Anda di halaman 1dari 15

Pengertian Dan Manfaat KB Menurut Ahli

Pengertian KB
KB atau Keluarga Berencana merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh
pemerintah Indonesia untuk mengontrol jumlah populasi rakyat di Indonesia yang makin
meledak. Keluarga berencana adalah usaha untuk mengatur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif
untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga.

Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan
membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk
berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim. Kontrasepsi dapat reversible
(kembali) atau permanen (tetap). Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang
dapat dihentikan setiap saat tanpa efek lama di dalam mengembalikan kesuburan atau
kemampuan untuk punya anak lagi. Metode kontrasepsi permanen atau yang kita sebut
sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan
dikarenakan melibatkan tindakan operasi.

Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu metode barrier
(penghalang), sebagai contoh, kondom yang menghalangi sperma; metode mekanik seperti
IUD; atau metode hormonal seperti pil. Metode kontrasepsi alami tidak memakai alat-alat
bantu maupun hormonal namun berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk
mencegah fertilisasi (pembuahan).

Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efektivitas, keamanan, frekuensi


pemakaian dan efek samping, serta kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi
secara teratur dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas
biaya serta peran dari agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut. Faktor lainnya
adalah frekuensi bersenggama, kemudahan untuk kembali hamil lagi, efek samping ke
laktasi, dan efek dari kontrasepsi tersebut di masa depan. Sayangnya, tidak ada metode
kontrasepsi, kecuali abstinensia (tidak berhubungan seksual), yang efektif mencegah
kehamilan 100%.

Manfaat KB
Setiap tahun ada 500.000 perempuan meninggal akibat berbagai masalah yang melingkupi
kehamilan, persalinan, dan pengguguran kandungan (aborsi) yang tidak aman. KB bisa
mencegah sebagian besar kematian itu. Di masa kehamilan misalnya, KB dapat mencegah
munculnya bahaya-bahaya akibat:

1. Kehamilan terlalu dini


Perempuan yang sudah hamil tatkala umurnya belum mencapai 17 tahun sangat terancam
oleh kematian sewaktu persalinan. Karena tubuhnya belum sepenuhnya tumbuh, belum cukup
matang dan siap untuk dilewati oleh bayi. Lagipula bayinya pun dihadang risiko kematian
sebelum usianya mencapai 1 tahun.

2. Kehamilan terlalu telat


Perempuan yang usianya sudah terlalu tua untuk mengandung dan melahirkan terancam
banyak bahaya. Khususnya bila ia punya problema-problema kesehatan lain, atau sudah
terlalu sering hamil dan melahirkan.

3. Kehamilan-kehamilan terlalu berdesakan jaraknya


Kehamilan dan persalinan menuntut banyak energi dan kekuatan tubuh perempuan. Kalau ia
belum pulih dari satu persalinan tapi sudah hamil lagi, tubuhnya tak sempat memulihkan
kebugaran, dan berbagai masalah, bahkan juga bahaya kematian, menghadang.

4. Terlalu sering hamil dan melahirkan


Perempuan yang sudah punya lebih dari 4 anak dihadang bahaya kematian akibat pendarahan
hebat dan macam-macam kelainan lagi, bila ia terus saja hamil dan bersalin lagi.

Metode-Metode KB
Apabila sudah mengambil keputusan akan menggunakan kontrasepsi dalam penerapan
program Keluarga Berencana ini, kini tiba saatnya memilih metode yang paling cocok.
Kontrasepsi dalam KB sendiri memiliki tujuh metode dalam penerapannya, yaitu :

1. Metode perintang, yang bekerja dengan cara menghalangi sperma dari pertemuan dengan
sel telur (merintangi pembuahan).
Metode ini tidak mengubah cara kerja tubuh perempuan maupun pasangannya. Efek
sampingnya sangat sedikit serta aman untuk ibu yang sedang menyusui. Sebagian besar juga
melindungi dari penularan berbagai penyakit melalui hubungan seksual, termasuk
HIV/AIDS. Contoh alat yang digunakan pada metode ini adalah kondom (untuk lelaki),
kondom perempuan, diafragma, serta spermisida.

2. Metode hormonal, yang mencegah indung telur mengeluarkan sel-sel telur, mempersulit
pembuahan, dan menjaga agar dinding-dinding rahim tak menyokong terjadinya kehamilan
yang tak dikehendaki. Metode KB hormonal memakai obat-obatan yang mengandung 2
hormon yaitu estrogen dan progestin. Keduanya serupa dengan hormon-hormon alamiah
yang dihasilkan tubuh Anda, yakni estrogen dan progesteron.

Dalam metode hormonal terdapat 3 jenis alat KB :

1. Pil pengendali kehamilan, yang harus diminum setiap hari.


2. Suntikan yang diberikan setiap beberapa bulan sekali.
3. Susuk yang biasanya dimasukkan ke dalam lengan Anda, dan tahan sampai beberapa
tahun.

Perbedaan antara metode hormonal dan metode perintang adalah metode hormonal mengubah
proses kerja tubuh, sedangkan metode perintang tidak. Dengan metode hormonal, indung
telur (ovarium) dihalangi sehingga tidak melepas sel telur ke dalam rahim. Selain itu metode
ini juga menyebabkan lendir mulut rahim menjadi kental, sehingga menghalangi sperma bila
hendak masuk.

Kebanyakan pil KB dan beberapa suntikan mengandung hormon progestin dan estrogen
sekaligus. Ini disebut pil atau suntikan terpadu. Kedua hormon itu bersama-sama bekerja
memberi perlindungan yang bagus agar tidak hamil. Namun bila ada masalah-masalah
kesehatan tertentu, sebaiknya jangan memakai metode terpadu. Bila sedang menyusui,
sebaiknya juga jangan menggunakan pil atau suntikan terpadu.
Pil progestin, susuk, dan beberapa suntikan lain, tidak mengandung estrogen. Progestin saja
(tanpa estrogen) lebih aman ketimbang pil atau suntikan terpadu, bila sedang mengalami
problema kesehatan yang berhubungan dengan estrogen, atau sedang dalam masa menyusui
bayi.

3. Metode yang melibatkan alat-alat yang dimasukkan ke dalam rahim (IUD), gunanya untuk
mencegah pembuahan sel telur oleh sperma.
Ada beberapa jenis alat KB yang bekerja dari dalam rahim untuk mencegah pembuahan sel
telur oleh sperma. Biasanya alat ini disebut spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya Intra Uterine
Devices, disingkat IUD. Tergantung jenis spiral apa yang dipakai, spiral bisa bertahan dalam
rahim dan terus menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu harus
dikeluarkan dan diganti.

4. Metode alamiah, yang membantu mengetahui kapan masa subur, sehingga dapat
menghindari hubungan seks pada masa itu. Yang dimaksudkan dengan istilah alamiah di
sini adalah metode-metode yang tidak membutuhkan alat ataupun bahan kimia (yang menjadi
ciri khas metode perintang), juga tidak memerlukan obat-obatan (sebagaimana ciri metode
hormonal).

Ada 3 metode KB alami:


1. memberi ASI selama 6 bulan pertama
2. metode pengecekan lendir
3. metode pengamatan irama

5. Metode permanen, atau metode yang menjadikan seseorang tak bisa lagi memiliki anak
untuk selamanya lewat suatu operasi. Contohnya melalui proses sterilisasi, yaitu operasi pada
tubuh perempuan atau laki-laki agar steril atau tak mampu tak lagi mempunyai anak.
Kemungkinan terjadi kehamilan setelah sterilisasi hampir nol. Karena itu perlu pemikiran
yang matang sebelum memilih metode ini dan harus yakin betul apabila sudah tidak ingin
punya anak lagi di masa mendatang.

Contoh lain dari metode permanen meliputi tindakan :


a. Vasektomi atau vas Ligation
b. Tubektomi atau Tubal Ligation (operasi ikat saluran telur)
c. Histerektomi (operasi pengangkatan rahim)

6. Metode Tradisional
Tiap masyarakat punya metode-metode pencegahan kehamilan khasnya sendiri yang
diturunkan dari nenek moyang. Meski jarang seefektif metode KB modern, banyak juga yang
berhasil. Yang harus diingat adalah ada metode-metode tradisional yang tidak membawa
hasil sama sekali dan ada yang malah membahayakan. Ada dua metode yang umumnya
manjur untuk mencegah kehamilan:

1. Menarik keluar penis sebelum ejakulasi


Dalam bahasa ilmiah ini dinamakan coitus interruptus atau senggama terputus. Caranya,
lelaki segera menarik keluar penisnya menjauhi vagina ketika ia merasa sudah akan
mengeluarkan air mani. Namun metode ini tidak selalu berhasil dengan baik.

2. Memisahkan suami dengan istri sesudah kelahiran bayi


Adat beberapa masyarakat menentukan bahwa sesudah bayi lahir, suami istri dilarang
berhubungan seks sampai beberapa bulan, bahkan beberapa tahun lamanya. Metode bisa
berhasil baik. Lagipula sang ibu punya waktu untuk memulihkan kondisi kesehatannya
sendiri serta merawat bayi tanpa gangguan.

7. Metode Darurat
Metode-metode darurat adalah cara-cara menghindari kehamilan setelah terlanjur
berhubungan seks tanpa pelindung. Metode-metode ini mengupayakan agar sel telur yang
telah dibuahi oleh sperma jangan menempel ke dinding rahim dan berkembang menjadi janin.

Jadi, metode-metode darurat tidak dianjurkan untuk dipilih dalam keadaan apapun. Metode-
metode ini hanya untuk keperluan mendesak dan jangan dijadikan acuan kebiasaan. Lagi
pula, metode-metode ini hanya berhasil bila dilakukan seketika atau secepat mungkin setelah
selesai berhubungan seks.

DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, Hanafi.1994.KB dan Kontrasepsi.Jakarta: Pustaka Sinar


Notoatmojo, Soekidjo.1997.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta: Rineka Cipta
Soetjiningsih, SpAK.1995.Tumbuh Kembang Anak.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Setiadi.2007.Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan.Yogyakarta: Graha Ilmu

Dari hasil sensus penduduk tahun 2009 dikemukakan bahwa penduduk Indonesia

mencapai 231 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia pertahun sebesar 1,29%.

Berdasarkan penilaian United Nations Development Program (UNDP) pada tahun 2005,

kualitas sumber daya manusia yang diukur melaui indeks pembangunan. Manusia telah

menempatkan Indonesia pada urutan peringkat 110 dari 177 negara. Kondisi ini akan

semakin terpuruk jika program pembangunan yang disiapkan pemerintah tak mampu

menyentuh seluruh masyarakat. Itu sebabnya pemerintah pusat perlu terus memberikan

perhatian terhadap program KB. Tujuannya adalah untuk menekan laju pertumbuhan

penduduk agar program pembangunan bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.

(Humaniraya, 2009).

Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committee 1970: keluarga

berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari

kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan

dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008).

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan UNFPA

(2005) dan pelaksanaan program KB masih mengalami beberapa hambatan. Menurut Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, masih sekitar 40% Pasangan Usia

Subur (PUS) yang belum menjadi akseptor KB (Saroha, 2009).

Berdasarkan data survey demografi dan kesehatan Indonesia pada tahun 2007

pengguna kontrasepsi IUD menduduki peringkat ke empat, dari sejumlah 746.702 peserta KB

dan yang menggunakan IUD sebanyak (2,74%) (BKKBN, 2007).

Berdasarkan hasil survey Demografi dan Kesehatan di indonesia tahun 1994, pemakai

IUD yang tertinggi adalah Bali (41,1 %) disusul Yogyakarta dan Sulawesi Utara. Secara

nasional program KB menargetkan pencapaian akseptor pada tahun 1985 sebesar 60 %. Bali

sebagai bagian wilayah Indonesia juga melaksanakan program KB secara resmi sejak tahun

1970. Pada tahun 2002 telah tercapai 75 % melebihi target nasional yakni 60% (Stratfield,

2002).

Dari rekapitulasi laporan pengendalian program KB nasional tingkat Provinsi

Sumatera Utara pada bulan januari tahun 2009 diketahui bahwa dari 2.041.398 Pasangan Usia

Subur, terdiri dari peserta KB aktif sebanyak 1.309.498 Pasangan Usia Subur (64,14%), dan

Pasangan Usia Subur yang bukan merupakan peserta KB sebanyak 731.900 Pasangan Usia

Subur (35,85%), yang menggunakan kontrasepsi IUD sebanyak 137.321 Pasangan Usia

Subur (10,48%) (BKKBN, 2009).

Di kota Medan bulan Oktober tahun 2009 diketahui bahwa dari 50.361 Pasangan Usia

Subur, terdiri dari peserta KB aktif sebanyak 38.222 Pasangan Usia Subur (75,89%), dan

Pasangan Usia Subur yang bukan merupakan peserta KB sebanyak 12.139 Pasangan Usia
Subur (24,10%), yang menggunakan kontrasepsi IUD sebanyak 1.524 Pasangan Usia Subur

(3,98%). (Moehqadri, 2009).

Angka kesuburan total atau TFR di Indonesia turun dari 5,6% menjadi 2,6%. Tahun

2002 sampai 2003 menurut BPS (Biro Pusat Statistik), DepKes, 2003. Sebagai aspek

kebutuhan kesehatan reproduksi perempuan banyak yang belum terpenuhi karena ketidak

tersediaan konseling dan pelayanan KB yang merupakan hal terpenting dalam menurunkan

resiko. Pada tahun 2003 yaitu 2/3 atau (66,67%) perempuan menikah di Indonesia

menggunakan kontrasepsi modern atau IUD/AKDR 14,8%, (Departemen Kesehatan, 2009).

IUD atau Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah satu alat kontrasepsi modern

yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif fungsi

kontrasepsinya), bentuknya bermacam-macam. IUD adalah alat kontrasepsi yang

efektiftasnya sangat tinggi, yaitu 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama

pemakaian, 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan (Hidayati, 2009).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keluarga Berencana

2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan

sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarga yang

bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan

(Maryani, 2008).

2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana


Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan

cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya (Maryani, 2008).

2.1.3 Sasaran Program Keluarga Berencana

Adapun sasaran program keluarga berencana adalah Pasangan Usia Subur <20 tahun dengan

tujuan menunda kehamilan. Pasangan Usia Subur 20-35 tahun dengan tujuan mengatur

kesuburan dan menjarangkan kehamilan, Pasangan Usia Subur dengan usia >35 tahun

tujuannya untuk mengakhiri kehamilan (Maryani, 2008).

2.2 Kontrasepsi

2.2.1 Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan

kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel

pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau

mencegah terjadinya kehamilan, sebagai akibat adanya peertemuan antara sel telur dan sel

sperma tersebut (Maryani, 2008).

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat

sementara, dapat pula bersifat permanen (Wiknjosastro, 2005).

2.2.2 Cara Kerja Kontrasepsi

Cara kerja kontrasepsi bermacam-macam tetapi pada umumnya terdapat 3 cara, yaitu :

Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma dan menghalangi pertemuan

sperma dengan sel telur (Wiknjosastro, 2005).

2.2.3 Syarat-syarat Metode Kontrasepsi


Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik adalah : Aman

dan tidak berbahaya, dapat diandalkan, sederhana, murah, dapat diterima oleh banyak orang,

pemakaian jangka lama (Hartanto, 2004).

2.3 IUD

2.3.1 Pengertian IUD

IUD (Intras Uterin Devices) atau nama lain adalah AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam

Rahim) disebut juga spiral, alat ini dipasang dalam rahim wanita. IUD atau AKDR adalah

suatu alat kontrasepsi yang efektif, aman, dan nyaman bagi banyak wanita. Alat ini

merupakan metode kontrasepsi reversibel yang paling sering digunakan diseluruh dunia

dengan pemakai saat ini mencapai sekitar 100 juta wanita. AKDR memiliki efektifitas lebih

dari 99% dalam mencegah kehamilan pada pemakaian 1 tahun atau lebih. (Anna, 2006).

2.3.2 Mekanisme Kerja IUD

Mekanisme kerja IUD yaitu :

- Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba pallopi.

- Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

- IUD mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke

dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk pembuahan.

- Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus. (Hidayati, 2009).

Sejarah mula IUD/AKDR tidak begitu jelas. Akan tetapi terungkap bahwa pada

zaman dahulu orang arab memasukkan batu kedalam rahim unta mereka dan ternyata unta

mereka memang tidak hamil. IUD/AKDR mulai dikembangkan pada tahun 1909 di polandia,

yaitu ketika Richter membuat suatu alat kontrasepsi dari benang sutra tebal yang dimasukkan

kedalam rahim. Kemudian pada tahun 1930 berkembang dengan dibuatnya cincin perak yang
juga dimasukkan kedalam rahim dan hasilnya memuaskan. Pada tahun 1962 Dr.Lippes

membuat IUD/AKDR dari plastik yang disebut lippes loop (Niken, 2010).

2.3.3 Efektifitas IUD/AKDR

- Sebagai kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi

Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam

125 170 kehamilan). (Hidayati, 2009).

Pada prinsipnya semua kontrasepsi efektif apabila digunakan dengan baik dan benar, namun

ada beberapa metode yang tingkat ketergantungannya cukup tinggi. Kontrasepsi ini Jika tidak

dibina dengan baik maka angka kegagalannya akan tinggi. Salah satu metode tersebut adalah

alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau (IUD).

IUD/AKDR juga dapat mencegah kehamilan mencapai 98% hingga 100% tergantung

pada jenis IUD/AKDR . IUD/AKDR terbaru seperti copper T380A memiliki efektifitas

cukup tinggi, bahkan selama 8 tahun pengguna tidak ditemukan adanya kehamilan. Pada

penelitian yang lain ditemukan setelah penggunaan 12 tahun ditemukan 2,2 kehamilan per

100 pengguna dan 0,4 diantaranya terjadi kehamilan (Niken, 2010).

2.3.4 Jenis IUD/AKDR Yang Beredar

Jenis-jenis IUD/AKDR yang beredar atau dipakai di indonesia terdiri dari:

a. Inert, terbuat dari plastik (lippes loop) atau baja anti karat (the Chinese ring).

b. Mengandung tembaga, seperti Cu T380A, Cu T200C, Multiload (Cu ML250 dan 375), Nova

T. Cu T380A berbentuk kerangka plastik, kecil, fleksibel, menyerupai huruf T diselubungi

oleh kawat tembaga halus, sangat efektif, reversible, dan berjangka panjang (dapat sampai 10

tahun).
c. Mengandung hormon steroid, seperti progestasert (hormon progesterone), dan levonol

(levonolgestrel) ,(Hidayati, 2009).

2.3.5 Keuntungan Menggunakan IUD/AKDR

Penggunaan IUD mempunyai beberapa keuntungan yaitu :

1. Sebagai kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi yaitu :

Sangat efektif > 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam

125 - 170 kehamilan).

2. IUD/AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.

3. Metode jangka panjang (sampai 10 tahun dan tidak perlu diganti).

4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.

5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil.

7. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (Cu T380A).

8. Tidak mempengaruhi produksi ASI (Niken, 2010).

9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi

infeksi).

10. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).

11. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.

12. Membantu mencegah kehamilan ektopik (Sarwono, 2006).

2.3.6. Kerugian Menggunakan IUD/AKDR

1. Efek samping yang umum terjadi :


- Perubahan siklus haid (umumnya terjadi pada 3 bulan pertama pemasangan dan akan

berkurang setelah 3 bulan).

- Haid lebih lama dan banyak.

- Perdarahan (spotting)

- Saat haid lebih sakit.

1. Komplikasi lain :

- Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.

- Perdarahan berat pada waktu haid.

2. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

3. Tidak baik digunakan pada wanita yang mempunyai penyakit IMS atau pada

perempuan yang sering berganti pasangan.

4. Penyakit radang panggul.

5. Klien tidak dapat melepas sendiri IUD nya.

6. Perempuan juga harus rajin memeriksa benang IUD dari waktu kewaktu dengan cara

memasukkan jarinya kedalam vagina.

2.3.7. Yang dapat Menggunakan IUD

- Usia reproduktif

- Keadaan nulipara

- Menginginkan menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang

- Menyusui yang menginginkan menggunakan alat kontrasepsi

- Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya

- Setelah mengalami abortus yang tidak terlihat adanya infeksi

- Tidak menyukai mengingat-ingat seperti Pil dan Suntik


- Tidak menghendaki kehamilansetelah 1-5 hari senggama yang tidak dilindungi.

2.3.8. Tidak di Perkenankan Menggunakan IUD

a. Diketahui hamil atau dicurigai hamil.

b. Perdarahan yang tidak diketahui sebabnya.

c. Dicurigai mengidap keganasan saluran genital,(Anna, 2006)

d. Infeksi panggul, erosi serviks, perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya,

alergi logam dan kelainan pada rahim (Hidayati, 2009).

e. Menoragia dan anemia, memiliki banyak pasangan seksual, usia dan nuliparitas, (Anna,

2006).

f. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi

kavum uteri (dinding uterus) .

g. Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm (Sarwono, 2006)

2.3.9 Waktu Pemasangan IUD

- Setiap waktu dalam siklus haid, yang dipastikan klien tidak hamil

- Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.

- Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan.

- Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi

- Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi, (Sarwono, 2006).

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Program KB

2.4.1 Umur

Umur adalah usia individu yang dihitung mulai dari dilahirkan sampai saat sekarang

ini. Umur sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang karena dengan semakin

bertambahnya umur, maka semakin banyak juga pengetahuannya (Notoatmodjo, 2007).


Menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat

seseorang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa.

Faktor umur sangat berpengaruh pada aspek reproduksi manusia terutama dalam

pengaturan jumlah anak yang dilahirkan yang akan berhubungan dengan pola kesehatan ibu,

dimana untuk Pasangan Usia Subur yang berumur dibawah 20 tahun dianjurkan menunda

kehamilan dengan menggunakan pil KB, suntik, susuk, kondom atau intravag. Pasangan Usia

Subur yang berumur diatas 35 tahun atau pada fase mengakhiri kesuburan. Dianjurkan

menggunakan Kontrasepsi Mantap, IUD/AKDR, susuk/AKBK. (Wiknjosastro, 2005).

2.4.2 Pendidikan

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok

orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan

(Alwi,2003).

Menurut Suwarno yang dikutip oleh Nursalam (2001), pendidikan berarti bimbingan

yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang,

karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide atau teknologi baru

(Notoatmodjo, 2003).

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pandangannya terhadap sesuatu

yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan memberikan

tanggapan yang rasional dibandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan sama sekali.

Oleh karena itu mereka yang berpendidikan lebih tinggi dalam menghadapi sesuatu tantangan

dan gagasan baru akan lebih banyak menggunakan rasio dibandingkan perasaannya.
Sedangkan bagi mereka yang berpendidikan lebih rendah lebih banyak menggunakan

perasaan dari pada rasio (BKKBN, 2005).

2.4.3 Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan baik hidup maupun mati, persalinan yang

pernah dialami oleh seorang wanita dari kehamilan yang pertama sampai kehamilan

sekarang. Tingkat paritas telah menarik perhatian peneliti dalam hubungan kesehatan

Pasangan Usia Subur. Tingkat paritas yang lebih tinggi mempunyai pengetahuan dan

pengalaman yang lebih, dibandingkan dengan tingkat paritas yang lebih rendah ( Notoatmojo,

2003).

Paritas 2-3 merupakan paritas yang aman ditinjau dari sudut kematian maternal.

Paritas >3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Resiko pada paritas pertama

dapat ditangani dengan asuhan obstetrik yang lebih tinggi, sedangkan resiko pada paritas

tinggi dapat dikurangi dengan menggunakan KB. (Wiknjosastro, 2005).

Wanita usia subur dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah terlalu,

yaitu : terlalu banyak, seorang wanita dengan jumlah anak lebih dari 4 orang akan lebih

sering mengalami kematian karena perdarahan setelah persalinan atau penyebab yang lain

(Hartanto, 2004).

2.4.4 Sumber Informasi

Sumber Informasi adalah media yang digunakan seseorang untuk memperoleh

informasi pesan. Semakin banyak informasi yang didapat, semakin banyak pula pengetahuan

yang didapat tentang kesehatan, salah satunya tentang Alat Kontrasepsi IUD (Meliono,

2009).

Sumber Informasi dapat diperoleh secara :


- Intern yaitu Sumber Informasi yang didapat dari Keluarga dan Petugas Kesehatan (instansi

kesehatan). Pada umumnya pendekatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah dengan

cara ceramah atau Penyuluhan Kesehatan.

- Extern yaitu Sumber Informasi yang didapat dari Media Elektronik (televisi, radio, CD, dan

lain-lain), ataupun Media Cetak ( majalah, koran, buku, dan lain-lain). Sumber informasi

kesehatan yang tepat mempunyai peran yang besar dalam meningkatkan pengetahuan

seseorang (Notoatmodjo, 2003

Anda mungkin juga menyukai