OLEH :
Widya Pani, SKM.,SST.,M.Kes (NIDN. 4007017202)
Sri Restu Tempali, S.Kep.,Ns.,M.Sc (NIDN.)
Arie Maineny, SST, M.Kes (NIDN.)
Mercy Joice Kaparang, SKM, M.Kes (NIDN.)
Sarliana, SST, M.Keb (NIDN.)
Febty Kuswanti, SST, M.Keb (NIDN.)
1. Judul PKM : Edukasi Pencegahan Kanker Serviks Dan Kanker Payudara Terhadap
Ibu-Ibu Kelurahan Mamboro Dan Para Mahasiswa Di Poltekkes Kemenkes Palu
Mengesahkan,
1. Judul Pengabmas :
EDUKASI PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DAN KANKER PAYUDARA
TERHADAP IBU-IBU KELURAHAN MAMBORO DAN PARA MAHASISWA
DI POLTEKKES KEMENKES PALU
2. Tim Pelaksana :
Bidang Instansi Alokasi
No. Nama Jabatan
Keahlian Asal Waktu
1. Widya Pani, Ketua Kebidanan Poltekkes
SKM.,SST.,M.Kes Kemenkes Palu
2. Sri Restu Tempali, Anggota Kebidanan Poltekkes
S.Kep.,Ns.,M.Sc Kemenkes Palu
3. Arie Maineny, SST, Anggota Kebidanan Poltekkes
M.Kes Kemenkes Palu
4. Mercy Joice Kaparang, Anggota Kebidanan Poltekkes
SKM, M.Kes Kemenkes Palu
5. Sarliana, SST, M.Keb Anggota Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palu
6. Febty Kuswanti, SST, Anggota Kebidanan Poltekkes
M.Keb Kemenkes Palu
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks dan merupakan salah
satu penyebab kematian pada wanita. Penyebab dari kanker serviks adalah infeksi Human
Vapiloma Virus (HPV). HPV ditularkan melalui hubungan seksual dan ditemukan pada 95%
kasus kanker serviks .
Kanker payudara merupakan jenis tumor ganas yang hingga kini masih menjadi
pembunuh nomor satu bagi perempuan. Kanker payudara adalah kanker yang paling sering
terjadi pada wanita, berdampak pada 2,1 juta wanita setiap tahun, dan juga menyebabkan
jumlah terbesar kematian terkait kanker di antara wanita. Data dari International Agency
Research on Cancer (IARC) Globocan 2018, kanker payudara merupakan kanker dengan
persentase kasus tertinggi dibandingkan dengan kanker lainnya yaitu 46,3% atau 2.088.849
kasus dan persentase kematian tertinggi 13% atau 626.679 kasus pada perempuan di dunia.
Prevalensi kanker payudara di Indonesia mencapai 0,5 perseribu perempuan.
Data dari WHO (World Health Organization), kanker merupakan penyebab kematian
nomor 2 di dunia. Pada tahun 2012 kematian akibat kanker serviks diperkirakan lebih dari
270.000 setiap tahunnya, lebih dari 85% terjadi di negara berkembang dan jumlah wanita
penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun
terjadi 40 ribu kasus kanker serviks. Kanker serviks merupakan penyakit kanker dengan
prevalensi tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 0,8%. Data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013, prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4% per 1000 penduduk.
Prevalensi kanker tertinggi terdapat di DI Yogyakarta 4,1%, diikuti Jawa Tengah 2,1%, dan
Bali 2%. Salah satu kanker pada perempuan dengan kejadian yang tertinggi di Indonesia
adalah kanker serviks.
Metode standar untuk deteksi dini kanker pada wanita adalah sitologi (papsmear)
untuk kanker serviks dan mamografi untuk kanker payudara. Namun karena biaya pap
smear dan mamografi senderung mahal dan butuh logistic, belum banyak fasilitas kesehatan
khususnya di negara berkembang yang menyediakan layanan tersebut karena kendala
infrastruktur.
Program pemerintah mengenai deteksi dini kanker serviks sudah tercantum didalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 796/MENKES/SK/VII/2010
tentang pedoman teknis pengendalian kanker payudara dan kanker serviks. Program deteksi
dini kanker serviks yang dimaksud dalam peraturan ini yaitu pemeriksaan Inspeksi Visual
Asam Asetat (IVA). Pemerintah menargetkan, pada tahun 2014 pencegahan dan
penanggulangan kanker serviks dapat menjangkau hampir seluruh provinsi. Pada tahun 2014
25% kabupaten/kota dapat melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks dengan sasaran
80% wanita usia subur (WUS) berumur 15-49 tahun telah melakukan deteksi dini kanker
serviks.
Kanker payudara merupakan jenis tumor ganas yang hingga kini masih menjadi
pembunuh nomor satu bagi perempuan. Kanker payudara adalah kanker yang paling sering
terjadi pada wanita, berdampak pada 2,1 juta wanita setiap tahun, dan juga menyebabkan
jumlah terbesar kematian terkait kanker di antara wanita.
Menurut WHO terdapat dua metode untuk mendeteksi kanker payudara yaitu dengan
deteksi secara dini dan skrening. Deteksi dini dimulai dengan melakukan SADARI,
pemeriksaan payudara klinis, dan Mamografi. Program skrining adalah upaya yang jauh
lebih kompleks daripada program diagnosis dini. Skrining mamografi adalah satu-satunya
metode skrining yang telah terbukti efektif. Meskipun mammografi merupakan Gold
Standart pemeriksaan kanker payudara tetapi SADARI merupakan langkah deteksi dini yang
paling mudah dilakukan. Praktik SADARI telah memberdayakan perempuan untuk
mengambil tanggung jawab terhadap kesehatan mereka sendiri. Oleh karena itu SADARI
direkomendasikan untuk meningkatkan kesadaran di kalangan wanita Kementerian
Kesehatan bekerjasama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) telah mencanangkan
Program Penanggulangan Kanker Terpadu Paripurna (PKTP). Program tersebut meliputi:
pencegahan, deteksi dini, pengobatan kuratif, pengobatan paliatif dan peningkatan kualitas
hidup penderita kanker, dengan prioritas pencegahan dan deteksi dini kanker. Penyuluhan
kesehatan merupakan salah satu metode untuk meningkatkan pengetahuan tentang kanker
payudara dan menyadarkan masyarakat tentang pentingnya upaya deteksi dini dengan
SADARI (Kemenkes RI, 2015).
Kurangnya informasi dan pengetahuan ibu-ibu serta remaja tentang kanker serviks
dan kanker payudara dan upaya deteksi dininya membuat ibu-ibu serta remaja bersikap
negatif dengan hal tersebut. Sejalan dengan jurnal penelitian dari Shahrbabaki (2011) yang
menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang memadai membuat
wanita tidak mampu melakukan deteksi dini kanker payudara, sehingga mengakibatkan para
wanita tersebut mengabaikannya.
Orang yang sudah pernah merasakan secara langsung teknik SADARI lebih percaya
diri untuk melakukannya daripada wanita yang belum pernah melakukan SADARI. Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang sudah pernah merasakan atau
melakukan SADARI maka akan paham akan manfaat dari tindakan tersebut sehingga
cenderung bersikap positif terhadap objek tersebut.
Hal tersebut merupakan salah satu penangulangan kanker payudara yang dilakukan
dengan cara promotive dan preventif. Penangulangan tersebut dapat berupa penyuluhan
kepada masyarakat mengunakan media cetak, media elektronik, media sosial, perkumpuan
social budaya untuk mewujudkan masyarakat berperilaku Cerdik. Upaya deteksi dini sangat
penting dilakukan karena kanker yang ditemukan dalam stadium dini dapat segera diberikan
terapi dan kemungkinan kesembuhannya mencapai 80-90%. Wanita dianjurkan untuk
melakukan sadari sejak pertama kali mengalami haid.
GERMAS yang telah dicanangkan sejak tahun 2017, perlu dilakukan inisiasi mulai
dari kelompok masyarakat paling kecil seperti dasa wisma. Kegiatan Pengabdian ini akan
fokus pada 2 sub-kegiatan GERMAS, yaitu peningkatan pencegahan dan deteksi dini
penyakit dan peningkatan edukasi hidup sehat. Kegiatan ini akan dilakukan melalui
mobilisasi masyarakat untuk ikut edukasi mulai dari perencanaan hingga evaluasi
kegiatan. Sehingga dapat diharapkan agar program ini akan terus berlanjut secara
swadaya oleh masyarakat meskipun kegiatan pengabdian telah selesai.
2.2 Target
2.3 Lokasi
Target luaran dari kegiatan ini adalah dilaksanakannya Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (GERMAS) melalui peningkatan aktivitas fisik dan pemanfaatan pekarangan rumah
untuk tanaman obat keluarga. Rincian luaran yang ingin dicapai dalam program PPM ini
digambarkan pada tabel di bawah ini:
Pada tahap ketiga, dilakukan monitoring dan vealuasi kegiatan. Proses ini juga
dilakukan sendiri oleh masyarakat. Tim pengabdian dan petugas puskesmas juga akan
bertindak sebagai fasilitator.
BAB IV. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Tim pelaksana kegiatan PPM merupakan dosen yang keahlian dalam bidang ilmu
kesehatan masyarakat. Ketua tim pelaksana merupakan pengampu mata kuliah Askeb
Komunitas. Sedangkan anggota tim merupakan mahasiswa Program Studi D-3
Kebidanan Palu. Untuk melaksanakan pengabdian ini, tim pelaksana sangat berkompeten
dan mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
BAB V. KEGIATAN DAN LUARAN YANG DICAPAI
Germas yang baru dicanangkan oleh pemerintah melalui Instruksi Presiden Nomor
1 tahun 2017 tentang Germas pada dasarnya adalah upaya kesehatan masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat yang berfokus pada 3 aspek perubahan perilaku. Perubahan
perilaku tersebut mencakup melakukan aktivitas fisik, mengonsumsi tanaman dan sayur,
dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi faktor risiko yang
ada pada setiap orang.
Pada kegiatan pengabdian masyarakat ini, diimplementasikan gerakan masyarakat
hidup sehat melalui pemberdayaan masyarakat. Masyarakat sasaran kegiatan adalah ibu-
ibu setanaman dasawisma di Desa Bale, wilayah kerja Puskesmas Wani, Kecamatan
Tanantovea, Kabupaten Donggala. Dasawisma ini baru terbentuk, belum memiliki nama
dan belum memiliki program kerja. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh tim pengabdi untuk
dapat membina dan memfasilitasi kegiatan dasawisma.
Tim pengabdi memulai kegiatan dengan menghubungi Bidan Poskesdes Bale yang
memiliki 5 Dusun, dan menghubungi Ketua Dusun untuk menjelaskan maksud kegiatan
pengabdian. Ketua Dusun kemudian menyambut kegiatan ini dengan baik dan menyatakan
bahwa ibu-ibu dasawisma akan dengan senang hati ikut terlibat di kegiatan ini.
Kelompok dasawisma sasaran terdiri dari 10 orang anggota. Pertemuan pertama tim
pengabdian, ibu-ibu dasawisma, dan Bidan Poskesdes Bale berlangsung lancar di rumah
ketua Dusun dan dihadiri oleh seluruh anggota dasawisma. Pada pertemuan pertama ini,
ketua tim pengabdian menjelaskan apa yang dimaksud dengan Germas secara umum.
Ketua tim pengabdian juga menjelaskan maksud kegiatan yang akan dilakukan, bahwa
kegiatan pengabdian bermaksud memperkenalkan cara hidup sehat kepada masyarakat
dengan tujuan akhirnya adalah perubahan perilaku hidup sehat oleh ibu-ibu dasawisma
yang kemudian harus dapat ditularkan kepada masyarakat di sekitarnya.
Perubahan perilaku yang menjadi fokus Germas adalah melakukan aktivitas fisik,
mengonsumsi tanaman dan sayur, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
untuk mendeteksi faktor risiko yang ada pada setiap orang. Pada pertemuan pertama, ibu-
ibu dasawisma menyepakati untuk melakukan senam setiap hari minggu pagi. Keputusan
ini dibuat sendiri oleh anggota dasawisma melalui musyawarah yang difasilitasi oleh tim
pengabdian. Hal ini telah mencerminkan adanya pemberdayaan masyarakat dalam
merencanakan upaya kesehatan bagi mereka sendiri. Selanjutnya anggota dasawisma
bersama-sama menetapkan lokasi senam dan bersedia menyediakan waktu untuk bersama-
sama melakukan senam setiap hari minggu pagi.
Hari
Kegiatan
1 2
Pembuatan laporan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
JUATIFIKASI ANGGARAN BIAYA
1. Honorarium
Waktu
Honor Honor/Jam (Rp) (jam/minggu) Minggu Biaya
1. Honor
instruktur senam
Subtotal (Rp)
2. Pembelian Bahan Habis Pakai
Justifikasi Harga
Material Kuantitas Biaya
Pembelian Satuan
Perlengkapan
pengumpulan
1. ATK data, fotokopi
instrumen dan
laporan