori kurang baik, dengan jumlah sampel 33 responden.
2. Sebagian besar kemampuan memberikan pertolongan pertama cedera olahraga
didapatkan hasil sebanyak 31 responden dengan presentase 93,9% termasuk dalam
kategori baik, 1 responden dengan presentase 3,0% dalam kategori cukup dan 1
responden dengan presentase 3,0% dalam kategori kurang baik, dengan jumlah
sampel 33 responden.
3. Ada hubungan pengetahuan siswa palang merah remaja dengan kemampuan
memberikan pertolongan pertama cedera olahraga dibuktikan dengan hasil uji statistic
Spearman Rank Rho diketahui p value 0,000 dimana ɑ < 0,05 yang berarti H1
diterima di SMA Negeri Ambulu.

42
B. Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Bagi pelayanan keperawatan khususnya keperawatan gawat darurat dapat digunakan
untuk mengembangkan ilmu keperawatan gawat darurat di sekolah, khususnya untuk
anak PMR agar mereka dapat ahli dalam memberikan pertolongan pertama yang
bersifat darurat.

2. Bagi Instansi Sekolah


Diharapkan pihak sekolah dapat memberikan pelatihan maupun kegiatan kepalang
merahan mengenai pertolongan pertama cedera olahraga kepada siswa palang merah
remaja agar pengetahuan bisa semakin baik.

3. Bagi Remaja/Siswa
Diharapkan siswa palang merah remaja dapat memperluas lagi pengetahuan dengan
mengikuti pelatihan maupun kegiatan yang bersifat kepalangmerahan agar
memperoleh pengetahuan yang baik.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu bahan acuan atau bacaan dalam
melakukan suatu riset kedepannya baik dalam segi metodologi maupun teknik
pengambilan data. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat memberikan
implementasi terkait kejadian cedera olahraga yang terjadi sekolah.

43
DAFTAR PUSTAKA

Endiyono, and Sinta Aprianingsih. 2020. “Pengaruh Pendidikan Kesehatan


Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Terhadap Tingkat Pengetahuan
Anggota Saka Bakti Husada.” Medika Respati : Jurnal Ilmiah Kesehatan 15 (2):
83–92. http://medika.respati.ac.id/index.php/Medika/article/view/178.
Endiyono, and Arum Lutflasari. 2016. “Pendidikan Kesehatan Pertolongan Pertama
Berpengaruh Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Praktek Guru Dalam
Penanganan Cedera Pada Siswa Di Sekolah Dasar.” MEDISAINS: Jurnal Ilmiah
Ilmu-Ilmu Kesehatan 14 (1): 10–17.
Febrina, Vita, Rima Semiarty, and Abdiana Abdiana. 2017. “Hubungan Pengetahuan
Siswa Palang Merah Remaja Dengan Tindakan Pertolongan Pertama Penderita
Sinkop Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Bukittinggi.” Jurnal Kesehatan
Andalas 6 (2): 435. https://doi.org/10.25077/jka.v6.i2.p435-439.2017.
Fitri, Ainil, Putri Wulandini, and Taty Komala Sari. 2019. “Pengetahuan Siswa/I
Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Saat Berolahraga Di Sma
Olahraga Rumbai Pekanbaru Provinsi Riau 2019.” Jurnal Keperawatan Abdurrab
3 (1): 70–77. https://doi.org/10.36341/jka.v3i1.815.
Hardyanto, Jovi, and Novita Nirmalasari. 2020. “Gambaran Tingkat Pengetahuan
Tentang Penanganan Pertama Cedera Olahraga Pada Unit Kegiatan Mahasiswa
(Ukm) Olahraga Di Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.” Jurnal
Kesehatan Mesencephalon 6 (1):48–54.
https://doi.org/10.36053/mesencephalon.v6i1.195.
Ibrahim, Sri A, and Meysin Adam. 2021. “Tingkat Pengetahuan Anggota Palang
Merah Remaja (PMR) Tentang Pertolongan Pertama Pada Cedera.” Jambura
Nursing Journal 3 (1): 23–31. https://doi.org/10.37311/jnj.v3i1.9824.
Islamia, Nuzulia Azizi. 2018. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Latihan Siap
(Drill) Terhadap Perilaku Penanganan Cedera Olahraga Pada Atlet Bela Diri
UKM Universitas Airlangga. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.
Kinanti, Rias Gesang, Ahmad Abdullah, Slamet Raharjo, and Eggy Nur Arfiansyah.
2020. “Peningkatan Manajemen Cedera Olahraga Dengan Konsep Rice Pada
Instruktur Senam Aerobik Kota Pasuruan.” E-Prosiding Hasil Pengabdian
Kepada Masyarakat, no. Hapemas 2:
193–203.
http://conference.um.ac.id/index.php/hapemas/article/view/252.
Kundre, Rina, and Mulyadi. 2018. “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dan Simulasi
Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Pertolongan Pertama Pada SiswaYang
Mengalami Sinkop Di Sma 7 Manado.” Jurnal Keperawatan 6 (2): 9–10.
Listiana, Devi, and Ade Risky Oktarina. 2019. “Pengaruh Pelatihan Balut Bidai
Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Siswa/i Palang Merah Remaja (Pmr) Di
Sma n. 4 Kota Bengkulu 1.” CHMK Nursing Scientific Journal 3 (2).
Maulidia, Rahmawati, and Nining Loura. 2019. “HUBUNGAN TINGKAT
PENGETAHUAN KOGNITIF DENGAN KEMAUAN MELAKUKAN
CARDIOPULMONARY RESUSCITATION ( CPR ) PADA REMAJA DI
SMAN MALANG.” Jurnal Keperawatan Mesencephalon 5 (1): 6–13.

44
Munawaroh, Siti Nadifatul. 2017. Gambaran Tingkat Pengetahuan Anggota Palang
Merah Remaja (PMR) Tentang Tindakan Pertolongan Pertama Pada Cedera
Siswa (Studi Di SMK NU Sunan Ampel Kec. Ponocokusumo Kab. Malang).
Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Najihah, and Rahmawati Ramli. 2019. “Pendidikan Kesehatan Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan Meningkatkan Pengetahuan Anggota PMR Tentang Penanganan
Fraktur.” Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 10 (2): 151–
54. http://forikes-ejournal.com/index.php/SF.
Nasri, and Ari Septi Mei Leni. 2021. “Pengetahuan Siswa Ekstrakurikuler SMA
Sederajat Kota Surakarta Tentang Pencegahan, Perawatan, Dan Pertolongan
Pertama Cedera Olahraga.” Jurnal Menssana 6 (1): 1–11.
Notoadtmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatdmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurlaela, Emi, and Asri Nurul Mamluaty. 2020. “Peningkatan Pengetahuan
Mengenai Pertolongan Pertama Pada Perdarahan Akibat Luka Cidera Pada Siswa
Sekolah Dasar Muhammadiyah Bligo Kabupaten Pekalongan.” URECOL
(University Research Colloquium) 2020, 232–36.
Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Praktis.
Jakarta: Salemba Medika.
Okta, Ruchy Pharamanandya, and Soetanto Hartono. 2020. “Tingkat Pengetahuan
Penanganan Cedera Olahraga Pada Mahasiswa.” Jurnal Kesehatan Olahraga 8
(2): 101–8.
Potter, Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, Dan
Praktik. Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC.
Priyatno, Tatok, and M Pudia Indika. 2019. “Tinjauan Tingkat Pengetahuan Pelatih Tentang
Pertolongan Pertama Cedera Olahraga Di PPLP Sumatera Barat.” Jurnal Stamina 2
(September): 1–9.
Riskedas, Tim. 2018. Laporan Provinsi Jawa Timur Riskesdas 2018. Kementerian
Kesehatan
RI.
https://drive.google.com/drive/folders/1XYHFQuKucZIwmCADX5ff1aDhfJgqz I-
l%0A(di akses 20 Oktober 2020).
Setiadi. 2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu. Simatupang, Nurhayati. 2016. “Pengetahuan Cedera Olahraga Pada
Mahasiswa
Fakultas Ilmu Keolahrgaan UNIMED.” Jurnal Pedagogik Keolahragaan 02 (01):
31–42.
Siyoto, Sandu. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media
Publishing.
Suparman. 2018. Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Peran Perawat Sebagai
Pelaksana Tindakan Code Blue Pada Pasien Gawat Darurat Di Ruang
Perawatan Intensif Rumah Sakit Paru Jember. Skripsi. Jember: Universitas
Muhammadiyah Jember.
Suswitha, Dessy, and Dewi Rury Arindari. 2020. “Pengaruh Simulasi First Aid

45
Kegawatdaruratan Kecelakaan Terhadap Pengetahuan Penanganan Fraktur.”
Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan 12 (1): 97–109.
Tim Riskesdas. 2018. “Laporan Nasional Riskesdas 2018.” Badan Penelitian Dan
PengembanganKesehatan.
http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/Lapora
n_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf.
Widhiyanti, Tri, Ariawati, and Bagia. 2019. “Analisa Penanganan Pertama Cedera
Olahraga Pada Tim Atlet Bola Voli Putra IKIP PGRI Bali.” Jurnal Pendidikan
Kesehatan Rekreasi 5 (1): 39–43.
Wijaya, I Made Kusuma, Dewi Sri Wahyuni, Hendra Setiawan, and Kurnia Widiastuti
Giri. 2019. “Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Cedera Olahraga Bagi Siswa
Dan Guru Sekolah Dasar.” Prosiding SENADIMAS Ke-4, 488–95.

46

Anda mungkin juga menyukai