Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSEP DASAR NIFAS

Disusun Oleh :

Angeline Priscilla Sinaga (2115301040)


Mayang Sari (2115301010)
Azzahra Patma Prabawati (2115301048)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNG


KARANG PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
KEBIDANAN TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Konsep Dasar Nifas" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusu.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang asuhan kebidanan masa nifas bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ranny selaku dosen Mata Kuliah Asuhan
Kebidanan Nifas dan Menyusu. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung , 4 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2
2.1 Pengertian Nifas...........................................................................................................2
2.2 Peran dan tanggjung jawab bidan dalam masa nifas...............................................2
2.3 Program Pemerintah dalam masa nifas.....................................................................3
2.4 Evidence Based dalam asuhan nifas...........................................................................6
BAB III KESIMPULAN................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................9

ii
1.1 Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN

Asuhan kebidanan pada masa nifas dan menyusui merupakan bagian dari kompetensi utama
seorang bidan. Masa nifas dan menyusui merupakan komponen dalam daur hidup siklus
reproduksi seorang perempuan. Bidan mempunyai peran penting dalam memfasilitasi dan
memberikan asuhan yang aman dan efektif, memberikan pendidikan kesehatan dan konseling
serta melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan.
Peran bidan dalam memberikan kontribusi asuhan kebidanan yang sensitif, aman dan
efektif bagi ibu merupakan suatu kehormatan dan kebahagiaan. Melahirkan merupakan peristiwa
dramatis yang mengubah kehidupan seorang ibu. Peristiwa ini berlanjut hingga postpartum atau
masa nifas dan menyusui. Keluarga yang ada di sekitar ibu dan mereka yang terlibat dalam
setiap aspek periode kehamilan, persalinan, kelahiran, dan postnatal memberi pengaruh positif
terhadap bagaimana persepsi terhadap peristiwa tersebut. Untuk mencapai hal tersebut, bidan
sebagai pemberi asuhan kebidanan secara kontinu harus melakukan refleksi diri pada layanan
yang diberikan dan berupaya untuk tetap mengikuti perkembangan praktik klinik terkini dan
terbukti lebih baik (evidence based practice). Bidan sebagai pemberi asuhan harus memastikan
bahwa ibu atau perempuan merupakan pusat dari pengambilan keputusan asuhan, dan pilihan
aktual asuhan diberikan oleh bidan yang kompeten dan profesional.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari nifas ?
2. Bagaimana peran tanggung jawab bidan dalam masa nifas ?
3. Bagaimana program pemerintah dalam masa nifas ?
4. Apa itu evidence based dalam asuhan nifas ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari nifas
2. Untuk mengetahui peran tanggung jawab bidan dalam masa nifas
3. Untuk mengetahui program pemerintah dalam masa nifas
4. Untuk mengetahui evidence based dalam asuhan nifas .

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. masa nifas berlangsung kira-kira 6
minggu, akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil
dalam waktu 3 bulan (Prawirohardjo, 2009; Saifuddin, 2002).
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. selama masa ini,
fisiologi saluran reproduktif kembali pada keadaan yang normal (Cunningham, 2007).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas 6-8 minggu (Mochtar, 2010).
Masa puerperium atau masa nifas dimulai setelah persalinan selesai, dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu (Wiknjosastro, 2005).
Periode pasca partum (Puerperium) adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2004).
Dari beberapa pengertian masa nifas diatas , maka dapat disimpulkan bahwa masa nifas
adalah dimulai setelah persalinan selesai dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu.
Adapun tujuan dari asuhan kebidanan nifas dan menyusui, sebagai berikut:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun pisikologis dimana dalam asuhan
pada masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan
psikologi maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan harus melakukan
manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa nifas secara sistematis yaitu mulai
pengkajian, interpretasi data dan analisa masalah, perencanaan, penatalaksanaan dan
evaluasi. Sehingga dengan asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui dapat mendeteksi
secara dini penyulit maupun komplikasi yang terjadi pada ibu dan bayi.
3. Melakukan rujukan secara aman dan tepat waktu bila terjadi penyulit atau komplikasi
pada ibu dan bayinya, ke fasilitas pelayanan rujukan.
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan nifas dan menyusui,
kebutuhan nutrisi, perencanaan pengaturan jarak kelahiran, menyusui, pemberian
imunisasi kepada bayinya, perawatan bayi sehat serta memberikan pelayanan keluarga
berencana, sesuai dengan pilihan ibu.
2.2 Peran tanggung jawab bidan dalam masa nifas
Asuhan masa nifas sangat penting dan diperlukan karena dalam periode ini disebut masa
kritis baik pada ibu maupun bayinya. Diperkirakan insiden kematian ibu di Indonesia sebesar
60% terjadi pada postpartum atau masa nifas, dan sebesar 50% kematian masa nifas terjadi
2
dalam 24

3
jam pertama (Kemenkes RI, 2013). Sehingga peran dan tanggung jawab bidan untuk mencegah
kematian ibu pada masa kritis ini adalah dengan memberikan asuhan kebidanan yang aman dan
efektif.
Peran dan tanggungjawab bidan secara komprehensif dalam asuhan masa nifas :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan
kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor yang memfasilitasi hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui serta meningkatkan rasa nyaman ibu dan bayi.
4. Mendeteksi penyulit maupun komplikasi selama masa nifas dan menyusui serta
melaksanakan rujukan secara aman dan tepat waktu sesuai dengan indikasi.
5. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya pada masa nifas dan menyusui, pemenuhan nutrisi yang
baik, serta mempraktekkan personal higiene yang baik.
6. Melakukan manajemen asuhan dengan langkah-langkah; pengkajian, melakukan
interpretasi data serta menetapkan diagnosa, antisipasi tindakan segera terhadap
permasalahan potensial, menyusun rencana asuhan serta melakukan penatalaksanaan dan
evaluasi untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi, serta untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas
7. Memberikan asuhan kebidanan nifas dan menyusui secara etis professional.
2.3 Program Pemerintah dalam Masa Nifas
Tingginya angka kematian ibu dan bayi di Indonesia telah memacu pemerintah pusat
khususnya Kementrian Kesehatan untuk membuat terobosan dan berbagai kebijakan guna
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Penerapan kebijakan tersebut membutuhkan
koordinasi dan dukungan dari berbagai pihak sampai dengan keluarga. Seperti misalnya
kebijakan tentang Gerakan Sayang Ibu dan Asi eksklusif, membutuhkan dukungan dari berbagi
pihak. Ibu yang baru melahirkan difasilitasi oleh sarana kesehatan dan petugas kesehatan untuk
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Rawat Gabung, yang pada akhirnya bertujuan
menurunkan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi. Kebijakan – kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah tidak hanya menyoroti masalah yang terjadi pada masa nifas akan
tetapi seluruh masa reproduksi seorang wanita. Kebijakan tersebut melindungi hak hak
reproduksi seorang ibu untuk dapat hamil, bersalin dan nifas dalam keadaan normal atau
fisiologis. Sehingga kebijakan pemerintah pada masa nifas akan saling berkaitan dengan
kebijakan pemerintah secara umum.
A. Gerakan Sayang Ibu
Gerakan Sayang Ibu (GSI) merupakan upaya untuk meningkatkan pemberdayaan
perempuan dan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi
dan merupakan gerakan masyarakat bekerja sama dengan pemerintah. Dengan
demikian, yang dimaksud dengan GSI adalah suatu gerakan yang dilaksanakan oleh
masyarakat bekerja sama dengan pemerintah untuk meningkatkan pebaikan kualitas
hidup perempuan (sebagai sumber daya manusia) melalui berbagai kegiatan yang
mempunyai dampak

4
terhadap upaya penuruhan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan, dan nifas serta
kematian bayi.
Strategi Pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu yang dilakukan adalah :
1. Menerapkan Gerakan Nasional Kehamilan yang Aman (Making Pregnancy Safer atau
MPS), yang ditujukan untuk memastikan tiga hal berikut ini :
a) Semua ibu hamil dan bayi baru lahir harus mempunyai akses terhadap pelayanan
kehamilan, persalinan dan nifas oleh tenaga kesehatan yang terampil.
b) Semua komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang memadai.
c) Setiap perempuan usia subur harus mempunyai akses terhadap pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
2. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerja sama lintas program, lintas sektor
dan mitra lainnya untuk melakukan advokasi guna memaksimalkan sumber daya
yang tersedia. Langkah – langkah yang dilakukan antara lain :
a) Pendekatan kemasyarakatan
GSI dilaksanakan secara koordinatif dan integrative dengan instansi sektoral
terkait, organisasi profesi, ormas, organisasi perempuan, organisasi keagamaan,
swasta, LSM dan perguruan tinggi. Kemayarakatan berarti peran masyarakat
menjadi langkah utama
b) Pendekatan desentralisasi
Pelaksanaan GSI didasarkan pada pelaksanaan UU no 22 Tahun 1999 dan UU
no 25 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah.
c) Pendekatan kemitraan
Merupakan dasar kepedulian dan peran serta kemitraan kerja yang sejajar dan
saling menguntungkan.
d) Pendekatan kemandirian
Mendorong berbagai pihak agar ikut serta secara aktif mengelola GSI atas
dasar kemandirian.
e) Pendekatan keluarga
Sasaran GSI adalah keluarga secara utuh (suami istri dan anggota keluarga
yang lain) yang mengacu pada siklus perkembangan keluarga.

B. Rawat Gabung / Rooming In


Dalam pelaksanaanya, bayi harus selalu berada di samping ibu sejak segera setelah
dilahirkan sampai pulang. Istilah rawat gabung parsial yang dulu banyak dianut, yaitu
rawat gabung hanya dalam beberapa jam seharinya, misalnya hanya siang hari saja,
sementara pada malam hari bayi dirawat di kamar bayi, sekarang tidak dibenarkan dan
tidak dipakai lagi. Rawat gabung merupakan lanjutan dari early ambulation dimana
memungkinkan ibu memelihara anaknya .
Tujuan dari rooming in adalah untuk mendekatkan ibu kepada bayinya, mengajarkan
ibu bagaimana cara menyusui bayi dengan baik dan benar. Selain dari pada tujuan dari
rooming in adalah sebagai berikut :
1. Bantuan Emosional
2. Penggunaan Asi

5
3. Pencegahan Infeksi
4. Pendidikan Kesehatan

C. ASI Eksklusif
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa ASI adalah hak setiap anak. Dalam UU
Kesehatan no 36 tahun 2009 hak bayi dijelaskan dalam pasal 128 ayat 1 yang berbunyi,
setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam)
bulan, kecuali atas indikasi medis.
Peran pemerintah pun secara tegas dinyatakan dalam pasal 129 ayat (1) yang
menyatakan bahwa Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka
menjamin hak bayi untuk mendapatkan air susu ibu secara eksklusif. Kebijakan yang
berupa pembuatan norma, standar, prosedur dan kriteria tersebut selanjutkan akan diatur
dalam PP (pasal 239 ayat(2)) .
D. Kunjungan Masa Nifas
Seorang ibu yang baru bersalin membutuhkan perawatan selama masa nifas. Asuhan
pada ibu nifas yang diberikan oleh seorang bidan dilakukan selama kurun waktu 6
minggu. Hal ini dilandasi oleh Kebijakan program nasional pada masa nifas, yaitu
paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas dengan tujuan:
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan gangguan kesehatan ibu dan bayinya
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas
4. Menangani komplikasi/masalah yang timbul & mengganggu kesehatan ibu nifas serta
bayinya
E. Jampersal
Kebijakan pemerintah yang masih tergolong baru adalah kebijakan Jampersal.
Kebijakan ini mulai diberlakukan pada tahun 2012 dan secara legal berdasarkan
PERMENKES no 2562/MENKES/PER/XII/2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan
Persalinan. Kebijakan ini berkaitan dengan ibu bersalin dan masa nifas
Jampersal adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi
pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan
KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan.
Pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir dilaksanakan 4 kali, masing masing 1 kali
pada :
1. Kunjungan pertama untuk Kf1 dan KN1 ( 6 jam s/d hari ke 2)
2. Kunjungan kedua untuk KN2 (hari ke 3 s/d hari ke 7)
3. Kunjungan ketiga untuk Kf2 dan KN3 ( hari ke 8 s/d hari ke 28)
4. Kunjungan keempat untuk Kf3 (hari ke 29 s/d hari ke 42)

6
2.4 Evidence Based dalam asuhan nifas
Evidence Based Midwifery Practice dalam asuhan ibu nifas dapat disimpulkan sebagai asuhan
kebidanan pada ibu nifas berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi
ilmiah yang sistematis.
Manfaat evidence based practice dalam asuhan ibu nifas :
a. Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah
b. Meningkatkan kompetensi (kognitif).
c. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam memberikan asuhan
yang bermutu
d. Memenuhi kepuasan pasien yang mana dalam asuhan kebidanan, pasien
mengharapkan asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Proses eksplorasi evidence based practice dalam asuhan ibu nifas:
Langkah 1: Kembangkan semangat penelitian
Langkah 2: Ajukan pertanyaan klinis dalam format PICOT
Langkah 3: Cari bukti terbaik
Langkah 4: Kritis menilai bukti
Langkah 5: Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan preferensi pasien dan nilai-nilai
Langkah 6: Evaluasi hasil keputusan praktek atau perubahan berdasarkan bukti
Langkah 7: Menyebarluaskan hasil EBP dalam asuhan ibu nifas

Etika Pemanfaatan Evidence Based Practice pada Asuhan Ibu Nifas


Peraturan moral yang paling utama adalah jujur sehingga bidan harus menjelaskan kondisi
kliennya saat ini dan komplikasi yang dapat terjadi padanya. Kejujuran ini penting agar dapat
membangun rasa saling percaya dan hubungan yang baik antara mereka. Bidan perlu
menjelaskan plus minus dari tindakan berbasis EBP yang diberikan pada ibu nifas. Hal lain yang
harus diperhatikan bidan adalah prinsip otonomi. Otonomi bersifat umum, tetapi berlaku juga
dalam asuhan kebidanan, dimana bidan harus dapat menghargai pilihan kliennya.
Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Memanfaatkan Evidence Based Practice
Prinsip-prinsip dalam asuhan nifas yang mendasari untuk EBM terbaik dan untuk
mengoptimalkan kesehatan ibu dan bayinya:
a. Woman centered: memungkinkan ibu untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
mengenai perawatan mereka sendiri dan bayinya.
b. Perawatan nifas dilakukan dengan team
c. Pelayanan kesehatan akan memfasilitasi akses yang tepat dan adil sehingga ibu dapat
mengakses layanan yang terdekat
d. Perawatan nifas akan sesuai dengan budaya yang aman

7
e. Perawatan nifas bersifat holistik terhadap: masalah, kebutuhan beragam, latar belakang
budaya dan bahasa
f. Kolaboratif dan terkoordinasi dalam pelayanan kesehatan dan untuk mengoptimalkan
asuhan dan outcomes.
g. Memastikan perempuan memiliki akses yang tepat dan konsisten untuk layanan di
seluruh tatanan layanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
h. Pelayanan kesehatan akan meningkatkan hasil yang aman dan berkualitas tinggi bagi
perempuan dan keluarga
i. Pencatatan dan pelaporan data yang akurat tentang akses perempuan terhadap perawatan
postnatal

8
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu,
akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3
bulan.
Tujuan utama asuhan kebidanan pada masa nifas dan menyusui adalah sebagai berikut:
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi secara holistik pada aspek biopsikososial dan spiritual.
b) Melakukan skrining yang komprehensif.
c) Melakukan rujukan secara aman dan tepat waktu.
d) Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu nifas dan menyusui
Asuhan kebidanan berdasarkan bukti yang terbaik (evidence based practice) adalah pelaksanaan
praktik asuhan kebidanan bukan sekedar berdasarkan kebiasaan rutinitas praktik atau
pengalaman klinis saja, namun berdasarkan bukti yang terbaik. Adapun yang dimaksud bukti
yang terbaik (evidence based) adalah hasil-hasil riset yang terbukti terpilih dan
direkomendasikan untuk memperbaiki kualitas asuhan kebidanan.
Praktik asuhan yang aman adalah praktik yang menggunakan bukti terbaik, mengutamakan
keselamatan ibu (patient safety) dan utamanya ditujukan pada kesejahteraan ibu dan anak
(wellbeing mother and child), berdasarkan kewenangan dan standar serta aturan-aturan yang
berlaku dalam pelayanan kebidanan (legal aspect).
Asuhan yang diberikan pada ibu nifas dimulai dengan melakukan pengkajian yang meliputi
pengkajian data fisik dan psikologis. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan
pelaksaan tindakan pada ibu nifas. Terakhir, asuhan kebidanan dievaluasi untuk melihat
kemajuan yang dicapai oleh ibu.

9
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu kebidanan. Edisi Keempat. Cetakan kedua. Jakarta: PT Bina
Pustaka Yayasan Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin, A.B. (2002). Buku Acuan Maternal Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Yayasan
Sarwono Prawirohardjo, UNFPA.
Bobak, L. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta:
EGC. Cunningham, FG., dkk. (2007). Obstetri Williams. UK: Lippincott.
Kemenkes RI. (2013). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
NIFAS, ASUHAN KEBIDANAN MASA. "MODUL 3."

Anda mungkin juga menyukai