PASCA PERSALINAN
Disusun oleh :
Keperawatan Semester IV
CIREBON
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt.yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan dengan judul
“KELAYAKAN DAN PENERIMAAN INTERVENSI KUNJUNGAN
RUMAH AWAL YANG BERTUJUAN MENDUKUNG HUBUNGAN IBU-
BAYI YANG POSITIF DARI IBU YANG BERESIKO DEPRESI PASCA
PERSALINAN”Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah Keperawatan Maternitas II pada Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mahardika Cirebon. Selama proses penyusunan
laporan ini kami tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang berupa bimbingan,
saran dan petunjuk baik berupa moril, spiritual maupun materi yang berharga
dalam mengatasi hambatan yang ditemukan. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur
dengan kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya
kepada yang terhormat :
1. Ns. Dwiyanti Purbasari S.kep., M.Kep yang telah memberikan bimbingan dan
dorongan dalam penyusunan laporan ini sekaligus sebagai tutor Mata Kuliah
Keperawatan Maternitas II
2. Sahabat- sahabatdi STIKes Mahardika, khususnya Program Studi Ilmu
Keperawatan yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Semoga
Allah swt membalas baik budi dari semua pihak yang telah berpartisipasi
membantu kami dalam menyusun laporan ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik sertaS saran yang bersifat membangun untuk perbaikan
penyusunan selanjutnya.Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin…
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Cirebon, juni
2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
induksi. Pada kasus tertentu bila induksi partus gagal, maka dilakukan
tindakanoperasi caesaria.
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
menunjukkan bahwa secara nasional Angka Kematian Ibu di Indonesia
adalah 226/100.000 kelahiran hidup.Angka ini masihjauh dari target tujuan
pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDGs), yakni
hanya 102/100.000 kelahiran tahun 2015. Rendahnya kesadaran
masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi factor penentu angka
kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk
menangani masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi
yang lazim muncul, yakni 28 % pendarahan, 5% aborsi, 24% eklamsi, 5%
persalinan lama/macet, 8% komplikasi masa nifas, 11% infeksi dan 14%
lain-lain.
Menurut Depkes RI tahun 2011 menjelaskan sekitar 30% kejadian
mortalitas pada bayi preterm dengan ibu yang mengalami ketuban pecah
dini adalah akibat infeksi, biasanya infeksi saluran pernafasan (asfiksia).
Selain 3 itu, akan terjadi prematuritas. Sedangkan, prolaps tali pusat dan
malpresentrasi akan lebih memperburuk kondisi bayi preterm dan
prematuritas.
2
1.3 Tujuan
1. Umum
2. Khusus
1.4 Manfaat
1. Bagi mahasiswa
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Postpartum
4
Sementara itu uretra, kandung kemih dan jaringan sekitar meatus
urinarius dapat mengalami trauma mekanik akibat desakan oleh bagian
yang berpresentasi selama persalinan kala II, Hal ini dapat menyebabkan
kehilangan sensasi untuk buang air kecil (Ambarwati & Wulandari, 2009).
Pada masa postpartum, estrogen dan progesteron akan menurun setelah
ekspulsi plasenta. Jika ibu tidak menyusui, estrogen akan kembali
meningkat sekitar tiga minggu setelah kelahiran yang diikuti dengan
kembalinya menstruasi (Derek & Jones, 2005 ; Ambarwati & Wulandari,
2009).
Proses adaptasi psikologis pada seorang ibu telah dimulai sejak ibu
hamil. Perubahan mood seperti sering marah, menangis, dan sering sedih
atau cepat berubah perasaan menjadi senang merupakan manifestasi dari
emosi yang labil (Suherni, dkk, 2008).
1. Periode Taking In
5
memenuhi kebutuhan bayinya. Dalam tenaga ibu pulih kembali secara
bertahap, ibu merasa lebih nyaman, fokus perhatian mulai beralih pada
bayi, ibu sangat antusias dalam merawat bayinya, ibu mulai mandiri dalam
perawatan diri dan terbuka pada pengajaran perawatan. Saat ini merupakan
saat yang tepat untuk memberi informasi tentang perawatan bayi dan diri
sendiri. Pada fase ini juga terdapat kemungkinan terjadinya postpartum
blues.
3. Periode Letting Go
Fase ini disebut juga fase mandiri. Pada fase ini berlangsung antara
dua sampai empat minggu setelah persalinan ketika ibu mulai menerima
peran barunya. Ibu melepas bayangan persalinan dengan harapan yang
tidak terpenuhi serta mampu menerima kenyataan. Pada fase ini tidak
semua ibu postpartum mampu beradaptasi secara psikologis sehingga
muncul gangguan mood yang berkepanjangan ditandai dengan adanya
perasaan sedih, murung, cemas, panik, mudah marah, kelelahan, disertai
gejala depresi seperti gangguan tidur dan selera makan, sulit
berkonsentrasi, perasan tidak berharga, menyalahkan diri dan tidak
mempunyai harapan untuk masa depan. Hal ini juga merupakan pencetus
berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan, hingga
ketingkat gangguan jiwa yang berat.
6
suatu keadaan jiwa dengan ciri sedih, merasakan sendirian, putus asa,
rendah diri dari hubungan sosial, tidak ada harapan penyesalan yang
patologis dan terdapat gangguan somatik seperti anoreksia, serta insomnia.
Menurut Bobak depresi postpartum adalah gangguan suasana hati
pada ibu postpatum yang tejadi dalam enam bulan setelah melahirkan.
Depresi post partum ini pertama kali di temukan oleh Pitt pada tahun 1988,
depresi post partum merupakan suatu keadaan emosional yang ditunjukkan
dengan mengekspresikan rasa lelah, mudah marah, gangguan nafsu makan,
dan kehilangan (Yulianti, 2010).
2.2.3 Etiologi
7
(Yulianti, 2010).Terdapat empat faktor penyebab terjadinya depresi
postpartum, yaitu faktor konstitusional, fisik, psikologis dan sosial.
1. Faktor Konstitusional
2. Faktor Fisik
3. Faktor Psikologis
8
antara ibu dan anak.
4. Faktor Sosial
1. Dipenuhi rasa sedih dan depresi yang disertai dengan menangis tanpa
sebab.
2. Tidak memiliki tenaga atau hanya sedikit saja.
3. Tidak dapat berkonsentrasi.
4. Ada perasaan bersalah dan tidak berharga.
5. Menjadi tidak tertarik dengan bayi atau terlalu
memperhtikan dan mengkhawatirkan bayinya.
6. Gangguan nafsu makan.
7. Adanya perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya.
8. Gangguan tidur.
9
Berikut ini merupakan karakteristik wanita yang mengalami depresi
postpartum menurut Mansur (2009) :
1. Mempunyai riwayat depresi.
2. Berasal dari keluarga yang kurang harmonis.
3. Kurang mendapatkan dukungan dari suami atau orang-orang
terdekatnya selama hamil dan setelah melahirkan.
4. Jarang berkonsultasi dengan dokter selama masa kehamilannya,
misalnya kurang komunikasi dan informasi.
5. Mengalami komplikasi selama kehamilan
1. Depresi Ringan
2. Depresi Sedang
10
akan perasaan tidak bahagia itu, namun tidak dapat mencegahnya. Pada
tipe ini bunuh diri merupakan hal yang paling berbahaya, karena bunuh
diri merupakan hal satu-satunya pemecah masalah ketika kepedihan itu
menjadi lebih buruk. Dalam hal ini pertolongan yang profesional
dibutuhkan.
3. Depresi Berat
11
perasaan
4. Dukungan dari tenaga kesehatan, seperti dokter obstetri dan bidan atau
perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan
informasi yang memadai atau adekuat tentang proses kehamilan dan
persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul pada
masa-masa tersebut beserta penanganannya.
5. Diperlukan dukungan psikolog atau konselor jika keadaan ibu tampak
sangat mengganggu. Dukungan bisa diberikan melalui keprihatinan
dan perhatian pada ibu. Selain itu ibu dapat mencari psikiater,
psikolog atau ahli kesehatan mental lainnya untuk melakukan
konseling agar dapat menemukan cara dalam menanggulangi dan
memecahkan masalah serta menetapkan tujuan realistis.
12
BAB III
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
13
4.2 Saran
Memberi pelayanan khusus pada ibu dengan resiko terutama pada ibu usia
muda mengingat pada usia kurang dari 20 tahun rentan terhadap kejadian
postpartum blues. Sebaiknya melakukan deteksi dini sehingga tidak
berkembang menjadi depresi postpartum. Keluarga juga senantiasa
memberi dukungan pada ibu postpartum baik secara fisik, psikis maupun
secara materil. Khususnya seorang suami mendukung dalam menghadapi
peran ibu sebagai seorang istri maupun sebagai seorang ibu.
14
DAFTAR PUSTAKA
15