Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEBIDANAN POSTPARTUM

PADA NY “E” P3 A1 DI PUSKESMAS POMALAA


TAHUN 2022

OLEH :

NAMA : HERMIN KALLANG


NIM : B.21.03.014

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
melimpahkan hidayahnya dan memberi kami kesempatan dalam menyelesaikan
laporan PKK (Praktek Klinik Kebidanan) yang kami buat ini.

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam


menyelesaikan PKK (Praktek Klinik Kebidanan) bagi para Mahasiswa dari
Fakultas Kesehatan Universitas Mega Buana Palopo.

Praktek kerja ini merupakan salah satu upaya dalam menjalin kerja sama dalam
bidang kesehatan pada masyarakat dengan mengetahui pemberian pelayanan
kesehatan pada salah satu Puskesmas di Kolaka. Dan kami harap praktek klinik ini
akan memberi banyak manfaat bagi kami para mahasiswa maupun bagi pembaca.

Di kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak


terkait PKK yang telah memberi dukungan moral. Dan juga bimbingannya pada
kami.

Susunan Laporan PKK ini sudah dibuat dengan sebaik-baiknya, namun tentu
masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu jika ada kritik atau saran apapun yang
sifatnya membangun bagi penulis, dengan senang hati akan penulis terima.

Pomalaa, Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI
Sampul ..............................................................................................................................

Kata Pengantar ...............................................................................................................

Daftar Isi ...........................................................................................................................

Bab I Pendahuluan ........................................................................................................

Bab II Tinjauan Teori ...................................................................................................

Bab III Studi Kasus .......................................................................................................

Bab IV Pembahasan ......................................................................................................

Bab V Penutup ................................................................................................................

Daftar Pustaka ..............................................................................................

Lampiran

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Masa nifas atau postpartum adalah masa setelah persalinan selesai


sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara
perlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil (Ristiyaningsih,
2014).

Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami


banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis dan sebagian besar
bersifat fisiologis. Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga
kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang
kurang maksimal dapat meningkatkan Angka Kematian Ibu (AKI) seperti
perdarahan atau komplikasi pada ibu nifas (Hamranani, 2012).

Pentingnya penurunan AKI di Indonesia, sehingga diperlukan program


terobosan yang memfokuskan pada kesehatan ibu, khususnya di daerah
daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan. Meningkatkan pengetahuan para
ibu sehingga mereka mau, sadar dan mampu mencegah masalah

kesehatannya (Kompasiana, 2014).

Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku kesehatan


seseorang adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan, sehingga akan
timbul kesadaran pada individu atau masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya. Pendidikan kesehatan merupakan suatu upaya
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka (Febri,

2013).

Masa nifas dimulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan.
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan
sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam
sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-28
pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.
Cakupan kunjungan nifas di Indonesia dalam kurun waktu delapan tahun terakhir
secara umum mengalami kenaikan, hal ini merupakan hasil dari berbagai upaya
yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat termasuk sektor swasta,
program penempatan Pegawai Tidak Tetap (PTT) untuk dokter dan bidan terus
dilaksanakan. Selain itu, dengan diluncurkannya Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) sejak tahun 2010, puskesmas, poskesdes dan posyandu lebih terbantu
dalam mengintensifkan implementasi upaya kesehatan termasuk pelayanan
kesehatan ibu nifas (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).

Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2015), menunjukkan bahwa


capaian tertinggi kunjungan ibu nifas adalah Provinsi Kepulauan Riau yang
diketahui 112,89% diikuti oleh DI Yogyakarta sebesar 98,49% dan Jawa
Barat sebesar 97,23%. Sedangkan Provinsi dengan cakupan kunjungan nifas
terendah yaitu Papua sebesar 28,34%, diikuti oleh Papua Barat sebesar
28,50% dan Maluku sebesar 43,39%.

Dari tahun 2011-2015 cakupan pelayanan kesehatan pada ibu nifas


cenderung meningkat meskipun peningkatannya tidak terlalu signifikan.
Kabupaten/Kota dengan cakupan pelayanan nifas tertinggi adalah kota
Pekalongan yaitu 99,97% diikuti Batang 99,94% dan Kota Magelang 99,87%.
Kabupaten/Kota dengan cakupan pelayanan nifas terendah adalah Kota
Semarang yaitu 86,91% diikuti Sragen 90,77% dan Boyolali 92,14% (Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2015).

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian tentang “Asuhan Kebidanan Postpartum Pada Ny “E” P3 A1 Di
Puskesmas Pomalaa Tahun 2022”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu

Bagaimana asuhan pelayanan kebidanan postpartum pada Ny “E” P3 A1 di


PKM Pomalaa.

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum

Mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan


manajemen kebidanan dan pendokumentasian secara SOAP pada
Ny “E” P3 A1.

1.3.2. Tujuan khusus


Penulis diharapkan mampu:
 mengumpulkan data Subjektif melalui anamnesis pada Ny “E”
P3 A1.

 Mengumpulkan data objektif melalui pemeriksaan fisik dan


laboratorium pada Ny “E” P3 A1.

 Mampu melakukan analisa data berdasarkan data subjektif


dan objektif pada Ny “E” P3 A1

 Melakukan penatalaksanaan pada Ny “E” P3 A1.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Tinjauan Umum tentang Postpartum


1. Pengertian Postpartum

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan


berakhir ketika organ kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa Latin, waktu mulai tertentu
setelah melahirkan anak disebut Puerperium yaitu dari kata Pueryang
artinya bayi dan Parous melahirkan. Jadi, puerperium berarti masa setelah
melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pemulihan kembali mulai dari
persalinan selesai sampai organ-organ kandungan kembali seperti prahamil
(Dewi & Sunarsih, 2012).

Periode postpartum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir


sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil.Periode ini kadang disebut puerperium atau trimester ke empat
kehamilan (Bobak, et al., 2012). Masa nifas didefinisikan sebagai periode
selama tepat setelah kelahiran.Namun secara populer, diketahui istilah
tersebut mencangkup 6 minggu berikutnya saat terjadi involusi kehamilan
normal (Hugnes, 1972 dalam Chunnigham, 2015).

Berdasarkan definisi di atas, yang dimaksud dengan postpartum


adalah masa setelah kelahiran bayi dan masa si ibu untuk memulihkan
kondisi fisiknya meliputi alat-alat kandungan dan saluran reproduksi
kembali pada keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama enam
minggu.

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Dewi & Sunarsih (2012), ada enam tujuan asuhan masa

nifas, yaitu:
a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas

Tujuan perawatan masa nifas adalah untuk menghindarkan atau


mendeteksi adanya kemungkinan perdarahan postpartum dan infeksi.

b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya

Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh,


membersihkan daerah di sekitar vulva dari depan ke belakang,
mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelamin dan menghindari atau tidak
menyentuh daerah luka episiotomi atau laserasi.

c. Melaksanakan skrining secara komprehensif

Dilakukan pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan


plasenta, pengawasan tinggi fundus uteri pengawasan PPV,
pengawasan konsistensi rahim, dan pengawasan keadaan umum ibu.
Bila ditemukan permasalahan, maka harus segera dilakukan tindakan
sesuai dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas.

d. Memberikan pendidikan kesehatan dini .Memberikan pelayanan


kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian

imunisasi pada bayi, dan perawatan bayi sehat. Ibu postpartum juga
diberikan pendidikan mengenai pentingnya kebutuhan gizi ibu
menyusui, antara lain :
*Mengonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari,

* Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan


vitamin yang cukup,

*Minum sedikitnya tiga liter air setiap hari.


e. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara

Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan


payudara sebagai berikut :
 Menjaga payudara tetap bersih dan
kering,
 Menggunakan braying menyokong
payudara,
 Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang
 keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui,
 Melakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya
bendungan ASI.

f. Konseling mengenai keluarga berencana

Tenaga kesehatan memberikan konseling mengenai KB sebagai

berikut :

 Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya dua tahun


sebelum ibu hamil kembali.
 Biasanya wanita akan menghasilkan ovulasi sebelum
mendapatkan lagi haidnya setelah persalinan.
 Pada umumnya metode KB dapat dimulai dua minggu setelah
persalinan,
 Sebelum menggunakan KB sebaiknya dijelaskan efektivitasnya,
efek samping, untung ruginya, serta kapan metode tersebut dapat
digunakan,
 Jika ibu dan pasangan telah memilih metode KB tertentu, dalam dua
minggu ibu dianjurkan untuk kembali.
3. Tahapan Masa Nifas

Nifas dibagi menjadi tiga tahapan yaitu :

a. Puerperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri

dan berjalan.

b. Puerperium intermediate yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat

genitalia.

c. Puerperium remote yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan
mempunyai komplikasi (walyadi, 2017:3).

4. Tujuan Perawatan Masa Postpartum

a. Mencegah hemoragi (Padila, 2014).

b. Memberikan kenyamanan fisik, nutrisi, hidrasi, keamanan, dan


eliminasi (Padila, 2014).
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayi sehari-hari (Marni, 2011).

5. Peran dan Tanggung Jawab bidan dalam Masa Nifas:

a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas


sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.

b.Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga


c.Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.

d. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan


ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan
administrasi.

e.Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

f. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara


mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

g. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,


menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.

Memberikan asuhan secara profesinal (Nugroho, 2014: 2-3).

6.Perubahan Fisiologi pada Masa Nifas

a. Uterus

Segera setelah lahir plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi


fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilicus dan
simpisis, atau sedikit lebih tinggi.

Ketika uterus berkontraksi, seorang wanita akan merasakan mules.


Inilah yang disebut nyeri setelah melahirkan. Hal ini akan berlangsung
2 hingga 3 hari setelah melahirkan.

Proses involusi uterus (proses pengembalian uterus ke keadaan


sebelum hamil) (Purwoastuti, 2014: 96).
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

a.Iskemia miometrum disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang


terus-menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat
uterus relatif anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.

b.Autollisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang


terjadi

di dalam otot uterus.

c.Efek oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi


otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang akan
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus (Purwoastuti,
2014: 96-97).
Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus menurut Masa Involusi

Involusi Tinggi Fundus Berat Diameter Keadaan Serviks


Uteri Uterus (gr) Bekas
Melekat
Plasenta
(cm)

Bayi lahir Setinggi pusat 1000

Uri Lahir 2 jari di bawah 750 12,5 Lembek


pusat

Satu minggu Pertengahan pusat- 500 7,5 Beberapa hari setelah


simpisis

Dua minggu Tidak teraba 3500 3-4 postpartum dapat di


Enam minggu diatas simpisis 50-60 1-2 lalui 2
Delapan minggu Bertambah 30 jari Akhir minggu
kecil pertama dapat di
Sebesar normal masuki
1 jari.

Sumber (purwoastuti, 2014: 97).

b. Lokhea

Lokhea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina

selama masa nifas. Lokia terbagi menjadi empat jenis, yaitu:

Lokhea rubra/merah (kruenta)

Lokhea ini berwarnah merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik caseosa, lanugo, mekonium
selama 2-3 hari.

Lokhea sanguinolenta

Lokhea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir,


pengeluarannya pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
Lokhea serosa

Lokhea ini lebih pucat dari lochea rubra. Cairan tidak berdarah
lagi, muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan. Warnanya
biasanya kekuningan atau kecoklatan.

Lokhea alba

Lokhea muncul pada hari ke 14 warna lebih pucat, putih


kekuningan, makin lama makin sedikit, hingga sama sekali
berhenti sampai 1 atau 2 minggu berikut (Walyani, 2017: 64).

c. Perubahan pada Sistem Pencernaan


Pemulihan nafsu makan diperlukan 3-4 hari sebelum usus kembali
normal, meskipun kadar estrogen dan progesteron menurun setelah
melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama 1-2 hari.

Secara khas penurunan tonus otot dan mortalitas otot traktus cerna
dan anastesi bisa memperlambat pengembalian tonus ke keadaan
normal.

Ibu sering mengalami konstipasi hal ini di sebabkan tonus otot


usus menurun selama proses persalinan dan awal masa post partum,
diare sebelum persalinan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun
laserasi jalan lahir (Purwoastuti, 2014: 99).

d. Perubahan Sistem Perkemihan

Fungsi ginjal kembali normal pada waktu 1 bulan setelah melahirkan.


Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36
jam sesudah melahirkan (Purwoastuti, 2014: 97).
e.. Perubahan Tanda-Tanda Vital

Suhu

o
24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit, antara 37,5 C-
o
38 C. Sebagian akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan
cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan
o
biasa lagi. Nifas dianggap terganggu jika demam lebih dari 38 C
pada 2 hari berturut-turut pada 10 hari yang pertama postpartum.

Denyut nadi

Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis

melahirkan biasanya denyut nadi akan naik, lebih cepat.


Tekanan darah

Kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan


karena ada perdarahan. Tekanan darah pada post partum dapat
menandakan terjadinya preeklamsia postpartum.

Pernafasan

Keadaan pernafasan akan selalu berhubungan dengan keadaan


suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal
pernafasan juga akan mengikuti kecuali ada gangguan khusus
pada gangguan pernafasan (Purwoastuti, 2014: 102-103).

f. Perubahan System Kardiovaskuler

Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor,


misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi, serta
pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema fisiologis).
Pada minggu ke-3 dan ke-4 setelah bayi lahir volume darah
biasanya menurun sampai mencapai volume darah sebelum hamil.
Pada persalinam pervagina kehilangan darah sekitar 300-400 cc

(Purwoastuti, 2014: 102).

g. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

Gizi

Gizi pada ibu menyusui sangat berkaitan dengan produksi asi


yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Kebutuhan
klori selama menyusui proposional dengan jumlah air susu ibu
yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibandingkan
selama hamil. Rata-rata ibu harus mengkomsumsi 2300-2700
kalori ketika menyusui. Makanan yang dikomsumsi ibu berguna
untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh
dan system produksi asi.

Kebutuhan ambulasi

Ambulansi dini (early ambulation) yaitu kebijaksanaan agar


secepat mungkin bidan membimbing klien keluar dari tempat
tidurnya dan membimbingnya secepat mungkin berjalan. Klien
sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-28 jam
postpartum.
h.Eliminasi

Miksi

Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap
3-4 jam. Ibu dapat diusahakan buang air kecil sendiri, bila
tidak dilakukan dengan tindakan:

Dirangsang dengan mengalirkan air kran didekatkan

dengan klien

Mengompres air hangat di atas simpisis

Berendam air hangat

Bila tidak berhasil maka dilakukan kateterisasi

(Purwoastuti, 2014: 104).

i. Kebersihan diri
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap
infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk
mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat
tidur dan lingkungan.

Beberapa hal yanag dapat dilakukan ibu post partum dalam

menjaga kebersihan diri, adalah sebagai berikut :

a. Membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil dan besar.

b. Mengganti pembalut paling sedikit 4 kali sehari

c. Bersihkan perineum dengan sabun yang lembut minimal

sekali sehari

d. Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia.


j. Istirahat

Istrahat yag dibutuhkan ibu nifas adalah sekitar 8 jam pada

malam hari dan 1 jam pada siang hari.

Hal-hal yang dapat dilakukan pada ibu untuk memenuhi

kebutuhan istirahat dan tidur adalah sebagai berikut :

1. Anjurkan ibu agar istirahat cukup.

2. Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara

perlahan-lahan

Kurang istirahat dapat mengalami ibu beberapa hal :


Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat
proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri. (Purwoastuti, 2014:105).

k. Senam Nifas

Selama kehamilan dan pesalinan ibu banyak mengalami


perubahan fisik seperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya
liang sanggama, dan otot dasar panggul. Untuk mengembalikan
kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima,
senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan. Ibu
tidak perlu takut untuk banyak bergerak, karena dengan ambulansi
secara dini dapat membantu rahim untuk kembali ke bentuk
semula. Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari
pertama melahirkan setiap hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri
dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat
pemulihan ibu (Purwoastuti, 2014: 106-107).

l. Seksualitas Masa Nifas

Hubungan seksual aman dilakukan begitu darah berhenti.Namum


demikian hubungan seksual dilakukan tergantung suami istri
tersebut. Selama periode nifas, hubungan seksual juga dapat
berkurang

Hal yang dapat menyebabkan pola seksual selama nifas berkurang


antara lain :

1.Gangguan/ketidaknyamanan fisik

2.Kelelahanan

3.Ketidak seimbagan hormone

4.Kecemasan berlebihan.
Tabel 2.2 Jadwal Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan Waktu Asuhan

I 6 – 8 jam post Mencegah perdarahan masa nifas oleh


partum karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab
lain perdarahan
Pemberian ASI awal.
Mencegah hipotermi
Mengajarkan cara mempererat
hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
Menjaga bayi tetap sehat melalui
pencegahan hipotermi.
II 6 hari post Memastikan involusi uterus berjalan
partum dengan normal
Menilai adanya tanda – tanda demam,
infeksi dan perdarahan abnormal.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang
cukup.
Memastikan ibu cukup makan, minum
dan istirahat.
Memberikan konseling pada ibu
mengenai perawatan pada bayi dan
mencegah hipotermi.

III 6 hari post Sama seperti pemantauan 6 hari


partum postpartum

Tanyakan pada ibu penyulit yang ia atau


bayi alami.

Konseling KB

sumber (Imron, 2016, hal : 24)


Tinjauan Umum Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

1.Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan


sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau
tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien
(Zulvadi, 2015:204) .

2. Proses manajemen kebidanan

Langkah-langkah manajemen kebidanan menurut 7 langkah varney :

a..Langkah I Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua


data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap
yaitu : riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya,
meninjau catatan sebelumnya, meninjau data laboratorium dan
membandingkannya dengan studi. Pada langkah pertama
dikumpulkan semua informasi yang akurat dan sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang
lengkap.

b.Langkah II Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa


atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar
atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosis yang spesifik. Kata masalah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnose keduanya yang digunakan, karena beberapa masalah tidak
dapat diselesaikan seperti diagnose tetapi sesungguhnya membutuhkan
penanganan yang dituangkan dalam sebuah rencana asuhan terhadap
klien. Masalah sering berkaitan dengan wanita yang diidentifikasi oleh
bidan sesuai dengan pengarahan, masalah ini sering menyertai diagnosa.

c. Langkah III Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial


lain berdasarkan potensial lain rangkaian masalah dan diagnose yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pemecahan sambil mengamati pasien. Bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnose / masalah potensial ini
benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan
yang aman.
d. Langkah IV Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan

Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan


atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lainnya sesuai dengan kondisi klien.

Langkah keempat ini mencerminkan keseimbangan dari proses


manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan
pemeriksaan periodik atau kunjungan perinatal saja tetapi juga selama
wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu
wanita tersebut dalam persalinan.

e. Langkah V Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh


langkah-langkah tersebut. Langkah ini merupakan lanjutan manajemen
terhadap diagnose atau masalah yang telah diidentifikasi atau di antisipasi,
pada langkah ini informasi (data) dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah di
identifikasi dari kondisi klien atau setiap dari masalah yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa
yng diperkirakan yang akan terjadi berikutnya.
f. Langkah VI Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah ke enam ini rencana asuhan yang menyeluruh setelah di


uraikan pada langkah V di laksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan
ini bisa dilakukan menyeluruh dari bidan atau sebagian oleh
klien atau anggota kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri
dia tidak memikul tanggung jawab untuk menyerahkan pelaksanaan
(misalnya : memastikan agar langkah-langkah benar terlaksana). Dalam
situasi ini dimana bidan berkolaborasi, maka keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan klien adalah bertanggung jawab terhadap
pelaksanaannya berasuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Manajemen efisien akan meningkat waktu dan biaya serta meningkatkan
mutu dari asuhan klien.

g. Langkah VII Evaluasi

Pada langkah ke tujuh ini di lakukan evaluasi ke efektipan yang sudah


diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar –
benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana yang telah
diidentifikasikan di dalam masalah dan diagnose. Rencana tersebut akan
dianggap jika memang benar efektif pelaksanaannya. Ada kemungkinan
sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebelum efektif.

Meningkat bahwa proses manajemen asuhan merupakan suatu


kontinum, maka perlu mengulang kembali dari awal sesuai asuhan yang
tidak efektif melalui manajemen dan mengidentifikasi mengapa proses
manajemen dan mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak
efektif melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut. (Zulvadi
2015. Hal : 206– 209).
3. Data Perkembangan SOAP

Menurut Varney, pendokumentasian data perkembangan asuhan kebidanan

yang telah dilaksanakan menggunakan SOAP yaitu :


S : subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui

anamneses sebagai langkah 1 varney.

O : objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil


laboratorium dan test diagnostic lain yang dirumuskan dalam data, fokus
untuk mendukung asuhan.

A : assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasi data

subjektif dan objektif dalam satu lingkungan identifikasi :

a. Diagnose atau masalah

b. Antisipasi diagnosa / masalah potensial

c. Perlunya tindakan segera setelah bidan atau dokter, konsultasi atau


kolaborasi atau rujukan setelah interpretasi data, diagnose potensial
dan intervensi.

P : Pelaksanaan

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi


berdasarkan assessment sebagai langkah rencana tindakan, implementasi
dan evaluasi (Zulvadi, 2015: 197).
BAB III
STUDI KASUS

Pada bab ini membahas tentang Manajemen Asuhan Kebidanan Postpartum

Pada Ny ”E” P3A1 Di PKM PomalaaTanggal 24 Maret 2022.


Nomor register :-

Tanggal masuk : 24 Maret 2022, jam 05.07 wita

Tanggal partus : 24 Maret 2021, jam 06.30 wita

Tanggal pengkajian : 25 Maret 2022, jam 09.00 wita

Nama pengkaji : Hermin Kallang.

A. Identifikasi Data Dasar

Nama : Ny “E” / Tn “A”


Umur : 28 Tahun / 32 Tahun
Nikah / Lamanya : 1 Kali / ± 1 Tahun
Suku : Jawa / Bugis
Alamat :Jl. Usaha Tani Dusun II Desa Pelambua
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Pendidikan : SMA / SMA

Data Subjektif

Tanggal 25 Maret 2022, jam 09.00

Ibu melahirkan tanggal 24 Maret 2022, jam 06.30 wita, ibu merasa bahagia
atas kehadiran bayinya.
Data Objektif

2Tanggal 25 Maret 2021, jam 09.02

Keadaan umum baik, kesadaran composimentis, ekspresi wajah ibu meringis


saat bergerak, tanda-tanda vital, tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi 80 kali per
0
menit, pernafasan 24 kali per menit, suhu 37 C. TFU setinggi pusat, pengeluaran
lochea rubra, telapak kaki dan tangan pucat.

Assesment

Post partum hari pertama

Planning

Tanggal 25 Maret 2022, jam 09.05 -10.10 wita

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada klien, ibu mengerti

2. Observasi TTV, keadaan umum ibu lemah, tekanan darah 110/70 mmHg,

0
nadi 80x/ menit, suhu 37 C, pernafasan 20x/ menit.

3. Observasi TFU, kontraksi uterus dan pengeluaran lochea, tfu setinggi pusat,
kontraksi uterus baik dan pengeluaran lochea rubra.

4. Memberikan support mental kepada ibu, ibu dapat menerima keadaan yang

dialaminya sekarang.

5. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, ibu mengerti dan

bersedia
6. Healt education mengenai masa nifas, nutrisi, istirahat cukup, ibu mengerti

mengenai penjelasan yang disampaikan bidan.

7. Melakukan pendokumentasian
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan kesenjangan – kesenjangan yang ada
dengan cara membandingkan antara teori dan praktek yang ada di lahan yang mana
kesenjangan tersebut menurut langkah – langkah dalam manajemen kebidanan, yaitu
pengkajian sampai dengan evaluasi. Pembahasan ini dimaksudkan agar dapat diambil
kesimpulan dan pemecahan masalah dari kesenjangan yang ada.

4.1. Subjektif

Pada data subjektif diketahui, Ibu melahirkan tanggal 24 Maret 2022, jam
06.30 wita, ibu merasa bahagia atas kelahiran bayinya

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan


semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap yaitu: riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhannya, meninjau catatan sebelumnya, meninjau data laboratorium dan
membandingkannya dengan studi. Pada langkah pertama dikumpulkan semua
informasi yang akurat dan sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap (Zulvadi, 2015: 206)

Berdasarkan uraian di atas, tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus
pada Ny. “E”.

4.2. Objektif

Dari data objektif didapatkan hasil Keadaan umum baik, kesadaran


composimentis, ekspresi wajah ibu meringis saat bergerak, tanda-tanda vital,
tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi 80 kali per menit, pernafasan 20 kali per
0
menit, suhu 37 C. tfu setinggi pusat, pengeluaran lochea rubra.
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik.
Kata masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnose keduanya yang
digunakan, karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnose
tetapi sesungguhnya membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam
sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan
wanita yang di identifikasi oleh bidan sesuai dengan pengarahan, masalah ini
sering menyertai diagnosa (Zulvadi, 2015: 208)

Dengan demikian apa yang dijelaskan dari tinjauan pustaka dan yang
ditemukan pada studi kasus, secara garis besar tidak ada kesenjangan

4.3. Assesment

Post partum hari pertama

4.4. Planning

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah


diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Jika
bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya (memastikan langkah tersebut benar-benar
terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter dan
keterlibatannya dalam manajemen asuhan bagi pasien yang mengalami
komplikasi, bidan juga bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana
asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu dan meningkatkan mutu asuhan (Asri dan Clervo,
2012:31).

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang


telah diuraikan pada langkah ini dilakukan secara efisiensi dan aman.
dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam
masalah dan diagnosa (Zulvadi, 2015:209).

Pelaksanaan asuhan kebidanan yang telah direncanakan seluruhnya


adalah informasikan hasil pemeriksaan kepada klien, observasi TTV,
observasi TFU, kontraksi uterus dan perdarahan, memberikan support
mental kepada ibu, menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene,
dan melakukan pendokumentasian

Berdasarkan tinjauan pustaka bahwa tekhnik penatalaksanaan


dilaksanakan mengatasi masalah yang dihadapi oleh klien. Tekhnik
penatalaksanaan dilaksanakan dengan mengobservasi keadaan umum ibu.

Pada studi kasus Ny “E” pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan


yaitu mengobservasi keadaan umum ibu.

Dari data yang diperoleh dari tinjauan pustaka dan studi kasus yang
dilakukan secara garis besar tidak ada kesenjangan.
BAB V PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung dari lahan praktek
melalui studi kasus tentang Manajemen Asuhan Kebidanan Postpartum pada Ny
“E” di PKM Pomalaa tanggal 25 Maret 2022, maka penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Pada pelaksanaan pengambilan data subjektif Manajemen Asuhan


Kebidanan pada Ny "E" mulai dari pengkajian sampai akhir tidak
ditemukan adanya hambatan oleh adanya kerja sama antara klien dan
petugas kesehatan sehingga semua tindakan dengan baik.

2. Dari hasil pengkajian dan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh penulis

pada Ny “E” dapat dirumuskan diagnosa aktual Postpartum hari pertama

3. Dari beberapa tindakan yang telah direncanakan untuk penanganan Post

Partum pada Ny “E” semuanya dilakukan tanpa hambatan apapun.

4. Dalam hal ini penulis mampu mengevaluasi seluruh asuhan kebidanan pada

Ny “E” dengan baik tanpa ada komplikasi lanjut.

5. Pendokumentasian yang digunakan pada studi kasus Ny. “E” berbentuk

SOAP yang merupakan bukti dan tanggung jawab bidan terhadap asuhan
kebidanan yang telah diberikan pada klien.
B. Saran

1. Bagi penulis selanjutnya, dibutuhkan waktu serta kesabaran serta keahlian


dalam memberikan asuhan yang berkesinambungan.

2. Bagi ibu, calon ibu hendaknya mempersiapkan gizi pranatal yang baik
sehingga dapat terhindar dari anemia. Bagi ibu hamil hendaknya
memeriksakan kehamilan secara teratur di fasilitas pelayanan kesehatan untuk
meminimalisir
faktor risiko yang dimiliki sehingga ibu dan bayi sehat.

3. Bagi bidan, sebaiknya melibatkan keluarga dalam memberikan asuhan


kebidanan berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati Retna, Eni dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Nifas. Cetakan ke


V.Jogjakarta: Nuha Medika.

Cunningham, Gary F. dkk. 2015. Obstetri Williams(Suharyati Samba).Jakarta:


EGC.Dewi,

Vivian. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.

Eka Puspita dan Kurnia Dwi. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Post Natal
Care). Jakarta: Trans Info Media.

Haryani, Reni. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan-Ibu Nifas dan


Menyusui.Jakarta: CV Trans Info Media.

Johnson, Joyce Y. 2014. Keperawatan Maternal Edisi I. Yogyakarta: Rapha


Publishing.

Kumalasari, Intan. 2015. Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan


Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi.Jakarta:
Salemba Medika.

Manuaba, Ida Bagus. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam. 2015. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.Moelek,

Nugraheny, E. 2012. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Rukiyah dkk, 2016. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media.

Saifuddin, Abdul Bari. 2066. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo
Saleha, Siti. 2014.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Suprijati. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Madiun:
HMPPress.

Varney, Hellen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1.Jakarta:
EGC
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai