KB merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan
keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB
menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat
merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia
antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak (Kemenkes RI, 2015).
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah
tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mengatur jarak kelahiran, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Tujuan program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonom
dan menurunkan angka kelahiran yang bermakna untuk mencapai tujuan tersebut maka
diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan
menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak
akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada
usia tua.
Adapun Metode KB antara lain :
1). Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah metode kontrasepsi alami bersifat sementara
yang dapat digunakan setelah persalinan. MAL memiliki cara kerja berupa penekanan
ovulasi. Jika ibu ingin menggunakan MAL sebagai kontrasepsi alami, berikut adalah syarat
dan hal- hal yang harus diperhatikan:
1. Ibu harus menyusui bayi secara eksklusif, yang berarti penuh atau hampir penuh
selama 24 jam dalam sehari termasuk malam hari. Ibu harus menyusui bayi selama 8
kali sehari atau lebih, biasanya sebanyak 10-12 kali dalam sehari. Hindari jarak antar
menyusui lebih dari 4 jam. Bayi harus menghisap payudara ibu secara langsung.
2. Apabila bayi berusia kurang dari 6 bulan maka kebutuhan akan MPASI meningkat
dan frekuensi pemberian asi akan berkurang.
3. Ibu harus dalam masa belum mengalami menstruasi. Jika ibu sudah mengalami
menstruasi maka metode ini tidak dapat digunakan lagi karena ovulasi dapat terjadi
setelah menstruasi. Pendarahan sebelum 56 hari paska salin belum dianggap sebagai
haid. Pada ibu yang menyusui secara eksklusif ovulasi tidak akan terjadi sampai 10
minggu paska persalinan.