PENDAHULUAN
1.1 Defenisi
Masa nifas berasal dari bahasa latin, yaitu puer artinya bayi dan parous
artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa nifas
adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah
lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil
atau mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2013).
Masa nifas adalah masa yang dialui oleh seorang perempuan dimulai setelah
melahirkan hasil konsepsi ( bayi dan plasenta ) dan berakhir hingga 6 minggu setelah
melahirkan. Masa nifas terbagi menjadi beberapa tahapan. Tahapan pertama
immediate postpartum yaitu tahapan yang dalam waktu 24 jam pertama setelah
persalinan. Tahapan kedua earaly postpartum yaitu tahapan yang terjadi setelah 24
jam setelah persalinan sampai akhir minggu pertama postpartum. Tahapan ketiga late
postpartum yaitu tahapan yang terjadi pada minggu kedua sampai minggu keenam
setelah persalinan(Azizah and Rosyidah, 2021).
Asuhan ibu masa nifas adalah asuhan yang diberikan kepada ibu segera
setelah kelahiran sampai 6 minggu setelah kelahiran. Tujuan dari masa nifas adalah
untuk memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segera setelah
melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehanilan, dalam persalinan dan
keadaan segera setelah melahirkan. Adapun hasil yang diharapkan adalah
terlaksanakanya asuhan segera atau rutin pada ibu post partum termasuk melakukan
pengkajian, membuat diagnose, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan ibu,
mengidentifikasi diagnose dan masalah potensial, tindakan segera serta
merencanakan asuhan.
Menurut buku KIA edisi 2020, pelayanan kesehatan pada ibu nifas mulai 6
jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan minimal 4 kali kunjungan
nifas. Kunjungan pertama 6 jam–2 hari setelah persalinan, kunjungan kedua 3-7 hari
setelah persalinan, kunjungan ketiga 8-28 hari setelah persalinan dan kunjungan
1
keempat 29 - 42 hari setelah persalinan. Salah satu asuhan yang menjadi prioritas
dalam kunjungan nifas adalah pemilihan alat kontrasepsi pasca persalinan.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan laju pertumbuhan
penduduk adalah dengan cara penurunan angka kelahiran dengan jalan Keluarga
Berencana (KB).
2
dalam rahim merupakan salah satu metode kontrasepsi yang pengunaannya relatif
lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan metode kontrasepsi lain.
3
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Masa Nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologi maupun
psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan (Nurjanah, dkk, 2013).
Menurut Nurjanah, dkk, 2013 Masa nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu
puerperium dini (immediate puerperium), puerperium intermedial (early puerperium)
dan remote puerperium (later puerperium). Adapun penjelasannya sebagai berikut:
3. Remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara bertahap terutama jika selama
masa kehamilan dan persalinan ibu mengalami komplikasi, waktu untuk sehat bisa
berminggu-minggu, bulan bahkan tahun.
5
menyediakan referensi atau info teknis, alat bantu visual untuk pelatihan tenaga
kesehatan yang baru bertugas (Nurwita, 2021).
Menurut buku KIA edisi 2020, pelayanan kesehatan pada ibu nifas mulai 6
jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan minimal 4 kali kunjungan
nifas. Kunjungan pertama 6 jam–2 hari setelah persalinan, kunjungan kedua 3-7 hari
setelah persalinan, kunjungan ketiga 8-28 hari setelah persalinan dan kunjungan
keempat 29 - 42 hari setelah persalinan. Salah satu asuhan yang menjadi prioritas
dalam kunjungan nifas adalah pemilihan alat kontrasepsi pasca persalinan.
6
2.3 Tujuan Kontrasepsi
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
a. pantang berkala
Prinsip pantang berkala ialah tidak melakukan persetubuhan pada masa subur istri,
untuk menentukan masa subur istri dipakai 3 patokan yaitu:
Jadi jika kontrasepsi ingin dicegah, koitus harus dihindari sekurangkurangnya selama
3 hari (72 jam) yaitu 48 jam sebelum ovulasi dan 24 jam sesudah ovulasi terjadi
(Sulistyawati, 2012: 50).
Alat kelamin pria (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak
masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah (Sulistiawati, 2012:56)
c. Kondom
Jenis kontrasepsi menggunakan alat untuk mencegah kehamilan dan infeksi penyakit
kelamin dengan cara menghentikan sperma untuk masuk kedalam vagina
(Purwoastuti, 2015: 205).
7
2.4.2 Metode modern
a. Hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya ovulasi dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen
dan progesteron. Berdasarkan jenis dan cara pemakaiannya dikenal 3 macam
kontrasepsi hormonal yaitu kontrasepsi Oral (Pil), suntikan, dan kontrasepsi implant
(Affandi, 2013:MK-28).
2.4.3 Pil KB
Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon estrogen dan progesteron)
ataupu juga hanya berisi progesteron saja. Pil kontrasepsi bekerja dengan cara
mencegah terjadinya ovulasi dan mencegah terjadinya penebalan dinding rahim.
a. Pil kombinasi
b. Pil progestin
Adalah pil yang mengandung progesteron dan disiapkan untuk ibu yang menyusui
(Affandi, 2013: MK-50).
2.4.4 Suntik
8
Tersedia 2 jenis kontrasepsi yang mengandung progestin yaitu Depo Medroksi
progesteron Asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap 3
bulan dengan cara disuntik I.M dan Depo noretisteron Enanta (/Depo noristeran),
yang mengandung 200 mg noretindron Enantan, diberikan setiap 2 bulan dengan
cara suntik I.M (Affandi, 2013: MK-43).
2.4.5 Implant/susuk
a. Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berrongga dengan panjang 3,4
cm, diameter 2,4 mm, berisi 36 mg levonogo dengan lama kerja tig tahun.
b. Jadena dan indoplant, terdiri dari dua batang silastik lembut berongga
dengan panjang 4,3 cm ber diameter 2,5 mm, berisi 75 mg levonogestrel dengan
lama kerja 3 tahun.
c. Implano, terdiri dari satu batang silastik lembut dengan berongga dengan
panjang kira-kira 4,0 cm diameter 2 mm, berisi 68 mg ketodesogestrel dengan lama
kerja 3 tahun (Sulistyawati, 2012: 81).
2.4.6 Mekanis
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan
didalam rahim untuk menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
(Affandi, 2013: MK-80).
a. Tubektomi
b. Vasektomi
Adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan
melakukan okulasi vans deference sehingga alat transportasi sperma terhambat dan
proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Firdayanti, 2012: 100).
9
1) Fase menunda/mencegah kehamilan, dimana pada fase menunda ini ditujukan
pada pasangan usia subur dengan istri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk
menunda kehamilannya
2) Fase menjarangkan kehamilan, dimana pada periode usia istri antara 20-35
tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2
orang dan jarak antara kehamilan 2-4 tahun, ini dikenal dengan catur warga.
10
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
1. Metode Sederhana
2. Metode coitus interuptus
3. Kondom
4. Pil kb
5. Implan
6. Tubaktomi
7. Fasektomi
SARAN
Bidan lebih sering memberikan penyuluhan tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) di Puskesmas maupun di Posyandu secara berkala, agar informasi yang
berhubungan dengan dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) bagi
responden yang memiliki pegetahuan kurang dan cukup dapat ditingkatkan menjadi
pengetahuan baik, dan responden yang berpengetahuan baik dapat dipertahankan dan
ditingkatkan.
11