DISUSUN OLEH :
RASNA PO7124121028
AZZAHRA FITRI U DJABA PO7124121029
SYELIN STIFANI MATIMPAS PO7124121031
MAGFIRA S.YUNUS PO7124121032
DANELLA ARDELIA PO7124121033
FIKA LESTARI PO7124121034
USWATUN HASANA PO7124121035
DIAN WULANDARI PO7124121036
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
2.1 Definisi KB dan Masa Nifas..............................................................................................................5
2.2 Kontrasepsi Masa Nifas.....................................................................................................................6
2.3 Konsep Pelayanan Keluarga Berencana Masa Nifas.......................................................................10
2.4 Manfaat Masa Nifas........................................................................................................................12
2.5 Bentuk Kesetaraan Gender..............................................................................................................12
BAB III......................................................................................................................................................14
PENUTUP.................................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-
kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2010). Wanita yang sedang dalam masa nifas memerlukan
asuhan diantaranya memberikan pendidikan kesehatan pada ibu berkaitan dengan gizi,
menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya, perawatan bayi sehat, dan KB (Keluarga
Berencana). Pendidikan kesehatan mengenai KB ini umumnya diberikan pada kunjungan
nifas ke4, yaitu enam minggu setelah melahirkan. Kontrasepsi mantap wanita (tubektomi)
adalah tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan wanita tersebut tidak
akan mendapat keturunan lagi. Jenis kontrasepsi ini bersifat permanen, karena dilakukan
penyumbatan pada saluran telur wanita yang dilakukan dengan cara diikat, dipotong,
ataupun dibakar (Proverawati, 2010). Wanita yang diperbolehkan ikut serta dalam
kontrasepsi mantap wanita adalah wanita yang berumur lebih dari 26 tahun dan memiliki
paritas lebih dari 2 (Prawirohardjo, 2012).
1. Menurunkan salah satu komponen Empat Terlalu (terlalu dekat), menjaga jarak
kehamilan sehingga berkontribusi terhadap penurunan Angka kematian ibu dan bayi.
2. Berkontribusi secara tidak langsung terhadap pengendalian pertumbuhan penduduk
beserta dampakanya.
Upaya peningkatan KB pasca bersalin diperlukan mengingat kembalinya
kesuburan perempuan pada keadaan pasca persalianan tidak terduga dan kadang dapat
terjadi sebelum datangnya menstruasi. Rata-rata pada ibu yang tidak menyusui, ovulasi
terjadi pada 45 hari pasca persalinan atau lebih awal. Dua dari tiga ibu yang tidak menyusui
akan mengalami ovulasi sebelum datangnya menstruasi (Direktorat Bina Kesehatan Ibu
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
Tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam memberikan informasi
tentang metode KB pasca persalinan kepada calon akseptor yang dalam hali ini khusus ibu
hamil, bersalin dan nifas. Pemberian informasi ini dilakukan melalui konseling dengan
menggunakan alat bantu pengambilan keputusan (AKBK) ber-KB. Hal ini dilanjutkan
sampai pada saat bersalin dan pasca persalinan (Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana
Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan, 2012). Pemberi pelayanan harus dapat memberikan
informasi yang lengkap dan akurat dan seimbang tentang
1. Jenis kontrasepsi
2. Cara menggunakan
3. Risiko pemakaian
4. Keuntungan
5. Efek samping dan tindakan untuk mengatasinya
6. Efektifitas
7. Akibat bagi kegiatan sehari-hari dan bagi hubungan seksual
8. Kemungkinan ganti cara
9. Fleksibitas
Dalam pedoman pelaksanaan kontrasepsi pasca persalinan ini akan diuraikan
jenis-jenis konrasepsi. Secara umum, hampir semua metode kontasepsi dapat digunakan
sebagai metode KB pasca persalinan. Metode KB pasca persalinan dibagi dalam dua jenis:
1. Non Hormonal
a. Metode Amenore Laktasi (MAL)
MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan apapun
ataupun minuman apapun lainnya.
Syarat untuk dapat menggunakan, menyusui secara penuh (Full breast feeding), lebih
efektif bila pemberian lebih dari 8 kali sehari
b. Kondom
Kondom merupakan selubung/ sarung karet sebagai salah satu metode
kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan dan atau penularan penyakit
kelamin pada saat bersenggama.
Penggunaan kondom perlu memperhatikan cara menggunakan kondom yang benar
dan tepat.
2. Hormonal
a. Progestin: pil, injeksi dan implan
Pil progrestin adalah pil KB yang cocok bagi ibu menyusui. Pil ini berbeda
dengan Pil KB yang lain karena jika Pil KB biasa mengandung dua jenis hormon,
yaitu hormon estrogen dan progesteron, pil ini hanya mengandung satu jenis hormon,
yaitu hormon Progestin. Hormon ini sangat aman digunakan bagi ibu menyusui
karena selain efektif mencegah kehamilan, hormon ini tidak mengganggu produksi
dan kualitas ASI. Efektivitas minipil adalah 98,5%. Minipil sangat dianjurkan bagi
ibu menyusui bayinya sampai 6 bulan.
Kontrasepsi suntikan/injeksi adalah pencegah kehamilan yang dilakukan dengan
cara menyuntikkan obat berisi hormon progestin pada otot (intra muskuler) di bagian
bokong (gluteus) yang dalam atau pada pangkal lengan. Terdapat dua jenis suntikan
yaitu Depo Medorxi Progesterone Acetate (DMPA) dan Depo Norestisteron Enantat
(Depo Noristerat), yang berkerja dengan mencegah ovulasi, mengentalkan lendir
mulut rahim sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, dan selaput lendir
menjadi tipis dan mengecil serta menghambat perjalanan sel telur oleh saluran telur.
Cara kontrasepsi yang satu ini dinilai baik untuk wanita yang masih menyusui
anaknya dan dapat langsung digunakan setelah melahirkan. Suntikan pertama dapat
dilakukan dalam waktu empat minggu setelah melahirkan dan suntikan berikutnya
diberikan setiap satu bulan atau tiga bulan berikutnya. Efektivitas suntikan adalah
99,7%.
Implant hormon sering disebut juga Norplant (satu-satunya merk implant yang
beredar di Indonesia) dan di daerah pada umumnya disebut susuk. Alat kontrasepsi
jangka panjang ini berbentuk seperti serpihan kayu dan dipasang di bawah lapisan
kulit pada lengan atas bagian samping dalam. Masing-masing mengandung progestin
lenovogestrel sintetis yang membuat lendir mulut rahim menjadi kental yang akan
menganggu proses pembentukan lapisan pada permukaan rahim sehingga sulit terjadi
penanaman sel telur yang sudah dibuahi. Implant hormon memiliki tingkat
efektivitas 99% - 99,8% serta mempunyai perlindungan jangka panjang sampai 3
tahun. Penggunaan implant pasca persalinan dapat dipasang setelah 4 minggu dan
aman dipakai pada masa menyusui karena tidak menganggu produksi ASI.
b. Kombinasi: pil dan injeksi
Pil progrestin adalah pil KB yang cocok bagi ibu menyusui. Pil ini berbeda
dengan Pil KB yang lain karena jika Pil KB biasa mengandung dua jenis hormon,
yaitu hormon estrogen dan progesteron, pil ini hanya mengandung satu jenis hormon,
yaitu hormon Progestin. Hormon ini sangat aman digunakan bagi ibu menyusui
karena selain efektif mencegah kehamilan, hormon ini tidak mengganggu produksi
dan kualitas ASI. Efektivitas minipil adalah 98,5%. Minipil sangat dianjurkan bagi
ibu menyusui bayinya sampai 6 bulan.
Kontrasepsi suntikan/injeksi adalah pencegah kehamilan yang dilakukan dengan
cara menyuntikkan obat berisi hormon progestin pada otot (intra muskuler) di bagian
bokong (gluteus) yang dalam atau pada pangkal lengan. Terdapat dua jenis suntikan
yaitu Depo Medorxi Progesterone Acetate (DMPA) dan Depo Norestisteron Enantat
(Depo Noristerat), yang berkerja dengan mencegah ovulasi, mengentalkan lendir
mulut rahim sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, dan selaput lendir
menjadi tipis dan mengecil serta menghambat perjalanan sel telur oleh saluran telur.
Cara kontrasepsi yang satu ini dinilai baik untuk wanita yang masih menyusui
anaknya dan dapat langsung digunakan setelah melahirkan. Suntikan pertama dapat
dilakukan dalam waktu empat minggu setelah melahirkan dan suntikan berikutnya
diberikan setiap satu bulan atau tiga bulan berikutnya. Efektivitas suntikan adalah
99,7%.
Mencegah terjadinya kehamilan akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sel sperma sehingga dapat mencegah terjadinya kehamilan. KB Pasca Persalinan adalah
penggunaan alat kontrasepsi pada masa nifas sampai dengan 42 hari setelah melahirkan.
Alasan pelaksanaan KB pasca persalinan antara lain termasuk kembalinya fertilitas dan
resiko terjadinya kehamilan, jarak kehamilan yang dekat, resiko terhadap bayi dan ibu serta
ketidak tersediaan kontrasepsi KB Pasca Keguguran adalah penggunaan kontrasepsi pasca
keguguran. Secara demografis, fertilitas diartikan sebagai hasil reproduksi yang ditunjukkan
dengan banyaknya bayi lahir hidup. Fertilitas merupakan salah satu penyumbang tingginya
angka kelahiran selain mortalitas dan imigrasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan angka kelahiran adalah melalui Program Keluarga Berencana (KB), melalui
pemakaian alat kontrasepsi oleh Pasangan Usia Subur. Variabel antara yang mempengaruhi
langsung terhadap fertilitas pada dasarnya juga dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat, yaitu tentang besarnya keluarga KB masa nifas.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA