Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“KONSEP TENTANG PELAYANAN KB MASA NIFAS”


DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DAN
KESEHATAN REPRODUKSI

DOSEN PENGAMPU : ARTIKA DEWI, SKM, M.KES

DISUSUN OLEH :
RASNA PO7124121028
AZZAHRA FITRI U DJABA PO7124121029
SYELIN STIFANI MATIMPAS PO7124121031
MAGFIRA S.YUNUS PO7124121032
DANELLA ARDELIA PO7124121033
FIKA LESTARI PO7124121034
USWATUN HASANA PO7124121035
DIAN WULANDARI PO7124121036

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALU
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
2.1 Definisi KB dan Masa Nifas..............................................................................................................5
2.2 Kontrasepsi Masa Nifas.....................................................................................................................6
2.3 Konsep Pelayanan Keluarga Berencana Masa Nifas.......................................................................10
2.4 Manfaat Masa Nifas........................................................................................................................12
2.5 Bentuk Kesetaraan Gender..............................................................................................................12
BAB III......................................................................................................................................................14
PENUTUP.................................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi KB dan Masa Nifas


A. Definisi KB
KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan
memberikan nasehat perka- winan,pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran. KB
merupakan tindakan membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur
interval diantara kelahiran. KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk
memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran.

KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan


menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran. KB bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak, serta terciptanya penduduk yang berkualitas. Adapun sasaran
dari program KB, yaitu: sasaran langsung dan tidak langsung. Ruang lingkup program KB,
meliputi: komunikasi informasi dan edukasi konseling, pelayanan infertilitas, pendidikan
seks, konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan. serta konsultasi genetik. Adapun
jenis-jenis akseptor KB, yaitu: akseptor aktif, aktif kembali, KB baru, KB dini, KB
langsung, dan KB dropout. Adapun akseptor KB menurut sasarannya, meliputi: fase
menunda kehamilan, fase mengatur/ menjarangkan kehamilan, dan fase mengakhiri
kesuburan.

B. Definisi Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-
kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2010). Wanita yang sedang dalam masa nifas memerlukan
asuhan diantaranya memberikan pendidikan kesehatan pada ibu berkaitan dengan gizi,
menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya, perawatan bayi sehat, dan KB (Keluarga
Berencana). Pendidikan kesehatan mengenai KB ini umumnya diberikan pada kunjungan
nifas ke4, yaitu enam minggu setelah melahirkan. Kontrasepsi mantap wanita (tubektomi)
adalah tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan wanita tersebut tidak
akan mendapat keturunan lagi. Jenis kontrasepsi ini bersifat permanen, karena dilakukan
penyumbatan pada saluran telur wanita yang dilakukan dengan cara diikat, dipotong,
ataupun dibakar (Proverawati, 2010). Wanita yang diperbolehkan ikut serta dalam
kontrasepsi mantap wanita adalah wanita yang berumur lebih dari 26 tahun dan memiliki
paritas lebih dari 2 (Prawirohardjo, 2012).

2.2 Kontrasepsi Masa Nifas


Kontrasepsi merupakan salah satu cara untuk mengatasi atau menyelesaikan salah satu
persoalan keluarga untuk mencapai keluarga bahagia. Program KB pasca persalinan yaitu
pemanfaatan/ penggunaan meode kontrasepsi sesudah bersalin. Ada dua jenis pelayanan KB
pasca persalinan yaitu immediate postpartum sesudah melahirkan sampai 48 jam serta early
postpartum sesudah 48 jam sampai minggu ke- 6 sesudah melahirkan (Pedoman Pelayanan
Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan).Adapun tujuan KB pasca
persalinan adalah:

1. Menurunkan salah satu komponen Empat Terlalu (terlalu dekat), menjaga jarak
kehamilan sehingga berkontribusi terhadap penurunan Angka kematian ibu dan bayi.
2. Berkontribusi secara tidak langsung terhadap pengendalian pertumbuhan penduduk
beserta dampakanya.
Upaya peningkatan KB pasca bersalin diperlukan mengingat kembalinya
kesuburan perempuan pada keadaan pasca persalianan tidak terduga dan kadang dapat
terjadi sebelum datangnya menstruasi. Rata-rata pada ibu yang tidak menyusui, ovulasi
terjadi pada 45 hari pasca persalinan atau lebih awal. Dua dari tiga ibu yang tidak menyusui
akan mengalami ovulasi sebelum datangnya menstruasi (Direktorat Bina Kesehatan Ibu
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
Tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam memberikan informasi
tentang metode KB pasca persalinan kepada calon akseptor yang dalam hali ini khusus ibu
hamil, bersalin dan nifas. Pemberian informasi ini dilakukan melalui konseling dengan
menggunakan alat bantu pengambilan keputusan (AKBK) ber-KB. Hal ini dilanjutkan
sampai pada saat bersalin dan pasca persalinan (Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana
Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan, 2012). Pemberi pelayanan harus dapat memberikan
informasi yang lengkap dan akurat dan seimbang tentang
1. Jenis kontrasepsi
2. Cara menggunakan
3. Risiko pemakaian
4. Keuntungan
5. Efek samping dan tindakan untuk mengatasinya
6. Efektifitas
7. Akibat bagi kegiatan sehari-hari dan bagi hubungan seksual
8. Kemungkinan ganti cara
9. Fleksibitas
Dalam pedoman pelaksanaan kontrasepsi pasca persalinan ini akan diuraikan
jenis-jenis konrasepsi. Secara umum, hampir semua metode kontasepsi dapat digunakan
sebagai metode KB pasca persalinan. Metode KB pasca persalinan dibagi dalam dua jenis:
1. Non Hormonal
a. Metode Amenore Laktasi (MAL)
MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan apapun
ataupun minuman apapun lainnya.
Syarat untuk dapat menggunakan, menyusui secara penuh (Full breast feeding), lebih
efektif bila pemberian lebih dari 8 kali sehari

b. Kondom
Kondom merupakan selubung/ sarung karet sebagai salah satu metode
kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan dan atau penularan penyakit
kelamin pada saat bersenggama.
Penggunaan kondom perlu memperhatikan cara menggunakan kondom yang benar
dan tepat.

c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


Alat kotrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua saluran yang
menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan
plastik polietilena, ada yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak.

d. Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)


Tubektomi adalah metode kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi seorang
wanita bila tidak ingin hamil lagi. Efektivitas penggunaan MOW adalah 99,5%.
Metode ini tidak mempengaruhi produksi ASI. Keuntungan lain adalah tidak ada
efek samping dalam jangka panjang dan tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
serta berkurang risiko mengalami kanker indung telur.
Vasektomi adalah prosedur klinis untuk menghentikan kemampuan reproduksi
pria dengan jalan melakukan peghambatan atau pemotongan saluran pengeluaran
sperma (vas deferens) sehingga pengeluaran sperma terhambat dan pembuahan tidak
terjadi. Pengunaan metode ini sangat efektif dengan angka 99,9%.

2. Hormonal
a. Progestin: pil, injeksi dan implan
Pil progrestin adalah pil KB yang cocok bagi ibu menyusui. Pil ini berbeda
dengan Pil KB yang lain karena jika Pil KB biasa mengandung dua jenis hormon,
yaitu hormon estrogen dan progesteron, pil ini hanya mengandung satu jenis hormon,
yaitu hormon Progestin. Hormon ini sangat aman digunakan bagi ibu menyusui
karena selain efektif mencegah kehamilan, hormon ini tidak mengganggu produksi
dan kualitas ASI. Efektivitas minipil adalah 98,5%. Minipil sangat dianjurkan bagi
ibu menyusui bayinya sampai 6 bulan.
Kontrasepsi suntikan/injeksi adalah pencegah kehamilan yang dilakukan dengan
cara menyuntikkan obat berisi hormon progestin pada otot (intra muskuler) di bagian
bokong (gluteus) yang dalam atau pada pangkal lengan. Terdapat dua jenis suntikan
yaitu Depo Medorxi Progesterone Acetate (DMPA) dan Depo Norestisteron Enantat
(Depo Noristerat), yang berkerja dengan mencegah ovulasi, mengentalkan lendir
mulut rahim sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, dan selaput lendir
menjadi tipis dan mengecil serta menghambat perjalanan sel telur oleh saluran telur.
Cara kontrasepsi yang satu ini dinilai baik untuk wanita yang masih menyusui
anaknya dan dapat langsung digunakan setelah melahirkan. Suntikan pertama dapat
dilakukan dalam waktu empat minggu setelah melahirkan dan suntikan berikutnya
diberikan setiap satu bulan atau tiga bulan berikutnya. Efektivitas suntikan adalah
99,7%.
Implant hormon sering disebut juga Norplant (satu-satunya merk implant yang
beredar di Indonesia) dan di daerah pada umumnya disebut susuk. Alat kontrasepsi
jangka panjang ini berbentuk seperti serpihan kayu dan dipasang di bawah lapisan
kulit pada lengan atas bagian samping dalam. Masing-masing mengandung progestin
lenovogestrel sintetis yang membuat lendir mulut rahim menjadi kental yang akan
menganggu proses pembentukan lapisan pada permukaan rahim sehingga sulit terjadi
penanaman sel telur yang sudah dibuahi. Implant hormon memiliki tingkat
efektivitas 99% - 99,8% serta mempunyai perlindungan jangka panjang sampai 3
tahun. Penggunaan implant pasca persalinan dapat dipasang setelah 4 minggu dan
aman dipakai pada masa menyusui karena tidak menganggu produksi ASI.
b. Kombinasi: pil dan injeksi
Pil progrestin adalah pil KB yang cocok bagi ibu menyusui. Pil ini berbeda
dengan Pil KB yang lain karena jika Pil KB biasa mengandung dua jenis hormon,
yaitu hormon estrogen dan progesteron, pil ini hanya mengandung satu jenis hormon,
yaitu hormon Progestin. Hormon ini sangat aman digunakan bagi ibu menyusui
karena selain efektif mencegah kehamilan, hormon ini tidak mengganggu produksi
dan kualitas ASI. Efektivitas minipil adalah 98,5%. Minipil sangat dianjurkan bagi
ibu menyusui bayinya sampai 6 bulan.
Kontrasepsi suntikan/injeksi adalah pencegah kehamilan yang dilakukan dengan
cara menyuntikkan obat berisi hormon progestin pada otot (intra muskuler) di bagian
bokong (gluteus) yang dalam atau pada pangkal lengan. Terdapat dua jenis suntikan
yaitu Depo Medorxi Progesterone Acetate (DMPA) dan Depo Norestisteron Enantat
(Depo Noristerat), yang berkerja dengan mencegah ovulasi, mengentalkan lendir
mulut rahim sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, dan selaput lendir
menjadi tipis dan mengecil serta menghambat perjalanan sel telur oleh saluran telur.
Cara kontrasepsi yang satu ini dinilai baik untuk wanita yang masih menyusui
anaknya dan dapat langsung digunakan setelah melahirkan. Suntikan pertama dapat
dilakukan dalam waktu empat minggu setelah melahirkan dan suntikan berikutnya
diberikan setiap satu bulan atau tiga bulan berikutnya. Efektivitas suntikan adalah
99,7%.

2.3 Konsep Pelayanan Keluarga Berencana Masa Nifas


Pelayanan kontrasepsi masa nifas sebagaimana pelayanan KB pada umumnya
dapat dilakukan oleh tenaga dokter dan bidan yang kompeten. Dalam hal pelayanan yang
dilakukan oleh bidan, mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1464/MENKES/PER/IX/2010, Pasal 12 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik bidan,
dimana dinyatakan bahwa bidan dapat:
1) Memberikanpenyuluhandankonselingkesehatanreproduksi perempuan dan keluarga
berencana
2) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom, dan dalam Pasal 13 dinyatakan bahwa
selain kewenangan tersebut, bagi bidan yang menjalankan program pemerintah, bidan
berwenang memberikan pelayanan:
(a) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim dan memberikan
alat kontrasepsi bawah kulit.
(b) Pelayanan tersebut hanya dapat diberikan oleh bidan yang terlatih (Kementrian
Kesehatan RI, 2013).

Kegiatan pelayanan KB pasca persalinan sama dengan KB pada umumnya, maka


pelayanan KB pasca persalinan yaitu perlu dilaksanakan dengan mengikuti kaidah
manajemen program, yaitu meliputi (Pedoman Pelayanan KB Pasca Persalinan Di
Fasilitas Kesehatan) :
1. Perencanaan
pertama perecanaan pelayanan KB pasca persalinan adalah menentukan
target/sasaran KB pasca persalinan, perencananan dan penghitungan kebutuhan
alkon. Perencanaan pelayanan KB pasca persalinan dilaksanakan pada saat mini
lokakarya dan terpadu dengan pelayanan KIA lainnya seperti P4K dengan stiker,
kelas ibu hamil, sistem rujukan dan lain-lain.
2. Pelaksanaan
Prosedur pelayanan KB pasca persalinan adalah sebagai berikut:
a) Persiapan
Sebelum pelayanan KB pasca persalinan dilakukan tahapan persiapan dengan
melakukan konseling pada pemeriksaan kehamilan, juga dapat dilaksanakan
terpadu dalam P4K melalui amanat persalinan serta penyampaian informasi pada
kelas ibu hamil dan diingatkan kembali pada setiap kunjungan pemeriksaan
kehamilan berikitnya.
b) Pelaksanaan
Fasilitas pelayanan KB merupakan salah satu mata rantai fasilitas pelayanan
medis keluarga berencana yang terpadu dengan pelayanan kesehatan umum di
fasilitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh tenaga profesional yaitu
dokter spesialis, dokter umum dan bidan.
3. Evaluasi
Agar hasil pelayanan KB pasca persalinan dapat menggambarkan kinerja tenaga
kesehatan maka semua kegiatan pelayanan KB pasca persalinan yang
dilaksanakan diseluruh fasilitas pelayanan kesehatan harus dicatat dalam format
yang ada (kohort KB, Kohort Nifas, kartu status peserta KB/K4 dan F2 KB) dan
kemudian dilaporkan kepada Dinas Kesehatan dan BKKBN setempat.
2.4 Manfaat Masa Nifas

Mencegah terjadinya kehamilan akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sel sperma sehingga dapat mencegah terjadinya kehamilan. KB Pasca Persalinan adalah
penggunaan alat kontrasepsi pada masa nifas sampai dengan 42 hari setelah melahirkan.
Alasan pelaksanaan KB pasca persalinan antara lain termasuk kembalinya fertilitas dan
resiko terjadinya kehamilan, jarak kehamilan yang dekat, resiko terhadap bayi dan ibu serta
ketidak tersediaan kontrasepsi KB Pasca Keguguran adalah penggunaan kontrasepsi pasca
keguguran. Secara demografis, fertilitas diartikan sebagai hasil reproduksi yang ditunjukkan
dengan banyaknya bayi lahir hidup. Fertilitas merupakan salah satu penyumbang tingginya
angka kelahiran selain mortalitas dan imigrasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan angka kelahiran adalah melalui Program Keluarga Berencana (KB), melalui
pemakaian alat kontrasepsi oleh Pasangan Usia Subur. Variabel antara yang mempengaruhi
langsung terhadap fertilitas pada dasarnya juga dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat, yaitu tentang besarnya keluarga KB masa nifas.

2.5 Bentuk Kesetaraan Gender


Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak,
tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat
(Marmi, 2014). Salah satu perbedaan gender yang terjadi di Indonesia adalah permasalahan
program keluarga berencana (KB). Peningkatan partisipasi pria dalam Program KB dan
Kesehatan Reproduksi adalah langkah yang tepat dalam upaya mendorong kesetaraan
gender dan menyukseskan pencapaian pembangunan Milenium (MDGs) 2015 (Menkokesra,
2010). Fakta berbicara bahwa kebutuhan akan program KB, termasuk di Indonesia, cukup
tinggi. Namun sayangnya, jumlah kebutuhan perempuan akan pelayanan KB yang belum
terpenuhi juga tinggi. Kondisi seperti itu dikenal dengan istilah unmet need. Perempuan
dengan unmet need adalah perempuan usia reproduktif yang memilih untuk mencegah atau
menunda memiliki anak, tetapi tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun dengan
berbagai alasan. Banyak studi melaporkan bahwa relasi gender yang timpang dalam sebuah
keluarga cukup berperan terhadap angka unmet need. The Johns Hopkins School of Public
Health, Amerika Serikat dalam studinya melaporkan bahwa sikap suami berperan dalam
keikutsertaan perempuan dalam KB. Suami yang masih ingin memiliki anak dan menolak
kontrasepsi membuat perempuan yang tidak ingin punya anak tidak terakses pelayanan KB.

Rendahnya partisipasi pria menjadi peserta KB secara langsung disebabkan


terbatasnya macam dan jenis alat kontrasepsi pria, pengetahuan dan pemahaman tentang
hak-hak kesehatan reproduksi. Kurangnya komunikasi sejak dini banyak mempengaruhi
sudut pandang yang kelirutentang seks dan keperkasaan pria, anggapan yang salah tentang
peranan kaumpria/suamidan kedudukan pria/suami dalam keluarga membuat pria jarang
yang mau berkonsultasi mengenai masalah reproduksi, seks, serta tingkah laku seksualnya.
Gengsi merasa perkasa dan gagah membuat pria/suamisering menyalahkan kaum
perempuan/ibu bila terjadi ketidak suburan, penurunan kesehatan dan dayaseksual
perempuan/ibu disebabkan seringnya melahirkan, kelayuan tubuh ibu. Program KB selama
ini mengarahkan sasaran pada perempuan, sebagian masyarakat masih menganggap KB dan
kesehatan reproduksi serta kesehatan ibu dan anak merupakan urusan perempuan dimana
keputusan untuk ber-KB, pergi periksa kehamilan, imunisasi bayi diserahkan pada
kaumperempuan/ibu. Beberapa pertimbangan mengapa pria/suamiharus imbang berperan
dalam KB dan kesehatan reproduksi antara lain pria/suamimerupakan pasangan dalam
proses reproduksi, bertanggung jawab secara sosial, mral dan ekonomi dalam membangun
keluarga, mempunyai hak-hak kesehatan reproduksi yang samadengan perempuan/misteri
(BKKBN, 2014).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai