Anda di halaman 1dari 20

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akseptor KB

2.1.1 Pengertian Akseptor KB

Akseptor KB adalah anggota masyarakat khususnya pasangan usia

subur yang mengikuti gerakan KB dengan melaksanakan penggunaan alat

kontrasepsi. Akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase

yaitu fase menunda atau mencegah kehamilan, fase penjarangan kehamilan

dan fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan.11 Non

Akseptor KB adalah Wanita usia subur yang tidak menggunakan salah satu

alat metode atau alat kontrasepsi sebagai upaya mencegah kehamilan.12

2.1.2 Jenis akseptor KB

Akseptor keluarga berencana yang diikuti oleh pasangan usia subur

dapat dibagi menjadi tiga macam:11

1. Akseptor atau peserta KB baru, yaitu Pasangan Usia Subur yang pertama

kali menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang

berakhir dengan keguguran atau persalinan.

2. Akseptor atau peserta KB lama, yaitu peserta yang masih menggunakan

kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan.

3. Akseptor atau peserta KB ganti cara, yaitu peserta KB yang ganti

pemakaian dari suatu metode kontrasepsi ke metode kontrasepsi lainnya.

7
8

2.2 Keluarga Berencana

2.1.1 Pengertian KB

Keluarga berencana (KB) adalah suatu tindakan atau program

tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara

kehamilan dan menetukan jumlah anak dalam keluarga agar mengurangi

insiden kehamilan berisiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat

pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi

semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu komunikasi, edukasi,

dan pelayanan, meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam

praktek KB, dan meningkatkan pemberian ASI untuk penjarangan

kehamilan. 13

2.2.2 Manfaat KB

Program KB bermanfaat untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

di Indonesia adalah melalui program KB. KB adalah salah satu usaha untuk

mencapai kesejahteraan keluarga dalam memberikan nasihat perkawinan,

pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan, pembinaan

meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat untuk mewujudkan

keluarga kecil yang bahagia sejahtera.4

2.2.3 Visi KB

Paradigma baru KB Nasional (KBN) telah diubah visinya dari

mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)

menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas Tahun 2016.


9

Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang dapat hidup dengan

sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki anak yang ideal, berwawasan ke

depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa.14

2.2.4 Misi KB

Misi dari KB dijabarkan ke dalam 6 (enam) misi, misi tersebut yaitu sebagai

berikut:14

1. Memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil

berkualitas

2. Menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian,

dan ketahanan keluarga.

3. Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi.

4. Meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak

reproduksi.

5. Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan

kesetaraan dan keadilan jender melalui program KB

6. Mempersiapkan SDM berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan

sampai dengan usia lanjut.

2.2.5 Tujuan KB

Tujuan KB adalah:11

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari program KB adalah untuk mewujudkan gagasan

tentang norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS).


10

2. Tujuan khusus

Penurunan angka kelahiran yang bermakna

2.2.6 Jenis jenis Alat Kontrasepsi KB

Adapun jenisjenis alat kontrasepsi yang lazim digunakan di Indonesia:11

1. Metode Sederhana

a. Tanpa alat (KB alamiah dan coitus interuptus).

b. Dengan alat (mekanis dan kimiawi)

2. Metode Modern

a.Kontrasepsi Hormonal terdiri dari Peroral (POK, minipil dan morning

after pill) Injeksi atau suntikan (DMPA, NEP-EN, Microspheres),

Sub-Kutis : Implant atau AKBK.

b. Intra Uterine Device (IUD, AKDR)

c.Kontrasepsi Mantap ( Tubektomi, Vasektomi)

2.2.7 Efek Samping Pemakaian Alat Kontrasepsi KB

Pengertian efek samping menurut Rifai (2005) Efek samping dapat

diartikan adanya gejala gejala penyerta yang tidak diinginkan atau hasil

pengiring yang tidak diingini. Efek samping merupakan masalah bagi

seorang akseptor yang mengalaminya karena merupakan beban kejiwaan

yang harus ditanggungnya, yang berakhir pada adanya kekhawatiran,

kecemasan, bahkan ketakutan terhadap efek samping. Adanya masalah

kesehatan yang dialami oleh sebagian akseptor KB dikarenakan efek

samping dari kontrasepsi tersebut dan kurangnya KIE (Komunikasi,


11

Informasi dan Edukasi) tentang efek samping, maka besar kemungkinan

seorang akseptor akan mengalami kejadian drop out atau putus pakai.15

Efek samping penggunaan Alat kontrasepsi diantaranya adalah

gangguan pola haid, kenaikan berat badan, sakit kepala dan kenaikan

tekanan darah, nyeri perut bagian bawah, penurunan gairan seksual, kadang-

kadang timbul mual, pening atau sakit kepala, nyeri payudara, serta

perdarahan bercak (spotting).11

2.2.8 Macam macam Alat Kontrasepsi

1. Kontrasepsi Alamiah
a. Metode Kalender
Wanita harus mengetahui masa subur wanita dalam siklus haidnya

setiap wanita mempunyai masa subur yang berbeda-beda, oleh karna itu

diperlukan pengamatan mininal enam kali siklus menstruasi. Sistem

kalender adalah pada masa subur tidak berhubungan seks. Bila berhubungan

pasangan menggunakan kondom, tissue KB, diafragma dan kap, atau

sanggama terputus selama masa subur. Diperlukan kerjasama yang baik

dengan pasangannya, karena sulit untuk menghindari hubungan seksual

untuk waktu yang lama, tidak ada efek samping fisik. Cara ini dianjurkan

apabila cara KB lain sulit dipergunakan pada waktu infeksi vagina, setelah

melahirkan atau pada waktu menyusui, metode kalender akan lebih efektif

jika dilakukan dengan baik dan benar.11


b. Metode Pantang Berkala
Dalam metode KB pantang berkala prinsipnya adalah tidak melakukan

hubungan seksual pada masa subur. Patokan masa subur adalah ovulasi

terjadi 142 hari sebelum haid yang akan datang, sperma dapat hidup
12

selama 48 jam setelah ejakulasi dan ovum dapat hidup selama 24 jam

setelah ovulasi. Jadi koitus harus dihindari selama 72 jam, yaitu 48 jam

setelah ejakulasi dan 24 jam setelah ovulasi. 11 Keuntungan pantang berkala

sebagai berikut:
a. Lebih sederhana.
b. Dapat digunakan oleh setiap wanita sehat.
c. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.
d. Kontrasepsi dengan menggunakan metode pantang berkala dapat

menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.


e. Tidak memerlukan biaya.
f. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
c. Metode Suhu Basal
Cara lain untuk menentukan masa aman adalah dengan suhu basal

tubuh. Suhu basal yaitu suhu yang diukur diwaktu pagi segera sesudah

bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas apapun. Suhu basal badan

dicatat dengan teliti setiap hari. Menjelang ovulasi, suhu basal badan akan

turun kurang lebih 24 jam sesudah ovulasi, suhu basal akan naik lagi lebih

tinggi dari pada suhu sebelum ovulasi. Kejadian ini dapat digunakan untuk

menentukan saat ovulasi. Agar metode ini efektif, wanita yang bersangkutan

diharuskan untuk tidak melakukan koitus sejak hari pertama suhu basal

meningkat hingga hari kelima setelah peningkatan suhu.11


d. Metode Lendir Servik
Metode ovulasi dimana wanita akan diajarkan tentang cara mengenali

perubahan karakteristik lendir serviks dan pola sensasi di vulva (kebasahan,

kebanyakan cairan dan kering) selama siklus haid. Perubahan lendir serviks

selama siklus haid merupakan pengaruh esterogen. Ketidaksuburan

seseorang dapat dideteksi baik pada fase praovulasi maupun pascaovulasi

saat siklus menstruasi. Pada saat wanita merasakan sensasi pada vulva dan
13

keberadaan lendir sepanjang hari ketika wanita melakukan aktivitas

hariannya, catat hasil pengamatannya sebelum hari berakhir. Selama

pencatatan siklus yang pertama tidak boleh melakukan hubungan seksual

agar familiar terhadap sensasi dan adanya lendir. Wanita harus belajar

membedakan cairan serviks dengan cairan semen dan pelumas seksual yang

normal.11
e. Metode Koitus Interuptus

Metode ini disebut juga senggama terputrus atau ekspulsi pra ejakulasi

atau pancaran ekstra vagina, metode ini dilakukan pada alat kelamin pria

yang mana dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke

dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah. Selain itu metode ini tidak

mengganggu produksi ASI, dapat digunakan sebagai pendukung metode KB

lainnya, tidak ada efek samping yang berarti pada metode ini dan metode ini

dapat digunakan setiap waktu serta tidak membutuhkan biaya, efektif bila

dilakukan dengan benar, tidak ada efek samping, tidak perlu melakukan

persiapan khusus, alamiah, dan tidak membutuhkan biaya.11

2. Kontrasepsi Buatan

Metode kontrasepsi lain adalah kontrasepsi yang dipilih pengguna alat

kontrasepsi setelah menggunakan suatu metode kontrasepsi. Pilihan

kontrasepsi lain selain IUD dapat berupa hormonal, nonhormonal dan

kondom. Pilihan-pilihan kontrasepsi yang dipilih menurut jenisnya.11

a. KB Pil Hormonal
14

Pil KB ini memberikan keuntungan yaitu tetap mentruasi teratur,

mengurangi kram atau sakit saat menstruasi. Kesuburan juga dapat kembali

pulih dengan cara menghentikan pemakaian pil. Cara kerja adalah dengan

cara mencegah pelepasan sel telur, pil ini mempunyai tingkat keberhasilan

yang tinggi (99%) bila digunakan dengan tepat dan secara teratur.

Jenis-jenis kontrasepsi pil antara lain : Pil Oral Kombinasi (POK), pil

Sekuential, pil Serial, pil Incremental.

b. Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang tipis yang

terbuat dari berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau

bahan alami (produk hewani) berwarna atau tidak berwarna yang dipasang

pada penis saat berhubungan seksual. Berbagai bahan telah ditambahkan

pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya

penambahan spermicide) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual.

Modifikasi tersebut dilakukan dalam hal: bentuk, warna, pelumas, rasa,

ketebalan, dan bahan.

c. Implan atau Susuk

a). Norplant (6 kapsul), berisi hormon levonorgestrel, daya kerja 5 tahun.

b). Norplant-2 (2 batang), berisi hormon levonorgestrel, daya kerja 3 tahun.

c). Satu batang berisi hormon ST-1435, daya kerja 2 tahun.

d). Satu batang berisi hormon 3 - keta desogestrel, daya kerja 2,5-4 tahun.
15

e). Implanon : implan 1 batang dengan panjang 4 cm, diameter luar 22 mm,

terdiri dari suatu inti EVA (Ethylene Vinyl Acetate) berisi 60 mg 3-keta

desogestrel yang dikelilingi suatu membran EVA dengan daya kerja 2-3.

d. IUD (Intrauterine Devices)

IUD adalah alat kontrasepsi metode efektif mekanis, yaitu suatu

kontrasepsi juga banyak digunakan karna dianggap sangan efektif dalam

mencegah kehamilan dan memiliki manfaat yang relatif banyak dibanding

alat kontradsepsi lainnya. Diantaranya tidak menggangu saat coitus

(berhubungan badan), dapat digunakan sampai menopause dan setelah IUD

dikelurkan dari rahim bisa dengan mudah subur, mekanis yang terbuat dari

plastik halus berbentuk spiral atau berbentuk lain yang dipasang didalam

rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan untuk mencegah

terjadinya kehamilan, jenis dari IUD ini bermacam macam yang paling

umum digunakan dengan nama spiral, jenis jenis lain IUD tersebut:

a. Lippes-Loop

b. Saf-T-Coil

c. Dana-Super

d. Copper-7 (Gyne-T)

e. Copper-7 (Gravigard)

f. Multiload

g. Progesteron IUD

e. Diafragma
16

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks

(karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan

fungsinya menutup serviks. Ada beberapa jenis diafragma, yaitu; Flat

spring, Coil spring dan arcing spring.


f. Spermisid Vaginal
Spermisid adalah bahan kimia (biasanya nonoxynol-9) digunakan

untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk: Jelly,

foam (busa), tablet busa, suppositoria busa atau soluble film dan krim.
g. KB Suntik Hormonal
Salah satu tujuan utama dari penelitian kontrasepsi adalah untuk

mengembangkan suatu metode kontrasepsi yang berdaya-kerja panjang

(lama), yang tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan

berhubungan tetapi tetap reversibel. Dua kontrasepsi suntik berdaya kerja

lama yang sekarang banyak dipakai adalah:


a). Depo medroxyprogesteron asetat (DMPA) mengandung 150 mg DMPA

yang diberikan setiap 3 bulan sekali dengan cara disuntikan

intramuskular (didaerah bokong).


b). Depo norethindrone enanthate (Depo Noristerat), mengandung 200 mg

NET-EN, diberikan setiap 1 bulan sekali dengan cara disuntikan

intramuskular (didaerah bokong).

2.3 Faktor faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi

Menurut Varney (2006) untuk mensukseskan program KB, pemilihan

suatu metode selain mempertimbangkan efektifitas, efek samping,

keuntungan dan keterbatasan yang melekat pada suatu metode kontrasepsi

juga ada faktor-faktor individual atau karakteristik calon akseptor yang pada
17

akhirnya mempengaruhi pengambilan keputusan calon akseptor tersebut

diantaranya meliputi:9

2.3.1 Faktor Sosial Budaya

Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalam memilih

metode kontrasepsi, faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat

mengenai berbagai metode kontrasepsi, kepercayaan religius serta budaya

masyarakat yang melarang dan sebagian mewajibkan mengikuti KB, tingkat

pendidikan yang rendah terhadap manfaat mengikuti KB, persepsi yang

salah mengenai risiko kehamilan akan mempengaruhi pemilihan metode.16

Menurut Varney (2006) faktor sosial budaya mempengaruhi pasangan

suami istri dalam menetapkan suatu metode kontrasepsi yang akan di pilih

pasangan tersebut dalam memilih pemakaian alat kontrasepsi yang akan

digunakan.9

2.3.2 Faktor Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan atau kesibukan yang dilakukan setiap hari

baik sebagai pegawai, buruh, ibu rumah tangga dan petani. Pekerjaan yang

dilakukan untuk menambah pendapatan keluarga dalam memenuhi

kebutuhan seharip-hari.17

Lama seseorang bekerja sehari-hari yang baik pada umumnya 6 - 8

jam, siasanya (16-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga

masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Dalam seminggu, seseorang

biasanya dapat bekerja dengan baik selama 40-50 jam. Ini dibuat 5-6 hari
18

kerja dalam seminggu, sesuai dengan pasal 12 ayat 1 Undang-Undang Kerja

No 14 Tahun 1969.18

Faktor bekerja menunjukkan adanya perbedaan yang berarti dalam

pemakain jenis kontrasepsi. Ditemukan perbedaan pemakaian jenis

kontrasepsi menurut jenis pekerjaan suami, responden dengan jenis

pekerjaan suami profesional cenderung memakai kontrasepsi efektif dan

responden dengan jenis pekerjaan jasa dan pekerja kasar cenderung

memakai kontrasepsi kurang efektif. Dengan demikian pekerjaan suami

lebih dominan dalam menampakkan hubungan dengan pemakaian jenis

kontrasepsi daripada status bekerja responden sendiri. Macam alat

kontrasepsi yang dipakai lebih menampakkan hubungan dengan status

pekerjaan suami dari pada pekerjaan isteri. Hal itu dikarenakan pekerjaan

suami lebih mencerminkan status sosial keluarga dan si isteri akan terdorong

untuk mengikuti norma-norma yang berkaitan dengan status suaminya.15

Menurut Varney (2006) kemungkinan perpisahan yang lama karena

melakukan suatu pekerjaan ataupun atau sedang memulai suatu pekerjaan

serta pengangguran dapat mempengaruhi pasangan suami istri dalam

menetapkan suatu metode kontrasepsi dan memutuskan apakah ingin

menerapkan program keluarga berencana. Individu yang sibuk bekerja

cenderung menggunakan kontrasepsi dibandingkan individu yang tidak

bekerja.9

2.3.3 Tingkat Pendidikan


19

Tingkat pendidikan berasal dari kata paedagogie dan paedagogik =

ilmu tingkat pendidikan. Dalam pengertian yang sederhana dan umumnya

makna tingkat pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mengembangkan potensi diri, kepribadian diri, kecerdasan, serta

keterampilan melalui suatu lembaga tingkat pendidikan formal. Orang

dengan tingkat pendidikan formal yang lebih tinggi cenderung akan

mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang

mempunyai tingkat pendidikan formal yang lebih rendah, karena akan lebih

mudah memahami arti pentingnya kesehatan dan gangguan kesehatan yang

mungkin terjadi. Pengetahuan akan mempengaruhi pola fikir seseorang,

kemampuan kognitif membentuk cara fikir seseorang meliputi kemampuan

untuk mengerti faktor-faktor yang berpengaruh dalam kondisi sakit dan

untuk menerapkan pengetahuan tentang sehat dan sakit dalam praktek

kesehatan personal, memahami informasi dan penerimaan konsep baru.19

Menurut PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) kategori

tingkat pendidikan rendah adalah tidak tamat atau maksimal tingkat

pendidikan menengah dan kategori tingkat pendidikan tinggi minal tingkat

pendidikan menegah atas atau maksimal perguruan tinggi.20

Tingkat pendidikan cukup berperan dalam membentuk perilaku ibu

untuk menggunakan alat kontrasepsi KB, hal ini disebabkan karena ibu yang

memiliki tingkat pendidikan tinggi akan mempunyai pengetahuan yang

lebih baik tentang pentingnya memakai KB dibandingkan dengan ibu yang

mempunyai tingkat pendidikan rendah.9


20

2.3.4 Faktor Ekonomi

Status ekonomi sebuah kelas sosial, mengacu pada tingkat pendapatan

keluarga dan sumber pendapatan. Salah satu fungsi dasar keluarga adalah

tersedianya dukungan ekonomi yang memadai dan pengalokasian sumber-

sumber. Pendapatan adalah dengan gaji, upah, serta pendapatan lainnya

yang diterima seseorang setelah orang itu melakukan pekerjaan dalam kurun

waktu tertentu yang disebut sebagai pendapatan keluarga. Ada beberapa

definisi pengertian pendapatan, menurut Badan Pusat Statistik sesuai dengan

konsep dan definisi pengertian pendapatan keluarga adalah seluruh

pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota Rumah Tangga Ekonomi

(ARTE).21

Kategori pendapatan keluarga mengacu pada Upah Minimum

Kabupaten (UMK) yang ditetapkan oleh Dinas Tenaga Kerja Dan

Transmigrasi Lampung Selatan tahun 2014, kategori status ekonomi

keluarga dibagi menjadi:22

1). Pendapatan rendah jika pendapatan yang diterima keluarga perbulan

kurang dari UMK Rp. 1.550.000, perbulan.

2). Pendapatan tinggi jika pendapatan yang diterima keluarga perbulan lebih

dari UMK Rp. 1.550.000 perbulan

Menurut Varney (2006) kebutuhan untuk mengalokasikan sumber-

sumber ekonomi untuk tingkat pendidikan dimasa depan, kemampuan

ekonomi untuk menyediakan makanan, pakaian, tempat berlindung,


21

perawatan medis dapat mempengaruhi pasangan suami istri dalam

menetapkan suatu metode kontrasepsi dan memutuskan apakah ingin

menerapkan program keluarga berencana. Sejumlah wanita memang

menginginkan anak yang banyak, terutama pada masyarakat keluarga

miskin hal ini disebabkan karena anak-anak akan membantu dan merawat

orang tua di masa tua nantinya.9

2.3.5 Umur

Umur adalah lama waktu hidup atau ada. Umur merupakan salah satu

sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama. Umur mempunyai

hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risk serta sifat resistensi.

Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/ penyakit dan

pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut. Wanita

usia subur berumur < 20 tahun lebih sulit untuk menentukan metode

kontrasepsi yang digunakan dibandingkan WUS lebih dari 20 tahun. Hal ini

disebabkan karena perbedaan pengalaman terhadap pemakaian alat

kontrasepsi.13

Menurut Varney (2006) umur menunjukkan hubungan yang berarti

dengan pemakaian jenis kontrasepsi, karena umur mempengaruhi kebutuhan

alat yang diinginkan. Pada umur < 20 tahun cenderung memakai kontrasepsi

kurang efektif seperti pil, suntik dan kondom. Ini diduga karena mereka

masih ingin menunda kelahiran atau masih ingin menambah anak lagi

dikemudian hari, sehingga memilih jenis kontrasepsi yang mudah

dihentikan penggunaannya. Sedang pada umur tua (35 tahun atau lebih)
22

cenderung memakai kontrasepsi efektif, karena anak yang dipunyai telah

dirasa cukup dan ingin menghentikan kelahiran maka mereka memilih

kontrasepsi seperti IUD, susuk dan sterilisasi, karena selain efektif dalam

mencegah kehamilan juga tidak merepotkan. Sedangkan pada wanita

berusia 20 35 tahun cenderung tidak menggunakan alat kontrasepsi karena

masa usia subur wanita merencanakan kehamilan.9

2.3.6 Faktor keagamaan

Faktor keagamaan mempengaruhi seseorang dalam menggunakan

KB, salah satu contoh adalah pandangan Islam sebagaimana difatwakan

oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia) pada Musyawarah Nasional MUI

tahun 1983, KB dinilai sebagai suatu ikhtiar atau usaha manusia untuk

mengatur kehamilan dalam keluarga secara tidak melawan hukum agama,

Undang-Undang (UU) Negara dan moral Pancasila. Persoalan paling urgen

dan kadang diperdebatkan dalam Islam mengenai KB, dikatakan Sahal

adalah soal penentuan jumlah anak. Ada sebagian kalangan yang menilai

membatasi kelahiran dengan alasan takut tidak bisa menghidupi anak, tidak

dibenarkan dalam Islam.23

Menurut Varney (2006) pembenaran terhadap prinsip-prinsip

pembatasan keluarga dan konsep dasar tentang keluarga berencana oleh

semua agama dapat mempengaruhi pasangan suami istri dalam menetapkan

suatu metode kontrasepsi dan memutuskan apakah ingin menerapkan

program keluarga berencana.9

2.3.7 Faktor Hukum


23

Menurut Varney (2006) hukum untuk pelaksanaan keluarga berencana

sejakdiberlakukan undang-undang tentang penggunaan alat kontrasepsi

yang bertujuan untuk mencegah konsepsi dapat mempengaruhi pasangan

suami istri dalam menetapkan suatu metode kontrasepsi dan memutuskan

apakah menerapkan program KB.9

2.3.8 Faktor Fisik

Menurut Varney (2006) kondisi-kondisi fisik yang membuat wanita

tidak bisa hamil karena alasan kesehatan, usia dapat mempengaruhi

pasangan suami istri dalam menetapkan suatu metode kontrasepsi dan

memutuskan apakah ingin menerapkan program metode KB.9

2.3.9 Faktor Psikologis

Menurut Varney (2006) kebutuhan untuk memiliki anak, pemikiran

bahwa kehamilan dianggap bukti dicintai, keyakinan yang salah bahwa anak

akan menyatukan orang tua, rasa takut untuk mengasuh dan membesarkan

anak, ancaman terhadap gaya hidup jika menjadi orang tua dapat

mempengaruhi pasangan suami istri dalam menetapkan suatu metode

kontrasepsi.9

2.4 WUS Akseptor KB

2.4.1 Pengertian WUS

Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang keadaan organ

reproduksinya berfungsi dengan baik).13

2.4.2 Tanda-tanda Wanita Subur


24

Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan biasanya

subur. Satu putaran haid dimulai dari hari pertama keluar haid hingga sehari

sebelum haid datang kembali, yang biasanya berlangsung selama 28 hingga

30 hari. Oleh karena itu siklus haid dapat dijadikan indikasi pertama untuk

menandai seorang wanita subur atau tidak. Siklus menstruasi dipengaruhi

oleh hormon seks perempuan yaitu esterogen dan progesteron. Hormon-

hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh perempuan yang

dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti, perubahan suhu basal

tubuh, perubahan sekresi lendir leher rahim, perubahan pada serviks,

panjangnya siklus menstruasi (metode kalender) dan indikator kesuburan

seperti nyeri perut dan perubahan payudara.11

2.4.3 Kategori WUS

Wanita usia subur berumur 20-35 tahun, puncak kesuburan ada pada

rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95%

untuk hamil. Pada usia 30 tahun, persentasenya menurun hingga 90% untuk

hamil, sedangkan memasuki usia 40 tahun kesempatan hamil berkurang

hingga menjadi 40%. Setelah usia 40 wanita hanya punya maksimal 10%

kesempatan untuk hamil.11

2.5 Kerangka teori

Kerangka teori merupakan gambaran dari teori dimana suatu problem

riset berasal atau dikaitkan.24

Menurut Varney (2006) sebelum menetapkan suatu metode

kontrasepsi, individu atau pasangan suami istri mula-mula harus


25

memutuskan apakah ingin menerapkan program keluarga berencana. Faktor

yang dapat mempengaruhi keputusan tersebut diantaranya adalah faktor

sosial budaya, faktor pekerjaan, faktor ekonomi, faktor keagamaan, faktor

hukum, faktor fisik dan faktor psikologis. Berdasarkan uraian ketiga teori

diatas maka dapat dibuat bagan skematis teori sebagai berikut:

Kerangka teori
Faktor faktor yang
berhubungan dengan pemilihan
alat kontrasepsi:

- Faktor sosial budaya


- Faktor pekerjaan
Pemilihan alat
- Tingkat pendidikan kontrasepsi
- Ekonomi
- Faktor keagamaan
- Faktor hukum
- Faktor fisik
- Usia
- Gaya hidup
- Faktor psikologis
- Faktor hubungan
Bagan 2.1 Karangka Teori
26

2.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah kerangka yang

berhubungan antara konsep-konsep yang akan diteliti atau diukur melalui

penelitian yang akan dilakukan.24

Usia
Pemilihan alat
kontrasepsi pada wanita

Tingkat pendidikan

Bagan 2.2 Karangka Konsep

2.7 Hipotesis Penelitian

2.8.1 Ho:

1. Tidak ada hubungan usia dan tingkat pendidikan dengan pemilihan

alat kontrasepsi pada wanita di Wilayah kerja Puskesmas Pematang

Kandis Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2016.

2.8.2 Ha:

1. Ada hubungan usia dan tingkat pendidikan dengan pemilihan alat

kontrasepsi pada wanita di Wilayah kerja Puskesmas Pematang

Kandis Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2016.

Anda mungkin juga menyukai