Dosen Pengampu :
Indah Rahmaningtyas, S.Kp, M.Kes
Disusun Oleh :
1 Ning Arum Nur Rosyadah P17321201004
2 Dinasti Siswahyuning Dias P17321201008
3 Nadine Qotrunada Murdifin P17321201016
4 Syanofa Cardia Ardinata P17321201022
5 Lia Rodhiatul Maula P17321201023
6 Deva Salvana Andrianingsih P17321203025
7 Murrachmahwati Rizqi Hadiyono P17321203029
8 Nabela Janeva Permatasari P17321204038
9 Aliffia Isma Putri P17321204039
1 Nurmadaning Ragilia Sani P17321204040
0
2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan nama
Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji
syukur bagi Allah Swt.
yang dengan ridho-Nya
kami dapat
menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan
lancar. Shalawat serta
salam tetap tercurahkan
kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW
yang kita tunggu
syafa’atnya di akhirat
kelak.
Makalah ini
disusun dengan tujuan
untuk memenuhi tugas
mata kuliah Asuhan
Kebidanan Nifas dan
Menyusuhi. Sebelumnya
saya ucapkan terima
kasih kepada Ibu Indah
Rahmaningtyas, S.Kp,
M.Kes. Selaku dosen
pengampu mata kuliah
Asuhan Kebidanan
Nifas dan Menyusuhi.
Terima kasih kepada
i
penulis yang telah
mengizinkan karyanya
untuk dikutip dalam
makalah ini. Dalam
makalah ini kami
membahas tentang
“Konsep Dasar Masa
Nifas” yang kami buat
menurut referensi yang
telah kami cari dan
kumpulkan. Makalah ini
diharapkan dapat
membantu menambah
wawasan .
Kami menyadari
sepenuhnya bahwa
dalam penulisan
makalah ini jauh dari
sempurna baik dari segi
teknik maupun isi. Atas
segala kekurangan
dalam penulisan
makalah ini, mohon
untuk dimaklumi. Kami
mengharap kritik dan
saran dari pembaca agar
dapat memperbaiki
kesalahan yang ada di
lain kesempatan.
ii
Kelompok 1
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................3
1.3 Tujuan..........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1 Pengertian Masa Nifas.................................................................................................5
2.2 Tahapan Masa Nifas....................................................................................................6
2.3 Tujuan Asuhan Masa Nifas.........................................................................................7
2.4 Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Asuhan Masa Nifas.................................8
2.5 Kebijakan Program Nasional Asuhan Masa Nifas....................................................10
2.6 Komponen Esensial Dalam Asuhan Kebidanan Pada Ibu Selama Masa Nifas.........11
2.7 Hak Hak Ibu Nifas.....................................................................................................15
BAB III PENUTUP..................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan................................................................................................................16
3.2 Saran..........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
4. Bagaimana peran dan tanggung jawab bidan dalam asuhan masa nifas?
5. Bagaimana kebijakan program nasional asuhan masa nifas?
6. Bagaimana komponen esensial dalam asuhan kebidanan pada ibu selama masa nifas?
7. Apa saja hak - hak ibu nifas?
1.3 Tujuan
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
pada masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan
berimbas juga kepada kesejahtaraan bayi yang
dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan
mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya.
Dengan demikian, angka morbiditas dan mortalitas
bayi pun akan semakin meningkat (Fraser & Cooper,
2009).
8
belum jelas, tetapi tampaknya berkaitan dengan
kisaran kebiasaan budaya dan tradisi selain proses
fisiologis yang terjadi masa ini. Perkiraan pastinya
adalah bahwa pada 6 minggu setelah persalinan,
semua sistem tubuh ibu pulih dari efek kehamilan dan
kembali pada kondisi mereka sebelum hamil (Fraser
& Cooper, 2009).
9
Empat minggu pertama setelah persalinan disebut
sebagai periode pascanatal atau pascapartum; ini
ditetapkan sebagai periode “tidak kurang dari 10 hari
dan tidak lebih dari 28 setelah berakhirnya persalinan
dan selama itu, bantuan yang kontinyu harus
diberikan oleh bidan kepada ibu dan bayi”. Selama
kurun tersebut, aktivitas bidan adalah memberikan
perawatan dan dukungan serta melakukan
pemantauan terhadap kesehatan ibu baru dan bayinya
(Fraser & Cooper, 2009).
10
Dalam agama Islam dianggap telah bersih
dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial: Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu.
3. Remote puerperium: Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan.
11
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,
cara dan manfaat menyusui,pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
2.4 Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Asuhan Masa Nifas
12
setelah persalinan dikenal sebagai periode saat
kunjungan wajib dilakukan, bidan harus mengetahui
bagaimana pandangan ibu terhadap waktu
dilakukannya kunjungan ini. Contohnya, upacara
selapanan di daerah Jawa, hal ini mungkin melibatkan
banyak anggota keluarga atau masyarakat di rumah
dan kunjungan bidan di tengah berlangsungnya acara
tersebut mungkin membuat situasi menjadi tidak
nyaman. Konsep asuhan pascapartum adalah
perawatan yang bertujuan untuk membantu ibu dan
bayi dalam mencapai status kesehatan yang optimal.
Jika kunjungan bidan dipandang sebagai hal yang
bersifat suportif dan bermanfaat bagi ibu dan
keluarganya, tujuan ini kemungkinan besar tercapai.
13
pola hubungan yang terbentuk antara ibu dan
bidan sangat ditentukan oleh ketrampilan bidan
dalam menempatkan diri sebagai teman dan
pendamping bagi ibu. Jika pada tahap ini
hubungan yang terbentuk sudah baik maka tujuan
dari asuhan lebih mudah tercapai.
2. Pendidik dalam usaha pemberian pendidikan kesehatan terhadap ibu dan keluarga.
Masa nifas merupakan masa yang paling
efektif bagi bidan untuk menjalankan peranya
sebagai pendidik. Dalam hal ini, tidak hanya ibu
yang akan mendapatkan materi pendidikan
kesehatan, tapi juga seluruh anggota keluarga.
Melibatkan keluarga dalam teknik yang dapat di
gunakan untuk memberikan pendidikan kesehatan
yang tepat. Selain itu, setiap pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan kesehatan
selalu melibatkan keluarga sehingga bidan selalu
mengikutsertakan keluarga dalam pelaksanaan
asuhan.
3. Pelaksana asuhan kepada pasien dalam hal tindakan perawatan, pemantauan,
penangan masalah, rujukan dan deteksi dini komplikasi masa nifas.
Dalam menjalankan peran dan tanggung
jawabnya, bidan sangat dituntut kemampuannya
dalam menerapkan teori yang telah didapatkan
kepada pasien. Perkembangan ilmu dan
pengetahuan yang paling up to date harus selalu
diikuti agar bidan dapat memberikan pelayanan
yang berkualitas kepada pasien. Penguasaan bidan
dalam hal pengambilan keputusan yang tepat
mengenai kondisi pasien sangatlah penting,
terutama menyangkut penentuan kasus rujukan
dan deteksi dini pasien agar komplikasi dapat
dicegah.
14
Bidan memiliki peranan yang sangat penting
dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran
dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan
kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan
mampu melakukan kegiatan administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekkan kebersihan yang aman.
7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan
diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses
pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama
periode nifas.
8. Memberikan asuhan secara professional.
15
3. Memberikan konseling kepada ibu dan salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah
pendarahan masa nifas karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal.
5. Melakukan supervisi pada ibu bagaimana teknik
melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia dan jika bidan menolong persalinan, ia
harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir
untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
16
Tujuan kunjungan ini sama dengan kunjungan
yang kedua. Setelah kunjungan ketiga maka
dilakukanlah kunjungan keempat dilakukan 6 minggu
setelah persalinan yang merupakan kunjungan
terakhir selama masa nifas kunjungan ini bertujuan
untuk menanyakan pada ibu tentang penyulit–penyulit
yang ia atau bayi alami, juga memberikan konseling
untuk mendapatkan pelayanan KB secara dini.
2.6 Komponen Esensial Dalam Asuhan Kebidanan Pada Ibu Selama Masa Nifas
K W Asuhan
u a
n k
j t
u u
n
g
a
n
I 6 Mencegah
17
K W Asuhan
u a
n k
j t
u u
n
g
a
n
- perdarahan
8 masa nifas
oleh karena
j atonia uteri.
a Mendeteksi
m dan perawatan
penyebab lain
p perdarahan
o serta
s melakukan
t rujukan bila
perdarahan
p berlanjut.
a Memberikan
r konseling pada
t ibu dan
u keluarga
m tentang cara
mencegahperd
arahan yang
disebabkan
atonia uteri.
Pemberian
ASI awal.
18
K W Asuhan
u a
n k
j t
u u
n
g
a
n
Mengajarkan
cara
mempererat
hubungan
antara ibu dan
bayi baru
lahir.
Menjaga bayi
tetap sehat
melalui
pencegahan
hipotermi.
Setelah bidan
melakukan
pertolongan
persalinan,
maka bidan
harus menjaga
ibu dan bayi
untuk 2 jam
pertama
setelah
kelahiran atau
sampai
19
K W Asuhan
u a
n k
j t
u u
n
g
a
n
keadaan ibu
dan bayi baru
lahir dalam
keadaan baik.
I 6 Memastikan
I involusi uterus
h barjalan
a dengan
r normal, uterus
i berkontraksi
dengan baik,
p tinggi fundus
o uteri di bawah
s umbilikus,
t tidak ada
perdarahan
p abnormal.
a Menilai
r adanya tanda-
t tanda demam,
u infeksi dan
m perdarahan.
Memastikan
ibu mendapat
20
K W Asuhan
u a
n k
j t
u u
n
g
a
n
istirahat yang
cukup.
Memastikan
ibu mendapat
makanan yang
bergizi dan
cukup cairan.
Memastikan
ibu menyusui
dengan baik
dan benar
serta tidak ada
tanda-tanda
kesulitan
menyusui.
Memberikan
konseling
tentang
perawatan
bayi baru
lahir.
I 2 Asuhan pada
I 2 minggu post
I m partum sama
21
K W Asuhan
u a
n k
j t
u u
n
g
a
n
i dengan asuhan
n yang diberikan
g pada kunjungan 6
g hari post partum.
u
p
o
s
t
p
a
r
t
u
m
I 6 Menanyakan
V penyulit-
m penyulit yang
i dialami ibu
n selama masa
g nifas.
g Memberikan
22
K W Asuhan
u a
n k
j t
u u
n
g
a
n
u konseling KB
secara dini.
p
o
s
t
p
a
r
t
u
m
23
keluarga, pasangan, dan masyarakat untuk
perawatan bayinya.
6. Tatalaksana atau rujuk ibu bila ditemukan
masalah.
7. Lengkapi vaksinasi tetanus toksoid bila
diperlukan.
a) Perdarahan berlebihan
b) Sekret vagina berbau
c) Demam
d) Nyeri perut berat
e) Kelelahan atau sesak nafas
f) Bengkak di tangan, wajah, tungkai atau sakit kepala atau pandangan kabur.
g) Nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan putting
8. Berikan informasi tentang perlunya melakukan
hal-hal berikut.
a. Kebersihan diri
1) Membersihkan daerah vulva dari depan ke
belakang setelah buang air kecil atau besar
dengan sabun dan air.
2) Mengganti pembalut minimal dua kali
sehari, atau sewaktu-waktu terasa basah
atau kotor dan tidak nyaman.
3) Mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelamin.
4) Menghindari menyentuh daerah luka
episiotomi atau laserasi.
b. Istirahat
1) Beristirahat yang cukup, mengatur waktu istirahat pada saat bayi tidur,
karena terdapat kemungkinan ibu harus sering terbangun pada malam hari
karena menyusui.
2) Kembali melakukan rutinitas rumah tangga secara bertahap.
c. Latihan (exercise)
1) Menjelaskan pentingnya otot perut dan panggul.
24
2) Mengajarkan latihan untuk otot perut dan panggul:
Menarik otot perut bagian bawah
selagi menarik napas dalam posisi
tidur terlentang dengan lengan
disamping, tahan napas sampai
hitungan 5, angkat dagu ke dada,
ulangi sebanyak 10 kali.
Berdiri dengan kedua tungkai
dirapatkan. Tahan dan kencangkan
otot pantat, pinggul sampai hitungan
5, ulangi sebanyak 5 kali.
d. Gizi
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari
2) Diet seimbang (cukup protein, mineral dan vitamin)
3) Minum minimal 3 liter/hari
4) Suplemen besi diminum setidaknya selama 3 bulan pascasalin, terutama di
daerah dengan prevalensi anemia tinggi.
5) Suplemen vitamin A sebanyak 1 kapsul 200.000 IU diminum segera setelah
persalinan dan 1 kapsul 200.000 IU diminum 24 jam kemudian.
e. Menyusui dan merawat payudara
1) Jelaskan kepada ibu mengenai cara menyusui dan merawat payudara.
2) Jelaskan kepada ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif.
3) Jelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda kecukupan ASI dan tentang
manajemen laktasi.
f. Hubungan Sexual
1) Senggama aman dilakukan setelah darah tidak keluar dan ibu tidak merasa
nyeri ketika memasukkan jari ke dalam vagina.
2) Keputusan tentang senggama bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
g. Kontrasepsi dan KB
25
Beberapa hak hak pasien secara umum adalah :
26
Kita tidak dapat memaksa ibu untuk menyusui kalau
tidak ingin. Karena menyusui itu juga melibatkan
keikhlasan ibu, bukan hanya sekedar memberikan ASI
kepada bayinya. Sebaliknya, tidak ada seorangpun
yang boleh menghalangi seorang ibu memenuhi
haknya untuk menyusui bayinya. Selain ibu, bayi juga
punya hak mendapatkan ASI ibu adalah hak bayi. Hal
ini juga diatur dalam konvensi hak anak pasal 24 yang
menyatakan bahwa anak (atau bayi) berhak atas
standar kesehatan tertinggi yang dapat diadakan.
Yang paling essensial dari hak ini adalah hak hidup si
anak. Dia berhak mendapatkan kehidupan yang layak
di muka bumi ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
27
pada ibu maupun bayi, memberikan pendidikan
kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
KB, cara dan manfaat menyusui,pemberian imunisasi
serta perawatan bayi sehari-hari, memberikan
pelayanan keluarga berencana.
3.2 Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
29