Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT

EDUKASI PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DAN KANKER


PAYUDARA TERHADAP IBU-IBU KELURAHAN MAMBORO DAN
PARA MAHASISWA DI POLTEKKES KEMENKES PALU

OLEH :
Widya Pani, SKM.,SST.,M.Kes (NIDN. 4007017202)
Sri Restu Tempali, S.Kep.,Ns.,M.Sc (NIDN.)
Arie Maineny, SST, M.Kes (NIDN.)
Mercy Joice Kaparang, SKM, M.Kes (NIDN.)
Sarliana, SST, M.Keb (NIDN.)
Febty Kuswanti, SST, M.Keb (NIDN.)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-III KEBIDANANAN PALU
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT

1. Judul PKM : Edukasi Pencegahan Kanker Serviks Dan Kanker Payudara Terhadap
Ibu-Ibu Kelurahan Mamboro Dan Para Mahasiswa Di Poltekkes Kemenkes Palu

2. Nama Mitra Program PKM (1) :


Nama Mitra Program PKM (2) :

3. Ketua Tim Pengusul


a. Nama Lengkap : Widya Pani, SKM.,SST.,M.Kes
b. NIDN : 4007017202
c. Jabatan/Golongan : Lektor, III/c
d. Jurusan/Prodi/Poltekkes Kemenkes : Kebidanan/D-III Kebidanan Palu/Palu
e. Bidang Keahlian : Kebidanan
f. Alamat Kantor/Fax/Surat : Thalua Konchi Km 13 No. 19 Palu

4. Anggota Tim Pengusul


a. Jumlah Anggota : 5 Orang
b. Nama Anggota 1 / Bidang Keahlian : Sri Restu Tempali, S.Kep.,Ns.,M.Sc
c. Nama Anggota 2 / Bidang Keahlian : Arie Maineny, SST, M.Kes
d. Nama Anggota 3 / Bidang Keahlian : Mercy Joice Kaparang, SKM, M.Kes
e. Nama Anggota 4 / Bidang Keahlian : Sarliana, SST, M.Keb
f. Nama Anggota 5 / Bidang Keahlian : Febty Kuswanti, SST, M.Keb
g. Jumlah Mahasiswa yang Terlibat : 13 Orang
h. Alamat Kantor/Fax/Surat : Thalua Konchi Km 13 No. 19 Palu

5. Lokasi Kegiatan Kemitraan (1)


a. Wilayah Mitra (Desa/Kec) :
b. Kab/Kota/Propinsi :
c. Jarak PT Ke Lokasi Mitra (1) :
d. Alamat Kantor/Fax/Surat :

6. Luaran Yang diHasilkan : Jurnal Pengabmas

7. Jangka Waktu Pelaksanaan :

8. Biaya Kegiatan Mandiri :


a. DIPA/BLU :-
b. Poltekkes Kemenkes Palu :-
Mengetahui, Palu, 13 Desember 2021
Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Tim Pengusul,

Sumiaty, SST.,MPH Widya Pani, SKM,SST.,M.Kes


NIDN. 4011058001 NIDN. 4007017202

Mengesahkan,

IDENTITAS DAN URAIAN UMUM


IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

1. Judul Pengabmas :
EDUKASI PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DAN KANKER PAYUDARA
TERHADAP IBU-IBU KELURAHAN MAMBORO DAN PARA MAHASISWA
DI POLTEKKES KEMENKES PALU

2. Tim Pelaksana :
Bidang Instansi Alokasi
No. Nama Jabatan
Keahlian Asal Waktu
1. Widya Pani, Ketua Kebidanan Poltekkes
SKM.,SST.,M.Kes Kemenkes Palu
2. Sri Restu Tempali, Anggota Kebidanan Poltekkes
S.Kep.,Ns.,M.Sc Kemenkes Palu
3. Arie Maineny, SST, Anggota Kebidanan Poltekkes
M.Kes Kemenkes Palu
4. Mercy Joice Kaparang, Anggota Kebidanan Poltekkes
SKM, M.Kes Kemenkes Palu
5. Sarliana, SST, M.Keb Anggota Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palu
6. Febty Kuswanti, SST, Anggota Kebidanan Poltekkes
M.Keb Kemenkes Palu

3. Objek Pengabmas : Ibu-ibu Kelurahan Mamboro dan Mahasiswa Poltekkes


4. Masa pelaksanaan : 07 s/d 08 Februari 2022
5. Usulan biaya :
6. Lokasi pengabdian : Poltekkes Kemenkes Palu.
7. Mitra yang terlibat :
Kontribusi mitra yang diharapkan adalah sebagai perantara tim pelaksana dengan
masyarakat di Desa Bale. Melalui kedekatan hubungan mitra dengan masyarakat, tim
pelaksana dapat mengumpulkan masyarakat, mengkomunikasikan tujuan kegiatan,
agenda pelaksanaan kegiatan, lokasi pelaksanaan dan memberi masukan bagi
kesempurnaan kegiatan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan setempat.
8. Permasalahan yang ditemukan dan solusi yang ditawarkan :
a. Permasalahan yang ditemukan:
Pencegahan penyakit dan promosi kesehatan merupakan upaya esensial di saat
masih tingginya kejadian penyakit menular juga diiringi dengan semakin
meningkatnya masalah penyakit tidak menular. Semakin tingginya beban masalah
kesehatan masyarakat saat ini mengindikasikan bahwa promosi kesehatan dan
pencegahan yang telah ada kurang dapat berkontribusi dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Banyak studi yang menemukan bahwa upaya promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit yang bersifat top-down dari pemerintah, kurang
efektif bila dibandingkan dengan program yang berbasis. Oleh sebab itu, untuk
mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang baru dicanangkan
oleh pemerintah, perlu dilakukan mobilisasi masyarakat dalam membiasakan hidup
sehat sesuai dengan tujuan program GERMAS.
b. Solusi yang ditawarkan:
Meskipun GERMAS baru dicanangkan pada tahun 2017, perlu dilakukan inisiasi
mulai dari kelompok masyarakat paling kecil seperti dasa wisma. Kegiatan
Pengabdian ini akan fokus pada 2 sub-kegiatan GERMAS, yaitu peningkatan
aktivitas fisik dan pemanfaatan pekarangan rumah untuk tanaman obat keluarga.
Kegiatan ini akan dilakukan melalui mobilisasi masyarakat untuk ikut terlibat mulai
dari perencanaan hingga evaluasi kegiatan. Sehingga dapat diharapkan agar program
ini akan terus berlanjut secara swadaya oleh masyarakat meskipun kegiatan
pengabdian telah selesai.
9. Kontribusi mendasar pada khalayak sasaran :
Kontribusi mendasar dari kegiatan ini adalah peningkatan kemampuan masyarakat
dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi upaya promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit yang dilakukan secara mandiri dan sesuai dengan kebutuhan
kesehatan masyarakat setempat.
10. Rencana luaran yang ditargetkan :
Target luaran dari kegiatan ini adalah dilaksanakannya Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (GERMAS) melalui peningkatan aktivitas fisik dan pemanfaatan pekarangan
rumah untuk tanaman obat keluarga (TOGA).
DAFTAR ISI
RINGKASAN
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks dan merupakan salah
satu penyebab kematian pada wanita. Penyebab dari kanker serviks adalah infeksi Human
Vapiloma Virus (HPV). HPV ditularkan melalui hubungan seksual dan ditemukan pada 95%
kasus kanker serviks .

Kanker payudara merupakan jenis tumor ganas yang hingga kini masih menjadi
pembunuh nomor satu bagi perempuan. Kanker payudara adalah kanker yang paling sering
terjadi pada wanita, berdampak pada 2,1 juta wanita setiap tahun, dan juga menyebabkan
jumlah terbesar kematian terkait kanker di antara wanita. Data dari International Agency
Research on Cancer (IARC) Globocan 2018, kanker payudara merupakan kanker dengan
persentase kasus tertinggi dibandingkan dengan kanker lainnya yaitu 46,3% atau 2.088.849
kasus dan persentase kematian tertinggi 13% atau 626.679 kasus pada perempuan di dunia.
Prevalensi kanker payudara di Indonesia mencapai 0,5 perseribu perempuan.

Data dari WHO (World Health Organization), kanker merupakan penyebab kematian
nomor 2 di dunia. Pada tahun 2012 kematian akibat kanker serviks diperkirakan lebih dari
270.000 setiap tahunnya, lebih dari 85% terjadi di negara berkembang dan jumlah wanita
penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun
terjadi 40 ribu kasus kanker serviks. Kanker serviks merupakan penyakit kanker dengan
prevalensi tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 0,8%. Data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013, prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4% per 1000 penduduk.
Prevalensi kanker tertinggi terdapat di DI Yogyakarta 4,1%, diikuti Jawa Tengah 2,1%, dan
Bali 2%. Salah satu kanker pada perempuan dengan kejadian yang tertinggi di Indonesia
adalah kanker serviks.

Metode standar untuk deteksi dini kanker pada wanita adalah sitologi (papsmear)
untuk kanker serviks dan mamografi untuk kanker payudara. Namun karena biaya pap
smear dan mamografi senderung mahal dan butuh logistic, belum banyak fasilitas kesehatan
khususnya di negara berkembang yang menyediakan layanan tersebut karena kendala
infrastruktur.

Program pemerintah mengenai deteksi dini kanker serviks sudah tercantum didalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 796/MENKES/SK/VII/2010
tentang pedoman teknis pengendalian kanker payudara dan kanker serviks. Program deteksi
dini kanker serviks yang dimaksud dalam peraturan ini yaitu pemeriksaan Inspeksi Visual
Asam Asetat (IVA). Pemerintah menargetkan, pada tahun 2014 pencegahan dan
penanggulangan kanker serviks dapat menjangkau hampir seluruh provinsi. Pada tahun 2014
25% kabupaten/kota dapat melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks dengan sasaran
80% wanita usia subur (WUS) berumur 15-49 tahun telah melakukan deteksi dini kanker
serviks.

Kanker payudara merupakan jenis tumor ganas yang hingga kini masih menjadi
pembunuh nomor satu bagi perempuan. Kanker payudara adalah kanker yang paling sering
terjadi pada wanita, berdampak pada 2,1 juta wanita setiap tahun, dan juga menyebabkan
jumlah terbesar kematian terkait kanker di antara wanita.

Menurut WHO terdapat dua metode untuk mendeteksi kanker payudara yaitu dengan
deteksi secara dini dan skrening. Deteksi dini dimulai dengan melakukan SADARI,
pemeriksaan payudara klinis, dan Mamografi. Program skrining adalah upaya yang jauh
lebih kompleks daripada program diagnosis dini. Skrining mamografi adalah satu-satunya
metode skrining yang telah terbukti efektif. Meskipun mammografi merupakan Gold
Standart pemeriksaan kanker payudara tetapi SADARI merupakan langkah deteksi dini yang
paling mudah dilakukan. Praktik SADARI telah memberdayakan perempuan untuk
mengambil tanggung jawab terhadap kesehatan mereka sendiri. Oleh karena itu SADARI
direkomendasikan untuk meningkatkan kesadaran di kalangan wanita Kementerian
Kesehatan bekerjasama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) telah mencanangkan
Program Penanggulangan Kanker Terpadu Paripurna (PKTP). Program tersebut meliputi:
pencegahan, deteksi dini, pengobatan kuratif, pengobatan paliatif dan peningkatan kualitas
hidup penderita kanker, dengan prioritas pencegahan dan deteksi dini kanker. Penyuluhan
kesehatan merupakan salah satu metode untuk meningkatkan pengetahuan tentang kanker
payudara dan menyadarkan masyarakat tentang pentingnya upaya deteksi dini dengan
SADARI (Kemenkes RI, 2015).

Rendahnya kewaspadaan dan kesadaran serta pengetahuan masyarakat terhadap


kanker payudara dan SADARI mengakibatkan kanker payudara banyak yang ditemukan
pertama kali pada stadium lanjut. Berdasarkan penelitian dari Suhita (2008) Masyarakat
cenderung kurang tanggap terhadap SADARI karena menganggap hal tersebut kurang
penting. Hal itu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang SADARI dan faktor lain yang dapat mempengaruhi sikap seseorang
antara lain pengalaman pribadi, lingkungan, kebudayaan, media masa, lembaga pendidikan,
lembaga agama, emosional, dan orang yang dianggap penting (Azwar, 2011)

Kurangnya informasi dan pengetahuan ibu-ibu serta remaja tentang kanker serviks
dan kanker payudara dan upaya deteksi dininya membuat ibu-ibu serta remaja bersikap
negatif dengan hal tersebut. Sejalan dengan jurnal penelitian dari Shahrbabaki (2011) yang
menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang memadai membuat
wanita tidak mampu melakukan deteksi dini kanker payudara, sehingga mengakibatkan para
wanita tersebut mengabaikannya.

Hasil penelitian di Turkey yang menunjukkan bahwa alasan tidak melakukan


SADARI adalah “tidak tahu bagaimana melakukan pemeriksaan SADARI” (98%). Faktor
risiko yang paling banyak dikenal oleh siswa adalah riwayat pribadi kanker payudara
(68,7%). Ada hubungan yang signifikan antara praktik SADARI dengan usia, kelas,
pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI. Sebagian besar responden yang diteliti
memiliki pengetahuan kurang tentang cara melakukan SADARI yang benar.

Pentingnya melakukan SADARI sudah menjadi program pemerintah dalam upaya


penanggulangan kejadian kanker payudara. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 34 tahun 2015 tentang “Penanggulangan Kanker
Payudara dan Kanker Rahim”. Pada perempuan sejak pertama mengalami haid dianjurkan
melakukan SADARI, sedangkan pada perempuan yang lebih tua (diatas 40 tahun)
dianjurkan melakukan pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) yang dilakukan tiap tiga
tahun sekali. Untuk perempuan yang mendapatkan kelainan pada saat SADARI dianjurkan
dilaksanakan SADANIS sehingga dapat lebih dipastikan apakah ada kemungkinan
keganasan.

Orang yang sudah pernah merasakan secara langsung teknik SADARI lebih percaya
diri untuk melakukannya daripada wanita yang belum pernah melakukan SADARI. Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang sudah pernah merasakan atau
melakukan SADARI maka akan paham akan manfaat dari tindakan tersebut sehingga
cenderung bersikap positif terhadap objek tersebut.

Bedasarkan data tersebut, perlu adanya intervensi/tindakan seperti promosi


kesehatan untuk meningkatkan kesadaran wanita dalam upaya deteksi dini kanker payudara.
Promosi kesehatan menurut WHO (2018) yaitu suatu proses yang memungkinkan
masyarakat meningkatkan atau mengkontrol kesehatan sendiri. Ini mencangkup intervensi
sosial dan lingkungan yang dirancang untuk memberi manfaat dan melindungi kesehatan
dan kualitas hidup individu dengan mengatasi dan mencegah akar penyebab kesehatan yang
buruk, tidak hanya berfokus pada perawatan dan penyembuhan.

Hal tersebut merupakan salah satu penangulangan kanker payudara yang dilakukan
dengan cara promotive dan preventif. Penangulangan tersebut dapat berupa penyuluhan
kepada masyarakat mengunakan media cetak, media elektronik, media sosial, perkumpuan
social budaya untuk mewujudkan masyarakat berperilaku Cerdik. Upaya deteksi dini sangat
penting dilakukan karena kanker yang ditemukan dalam stadium dini dapat segera diberikan
terapi dan kemungkinan kesembuhannya mencapai 80-90%. Wanita dianjurkan untuk
melakukan sadari sejak pertama kali mengalami haid.

1.2 Permasalahan Mitra

Pencegahan penyakit dan promosi kesehatan merupakan upaya esensial di saat


masih tingginya kejadian penyakit menular juga diiringi dengan semakin meningkatnya
masalah penyakit tidak menular. Semakin tingginya beban masalah kesehatan masyarakat
saat ini mengindikasikan bahwa promosi kesehatan dan pencegahan yang telah ada
kurang dapat berkontribusi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Banyak
studi yang menemukan bahwa upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit yang
bersifat top- down dari pemerintah, kurang efektif bila dibandingkan dengan program
yang berbasis. Oleh sebab itu, untuk mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) yang dicanangkan oleh pemerintah, perlu dilakukan mobilisasi masyarakat
dalam membiasakan hidup sehat sesuai dengan tujuan program GERMAS.
Upaya pengendalian kanker serviks di Indonesia dikembangkan upaya pencegahan
melalui screening dengan metode IVA ( Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) dan
krioterapi untuk IVA positif. Sedangakan untuk kanker payudara screening melalui
pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) dan mengajarkan Periksa Payudara Sendiri
(SADARI). Metode ini terbukti memberikan banyak keuntungan yaitu pemerisaan
sederhana, mudah, murah, cepat, sensitifitas yang cukup baik.
BAB II. SOLUSI DAN TARGET LUARAN

2.1 Solusi yang Ditawarkan

GERMAS yang telah dicanangkan sejak tahun 2017, perlu dilakukan inisiasi mulai
dari kelompok masyarakat paling kecil seperti dasa wisma. Kegiatan Pengabdian ini akan
fokus pada 2 sub-kegiatan GERMAS, yaitu peningkatan pencegahan dan deteksi dini
penyakit dan peningkatan edukasi hidup sehat. Kegiatan ini akan dilakukan melalui
mobilisasi masyarakat untuk ikut edukasi mulai dari perencanaan hingga evaluasi
kegiatan. Sehingga dapat diharapkan agar program ini akan terus berlanjut secara
swadaya oleh masyarakat meskipun kegiatan pengabdian telah selesai.

2.2 Target

Kontribusi mendasar dari kegiatan ini adalah peningkatan kemampuan masyarakat


dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi upaya promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit yang dilakukan secara mandiri dan sesuai dengan kebutuhan
kesehatan masyarakat setempat.

2.3 Lokasi

Pengabdian masyarakat ini akan dilaksanakan di Poltekkes Kemenkes Palu

2.4 Iptek yang Ditransfer

Pemerintah Indonesia mencanangkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat


(GERMAS), berupa upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit yang
menekankan masyarakat sebagai aktor utama. GERMAS memiliki enam kegiatan utama,
yaitu peningkatan aktivitas fisik, peningkatan perilaku hidup sehat, penyediaan pangan
sehat dan percepatan perbaikan gizi, peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit;
peningkatan kualitas lingkungan; dan peningkatan edukasi hidup sehat. Kegiatan
Pengabdian ini akan fokus pada 2 sub-kegiatan GERMAS, yaitu peningkatan
pencegahan dan deteksi dini penyakit dan peningkatan edukasi hidup sehat.. Kepada
masyarakat, akan ditransfer pengetahuan mengenai pencegahan dan deteksi dini penyakit
dan peningkatan edukasi hidup sehat.
2. 5 Luaran
Kegiatan

Target luaran dari kegiatan ini adalah dilaksanakannya Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (GERMAS) melalui peningkatan aktivitas fisik dan pemanfaatan pekarangan rumah
untuk tanaman obat keluarga. Rincian luaran yang ingin dicapai dalam program PPM ini
digambarkan pada tabel di bawah ini:

No Jenis Luaran Partisipasi mitra Target


1. Dilakukan perencanaan Mitra diharapkan Masyarakat mampu
kegiatan peningkatan dapat menarik mendeteksi kebutuhan
aktivitas fisik dan masyarakat untuk sendiri dalam hal
pemanfaatan pekarangan ikut berpartisipasi peningkatan aktivitas fisik
rumah untuk tanaman dan pemanfaatan
obat keluarga pekarangan rumah untuk
tanaman obat keluarga,
dan merencanakan
kegitaan yang akan
dilakukan.
2. Pelaksanaan peningkatan Mitra memfasilitasi Adanya kegiatan yang
aktivitas fisik dan penyelenggaraan dilakukan dalam
pemanfaatan pekarangan kegiatan peningkatan aktivitas fisik
rumah untuk tanaman dan pemanfaatan
obat keluarga pekarangan rumah untuk
tanaman obat keluarga
3. Monitoring dan evaluasi Mitra memfasilitasi Masyarakat mampu
kegiatan penyelenggaraan mendeteksi kelemahan
kegiatan kegiatan yang telah
dilakukan dan menyusun
rencana perbaikan
BAB III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Tahap Pertama

Tahap pertama merupakan perencanaan kegiatan yang akan dilakukan. Proses


perencanaan meliputi identifikasi kebutuhan, identifikasi potensi dan kelemahan yang ada,
menentukan jalan keluar dan kegiatan yang akan dilakukan, dan membuat
pengorganisasian kegiatan. Perencanaan disusun sendiri oleh masyarakat. Sedangkan tim
pengabdian dan petugas puskesmas akan bertindak sebagai fasilitator.

3.2 Tahap Kedua

Tahap kedua merupakan pelaksanaan kegiatan. Kegiatan dilaksanakan bersama-


sama oleh masyarakat sesuai dengan yang telah direncanakan. Sedangkan tim pengabdian
dan petugas puskesmas akan bertindak sebagai fasilitator.

3.3 Tahap Ketiga

Pada tahap ketiga, dilakukan monitoring dan vealuasi kegiatan. Proses ini juga
dilakukan sendiri oleh masyarakat. Tim pengabdian dan petugas puskesmas juga akan
bertindak sebagai fasilitator.
BAB IV. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

4.1 Kelayakan Perguruan Tinggi

Poltekkes Kemenkes Palu merupakan institusi merupakan institusi organik yang


bertugas mengelola seluruh kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
seluruh kegiatan dan pengabdian kepada masyarakat, baik yang bersifat intra Poltekkes
Palu maupun ekstra Poltekkes (regional, nasional, dan internasional). Poltekkes Kemenkes
Palu memfasilitasi segala bentuk kegiatan kerjasama penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, baik antar ilmu maupun antar lembaga. Poltekkes Kemenkes Palu telah lama
berpartisipasi pada kegiatan pengabdian masyarakat baik yang diselenggarakan oleh
DP2M Dirjen Dikti, Kementrian Ristek, LIPI Pusat, Departemen Pertanian, Lembaga
Pemerintah lainnya maupun hasil kerjasama dengan lembaga riset/pemerintah yang ada di
luar negeri.

4.2 Kualifikasi Kepakaran Tim Pelaksana

Tim pelaksana kegiatan PPM merupakan dosen yang keahlian dalam bidang ilmu
kesehatan masyarakat. Ketua tim pelaksana merupakan pengampu mata kuliah Askeb
Komunitas. Sedangkan anggota tim merupakan mahasiswa Program Studi D-3
Kebidanan Palu. Untuk melaksanakan pengabdian ini, tim pelaksana sangat berkompeten
dan mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
BAB V. KEGIATAN DAN LUARAN YANG DICAPAI

5.1 Tahap Perencanaan

Germas yang baru dicanangkan oleh pemerintah melalui Instruksi Presiden Nomor
1 tahun 2017 tentang Germas pada dasarnya adalah upaya kesehatan masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat yang berfokus pada 3 aspek perubahan perilaku. Perubahan
perilaku tersebut mencakup melakukan aktivitas fisik, mengonsumsi tanaman dan sayur,
dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi faktor risiko yang
ada pada setiap orang.
Pada kegiatan pengabdian masyarakat ini, diimplementasikan gerakan masyarakat
hidup sehat melalui pemberdayaan masyarakat. Masyarakat sasaran kegiatan adalah ibu-
ibu setanaman dasawisma di Desa Bale, wilayah kerja Puskesmas Wani, Kecamatan
Tanantovea, Kabupaten Donggala. Dasawisma ini baru terbentuk, belum memiliki nama
dan belum memiliki program kerja. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh tim pengabdi untuk
dapat membina dan memfasilitasi kegiatan dasawisma.
Tim pengabdi memulai kegiatan dengan menghubungi Bidan Poskesdes Bale yang
memiliki 5 Dusun, dan menghubungi Ketua Dusun untuk menjelaskan maksud kegiatan
pengabdian. Ketua Dusun kemudian menyambut kegiatan ini dengan baik dan menyatakan
bahwa ibu-ibu dasawisma akan dengan senang hati ikut terlibat di kegiatan ini.
Kelompok dasawisma sasaran terdiri dari 10 orang anggota. Pertemuan pertama tim
pengabdian, ibu-ibu dasawisma, dan Bidan Poskesdes Bale berlangsung lancar di rumah
ketua Dusun dan dihadiri oleh seluruh anggota dasawisma. Pada pertemuan pertama ini,
ketua tim pengabdian menjelaskan apa yang dimaksud dengan Germas secara umum.
Ketua tim pengabdian juga menjelaskan maksud kegiatan yang akan dilakukan, bahwa
kegiatan pengabdian bermaksud memperkenalkan cara hidup sehat kepada masyarakat
dengan tujuan akhirnya adalah perubahan perilaku hidup sehat oleh ibu-ibu dasawisma
yang kemudian harus dapat ditularkan kepada masyarakat di sekitarnya.
Perubahan perilaku yang menjadi fokus Germas adalah melakukan aktivitas fisik,
mengonsumsi tanaman dan sayur, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
untuk mendeteksi faktor risiko yang ada pada setiap orang. Pada pertemuan pertama, ibu-
ibu dasawisma menyepakati untuk melakukan senam setiap hari minggu pagi. Keputusan
ini dibuat sendiri oleh anggota dasawisma melalui musyawarah yang difasilitasi oleh tim
pengabdian. Hal ini telah mencerminkan adanya pemberdayaan masyarakat dalam
merencanakan upaya kesehatan bagi mereka sendiri. Selanjutnya anggota dasawisma
bersama-sama menetapkan lokasi senam dan bersedia menyediakan waktu untuk bersama-
sama melakukan senam setiap hari minggu pagi.

5.2 Tahap Pelaksanaan


BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
5.1 Biaya

No. Komponen Biaya yang Diusulkan


1. Honorarium
2. Bahan habis pakai
3. Lain-lain
Jumlah

5.2 Jadwal Kegiatan

Hari
Kegiatan
1 2

Pengurusan kerja sama dengan mitra

Kegiatan tahap pertama

Kegiatan tahap kedua

Kegiatan tahap ketiga

Pembuatan laporan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
JUATIFIKASI ANGGARAN BIAYA

1. Honorarium
Waktu
Honor Honor/Jam (Rp) (jam/minggu) Minggu Biaya
1. Honor
instruktur senam
Subtotal (Rp)
2. Pembelian Bahan Habis Pakai
Justifikasi Harga
Material Kuantitas Biaya
Pembelian Satuan

Perlengkapan
pengumpulan
1. ATK data, fotokopi
instrumen dan
laporan

2. Pembelian bibit Bahan


tanaman dan pelaksanaan
sayur kegiatan
Snack saat
3. Snack pertemuan warga
masyarakat
Subtotal (Rp)
3. Biaya Perjalanan
Justifikasi Harga
Material Kuantitas Biaya
Perjalanan Satuan
Transportasi ke
1. Transportasi dan dari lokasi
pengabdian
Subtotal (Rp)
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN

Anda mungkin juga menyukai