Bd. 6.504
DOSEN PENGAMPU :
JEHANI FAJAR P, S.ST, M.Kes
RATNA INDAH KARTIKA SARI, M.Keb
ASTRISARIA, S.ST
OLEH :
HERNAWATI
( NIM : 221092020 )
Mencegah kehamilan
Untuk mencegah kehamilan (usia > 35 tahun) memerlukan kontrasepsi yang aman
dan efektif karena kelompok ini akan mengalami peningkatan morbiditas dan
mortalitas jika mereka hamil.
Bukti terakhir menunjukkan bahwa baik pil kombinasi maupun suntikan
kombinasi dapat digunakan dengan aman oleh klien berusia > 35 tahun sampai
masa menopause, jika tidak terdapat faktor risiko lain.
Pada pemakaian kontrasepsi hormonal sesudah usia 35 tahun, menurut penelitian
terakhir disamping terbukti turunnya tingkat prevalensi kanker payudara, ternyata
resiko kanker endrometrium dan kanker ovarium juga turun.
Wanita usia 35 tahun yang merokok sebaiknya tidak penggunakan pil kombinasi
atau pun suntikan kombinasi. Pada masa ini pilihan alat kontrasepsi yang tepat
adalah Kontap, AKDR, Implan Suntik KB, Kondom dan Pil KB.
Penapisan Klien
Merupakan upaya untuk melakukan tela’ah dan kajian tentang kondisi kesehatan
klien dengan kesesuaian penggunaan metode kontrasepsi yang diinginkan.
Tujuan penapisan adalah untuk menentukan apakah ada kehamilan, keadaan yang
membutuhkan perhatian khusus, adanya masalah (masalnya diabetes, tekanan
darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut.
Daftar tilik penapisan klien berfungsi untuk memudahkan dalam penapisan klien
Semua metode kontrasepsi dapat mengembalikan kesuburan, kecuali kontrsepsi
mantap. Kembalinya kesuburan berlangsung segera setelah pemakaian metode
kontrasepsi dihentikan, kecuali DMPA dan NET-EN yakni 10 dan 6 bulan
terhitung mulai suntikan terakhir. Kontap harus dianggap sebagai metode
permanen.
Persyaratan Medis Dalam Menggunakan Kontrasepsi
(KELOMPOK 2)
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh , bukan
hanya bebas dari penyakit dan kecacatan , dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem reproduksi , funsgi serta prosesnya.
Organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk reproduksi manusia.
Menurut Depkes RI, 2000 kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara
menyeluruh mencakup fisik , mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan
alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya
kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana sesorang dapat memiliki
kehidupan sosial yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah.
8. Setiap laki laki dan perempuan berhak mendapat informasi dengan mudah,
lengkap dan akurat mengenai penyakit menular sexual termasuk HIV/AIDS.
4. Hak untuk di lindungi dari kematian karena kehamilan. 5.Hak untuk menentukan
jumblah dan jarak kelahiran anak.
6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya.
7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan dan pelecehan sexual.
8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan, ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi
9. Hak atas kerahasiaan pribadi berkaitan dengan pilihan atas pelayanan dan
kehidupan reproduksinya.
10. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan
berkeluarga dan kehidupan reproduksi.
12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan
dengan
(KELOMPOK 3)
Dilakukan sebagai langkah pertama untuk memastikan kesehatan calon ibu serta
calon anak sedini mungkin, bahkan sebelum proses pembuahan terjadi
(CDC,2006),
Dimulai dalam jangka waktu dua tahun sebelum konsepsi (WHO, 2013).
Dilakukan untuk mengetahui risiko medis, perilaku, dan kondisi sosial kesehatan
seorang perempuan atau luaran kehamilan melalui cara-cara tertentu secara medis.
c)
1. Anamnesa
Merupakan sebuah komunikasi atau dialogis yang aktif antara dokter dan
tenaga medis dengan pasien.
Tujuan anamnesa adalah mendapatkan data atau informasi tentang keluhan yang
sedang dialami atau diderita oleh pasien.
2. Pemeriksaan Fisik
Perlu dilakukan dengan alasan pemeriksaan ini bisa mendeteksi gangguan
yang mengancam selama dalam tahap prakonsepsi. Periksa yang perlu
dilakukan pada masa prakonsepsi seperti riwayat penyakit dan genetik (jika
usia calon ibu di atas 36 tahun) siklus haid, dan alat kontrasepsi.
Pemeriksaan fisik ini meliputi analisis urine, pemeriksaan tekanan darah, dan
analisis darah.
Menurut Mayo Clinic, risiko gangguan kehamilan dan melahirkan akan lebih
tinggi pada wanita yang memiliki tekanan darah tinggi, salah satunya pre-
eklampsia. Selain itu akan ada tes golongan darah (ABO-RH) untuk
mengetahui apakah calon istri memiliki Rh- negatif.
Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh
Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum
kawin.
Hurlock (1973) memberi batasan masa remaja berdasarkan usia kronologis, yaitu
antara 13 hingga 18 tahun.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh
dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi
(Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, 1994).
Kesehatan Reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan
sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala
aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi
dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari
kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural.
Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai
kesehatan reproduksi yang baik, antara lain :
a) Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek
tumbuh kembang remaja)
b. Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana
merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan pasanganya
3. Faktor psikologis,
4. Faktor biologis
(KELOMPOK 5)
INFERTILITAS
Hal yang harus dikaji dan dipertimbangkan pada saat penelusuran Riwayat
pasangan infertil:
1) Konseling
2) Induksi ovulasi
3) Inseminasi intrauterine
SEKSUAL TRANSMITTED DISEASES (STD) / INFEKSI MENULAR
SESKSUAL (IMS) / HIV –AIDS
Infeksi menular Seksual ( IMS ) adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari
satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. HIV yang tidak cepat
ditangani akan berkembang menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome) yang mana kondisi ini merupakan stadium akhir dari infeksi HIV dan
tubuh sudah tidak mampu untuk melawan infeksi yang ditimbulkan. Urutan masa
inkubasi HIV mulai masuk hingga menimbulkan reaksi pada tubuh yaitu:
1. Hari ke 0, saat virus masuk (terpapar)
2. Hari ke 7-14, virus memperbanyuak diri (viral load)
3. Hari ke 16, antigen p24 virus dapat terdeteksi (beberapa orang pada 1-8
minggu setelah terpapar)
4. Serokonversi, gejala mulai muncul (rata-rata 7-21 hari, 95% kasus pada 4
minggu setelah terpapar)
5. Hari ke 28, 95% kasus, antibody dapat terdeteksi secara akurat melalui
pemeriksaan (tes HIV)
6. Hari ke 90, 99,7% kasus, antibody dapat terdeteksi dengan akurat
Gejala HIV/AIDS
1. Stadium 1
Disebut sebagai infeksi HIV asimtomatik dimana gejala HIV awal masih
tidak terasa. Fase ini belum masuk kategori sebagai AIDS karena tidak
menunjukkan gejala. Yang sering terjadi pembengkakan kelenjar getah
bening di bagian tubuh seperti ketiak, leher, dan lipatan paha. Penderita
terlihat sehat dan normal namun penderita sudah terinfeksi serta dapat
menularkan virus ke orang lain.
2. Stadium 2
Daya tahan tubuh mulai menurun namun, gejala mulai muncul dapat berupa:
a) Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas (> 10 % dari BB
sebelumnya)
b) Infeksi saluran pernapasan seperti siunusitis, bronkitis, radang telinga
tengah (otitis), dan radang tenggorokan
c) Infeksi jamur pada kuku dan jari-jari
d) Herpes zoster yang timbul bintil kulit berisi air dan berulang dalam lima
tahun
e) Gatal pada kulit
f) Dermatitis seboroik atau gangguan kulit yang menyebabkan kulit
bersisik, berketombe, dan berwarna kemerahan
g) Radang mulut dan stomatitis (sariawan di ujung bibir) yang berulang
3. Stadium 3
Pada fase ini mulai timbul gejala-gejala infeksi primer yang khas sehingga
dapat mengindikasikan diagnosis infeksi HIV/AIDS. Gejala pada stadium 3
antara lain:
a) Diare kronis yang berlangsung lebih dari satu bulan tanpa penyebab
yang jelas
b) Penurunan berat badan kurang dari 10% berat badan sebelumnya tanpa
penyebab yang jelas
c) Demam yang terus hilang dan muncul selama lebih dari satu bulan
d) Infeksi jamur di mulut (Candiasis oral)
e) Muncul bercak putih pada lidah yang tampak kasar, berobak, danberbulu
f) Tuberkulosis paru
g) Radang mulut akut, radang gusi, dan infeksi gusi (periodontitis) yang
tidak kunjung sembuh
h) Penurunan sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit
4. Stadium 4
Fase ini merupakan stadium akhir AIDS yang ditandai dengan pembengkakan
kelenjar limfa di seluruh tubuh dan penderita dapat merasakan beberapa
gejala infeksi oportunistik yang merupakan infeksi pada sistem kekebalan
tubuh yang lemah. Beberapa gejala dapat meliputi:
a) Pneumonia pneumocystis dengan gejala kelelahan berat, batuk kering,
sesak nafas, dan demam
b) Penderita semakin kurus dan mengalami penurunan berat badan lebih
dari 10%
c) Infeksi bakteri berat, infeksi sendi dan tulang, serta radang otak
GANGGUAN HAID.
Gangguan haid atau disebut juga dengan perdarahan uterus abnormal. Di bagi
menjadi :
1. Gangguan lama dan jumlah darah haid
a) Hipermenorea (menorragia)
Menoragia adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih banyak
dan/atau durasi lebih lama dari normal dengan siklus yang normal teratur.
Dengan total jumlah darah haid lebih dari 80 ml per siklus dan durasi haid
lebih lama dari 7 hari
Pengobatan medikamentosa untuk menorragia dapat dilakukan seperti di
bawah ini, yaitu:
1) Kombinasi estrogen progestin.
Tata cara pengobatan sesuai pada pengobatan perdarahan ireguler
2) Progestin.
b) Hipomenorea
Hipomenorrea adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih sedikit
dan/atau durasi lebih pendek dari normal.
(2) Estrogen
(3) Progestin
b) Sindroma prahaid
(b) Cemas
(f) Lelah
(i) Insomnia
1. Konfirmasi Laparoskopi
2. Pemindaian ultrasonografi transvaginal
3. MRI
4. CT Scan
5. Kuldosintesis
6. Biopsi endometrium
7. Pemeriksaan laboratorium
a. Β-hCG: menyingkirkan diagnosis KET apabila pasien hamil
b. Darah lengkap: terjadi peningkatan leukosit
c. Rapid protein reagen (RPR): untuk pemeriksaan sifilis
d. Rapid tes HIV dan hepatitis
e. Urinalisis untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih
Pengobatan ditujukan pada penghapusan infeksi secara cepat untuk mengurangi
risiko penularan infeksi ke pasangan seksual baru. Terapi dengan antibiotik saja
berhasil dalam 33-75% kasus. Terapi bedah lebih lanjut diperlukan pada 15-20%
kasus yang ditangani.
Aborsi berarti pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan.
Macam-macam aborsi dalam dunia kedokteran, yaitu:
1. Aborsi spontan/alamiah
2. Aborsi buatan
3. Aborsi terapeutik/medis
1. Pasal 229
Barang siapa sengaja mengobati seseorang yang dengan niat dapat
menyebabkan keguguran, ancaman pidana penjara paling lama 4 tahun atau
denda paling banyak Rp. 3.000 Pasal 341
2. Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas
nyawa anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana
penjara paling lama 7 tahun.
3. Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut
akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau
tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena
melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana
penjara paling lama 9 tahun.
4. Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi
orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau
pembunuhan dengan rencana.
5. Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama 4 tahun.
6. Pasal 347
Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama 12 tahun. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita
tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama 15 tahun.
7. Pasal 348
Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun enam bulan. Jika perbuatan itu mengakibatkan
matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama 7 tahun
8. Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan
salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka
pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga
dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana
kejahatandilakukan.
Perimenopause atau masa klimakterium yaitu suatu waktu yang mana terjadinya
perpindahan dari tahap reproduktif ke tahapan yang non-reproduktif.
(KELOMPOK 6)
Bahasa Inggris yaitu Evidence: Bukti, fakta, Based: Dasar. Jadi evidence base
adalah: praktik berdasarkan bukti.
Evidence based juga dapat diartikan sebagai strategi yang dibuat berdasarkan
pengembangan teknologi informasi dan epidemiologi klinik dan ditujukan untuk
dapat menjaga dan mempertahankan ketrampilan pelayanan kebidanan dengan
basis bukti ilmu kebidanan yang terbaik.
Evidence based diciptakan dan didefinisikan oleh Sachett (1996) sebagai hasil
penelitian yang secara eksplisit digunakan secara bijaksana dalam pembuatan
keputusan untuk perawatan pasien secara individu (dalam Dewi, 2022).
Evidence Based dapat diartikan sebagai pemanfaatan bukti ilmiah secara seksama,
ekplisit dan bijaksana dalam pengambilan keputusan untuk tata laksana pasien.
Artinya mengintegrasikan kemampuan klinis individu dengan bukti ilmiah yang
terbaik yang diperoleh dengan penelusuran informasi secara sistematis.
Evidence based adalah pengintegrasian antara bukti ilmiah berupa hasil penelitan
yang terbaik dengan tugas dan kewenangan bidan serta preferensi pasien dalam
proses pengambilan keputusan pelayanan kebidanan.
Evidence Based Practice sebagai praktik berdasarkan penelitian yang terpilih dan
terbukti bermanfaat serta merupakan penerapan yang sistematik, ilmiah dan
eksplisit dari penelitian terbaik saat ini dalam pengambilan keputusan asuhan
kebidanan (Wulandari et al., 2021).
Evidence Based bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu hamil dan
resiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi, serta bermanfaat
memperbaiki keadaan kesehatan pada masyarakat (Jayanti, 2019).
Evidence based practice merupakan strategi untuk memperoleh pengetahuan yang
uptoudate guna membuat keputusan klinis yang efisien dan efektif. (PSTK, 2019).
Di bidang pelayan KB, evidence based diantaranya AKDR Update, MOW tanpa
sayatan, Implant terkini, berikut akan diberikan penjelasannya.
1. AKDR Update
AKDR terbaru yaitu skyla, memiliki ukuran yang lebih kecil dapat digunakan
dalam jangka waktu 3 tahun dan dapat digunakan oleh wanita yang belum
memiliki anak.
Jenis AKDR yang lain adalah AKDR progestin dengan dua jenis yaitu
prigestase yang mengandung progesterone dan mirena yang mengandung
levonorgestrel.
2. MOW tanpa sayatan
Teknik terbaru sterilisasi wanita, yakni operasi tanpa sayatan pada perut mulai
dikembangkan. Teknik ini menggunkan alat berupa histereskopi yang
dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mulut rahim.
3. Implant Terkini
Macam-macam Implant:
1. Non Biodegradable implan
2. Norpaln 6 kapsul berisi hormon levonorgestrel, daya kerja 5 tahun
3. Norplant-2 (2 batang), berisi hormon levonorgestrel, daya kerja3 tahun.
4. Norplant 1 batang, berisi hormon ST – 1435, daya kerja 2 tahun.
5. Norplant 1 batang,1 batang berisi hormon 3 keto desogestrel, daya kerja
2,5 – 4 tahun
(KELOMPOK 7)
Etika adalah aturan bertindak atau berperilaku dalam suatu masyarakat tertentu
atau komunitas.
Etika profesi bidan yaitu norma-norma yang wajib di indahkan oleh profesi dalam
melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnyadi masyarakat.
Juga di artikan sebagai suatu profesi yang bersumber dari nilai- nilai internal dan
eksternal suatu disiplin
Agar etika profesi berhasil dengan baik, maka pada pelaksanaan nya seharusnya di
awasi dan di kontrol.
Levey dan Loomba, yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah upaya
yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau
masyarakat
Hak reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang meliputi hak setiap pasangan
dan individual untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah,
jarak, dan waktu kelahiran anak, serta untuk memiliki informasi dan cara untuk
melakukannya.
Kesehatan seksual yaitu suatu keadaan agar tercapai kesehatan reproduksi yang
mensyaratkan bahwa kehidupan seks seseorang itu harus dapat dilakaukan secara
memuaskan dan sehat dalam arti terbebas dari penyakit dan gangguan lainnya.
Prinsip Dasar Kesehatan Dalam Hak Seksual dan Reproduksi
1. Bodily integrity, hak atas tubuh sendiri, tidak hanya terbebas dari siksaan dan
kejahatan fisik, juga untuk menikmati potensi tubuh mereka bagi kesehatan,
kelahiran dan kenikmatan seks aman.
2. Personhood, mengacu pada hak wanita untuk diperlakukan sebagai aktor dan
pengambilan keputusan dalam masalah seksual dan reproduksi dan sebagai
subyek dalam kebijakan terkait.
3. Equality, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dan antarperempuan itu
sendiri, bukan hanya dalam hal menghentikan diskriminasi gender, ras, dan
kelas melainkan juga menjamin adanya keadilan sosial dan kondisi yang
menguntungkan bagi perempuan, misalnya akses terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi.
4. Diversity, penghargaan terhadap tata nilai, kebutuhan, dan prioritas yang dimiliki
oleh para wanita dan yang didefinisikan sendiri oleh wanita sesuai dengan
keberadaannya sebagai pribadi dan anggotamasyarakat tertentu.
Menurut Pasal 71 tentang Kesehatan reproduksi
1. Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi.
2. Pelayanan kesehatan reproduksi terdiri dari pelayanan kesehatansebelum hamil,
masa hamil, masa melahirkan dan masa sesudah melahirkan (nifas).
3. Pelayanan kesehatan reproduksi adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang
bersifat peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan.
(KELOMPOK 8)
Prakonsepsi adalah waktu atau masa sebelum inti sel sperma dari laki–laki
memasuki inti sel ovum dari perempuan.
Pelayanan kesehatan masa prakonsepsi adalah penyedian pelayanan kesehatan
komprehensif yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan intervensi sosial
sebelum terjadinya kehamilan (WHO 2013),
Tujuan:
1) Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
2) Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
3) Mencegah terjadinya komplikasi selama kehamilan dan persalinan
4) Mencegah terjadinya kematian bayi dalam kandungan, prematuritas, BBLR
5) Mencegah kelainan bawaan pada bayi
6) Mencegah infeksi neonatal
7) Mencegah stunting dan dan KEK
8) Mencegah penularan HIV dan IMS dari ibu ke anak
9) Menurunkan risiko kejadian kanker pada anak
10) Menurunkan risiko diabetes tipe 2 dan gangguan kardiovasikuler di kemudian
hari.
2. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah kesehatan fisik mental dan sosial dan utuh bukan
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala asfek yang
berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta proses nya.
Kesehatan Reproduksi sangat dipengaruhi dari berbagai faktor antara lain :
1. Faktor sosial ekonomi dan demografi (Kemiskinan , tingkat pendidikan
yang rendah dan pengetahuan tentang perkembangan seksual dan
reproduksi serta tempat tinggal di daerah terpencil )
2. Faktor Budaya dan lingkungan ( Praktek Tradisional, Kepercayaan banyak
anak banyak rejeki )
3. Faktor Psikologis ( Akibat dari keretakan rumah tangga orangtua, depresi,
kehilagan rasa kebebasan )
4. Faktor Biologis ( Cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi , Pasca
Penyakit menulas seksual )
Problem solving
Tanggal : NO RM :
Waktu :
Tempat :
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama : Nama :
Umur : Umur :
Suku bangsa : Suku bangsa :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :
1. Alasan datang :
2. Keluhan Utama :
3. Riwayat mentruasi :
a Menarche :
b Siklus :
c Banyaknya :
d Dismenorhoe :
e HPHT :
f Fluor albus :
4. Riwayat Pernikahan :
5. Riwayat kesehatan :
6. Riwayat kesehatan keluarga :
7. Pola kebiasaan yang menpengaruhi kesehatan :
Pola fungsi kesehatan
Nutrisi :
Eliminasi :
Istirahat :
Aktivitas :
Hygienee :
Riwayat Psikososial Budaya :
B.DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum :
b. Kesadaran :
c. Antoprometri :
BB : TB :
IMT : LILA :
d. Tanda-tanda
Vital
TD :
Nadi :
RR :
Suhu :
2. Pemeriksaan Fisik
- Bentuk Tubuh :
- Wajah :
- Mata :
- Telinga :
- Mulut :
- Leher :
- Dada :
- Abdomen :
- Ekstremitas :
3. Pemeriksaan Penunjang :
4. Pemeriksaan ginekologi :
5. Pemeriksaan tripel Eliminasi :
C. ANALISA DATA
D. PENATALKSANAAN
RESUME JENIS METODE KONTRASEPSI
(KELOMPOK 9)
2. Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharap punya anak lagi
Faktor – faktor yang berhubungan dengan berhenti pakai Kontrasepsi (Drop Out)
2. Karena Manopouse