Anda di halaman 1dari 41

KODE / NAMA RUMPUN ILMU : / Keperawatan

PROPOSAL
PENELITIAN MANDIRI

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANGGOTA PALANG MERAH REMAJA


DENGAN KEMAMPUAN MEMBERIKAN PERTOLONGAN
PERTAMA TRAUMA (CEDERA OLAHRAGA)
DI SMK TELKOM MEDAN

OLEH :
Marlisa, S.Kep., Ns., M.Kep NIDN : 4009017103
Lestari, S.Kep., Ners., M.Kep NIDN : 4029088001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Pengetahuan Anggota Palang Merah Remaja


Dengan Kemampuan Memberikan Pertolongan Pertama Trauma (Cedera
Olahraga) Di SMK Telkom Medan.
1. Peneliti Utama
a. Nama Lengkap : Marlisa, S.Kep., Ns., M.Kep
b. NIP : 197101091993032002
c. NIDN : 4009017103
d. Jabatan : Lektor Kepala , IV/a
e. Program Studi : DIII Keperawatan
f. No.HP : 081397241981
g. Alamat Email : marlisanurse@gmail.com
2. Anggota Peneliti (1) :
a. Nama Lengkap : Lestari, S.Kep., Ners., M.Kep
b. NIDN : 4029088001
c. Program Studi : Keperawatan
3. Mahasiswa (1) :
a. Nama Lengkap : Angelika Sianipar
b. NIM : P07520219004
c. Program Studi : DIII Keperawatan
4. Perguruan Tinggi : Poltekkes Kemenkes Medan
a. Tahun Pelaksanaan : 2023
b. Biaya Penelitian : Rp. 2. 230. 000,-

Mengetahui
Medan, 03 Oktober 2022
Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Tim Pengabdi
Politeknik Kesehatan Medan

Suriani Br. Ginting, S.Kep, Ns, M.Kep Marlisa S,Kep., Ns, M.Kep
NIDN : 4021106802 NIDN : 4009017103

Mengesahkan
Kapus Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat

Dr. Jhonson P Sihombing, Mse, Apt


NIDN: 4030016901

i
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

Judul : Hubungan Pengetahuan Anggota Palang Merah


Remaja Dengan Kemampuan Memberikan Pertolongan Pertama Trauma
(Cedera Olahraga) Di SMK Telkom Medan.

1. Tim Peneliti :
No Nama Jabatan Bidang Instansi Alokasi
Keahlian asal waktu
(jam/minggu)
1. Marlisa, Ketua Keperawatan Polkesmed 4jam/minggu
S.Kep.,
Ns.,
M.,Kep
2. Lestari, Anggota 1 Keperawatan Polkesmed 4jam/minggu
S.Kep.,
Ners.,
M.Kep
5. Angelika Mahasiswa Keperawatan Polkesmed 4jam/minggu
Sinaipar

2. Objek Penelitian (jenis material yang akan diteliti dan segi penelitian) :
Anggota Palang Merah Remaja di SMK Telkom Medan.
3. Masa Pelaksanan
Mulai bulan : Januari 2023
Berakhir bulan : Juli 2023
4. Usulan Biaya Penelitian
Tahun ke-1 : Rp. 2. 230 . 000,-
5. Lokasi penelitian (lab/studio/lapangan) : di SMK Telkom Medan

ii
6. Temuan yang ditargetkan (penjelasan gejala atau kaidah, metode, teori,
atau rekayasa) : leaflet
Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu (uraikan tidak lebih dari 50 kata,
tekankan pada gagasan fundamental dan orisinal yang akan mendukung
pengembangan Iptek) : pada bidang keperawatan untuk mengetahui Hubungan
Pengetahuan Anggota Palang Merah Remaja Dengan Kemampuan Memberikan
Pertolongan Pertama Trauma (Cedera Olahraga) Di SMK Telkom Medan.
7. Jurnal Ilmiah yang menjadi sasaran (tuliskan nama terbitan berkala ilmiah
Internasional bereputasi, Nasional terakreditasi, atau Nasional tidak terakreditasi
dan tahun rencana publikasi) : Jurnal Internasional ; Health Notions tahun 2023
8. Rencana luaran HKI, Buku, purwarupa atau luaran lainnya yang
ditargetkan, tahun rencana perolehan atau penyusaiannya) : HKI tahun 2023

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan Rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan Anggota Palang Merah
Remaja Dengan Kemampuan Memberikan Pertolongan Pertama Trauma
(Cedera Olahraga) Di SMK Telkom Medan.”
Dalam Penyususnan penelitian ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dukungan dan arahan dari berbagai pihak. Penulis juga mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu R.R. Sri Arini Winarti Rinawati, SKM., M.Kep selaku Direktur
Politeknik Kesehatan Kemenkes medan
2. Ibu Suriani Ginting, S.ST., S.Pd., S.Kep., Ns., M.Kep selaku ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan penelitian ini banyak


kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi, penulisan mamupun
tata bahasanya. Maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran
dan kritik serta memasukkan dari semua pihak demi kesempurnaan penelitian ini.
Harapan penulis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan
pengembangan profesi.

Medan, Januari 2023


Penulis

iv
RINGKASAN

Latar Belakang: Cedera ialah rusaknya jaringan fisik pada tubuh manusia yang
terjadi secara tiba-tiba dan terjadi penurunan energi yang signifikan yang
disebabkan oleh kurangnya satu atau lebih elemen penting seperti oksigen (World
Health Organization, 2014). Cedera adalah salah satu penyebab kematian bahkan
kecacatan di Amerika Serikat, kebanyakan cedera terjadi pada anak-anak, 70%
kematian cedera terjadi pada usia sekolah dengan umur 5-19 tahun. Sekitar 10 %
sampai 25% cedera terjadi pada anak saat mereka berada di sekolah (Agbo dkk,
2015). Tujuan: untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan anggota Palang
Merah Remaja (PMR) dengan kemampuan memberikan pertolongan pertama
trauma (cedera olahraga) di SMK Telkom Medan. Metode: Penelitian ini
menggunakan metode jenis Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah bersifat korelasional (hubungan atau asosiasi) yaitu dengan mengkaji
hubungan antar variabel, dengan pendekatan potong lintang (cross sectional)
artinya pengukuran variabel hanya dilakukan satu kali pada satu saat.

Kata Kunci: Pengetahuan, Kemampuan, Cedera Olahraga

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM ii
KATA PENGANTAR iv
RINGKASAN v
DAFTAR ISI vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Manfaat Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1. Cedera 8
2.2 PERTOLONGAN PERTAMA 15
2.4 Pengetahuan 20
BAB III METODE PENELITIAN 25
3.1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 25
3.2. Analisa dan Penyajian Data 25
BAB IV LUARAN DAN TARGET CAPAIAN 29
4.1 Luaran 29
4.2. Target Capaian 29
BAB V BIAYA DAN RENCANA KEGIATAN 30
5.1. Biaya Kegiatan 30
B. Rencana Kegiatan 30
DAFTAR PUSTAKA 32

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cedera ialah rusaknya jaringan fisik pada tubuh manusia yang terjadi
secara tiba-tiba dan terjadi penurunan energi yang signifikan yang
disebabkan oleh kurangnya satu atau lebih elemen penting seperti oksigen
(World Health Organization, 2014).
Cedera adalah salah satu penyebab kematian bahkan kecacatan di
Amerika Serikat, kebanyakan cedera terjadi pada anak-anak, 70%
kematian cedera terjadi pada usia sekolah dengan umur 5-19 tahun. Sekitar
10 % sampai 25% cedera terjadi pada anak saat mereka berada di sekolah
(Agbo dkk, 2015). Cedera atau trauma merupakan kejadian/peristiwa yang
sudah terjadi yang mengenai jaringan tubuh secara tiba-tiba (Khadavi dkk,
2019).
Berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2020,
menyatakan bahwa cedera yang terjadi dapat mengakibatkan kematian
dan juga kecacatan paling banyak disebabkan oleh cedera yang tidak
disengaja di antara anak remaja. Sebanyak 72% jumlah kematian pada
anak remaja pada usia 10 tahun sampai dengan 24 tahun sering terjadi
cedera yang disebabkan oleh 4 penyebab yaitu kecelakan lalu lintas
(30%), Cedera yang tidak disengaja (15%), Pembunuhan (15%), dan
bunuh diri (12%). Namun, 1 juta lebih yang mengalami cedera serius
berhubungan dengan olahraga yang ada di sekolah setiap tahunnya di
antara anak remaja dengan perkiraan usia 10 sampai dengan 17 tahun
(Ohio Disability Health Program, 2020).
Berdasarkan data di Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) tahun
2018 Amerika Serikat mengatakan tingginya jumlah cedera olahraga yang
terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak. Terdapat 1,5 juta pertahun
pada orang dewasa, setengahnya merupakan cedera serius, Untuk anak dan
remaja jumlahnya lebih tinggi denga 3 juta pertahun. Jumlah terjadinya

1
cedera antara pria dan wanita sama, tetapi olahraga kontak lebih tinggi dua
kali lipat daripada olahraga non kontak. Lutut merupakan bagian tubuh
yang sering cedera ( RSON, 2018).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 di Indonesia terjadi
peningkatan populasi cedera, di tahun 2013 kasus cedera sebanyak 8,2%
sedangkan tahun 2018 kasus cedera sebanyak 1.017.290 orang atau sekitar
9,2%. Tempat terjadinya cedera di Sumatera Utara terdapat di sekolah dan
lingkungannya yaitu 6,5%, jalan raya 27,3%, di rumah dan lingkungannya
51,7%, di tempat kerja 9,8%, dan lainnya 5,6% (Riskesdas, 2018).
Proporsi jenis cedera yang terjadi si Sumatera Utara yaitu luka
lecet/memar 63,1%, luka iris/robek/tusuk 23,9%, terkilir 33,5%, patah
tulang 3,7%, anggota tubuh terputus 0,6% (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan hasil penelitian pada atlet sepak bola Pusat Pendidikan
Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara menunjukkan hasil jenis cedera
yang dialami yaitu cedera terbuka sebanyak 16 orang (94,1%), cedera
tertutup 13 orang (76,5%), cedera ringan sebanyak 17 orang (100%),
cedera berat sebanyak 14 orang (82,4%). Lokasi cedera yang terjadi yaitu
pada paha sebanyak 16 orang (94,1%), pada lutut sebanyak 14 orang
(82,4%), pada badan sebanyak 12 orang (70,6%), pada lengan sebanyak 11
orang (64,7%), pada tangan sebanyak 9 orang (52,9%), pada tumit
sebanyak 8 orang (47,1%), pada pinggang sebanyak 8 orang (47,1%), pada
kepala sebanyak 6 orang (35,3%), pada telapak kaki sebanyak 5 orang
(29,4%), dan cedera pada leher sebanyak 3 orang (17,6%) (Nurhayati,
2019).
Berdasarkan hasil penelitian pada olahraga basket di Club Junior
Medan Labuhan menunjukkan bahwa jenis cedera yang paling sering
terjadi yaitu cedera lutut sebanyak 21 kasus (100%), cedera bahu sebanyak
20 kasus (95,2%), cedera hamstring sebanyak 18 kasus (85,7%), cedera
pergelangan tangan sebanyak 13 kasus (61,9%), cedera siku sebanyak
(57,1%), cedera pinggul 8 kasus (38,1%), cedera jari-jari tangan sebanyak
6 kasus (28,6%), cedera tumit sebanyak 5 kasus (23,8%) (Miftahul, 2017).

2
Ada tiga bagian tubuh yang terkena cedera terbanyak yaitu
ekstremitas bawah (67,9%), ekstremitas atas (32,7%) dan kepala (11,9%).
Tempat-tempat terjadinya cedera seperti rumah dan lingkungannya sebesar
(44,7%), jalan raya sebesar (31,4%), tempat bekerja sebesar (9,1%),
lainnya (8,3%), dan sekolah (6,5%) (Kementerian Kesehatan RI,2018).
Ada juga terdapat hasil dari Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018
menyatakan bahwa kecacatan fisik permanen yang disebabkan oleh cedera
adalah tidak berfungsinya panca indera sebesar (0,5%), kehilangan
sebagian anggota tubuh (0,6%), dan bekas luka permanen mengganggu
kenyamanan sebesar (9,2%) (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Palang Merah Remaja (PMR) merupakan organisasi yang berperan
sangat penting dikarenakan Palang Merah Remaja adalah satu-satunya
petugas kesehatan di sekolah (Athorid, 2016).
Palang Merah Remaja adalah suatu organisasi yang melakukan
kegiatan diluar jam sekolah, kegiatan Palang Merah Remaja bertujuan
untuk membangun sifat yang bertanggungjawab dan peduli dengan sosial
dan lingkungan sekitar, Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan
telah dilatih di organisasi Palang Merah Remaja (Maghfiroh, 2019).
Seluruh anggota Palang Merah Remaja (PMR) harus mengetahui
tentang pengetahuan dasar pertolongan pertama, anatomi fisiologi,
evaluasi pasien, cedera, fraktur, luka bakar, sakit yang tiba-tiba dan juga
peran Palang Merah Remaja dalam melakukan tindakan pertolongan
pertama (Ibrahim dkk, 2021).
Pertolongan pertama cedera olahraga adalah suatu kemampuan yang
harus dipahami oleh seorang olahragawan termasuk atlet untuk
meminimalkan kesalahan dalam penanganan dan juga perawatan yang
mengakibatkan cedera lebih fatal (Abou, 2016). Dan juga, cedera terjadi
pada saat olahraga dimulai atau selama olahraga berlangsung. Cedera
terjadi karena disebabkan oleh kegiatan pemanasan yang salah, kurangnya
pergerakan, dan juga kelelahan (Listiyanto et al., 2016).

3
Pertolongan Pertama pada kecelakaan (First Aid) merupakan usaha
memberikan penanganan sementara kepada orang yang mengalami
kecelakaan sebelum mendapatkan penanganan dari dokter atau tenaga
medis lainnya, Pertolongan yang diberikan bukan penanganan yang
sempurna, namun hanya pertolongan sementara yang dilakukan oleh
petugas pertolongan pertama (Cecep, 2015).
Pertolongan pertama adalah suatu tindakan bantuan yang diberikan
pada seseorang yang mengalami kecelakaan atau cedera (Susilowati,
2015). Jika cedera terjadi di lingkungan sekolah maka orang yang pertama
kali melihat adalah warga sekolah salah satunya anggota Palang Merah
Remaja (PMR). Pertolongan pertama bisa dilakukan oleh siapa saja dan
kondisi apapun (Zideman dkk, 2015). Seseorang yang mengalami cedera
sangat membutuhkan bantuan pertolongan pertama dengan cepat dan tepat
untuk mengurangi resiko terjadinya kecacatan dan kematian, oleh karena
itu sangat membutuhkan pengetahuan dasar kepada warga sekolah yang
salah satunya adalah anggota Palang Merah Remaja (PMR). Pengetahuan
dasar yang kurang bisa mengakibatkan kesalahan dalam memberikan
pertolongan pertama (Ibrahim dkk, 2021).
Mempunyai pengetahuan tentang pertolongan pertama diantara siswa
yang ada di sekolah sangatlah penting karena bisa membantu orang lain
jika mengalami cedera di lingkungan sekolah (Kalaiyasaran, 2015).
Pertolongan pertama yang tidak tepat contohnya luka yang dirawat dengan
kurang baik, maka dapat mengkibatkan luka semakin parah dan juga dapat
mengakibatkan infeksi pada luka dan menyebar ke seluruh tubuh
(Wirakhmi, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Prevalensi pengetahuan
tentang pencegahan dan penanganan cedera olahraga pada atlet putri di
Malaysia”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif
terdapat 103 responden yang dipilih menggunakan purposive sampling.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner melalui formulir google, hasil
penelitian menunjukkan 82,5% responden memiliki pengetahuan dan sikap

4
yang baik terhadap pencegahan dan penanganan cedera olahraga (Nurul
dkk, 2022).
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Preverensi pengetahuan
dan pelatihan pertolongan pertama standar di kalangan mahasiswa di Hong
Kong” yang menggunakan metode cross sectional dengan menggunakan
kuesiner online terstruktur yang mencakup data demografis membantu
penilaian pengetahuan dan sikap. Hasil penelitian dari 385 responden
menunjukkan proporsi pengetahuan baik tentang pertolongan pertama
standar adalah 15,2% dan sikap yang baik terhadap pertolongan pertama
adalah 71,3% (Sze Nok Ng dkk, 2021).
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Pengetahuan siswa/i
tentang pertolongan pertama pada kecelakaan saat berolahraga di SMA
Olahraga Rumbai Pekanbaru Provinsi Riau 2019” penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif,
populasi pada penelitian ini sebanyak 80 siswa/i dan menggunakan tehnik
total sampling yaitu semua populasi dijadikan sampel. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat 69 orang (86,25%) yang memiliki pengetahuan
baik, terdapat 10 orang (12,5%) yang memiliki pengetahuan cukup, dan
terdapat 1 orang (1,25%) yang memiliki pengetahuan kurang (Putri dkk,
2019).
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan
Anggota Palang Merah Remaja (PMR) Tentang Pertolongan Pertama Pada
Cedera” yang menggunakan metode penelitian deskriptif menunjukkan
hasil tingkat pengetahuan anggota palang merah remaja tentang
pertolongan pertama pada cedera. Dari 94 responden, terdapat 39
responden (41,5%) yang memiliki pengetahuan baik, 48 reponden (51,1%)
yang memiliki pengetahuan cukup, dan 7 responden (7,45) yang memiliki
pengetahuan kurang (Ibrahim dkk, 2021).
Berdasarkan penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Siswa
Palang Merah Remaja Dengan Kemampuan Memberikan Pertolongan
Pertama Cedera Olahraga Di SMA Negeri Ambulu” yang menggunakan

5
metode penelitian yaitu desain korelasi dengan pendekatan cross sectional
menunjukkan adanya hubungan pengetahuan siswa Palang Merah Remaja
dengan kemampuan memberikan pertolongan pertama cedera olahraga di
SMA Negeri Ambulu. Dari 33 responden terdapat 29 orang (87,9%) yang
mempunyai pengetahuan baik, 2 orang (6,1%) yang mempunyai
pengetahuan cukup, dan 2 orang (6,1%) yang mempunyai pengetahuan
kurang. Sedangkan kemampuan memberikan pertolongan pertama cedera
olahraga sebanyak 31 orang (93,9%) dalam kategori baik, 1 orang (3%)
dalam kategori cukup, 1 orang (3%) dalam kategori kurang (Trisya, 2022).
Pengetahuan dan juga keterampilan siswa merupakan hal yang sangat
penting dalam melakukan pencegahan serta perawatan cedera dan juga
pertolongan pertama cedera olahraga dalam kegiatan ekstrakurikuler yang
dapat mengurangi dan mencegah terjadinya cedera pada siswa (Afandi
dkk, 2019).
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada ketua Palang Merah
Remaja menunjukkan bahwa terdapat 38 orang yang mengikuti
organisasai Palang Merah Remaja yang berasal dari kelas X dan XI.
Akibat dari virus Covid-19 mengakibatkan kegiatan organisasi Palang
Merah Remaja di SMK Telkom Medan menjadi terhambat dan
organisasinya aktif kembali pada tahun 2021. Kegiatan pelatihan
organisasi Palang Merah Remaja berjalan dengan baik dengan materi
seperti : Pertolongan pertama, cek golongan darah, leadership, sejarah
Palang Merah Indonesia, penanganan cedera, dan lain-lain.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
strudi pedelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Anggota Palang
Merah Remaja (PMR) Dengan Kemampuan Memberikan Pertolongan
Pertama Trauma (Cedera Olahraga) di SMK Telkom Medan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat
dirumuskan pertanyaan “Apakah ada hubungan pengetahuan anggota

6
Palang Merah Remaja (PMR) dengan kemampuan memberikan
pertolongan pertama trauma (cedera olahraga) di SMK Telkom Medan?“

1.3 Manfaat Penelitian


1.3.1 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan kepada anggota Palang Merah Remaja untuk
meningkatkan kemampuan dalam memberikan pertolongan pertama.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber data dan sumber informasi untuk Politeknik Kesehatan Kemenkes
Medan yang dapat dijadikan dokumentasi ilmiah
1.3.3 Bagi Peneliti selanjutnya
Sebagai referensi dan acuan bagi peneliti selanjut untuk menambah wawasan dan
pengetahuan sehingga hasil dari penelitian selanjutnya akan semakin baik.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Cedera
2.1.1 Pengertian Cedera
Cedera olahraga merupakan suatu keadaan yang mengakibatkan kerusakan pada
jaringan yang diikuti dengan gangguan fungsi yang muncul karena adanya trauma
fisik secara langsung dari kegiatan olahraga yang bersifat ringan (tanpa
prtolongan medis) dan juga yang bersifat berat. Cedera olahraga yaitu cedera yang
diakibatkan oleh adanya trauma akut atau stres yang berulang pada otot dan sendi
yang berhubungan dengan olahraga (Yusni, 2019).
Cedera olahraga (sport injury) adalah segala macam cedera yang muncul, ketika
sedang latihan ataupun pada saat berolahraga (perlombaan) atau juga sesudahnya,
dan tulang, otot, tendon, dan juga ligamentum. Olahraga bertujuan agar
menyehatkan tubuh, dan memberikan kebugaran jasmani saat melakukannya
dengan cara-cara yang benar dan tepat (Kemang, 2018).

2.1.2 Penyebab Terjadinya Cedera Olahraga


Terdapat beberapa faktor yang menyebkan terjadinya cedera yaitu:
1) Faktor Olahragawan/olahragawati
a. Umur
Umur sangat mempengaruhi kekuatan dan struktur jaringan tubuh. Contohnya
pada saat berusia 30-40 tahun kekuatan otot akan menurun.
b. Faktor Pribadi
Kematangan seorang olahraga cenderung lebih mudah dan lebih sering mengalami
cedera dibandingkan dengan olahragawan yang berpengalaman.
c. Pengalaman
Seorang olahraga pemula cenderung lebih mudah dan lebih sering mengalami
cedera dibandingkan dengan olahragawan yang berpengalaman.
d. Tingkat Latihan

8
Peran penting latihan yaitu pemberian awal dasar latihan fisik untuk mencegah
terjadinya cedera, namun jika latihan yang berlebihan juga dapat mengakibatkan
cedera karena “over use”.
e. Teknik
Penting untuk melakukan tehnik yang benar untuk menghindari terjadinya cedera.
Dalam melakukan tehnik yang salah maka akan menyebabkan cedera.
f. Kemampuan Awal (warming up)
Pemanasan sangat penting dilakukan sebelum olahraga karena pemanasan dapat
mencegah terjadinya cedera yang tidak diinginkan.
g. Recovery Period
Setelah bermain atau berolahraga perlu memberi waktu istirahat pada organ-organ
tubuh termasuk sistem muskuloskeletal untuk recovery (pulih awal) sampai
kondisi organ-organ itu menjadi prima lagi, sehingga kemungkinan terjadinya
cedera dapat dihindari.
h. Kondisi Tubuh Yang “fit”
Kondisi yang kurang sehat jangan dipaksakan untuk berolahraga, karena kondisi
tersebut dapat mempengaruhi kondisi jaringan tubuh sehingga dapat mempercepat
atau mempermudah terjadinya cedera.
i. Keseimbangan Nutrisi
Keseimbangan nutrisi baik dapat berupa kalori, cairan, vitamin yang cukup, untuk
kebutuhan tubuh yang sehat.
j. Hal-hal Yang Umum
Menghindari minuman yang beralkohol, tidak merokok, tidur dan istirahat yang
cukup, dan lain-lain.

2) Faktor Peralatan Dan Fasilitas


a. Peralatan: Jika peralatan yang digunakan kurang atau tidak memadai, desain
yang jelek dan kurang baik akan mudah terjadinya cedera.
b. Fasilitas: Kemungkinan alat-alat proteksi badan, jenis olahraga yang bersifat
body contact, serta jenis olahraga yang khusus tidak memadai untuk keamanan.

9
3) Faktor Karakter Dari Pada Olahraga Tersebut
Banyaknya cabang-cabang olahraga yang mempunyai tujuan masing-masing.
Misalnya pada olahraga yang kompetitif yang sering mengundang cedera olahraga
(Pinton, 2017).

2.1.3. Klasifikasi Cedera Olahraga


Secara umum cedera olahraga dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1) Cedera Ringan (Cedera tingkat 1)
Untuk cedera ringan ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius, tetapi
dapat menggangu penampilan. Miaslnya : lecet, memar, sprain yang ringan.
2) Cedera Sedang (Cedera tingkat 2)
Cedera pada tingkat ini mengalami kerusakan jaringan yang lebih nyata dan
berpengaruh pada performa penderita. Keluhan pada cedera sedang biasanya
seperti: nyeri, bengkak, gangguan fungsi (tanda-tanda inflamasi) misalnya : lebar
otot, strain otot, tendon-tendon, robeknya ligamen (sprain grade II)
3) Cedera Berat (Cedera tingkat 3)
Cedera pada tingkat ini penderita memerlukan penanganan yang intensif, istirahat
total, dan mungkin memerlukan tindakan pembedahan jika terdapat robekan
lengkap atau hampir lengkap ligamen (sprain grade III dan IV atau fraktur) atau
fraktur tulang.
4) Strain dan Sprain
Strain dan sprain ialah kondisi/keadaan yang biasa ditemukan pada cedera
olahraga. Strain merupakan cedera yang menyangkut otot atau tendon. Strain
dibedakan menjadi 3 tingkat yaitu :
a. Tingkat 1 (ringan)
Pada tingkat ini mengalami sedikit pembengkakan dan rasa nyeri, dimana cedera
mengenai beberapa serabut otot, tendon dan ligamen dan cedera ini tidak
memerlukan pengobatan khusus.
b. Tingkat 2 (sedang)
Pada tingkat ini terjadi robekan atau kerusakan pada otot atau tendon, sehingga
dapat mengakibatkan kekuatan berkurang.

10
c. Tingkat 3 (berat)
Strain pada tingkat berat sudah terjadi robekan/putusnya otot atau tendon yang
lebih hebat sampai kolplit, untuk strain tingkat 3 (berat) memerlukan tindakan
bedah sampai fisioterapi dan rehabilitasi (Ari, 2021)
d. Sprain merupakan cedera yang menyangkut cedera ligamen. Sprain
dibedakan menjadi 4 tingkat yaitu :
1. Tingkat 1 (ringan)
Cedera pada tingkat ini mengalami robekan pada serat ligamen yang
menimbulkan hematom kecil di dalam ligamen dan tidak mengalami gangguan
fungsi.
2. Tingkat 2 (sedang)
Cedera pada tingkat ini mengalami robekan yang lebih luas, tetapo 50% masih
baik. Pada tingkat ini sudah terjadi gangguan fungsi, jadi harus dilakukan
tindakan proteksi untuk memberi kesembuhan. Imobilitas memerlukan 6-10
minggu agar benar-benar aman dan mungkin membutuhkan waktu 4 bulan.
3. Tingkat 3 (berat)
Cedera pada tingkat ini mengalami robekan total atau terlepasnya ligamen dari
tempat lekatnya dan terjadi gangguan fungsi total.
4. Tingkat 4 (Sprain Fractur)
Cedera pada tingkat ini terjadi akibat ligamentnya robek dari tempat lekatnya pada
tulang dan diikuti lepasnya sebagian tulang tersebut (Pinton, 2017).

2.1.3 Cedera Yang Sering Terjadi Saat Melakukan Olahraga Dan


Penanganannya
Adapun jenis-jenis cedera yang sering terjadi saat melakukan olahraga, yaitu:
1) Cedera Kulit
a. Luka Lecet
Luka lecet sering terjadi karena disebabkan oleh pergesekan dengan benda keras
yang mengakibatkan rusaknya struktur jaringan kulit.
b. Luka Robek

11
Luka robek sering terjadi karena kecelakaan saat melakukan olahraga yang
berhubungan dengan kontak fisik dan biasanya terjadi perdarahan.
Penanganan untuk membuat perdarahan berhenti, yaitu :
1. Naikkan posisi bagian luka menjadi lebih tinggi dari badan.
2. Melakukan tekanan pada bagian luka
3. Menutup luka dengan balut tekan
4. Mengobati lukanya dengan cara : Membersihkan luka dengan menggunakan
air, lalu menutup luka dengan kassa steril, selanjutnya bawa penderita ke klinik
agar mendapatkan perawatan lebih lanjut.
c. Luka Lepuh
Pada luka ini sering terjadi karena diakibatkan oleh gesekan pada kulit dengan
benda keras yang mengakibatkan kulit melepuh.
Penanganan untuk mengobati luka, yaitu :
1. Membersikan luka lepuh, lalu menutup luka dengan plester lebar dan jangan
pecahkan lepuh pada luka.
2. Jika lepuh pada luka telah pecah, selanjutnya luka dibersihkan dan berikan
cairan antiseptik, lalu menutup luka dengan kassa steril dan balut.

2) Cedera Otot Dan Tendon


a. Kejang Otot
Kejang otot terjadi jika otot tanpa sengaja mengalami kontraksi dan menimbulkan
rasa nyeri.
Penanganannya yaitu: Dengan melakukan peregangan dan pijat (massage) ringan
b. Nyeri otot setelah melakukan aktivitas
Nyeri otot biasanya terjadi setelah beberapa jam melakukan olahraga atau
aktivitas.
Penanganannya, yaitu:
1. Aktivitas yang berat dilakukan dengan bertahap
2. Jika telah merasa nyeri berkurang latihan dilanjutkan dengan latihan yang
sudah di ubah.

12
3. Lakukan pijatan dengan pelan-pelan dan berikan penghangat pada otor yang
nyeri
c. Memar (Hematoma)
Cedera yang mengakibatkan perdarahan pada otot yang disebabkan oleh benturan
benda keras dan biasanya terdapat memar pada kulit.
Penanganannya yaitu: Memberikan es dan menempelkannya pada kulit yang
memar agar pembengkakan pada luka berkurang. Selanjutnya setelah 3 hari,
lakukan kompres hangat yang bertujuan agar mempercepat proses penyembuhan
bekuan darah.
d. Otot Robek (Strain)
Pada cedera ini terjadi pada bagian otot dan tendon yang menyebabkan
perdarahan dan kehilangan kekuatan. Otot robek (strain) dapat disebabkan karena
terlalu memaksakan otot melebihi kemampuannya, melakukan gerakan dengan
asal-asalan, dan melakukan pemanasan dengan tidak benar dan tidak cukup.
Tindakan penanganan yang dilakukan pada otot robek:
1. Istirahat yang cukup
2. Melakukan kompres es pada bagian cedera
3. Memberikan balutan pada bagian yang cedera

3) Cedera Ligamen/Sendi
Pada cedera ini diakibatkan karena terlalu memaksakan sendi bergerak melebihi
kemampuannya. Robekan yang terjadi pada ligament juga dapat mengakibatkan
perdarahan yang mengenai ke jaringan sekitarnya dan tempak seperti memar.
Pada cedera ligamen saat olahraga biasanya paling sering terkena pada bagian
tumit, lutut, siku, pergelangan tangan dan bahu.
a. Sprain
Cedera sprain terjadi pada ligamen yang mana dua otot bergerak melebihi batas
gerak normal. Hal tersebut mengakibatkan pembengkakan.
Tindakan pertolongan yang diberikan : melakukan kompres es pada bagian yang
cedera dengan segera selama 15 menit lakukan berulang setiap 4 jam sampai

13
dengan 24 jam, lalu setelah itu , lakukan kompres panas. Jika bengkak sudah
menghilang dapat melakukan olahraga kembali.
b. Dislokasi (Cerai sendi)
Dislokasi terjadi karena pergeseran sendi yang mengakibatkan sendi tidah
berhadapan lagi.
Penanganan di yang dilakukan :
1. Istirahatkan sendi yang mengalami cedera dan berikan kompres es
2. Bawa ke rumah sakit
3. Batasi pergerakan pada bagian yang cedera sekitar 1-6 minggu
4. Dislokasi sering terjadi pada bagian bahu dan lutut dan sering terjadi berulang
kali karena penanganan yang di berikan kurang tepat.

4) Cedera Patah Tulang (Fraktur)


Patah tulang merupakan suatu kondisi yang mengalami tulang retak atau patah
yang dapat dibuktikan dengan melakukan pemeriksaan rontgen. Gejala yang
biasanya terjadi seperti : terjadi pembengkakan dan terdapat memar, bagian yang
patah tidak dapat digerakkan, terdapan nyeri tekan pada bagian yang patah, terjadi
perubahan bentuk (deformitas).
Ada 2 jenis patah tulang, yaitu :
1. Patah tulang terbuka : adanya kerusakan pada kulit, terlihat adanya penonjolan
yang keluar pada ujung tulang yang dapat mengakibatkan infeksi.
2. Patah tulang tertutup : tidak ada kerusakan pada kulit, namun patah tulang
tertutup biasanya terjadi pada bagian : clavicula (Tulang selangka), humerus
(lengan atas), radius dan ulna (lengan bawah), carpalia (pergelangan tangan),
costae (iga/rusuk), femur (tulang paha), patella (tempurung lutut), tibia dan fibula.
Penanganan awal pada patah tulang (fraktur)
a) Membersihkan luka dan menghentikan perdarahan
b) Tutup luka menggunakan kassa steril agar dapat mencegah infeksi
c) Lakukan pembidaian pada bagian yang patah dan batasi pergerakan.
d) Berikan penanganan cedera dengan metode RICE (Rest Ice Compression dan
Elevation)

14
e) Segera bawa ke rumah sakit. (Kemang, 2018).

15
2.2 PERTOLONGAN PERTAMA
2.2.1 Pengertian Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama adalah suatu tindakan memberikan pertolongan segera
kepada seseorang yang merasakan sakit atau cedera/kecelakaan dan memerlukan
penanganan medis dasar (Novita, 2018).
Pertolongan pertama yaitu memberikan bantuan atau penanganan awal kepada
orang yang sakit atau seseorang yang terkena cedera/kecelakaan dan harus
dilakukan tindakan dengan segera, sebelum pasien itu dibawa ketempat rujukan
(puskesmas/rumah sakit terdekat) (Usino, 2016).
Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat (PPGD) merupakan beberapa
tindakan-tindakan awal yang bisa diberikan pada keadaan gawat darurat yang
bertujuan untuk memberikan keselamatan pada pasien (Pinton, 2017).

2.2.2 Tujuan Pertolongan Pertama


1) Untuk menyelamatkan jiwa pasien.
2) Untuk mencegah terjadinya kecacatan yang berkelanjutan
3) Untuk memberikan rasa nyaman dan membantu proses penyembuhan.
4) Untuk menunjang proses kesembuhan pasien (Usino, 2016).

2.2.3 Prinsip Utama Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD)


Prinsip utama Pertolongan Pertama Gawat Darurat ialah untuk memberikan
keselamatan pada pasien dan mencega terjadinya kematian pada kondisi gawat
darurat. Pertolongan Pertama Gawat Darurat mempunyai fiosofi “Time Saving Is
Life Saving” yang mempunyai arti bahwa semua tindakan dan usaha yang
diberikan pada saat keadaan pasien gawat darurat harus dilakukan dengan sangat
efektif dan efisien karena pada saat keadaan gawat darurat pasien dapat
mengalami kematian dalam hitungan menit (henti nafas 2-3 menit dapat
mengakibatkan kematian) (Pinton, 2017).
2.2.4 Dasar-Dasar Pertolongan Pertama
1) Persetujuan Tindakan Pertolongan

16
Terdapat dua jenis pesetujuan atau ijin kepada penolong sebelum memberikan
tindakan, yaitu:
a. Pesetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat ialah kesepakatan yang
biasanya di berikan kepada penderita dalam keadaan sadar atau normal
b. Persetujuan yang dinyatakan ialah kesepakatan yang diberikan secara lisan atau
secara tertulis oleh penderita itu sendiri.

2) Seorang Penolong Pertama Mempunyai Kewajiban Sebagai Berikut:


a. Dapat menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita, dan orang disekitarnya
b. Dapat menjangkau pasien
c. Dapat mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang mengancam nyawa
d. Meminta bantuan/rujukan
e. Melakukan penangan dengan cepat dan tepat sesuai kondisi pasien
f. Memberikan bantuan kepada penolong yang lain
g. Menjaga kerahasian medis penderita
h. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat
i. Mempersiapkan pasien untuk diantar atau dirujuk ke fasilitas kesehatan lain
Kualifikasi Penolong Pertama :
1. Harus jujur dan bertanggungjawab
2. Profesional dalam menjalankan kewajiban
3. Dapat mengontrol emosi dengan baik
4. Dapat bersosialisasi dengan sesama
5. Kemampuan nyata terukur sesuai sertifikasi
6. Memiliki keadaan fisik yang sehat
7. Mempunyai rasa bangga

3) Yang Perlu Disiapkan


Sebagai pemberi tindakan pertolongan pertama, harus menjaga keselamatan diri
sendiri. Kita membutuhkan Alat Pelindung Diri (APD). Alat Pelindung Diri yaitu
alat yang dipakai agar terhindar dari penyakit menular.
Contohnya seperti :

17
1. Sarung tangan lateks
2. Masker
3. Kacamata pelindung
4. Baju pelindung
5. Helm
6. dll
Selain Alat Pelindung Diri, saat memberikan pertolongan
pertama kita juga membutuhkan peralatan, seperti :
1. Kasa steril
2. Pembalut gulung/perban
3. Pembalut perekat/plester
4. Gunting pembalut
5. Kapas – selimut
6. Pinset
7. Alkohol 70%
8. Thermometer
9. Obat-obatan (Usino, 2016)

2.3 Palang Merah Remaja (PMR)


2.3.1 Defenisi Palang Merah Remaja
Palang Merah Remaja merupakan wadah pembinaan dan pengembangan anggota
Palang Merah Indonesia yang disebut dengan anggota Palang Merah Remaja.
Anggota Palang Merah Remaja merupakan seorang/beberapa orang remaja yang
berumur 10-17 tahun dan atau belum kawin/menikah, yang medaftarkan diri atau
terdaftar dalam suatu perkumpulan (Usino, 2016).

2.3.2 Prinsip Dasar Palang Merah Dan Bulan Sabit Merah


1) Kemanusiaan
Kegiatan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional ada berdasarkan
kemauan untuk memberikan bantuankepada korban yang terluka tanpa
membedakan korban dalam mengatasi dan mencegah penderitaan sesama.

18
2) Kesamaan
Kegiatan menolong orang yang menderita dan tidak membeda-bedakan
kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial, atau pandang politik korban tersebut.
3) Kenetralan
Kegiatan ini tidak memihak atau melibatkan diri dengan politik, ras,agama, atau
ideologi.
4) Kemandirian
Kegiatan ini bersifat mandiri, setiap kumpulan nasional merupakan penyemangat
untuk pemerintah di bagian kemanusiaan dan wajib menuruti aturan hokum yang
berlaku di negara masing-masing.
5) Kesukarelaan
Kegiatan ini memberikan bantuan dengan ikhlas tanpa ada unsur keinginan untuk
mengambil keuntungan.
6) Kesatuan
Dalam suatu negara hanya diperbolehkan satu perhimpunan nasional dan dapat
memilih satu lambing yang dipakai palang merah atau bulan sabit merah.
Kegiatan ini mempunyai sifat terbuka dan melakukan tugas kemanusiaan di
daerah negara yang bersangkutan.
7) Kesemestaan
Kegiatan ini bersifat semesta, yang berarti kegiatan ada diseluruh dunia.
Perhimpunan nasional memiliki status yang sederajat, dan juga mempunyai hak
dan kewajiban yang sama dalam menolong sesame (Siti dkk, 2018).

2.3.3 Syarat Menjadi Anggota Palang Merah Remaja


1. Penduduk Negara Indonesia atau Masyarakat Negara Asing yang bertempat
tinggal di Kawasan Indonesia.
2. Berumur 10 sampai dengan 17 tahun dan juga berstatus belum
kawin/menikah atau juga setara dengan Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah
Menengah Atas sederajat.
3. Menerima pernyataan setuju dari orang tua/wali.

19
4. Berkenan menjalani orientasi, pelatihan, dan pelaksanaan aktivitas Palang
Merah Remaja.
5. Mengisi formulir pendaftaran dan memberikannya kembali kepada Pembina
Palang Merah Remaja di regu masing-masing, lalu diserahkan kepada pengurus
cabang Palang Merah Remaja setempat (Usino, 2016).

2.3.4 Keanggotaan dan Tingkatan Palang Merah Remaja


Adapun 3 tingkatan keanggotaan Palang Merah Remaja, yaitu:
1. Palang Merah Remaja Mula yaitu tingkatan yang berusia 10 sampai dengan 12
tahun atau setara dengan pelajar Sekolah Dasar.
2. Palang Merah Remaja Madya yaitu tingkatan yang berusia 12-15 tahun yang
setara dengan pelajar Sekolah Menengah Pertama
3. Palang Merah Remaja Wira yaitu tingkata yang berusia 15-17 tahun atau setara
dengan pelajar Sekolah Menengah Atas (Eman, 2014).

2.3.5 Hak dan Kewajiban Anggota Palang Merah Remaja


a. Hak Anggota Palang Merah Remaja
1. Menerima ajaran dan pengembangan dari Palang Merah Indonesia
2. Memberikan masukan dalam forum/pertemuan resmi Palang Merah
Indonesia
3. Ikut serta dalam melakukan gerakan Palang Merah Remaja
4. Mempunyai Kartu Tanda Anggota (KTA)
b. Kewajiban Anggota Palang Merah Remaja
1. Melaksanakan dan berpartisipasi untuk memberitahukan prinsip-prinsip dasar
kegiatan Palang Merah Remaja dan Palang Merah Indonesia.
2. Mengikuti Anggaran Dasar (AD)/ Anggaran Rumah Tangga (ART)
3. Melakukan Tri Bhakti Palang Merah Remaja
4. Melindungi nama baik Palang Merah Indonesia
5. Memberikan uang iuran keanggotaan (Usiono, 2016).

2.3.6 Tri Bhakti Palang Merah Remaja

20
1. Tri Bhakti Palang Merah Remaja yaitu terdiri dari ;
a. Mengabdi kepada masyarakat
b. Meningkatkan kemampuan dan menjaga kebersihan dan kesehatan
c. Menjalin persahabatan nasional dan internasional
2. Pelaksana Tri Bhakti Palang Merah Remaja :
Tri Bhakti Palang Merah Remaja dilaksanakan oleh anggota Palang Merah
Remaja yang difasilitasi oleh Pembina Palang Merah Remaja, pelatih Palang
Merah Indonesia, dan Palang Merah Indonesia di semua tingkatan seperti cabang,
daerah, dan pusat.
3. Pelaksanaan Tri Bhakti Palang Merah Remaja :
a. Aktivitas Tri Bhakti Palang Merah Remaja dilaksanakan sesuai dengan
rancangan kelompok Palang Merah Remaja, yang terintegrasi dengan bagian
pelayanan social dan kesehatan, dan juga manajemen bencana.
b. Aktivitas Tri Bhakti Palang Merah Remaja bisa dilaksanakan oleh Kelompok
Palang Merah Remaja, Palang Merah Indonesia cabang, Palang Merah Indonesia
daerah, ataupun Palang Merah Indonesia pusat.
c. Tri Bhakti Palang Merah Remaja dilaksanakan ditingkat pusat, wajib
melibatkan Palang Merah Indonesia daerah dan cabang.
d. Anggota Palang Merah Remaja yang sudah mengikuti Tri Bhakti Palang Merah
Remaja, diberikan lencana. (Usiono, 2016).

2.4 Pengetahuan
2.4.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan ialah hasil dari kata “tahu” dan terjadi sesudah orang melakukan
penemuan tentang suatu obyek tertentu. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh
faktor Pendidikan resmi. Pengetahuan sangat berkaitan dengan Pendidikan,
Pendidikan yang tinggi diharapkan dapat memperluas pengetahuan. Namun, harus
ditekankan bahwa bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah
sepenuhnya berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang akan suatu
obyek menyimpan dua aspek seperti aspek positif dan aspek negatif. Pada aspek-
aspek ini dapat menentukan perilaku seseorang, semakin banyak aspek positif dan

21
pengetahuan tentang obyek dapat menghasilkan perilaku yang semakin baik pada
obyek tertentu (Wawan & Dewi, 2021).

2.4.2 Tingkat Pengetahuan


Pengetahuan atau kognitif adalah informasi yang sangat berguna untuk
membentuk perilaku seseorang (ovent behavior). Pengetahuan yang cukup
memiliki 6 tahapan dalam domain kognitif, yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu memiliki arti sebagai pengingat dalam topik yang sudah dipelajari
sebelumnya. Pengetahuan dalam tingkat ini ialah mengingat ulang (recall) tentang
suatu khusus dan semua materi yang dipelajari atau rangsangan yang sudah
diterima. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur pengetahuan orang tentang
yang dipelajarinya, misalkan menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,
menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami yaitu kemampuan untuk menguraikan dengan benar tentang obyek
yang diketahui dan dapat mengartikannya dengan benar.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi merupakan kemampuan untuk memakai materi yang sudah dipelajari
pada kondidi yang sebenarnya. Aplikasi ini menggunakan hokum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dengan konteks dan situasi yang lain.
2. Analisis (Analysis)
Analisis yaitu kemampuan untuk memberitahukan topik atau obyek pada unsur-
unsur, namun masih pada struktur organisasi dan masih berkaitan satu dengan
yang lain.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis yaitu memperlihatkan suatu kemampuan dalam melakukan atau
mengaitkan bagian-bagian ke dalam keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan dalam melaksanakan penilaian tentang suatu
materi atau obyek (Wawan & Dewi, 2021).

22
2.4.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan, yaitu sebagi berikut :
1. Cara kuno
a. Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara coba salah sudah digunakan orang sebelum kebudayaan, dan juga tampaknya
sebelum adanya peradaban. Cara ini dilaksanakan dengan memakai kemungkinan
dalam menyelesaikan masalah dan jika kemungkinan tidak berhasil maka dicoba
sampai masalah dapat teratasi.
b. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Pengetahuan cara ini bersumber dari pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal
atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan beberapa prinsip orang lain
yang disampaikan oleh orang yang memiliki kekuasaan, tanpa memeriksa
sebelumnya atau memastikan kebenarannya dengan berdasarkan fakta empiris
ataupun penalaran sendiri.
c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi bisa digunakan untuk menghasilkan pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang pernah dihasilkan dalam menyelesaikan
masalah yang terjadi pada masa lalu.

3. Cara Modern
Cara modern dikatakan sebagai metode penelitian ilmiah atau yang sering disebut
metodologi penelitian. Cara modern pertama kali dikembangkan oleh Francis
Bacon pada tahun 1561-1626, lalu dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Dan
lahir suatu cara untuk melaksanakan penelitian ilmiah (Wawan & Dewi, 2021).

2.4.4 Proses Perilaku “Tahu”


Perilaku ialah seluruh aktivitas orang benar yang bisa dilihat langsung atau tidak
bisa dilihat oleh orang luar. Sementara itu, sebelum mengangkat perilaku baru
pada diri seseorang itu terdapat proses yang berurutan, seperti :
1. Kesadaran (Awarenes) yaitu keadaan seseorang yang mengetahui lebih awal
tentang stimulus (objek).

23
2. Merasa tertarik (Interest) yaitu seseorang yang memberikan perhatian dan
tertarik pada stimulus tersebut.
3. Menimbang-nimbang (Evaluation) yaitu seseorang yang memperhitungkan
baik buruknya tindakan tentang stimulus untuk dirinya sendiri, hal tersebut
menunjukkan sikap seseorang menjadi lebih baik.
4. Trial yaitu seseorang yang mencoba perilaku baru.
5. Adaption yaitu sikapnya terhadap stimulus (Wawan & Dewi, 2021).

2.4.5Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


a. Faktor Internal
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan layanan yang diberikan seseorang tentang perkembangan
orang lain yang mengarah kepada harapan yang menentukan seseorang untuk
melakukan dan mengisi aktivitas untuk mendapatkan keselamatan dan
kebahagiaan
2. Pekerjaan ialah keburukan yang wajib dilaksanakan agar dapat menopang
kehidupannya dan keluarganya. Pekerjaan bukan sumber kebahagiaan, Namun
kebanyakan pekerjaan menjadi upaya untuk mencari nafkah membosankan,
berulang, dan banyak tantangan
3. Umur
Umur ialah usia seseorang yang dihitung sejak dilahirkan sampai berulang tahun.
Jikan semakin cukup umur, tingkat kedewasaan dan kemampuan seseorang akan
lebih baik dalam berfikir dan melakukan pekerjaan

b. Faktor Eksternal
1. Faktor Lingkungan
Lingkungan Merupakan Suatu keadaan yang ada disekeliling manusia dan akibat
yang bisa mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2. Sosial Budaya
Bentuk sosial budaya yang ada di masyarakat bisa mempengaruhi sikap seseorang
dalam menerima informasi (Wawan & Dewi, 2021).

24
2.4.6 Kriteria Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan individu bisa diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang
bersifat kualitatif (menurut Wawan & Dewi, 2021), yaitu :
1. Baik : Hasil presentasi 76%-100%
2. Cukup : Hasil presentasi 56%-75%
3. Kurang : Hasil presentasi > 56%

25
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian
kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan menggunakan desain Cross
Sectional yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu yang digunakan
untuk mencari hubungan antara pengetahuan anggota Palang Merah Remaja
dengan kemampuan memberikan pertolongan pertama trauma (cedera
olahraga). Penelitian ini dilakukan di SMK Telkom Medan terhadap anggota
Palang Merah Remaja, penelitian ini dilakukan pada mulai bulan januari
2023. Jenis data yang digunakan dalam penelitian dibagi menjadi dua yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dihasilkan
secara langsung dari sumber data. Data primer yaitu data yang terdapat
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan variabel penelitian yaitu tentang
pengetahuan dan kemampuan memberikan pertolongan pertama trauma
(cedera olahraga).Data sekunder adalah data yang bersumber secara tidak
langsung seperti dari buku, jurnal, artikel, dan penelitian terdahulu.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket/kuesioner
pertanyaan tingkat pengetahuan tentang tindakan pertolongan pertama pada
cedera olahraga. Angket adalah cara untuk mengumpulkan data yang
dilaksanakan dengan cara memberikan pertanyaan dan penyataan tertulis di
kertas.

3.2. Analisa dan Penyajian Data


3.2.1 Pengolahan Data
1. Pengeditan (Editing) Memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan.
2. Cooding
Kegiatan memberi kode angka terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori
3. Tabulating
26
Membuat table data, sesuai dengan tujuan penelitian yang diinginkan oleh
peneliti.

3.2.2 Analisa Data


a. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
penelitian. Variabel yang dianalisa univariat adalah jenis kelamin, usia, agama,
dan kelas.
b. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat bertujuan untuk melihat hubungan variabel independen dengan
dependen. Uji korelasi yang digunakan adalah uji Spearman Rank yang
merupakan uji statistik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
atau lebih variabel ordinal. Jika nilai signifikansi <0,05 maka terdapat hubungan
dan jika nilai signifikan >0,05 maka tidak ada hubungan.
a. Analisa Multivariat
Analisa Multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel independen yang
beruhubungan dengan variabel dependen.
Analisis Multivariat dilakukan setelah Analisa bivariat terhadap masing-
masing variabel independen. Jika hasil Analisa bivariat menunjukkan nilai p-value
(sig) < 0,05 maka, variabel penelitian memiliki hubungan yang signifikan untuk
melakukan Analisa multivariat. Sedangkan, jika hasil Analisa bivariat
menunjukkan nilai p-value (sig) > 0,05 maka, variabel tersebut tidak signifikan
untuk dapat melakukan Analisa multivariat.
Tahap selanjutnya adalah melakukan pembuatan model untuk
menentukan variabel independen yang berhubungan dengan variabel dependen.
Pembuatan model tersebut menggunakan Analisa regresi logistic berganda. Jika
hasil uji menunjukkan nilai p-value (sig) < 0,05 maka, variabel penelitian
memiliki hubungan yang signifikan Sedangkan, jika hasil Analisa bivariat
menunjukkan nilai p-value (sig) > 0,05 maka, variabel tersebut tidak signifikan.

27
Pengumpulan data pengetahuan anggota Palang Merah Remaja
dengan menggunakan kuesioner oleh peneliti terdahulu Trisya pada tahun 2022
berjumlah 10 pernyataan positif yang menggunakan perhitungan skala likert yang
memiliki 4 skala yaitu sangat benar dengan skor 4, benar dengan skor 3, tidak
benar dengan skor 2, sangat tidak benar dengan skor 1.
Perhitungan menggunakan skala likert:
Y = Skor tertinggi x jumlah responden
X = Skor terendah x jumlah responden
Untuk menentukan interval menggunakan skor tertinggi dan interpensi persen
menggunakan rumus:

Total skor / Y x 100

Kriteria pengetahuan dapat di klasifikasikan yaitu jika responden menjawab


dengan mencapai skor 30-40 poin (76%-100%), maka dikategorikan pengetahuan
baik, jika responden mencapai skor 20-29 poin (56%-76%) maka dikategorikan
pengetahuan cukup, jika responden mencapai skor 10-19 (<56%), maka
dikategorikan pengetahuan kurang.
Sedangkan pengumpulan data kemampuan melakukan pertolongan pertama
trauma (cedera olahraga) menggunakan kuesioner oleh peneliti terdahulu Trisya
pada tahun 2022 dengan kuesioner berjumlah 10 pernyataan positif dengan
menggunakan perhitungan skala likert yang memiliki 4 skala yaitu sangat setuju
dengan skor 4, setuju dengan skor 3, tidak setuju dengan skor 2, sangat tidak
setuju dengan skor 1.

Perhitungan menggunakan skala likert:


Y = Skor tertinggi x jumlah responden
X = Skor terendah x jumlah responden
Untuk menentukan interval menggunakan skor tertinggi dan interpensi persen
menggunakan rumus:

Total skor / Y x 100


28
Kriteria kemampuan melakukan pertolongan pertama trauma (cedera olahraga)
dapat di klasifikasikan yaitu jika responden menjawab dengan mencapai skor 30-
40 poin (76%-100%) maka dikategorikan mempunyai baik, jika responden
mencapai skor 20-29 poin (56%-114%) maka dikategorikan mempunyai
kemampuan cukup, jika responden mencapai skor 10-19 poin (<56%) maka
dikategorikan mempunyai kemampuan kurang.

29
BAB IV
LUARAN DAN TARGET CAPAIAN

4.1 Luaran
Adapun luaran pada penelitian ini yaitu :
a. Berbentuk artikel ilmiah yang dimuat pada jurnal nasional
b. Leaflet

4.2. Target Capaian


Adapun target capaian pada penelitian ini yaitu :
a. Mengetahui kategori pengetahuan anggota palang merah remaja di SMK
Telkom Medan dalam memberikan pertolongan pertama trauma (cedera olahraga)
b. Mengetahui kategori kemampuan anggota palang merah remaja di SMK
Telkom Medan dalam memberikan pertolongan pertama trauma (cedera olahraga)
c. Mengetahui hubungan pengetahuan anggota palang merah remaja dengan
kemampuan memberikan pertolongan pertama trauma (cedera olahraga)

30
BAB V
BIAYA DAN RENCANA KEGIATAN

5.1. Biaya Kegiatan


NO Perlengkapandanbahan Jumlah Kali/Jam Harga 1 Jumlah
1 ATK
Poster 5 1 150.000 750.000
Kertas A4 6 1 40.000 240.000
Tinta hitam 3 1 20.000 60.000
Tinta warna (4) 6 1 30.000 180.000
Jilid Proposal 10 1 50.000 500.000
Total 2.230.000

B. Rencana Kegiatan
NO KEGIATAN SEMESTER 1 SEMESTER 2
JUL AGS SEP OKT NO V DES JAN FEB MARAPR MEIJUN

1 Persiapan penelitian
Membuat proposal ✓ ✓
penelitian
Seminar Proposal ✓
Perbaikan Proposal ✓
Izin penelitian ✓
Penggandaan lembar ✓
kuisioner
2 Pelaksanaan
penelitian
Pengumpulan data ✓ ✓
Pengolahan data ✓
Dokumentasi ✓

31
penelitian
3 Penyusunan laporan ✓ ✓
4 Seminar hasil ✓
penelitian
5 Penjilidan laporan ✓

DAFTAR PUSTAKA

32
Bakar, N. A., & dkk. (2022). The Prevalence Of Knowledge On Sports Injury
Prevention And Management Among UiTM Female Athletes. Journal of Physical
Education and Sport, 2669-2675.
Darsini, Fahrurrozi, dkk. (2019). Pengetahuan. Jurnal Keperawatan, Vol 12 No 1,
95-107.
Donsu, J. D. (2021). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:
Pustakabarupress.
Fibrianti, T. B., & Dkk. (2022). Hubungan Pengetahuan Siswa Palang Merah
Remaja Dengan Kemampuan Memberikan Pertolongan Pertama Cedera
Olahraga Di SMA Negeri Ambulu. Universitas Muhammadiyah Jember, 2-19.
Ibrahim, S. A., & Adam, M. (2021). Tingkat Pengetahuan Anggota Palang Merah
Remaja (PMR) Tentang Pertolongan Pertama Pada Cedera. Jambura Nursing
Journal, Vol. 3, No. 1, 23-31.
Ihsan , M. (2017). Survey Cedera Olahraga Pada Atlet Cabang Olahraga Bola
Basket di Club XYZ Junior Medan Labuhan. Jurnal Ilmu Keolahragaan, Vol 16
No 1, 62-72.
Kurniawan, A. W., & Kurniawan, M. T. (2021). Sport Massage. Pasuruan:
Akademia Pustaka.
Kusuma, R., Murharyati, A., & Kanita, M. W. (2021). Hubungan Antara Tingkat
Pengetahuan Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Dengan Self
Efficacy Anggota Palang Merah Remaja.
Lubis, P., Hasanah, O., & Dewi, A. P. (2015). Gambaran Tingkat Risiko Cedera
Pada Anak Usia Sekolah. JOM, Vol 2 No 2, 1335-1344.
Mustafa, P. S. (2017). Pembelajaran Pertolongan Pertama Dan Pencegahan
Cedera Olahraga (PP & PPCO) Berbasis Blended Learning. Malang:
Pascasarjana, Universitas Negeri Malang.
Nurasiah, S., & dkk. (2018). Peran Kegiatan Ekstrakurikuler Palang Merah
Remaja (PMR) Dalam Membentuk Keterampilan Sosial (Sosial Skills) Peserta
Didik. Jurnal IJTIMAIYA, 111-126.

33
Riskesdas, Tim. (2018). Laporan Proporsi Cedera Provinsi Sumatera Utara.
Kementerian Kesehatan RI.
Rahman, N. (2022). Pengaruh Promosi Kesehatan Dengan Tehnik Demonstrasi
Terhadap Pengetahuan Siswa Anggota Palang Merah Remaja Tentang
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Menara Ilmu, Vol 16 No.1, 64-69.
Simatupang, N., & dkk. (2019). Survey Cedera Olahraga Pada Atlet Sepak Bola
PPLP Sumatera Utara. Jurnal Ilmiah Ilmu Keolahragaan, 55-65.
Widiastuti, N. K., & Adiputra, I. M. (2022). Gambaran Tingkat Pengetahuan
Siswa Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Di Sekolah Menengah
Atas. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 23-31.
Wulandini, P., Fitri, A., & Sari, T. K. (2019). Pengetahuan Siswa/i Tentang
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Saat Berolahraga Di SMA Olahraga
Rumbai Pekanbaru Provinsi Riau. Jurnal Keperawatan Abdurrab, Vol 3 No 1, 70-
77.
Usiono. (2016). Pendidikan Kepalangmerahan. Medan: Perdana Publishing.
Wawan, A., & M, D. (2021). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Vishnumolakala, V. R. (2022, July 27). The Willingness To Perform First Aid
Among High School Students And Associated Factors In Hue, Vietnam. Plos One,
pp. 1-19.
Widhiyanti, K. A. (2018). Cedera Olahraga Pencegahan Dan Perawatan.
Yogyakarta: Pustaka Panasea.
Yusni. (2019). Cedera Olahraga. Aceh: Syiah Kuala University Press.

34

Anda mungkin juga menyukai