Disusun oleh
Priya Utomo
Nim:1130120004
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat karuniaNya karya ini yang berupa kajian beberapa literatur tentang model
dan bentuk keperawatan profesional berhasil disusun. Penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih atas bimbingannya selama penyusunan dan pengajuan
makalah ini kepada dosen pengampu mata kuliah ini Penulis menyadari bahwa
tulisan ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran membangun
diharapkan dapat menjadi perbaikan untuk karya ini selanjutnya. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih dan semoga tulisan ini dapat membantu membangun
dunia keperawatan.
Penulis
Priya utomo
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
A. Distosia
Distosia adalah perlambatan pada saat persalinan atau dikenal dengan istilah
partus macet. Patofisiologi perlambatan atau arrest persalinan ini dapat terjadi
pada kala 1 maupun kala 2. Berdasarkan penyebabnya maka patofisiologi distosia
dapat diklasifikasikan menjadi gangguan kontraksi, abnormalitas pada janin, dan
adanya gangguan pada jalan lahir.
Etiologi distosia
dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain disproporsi sefalopelvis,
kontraksi uterus yang tidak adekuat, dan posisi janin yang abnormal. Risiko
distosia akan meningkat pada primipartus, menggunakan analgesia epidural,
berat janin diatas 4.000 gram, posisi kepala janin yang tinggi saat dilatasi
serviks maksimal, dan usia ibu diatas 35 tahun
Kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi baik terhadap ibu maupun janin.
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu antara lain kelahiran melalui sectio
caesarea, trauma obstetrik, dan korioamnionitis. Sedangkan komplikasi yang
dapat terjadi pada janin antara lain nilai Apgar dibawah 7, trauma mayor atau
minor, dan perawatan ke ruang rawat intensif.
B. Persalinan Prematur
Prematur
1. Pengertian
Persalinan preterm didefinisikan sebagai kontraksi uterus yang teratur disertai
dilatasi serviks yang progesif setelah usia kehamilan 20 minggu dan sebelum
minggu ke 37. Persalinan premature dengan selaput ketuban utuh terjadi pada
lebih dari 50% kasus yang ditemukan di unit maternitas.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi premature adalah bayi
yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang.
2. Etiologi
Banyak teori dan perdebatan yang muncul tentang penyebab persalian
premature. Hal ini sulit diprediksi karena banyaknya factor resiko yang mungkin
merupakan penyebab utama atau merupakan kombinasi dari beberapa resiko.
Penyebab-penyebab tersebut dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu :
a. Penyebab fisiologis
1. Infeksi
Beberapa ibu yang menderita infeksi saluran kemih, pielonefritis dan
apendisitis atau pneumonia, semuanya berkaitan dengan persalinan
premature. Hal itu mungkin disebabkan oleh penyebaran infeksi melalui
darah langsung ke rongga uterus, penyebaran tak langsung melalui produk
sampingan kimiawi, baik yang berasala dari mikroorganisme maupun dari
peredangan tubuh. Infeksi ruang koriodesidua dan cairan amnion adalah
factor etiologi kelahiran premature spontan yang paling banyak dijumpai.
2. Over distensi
Ada dua penyebab utama overdistensi selama kehamilan yaitu kehamilan
kembar dan polihidramnion. Overdistensi dapat menyebabkan ketuban pecah
dini prapersalinan dan juga meregangkan reseptor didalam miometrium, yang
dapat menimbulkan persepsi bahwa kehamilan telah cukup bulan dan bayi
siap dilahirkan.
3. Masalah vaskuler
Hemoraghi antepartum dan solutio merupakan manifestasi yang sering kali
dilaporkan terjadi menjelang pelahiran premature spontan. Darah dapat
mengiritasi miometrium, melemahkan membrane, dan akan menybabkan
kontraksi uterus.
4. Lemah serviks
Lemah serviks atau yang dulu disebut inkompetensi serviks, dapat
menyebabkan keguguran maupun persalinan premature. Mungkin akan
ditemukan dilatasi serviks dengan atau tanpa kontraksi uterus atau pecah
ketuban spontan.
5. Penyebab iatrogenic
Hampir 30 % kelahiran premature disebabkan oleh indikasi persalinan atau
persalinan melalui prosedur bedah. Indikasi yang paling sering ditemukan
adalah pre-eklamsia, atau tanda-tanda hambatan pertumbuhan intrauterus
yang serius pada janin tunggal atau pada salah satu janin kembar. SC ulangan
yang dikerjakan terlalu dini. Pengakhiran ykehamilan yang terlalu dini karena
alasan bahwa bayi lebih baik dirawat dibangsal anak daripada dibiarkan
dalam rahim. Termasuk disini adalah keadaan seperti DM, penyakit
hipertensi kehamilan, eritroblastosis dan retardasi pertumbuhan intrauterine.
6. Penyebab idiopatik
Pada hampir 75% persalinan dan pelahiran premature, penyebabnya tidak
diketahui dan dikategorikan sebagai persalinan premature idiopatik. Akan
tetapi ada sejumlah factor resiko kausatif lain yang dikenal luas yang dapat
mencetuskan pelahiran premature. Factor tersebut meliputi factor sosio
ekonomi , ras dan budaya yang disebut dengan alasan non-fisiologis.
7. Panjang serviks
8. Fibronekstin
Fibrokinetin janin (fFN) adalah sejenis glikoprotein meyerupai lem yang
dihasilkan oleh sel-sel korion yang mengikat lapisan membrane desidua.
Beberapa studi menemukan bahwa ibu dengan hasil tes positif melahirkan
dalam waktu 7 hari.
9. Estriol liur
10. Kelahiran prematur elektif
Diakibatkan oleh PEB, penyakit ginjal maternal atau IUGR
11. Kelahiran dengan komplikasi kegawat daruratan
Komplikasi meluputi solusio plasenta, eklamsia, resus iso imunisasi, infeksi
maternal/ prolapsus tali pusat.
12. KPD
b. Factor non fisiologis
1. Usia ibu
Ibu yang sangat muda (<17 tahun) terbukti memeiliki insiden persalinan
premature yang lebiuh tinggi. Penelitian premature juga dikaitkan dengannusia
wanita yang sudah lanjut karena mereka mungkin mengalami berbagai masalah
ginekologis dan masalah medis mendasar, atau mungkin mereka menjalani
pembuahan melalui terapi ferlisasi in-vitro
2. Factor sosio ekonomi/ kelas social yang rendah
3. Wanita yang tidak menikah atau tidak mendapat dukunganKurang harmonisnya
hubungan dengan keluarga dan suami menyebabkan ibu beresiko melahirkan
bayi dengan berat lahir rendah.
4. Berat badan ibu
Ibu yang berat badanya kurang karena anoreksia nervosa yang dialami lebih
rentan mengalami persalinan premature dengan berat badan bayi rendah. Disisi
lain ibu yang termasuk kategori obes juga beresiko mengalami persalinan dan
pelahiran prematurkarena mereka cenderung menyandang diabetes gesasional
selam kehamilan.
5. Diet ibu
Kebutuhan selama kehamilan akan menghabiskan cadangan nutrient ibu dalam
waktu singkat, dan jika ibu diet tidak mencukupi, janin akan mengalami gangguan
dan kemungkinan akan lahiir premature.
6. Merokok, penayalahgunaan alcohol dan obat
7. Persalian premature sebelumnya
Apabila sebelumnya ibu memiliki riwayat persalinan dan pelahiran premature
yang tidak jelas penyebabnya, resiko ibu untuk kembali mengalami pelahiran
premature akan meningkat tajam.
8. RAS
Pada studi observasi kini yang dilakukan oleh field, et.al. (2002), diketahui bahwa
karakteristik populasi dan demografik populasi local pada area tertentu
memmpengaruhi angka pelahiran premature dan angka mortalitas.
9. Pekerjaan
Pada populasi ibu bekerja, para ibu kurang memegang kembali atas irama dan
struktur pekerjaan mereka serta mendapat tuntutan psikologis yang lebih besar
sehingga lebih beresiko mengalami persalinan premature.
10. Stress dan hasil akhir kelahiran
Peneliti menetapkan bahwa stress maternal dapat mempengaruhi alur
neuroendokrin, yang akan mengaktivasi sistem endokrin dan akan mendorong
paturisi. Alur imun-inflamasi mungkin turut berperan dalam prose ini. Stress
maternal dapat mempengaruhi imunitas sistemik dan local untuk meningkatkan
kerentanan terhadap proses infeksi janin dan intrauterine, menyebabkan paturisi
melalui mekanisme pro inflamasi yang telah diidentifikasi sebelumnya.
(Wadhwa et.all, 2001)
11. Pengaturan jarak kelahiran.
WHO merekomendasikan interval waktu jarak kehamilan minimal 24 bulan agar
tubuh dapat pulih setelah melewati proses kelahiran.
3. Faktor Predisposisi
B. POST MATUR
1. Pengertian
Definisi post matur merupakan kehamilan yang melampaui umur 42 minggu
dengan segala kemungkinan komplikasinya. Dengan mengetahui hari pertama
menstruasi maka kita akan dapat menentukan:
a. HPL menurut Negle
b. Hasil pemeriksaan perawatan antenatal berupa :
1) Janin besar untuk masa kehamilan (BMK)
2) Janin kecil untuk masa kehamilan (KMK)
3) Janin sama besarnya untuk masa kehamilan (SMK)[14]
Nama Lain Postmatur
Untuk kehamilan yang melampaui batas 42 minggu dikemukakan beberapa nama
lainnya :
a. Postdate : menunjukkan bahwa kehamilan telah melampaui umur 42 minggu
sejak hari pertama menstruasi.
b. Postterm : menunjukkan bahwa kehamilan telah mlampaui waktu perkiraan lahir
menurut hari pertama menstruasi.
c. Postmature : menunjukkan keadaan janin yang lahir telah melampaui batas waktu
persalinannya, sehingga dapat menimbulkan beberapa komplikasi.
d. Kehamilan serotinus
e. Prolonged pregnancy
2. Etiologi
a) Tidak pasti mengetahui tanggal haid terakhir.
b) Terdapat kelainan konginetal anensephalus
c) Terdapat hipoplasi kelenjar adrenal
d) Defisiensi enzim sulfatase plasenta.
e) Hormone estriol yang rendah
3. Tanda-tanda Postmatur
a. Tak ada lanugo
b. Kuku panjang
c. Rambut kepala banyak
d. Kulit keriput, mengelupas sering bewarna kekuningan
e. Kadang-kadang anak agak kurus
f. Air ketuban sedikit dan mengandung mekonium.
6. Penatalaksanaan PostMatur
1) Expectative Management (Manjemen Menunggu)
1) Prinsipnya yaitu mengharapkan proses spontan tanpa rangsangan dari luar.
2) Sambil menunggu juga harus dilakukan evaluasi janin dalam uterus dengan
beberapa tekhnikyang adekuat sehingga dapat diketahui terjadinya
gangguan janin dalam bentuk gawat janin.
3) Gawat janin merupakan indikasi mutlak untuk melakukan terminasi secara
induksi atau langsung SC.
4) Metode yang dipilih tergantung pada keadaan janin dan keadaan maternal
saat itu.
2) Induksi oksitosin
1) Pertimbangan yang perlu diperhatikan adalah pada pematangan serviks.
2) Saat ini induksi harus dilakukan observasi ketat terhadap kesejahteraan
janin dalam uterus dengan alat yang cukup memadai.
3) Evalusi bishop skore
a) Kurang 4, SC
b) Anatar 5 dan 6 coba mematangkan serviks
c) Diatas 7, sebagian berhasil
3) Secsio sesarea
1) Salah satu pertimbangan SC yaitu AFI kurang dari 5 cm, yang
merupakan indikasi mutlak untuk SC.
2) Tanda asfiksia intrauteri
3) Makrosomia
4) Kelainan letak janin
5) Bad obstetric history
6) Induksi gagal
7) Infertilitas primer-sekunder
8) Ibu dengan penyakit tertentu
a. Penatalaksanaan Persalinan Prematur
i. Tirai Baring
1. Nifedipine
Nifedipine adalah antagonis kalsium, diberikan per oral. Dosis insial 20 mg,
dilanjutkan 10-20 mg, 3-4 kali perhari, disesuaikan dengan aktifitas uterus
sampai 48 jam. Dosis maksimal 60mg/hari, komplikasi yang dapat terjadi
adalah sakit kepala dan hipotensi. Cara pemberian nifedipin 10 mg/oral
diulang 2 – 3 kali / jam, dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi hilang,
2. COX (cyclo-oxygenase)-2-inhibitors
4. Beta2-sympathomimetics
Saat ini sudah banyak ditinggalkan. Preparat yang biasa dipakai adalah
ritodrine, terbutaline, salbutamol, isoxsuprine, fenoterol dan hexoprenaline.
Dosis : 50 mg dalam 500 ml larutan glukosa 5%. Dimulai dengan 10 tetes
per menit dan dinaikkan 5 tetes setiap 10 menit sampai kontraksi hilang. Infus
harus dilanjutkan 12-48 jam setelah kontraksi hilang. Selanjutnya diberikan
dosis pemeliharaan 1 tablet (10 mg) setiap 8 jam setelah makan. Nadi ibu,
tekanan darah dan denyut jantung janin harus dimonitor selama pengobatan.
Kontraindikasi pemberian adalah penyakit jantung pada ibu, hipertensi atau
hipotensi, hipertiroid, DM gestasional dan perdarahan antepartum. Efek
samping yang dapat terjadi pada ibu adalah palpitasi, rasa panas pada muka
(flushing), mual, sakit kepala, nyeri dada, hipotensi, aritmia kordis, edema
paru, hiperglikemia dan hipoglikemia. Efek samping pada janin antara lain
fetal takikardi, hipoglikemia, hipokalemia, ileus dan hipotensi.
5. Progesterone
6. Pemberian kortikosteroid
kerangka Teori
Kehamilan
Faktor Idiopatik
Faktor Maternal Riwayat
Obstetri
Riwayatkehamilan prematur
Faktor Janin Paritas
Janin Kembar jarak kehamilan
Persalinan Prematur Riwayat Abortus
IUFD
Fetal Distress Inkompetensi serviks
Riwayat KPD
Komplikasi kehamilan
Faktor Lain Preeklampsi
Oligohidromion
Faktor Psiko-sosial :
Perdarahan antepartum
- Kecemasan dan Infeksi
depresi penyakit jantung
- Stress KPD
- status
- marital
- Ras/etnik
- Pekerjaan ibu
Faktor demografi
perilaku
- Usia
- Kondisi sosial
Ekonomi
.
22
D. UMBILCAL CORD
Prolaps tali pusat adalah suatu keadaan dimana tali pusat atau umbilical cord berada diantara
bagian fetus terbawah dan serviks. Kondisi ini merupakan kegawat daruratan obstetrik.
Prolaps tali pusat dibagi menjadi dua, yaitu overt prolapse dan occult prolapse. Tali pusat
menumbung atau overt prolaps adalah tali pusat yang melewati bagian fetus dan keluar dari
serviks sehingga dapat terlihat pada pemeriksaan spekulum karena membran amnion sudah
pecah. Sedangkan occult prolaps atau tali pusat terkemuka adalah kondisi tali pusat berada di
sisi fetus tetapi tidak terlihat keluar serviks karena membran amnion masih intak.[1,2]
Etiologi
prolaps tali pusat disebabkan oleh beberapa risiko yang terjadi saat kehamilan, atau bisa
karena tindakan prosedur (iatrogenik). Diagnosis prolaps tali pusat ditegakkan dengan
pemeriksaan dalam vagina, atau dengan inspeksi spekulum. Pada palpasi akan teraba tali
pusat sebagai massa lembut dan berdenyut, sedangkan pada inspeksi akan terlihat ekstrusi tali
pusat pada vagina. Prolaps tali pusat harus dicurigai saat observasi denyut jantung janin tidak
normal atau bradikardi, khususnya ketika terjadi pecah ketuban.
23
rolaps tali pusat dapat menyebabkan keadaan hipoksia fetus intrauterin, sehingga
proses persalinan dengan kondisi prolaps tali pusat harus diselesaikan
secepatnya. Metode persalinan yang dipilih umumnya seksio sesarea. Pada kasus
yang jarang, persalinan per vaginam menjadi pilihan karena dapat lebih cepat,
tetapi harus dilakukan oleh spesialis obstetrik yang berpengalaman. Tata laksana
sementara dengan dekompresi tali pusat dapat dilakukan saat proses rujukan,
hingga persalinan memungkinkan.[
E. PERDARAHAN
a. Pengertian Postpartum
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai hilangnya 500 ml atau lebih darah setelah
kala tiga persalinan selesai. Setara dengan pengeluaran darah 1000 ml pada seksio sesarea.
Perdarahan postpartum adalah perdarahan masif yang berasal dari tempat implantasi
plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya dan merupakan salah satu
penyebab kematian ibu disamping perdarahan karena hamil ektopik dan abortus.1
b. Jenis Perdarahan
Perdarahan postpartum primer terjadi dalam 24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh
atonia uteri, berbagai robekan jalan lahir dan sisa sebagian plasenta. Dalam kasus yang
jarang, biasanya karena inversio uteri. Sedangkan perdarahan postpartum sekunder
terjadi setelah 24 jam persalinan, biasanya karena sisa plasenta.
1. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan beberapa pemeriksaan diantaranya
Pemeriksaan fisik. Pucat, disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah, nadi cepat
kecil, ekstremitas dingin dan tampak darah dari vagina secara terus menerus.
2. Pemeriksaan obstetrik.
Kontraksi ulkus lembek, uterusmembesar bila ada atonia uteri. Bila kontraksi uterus
baik mungkin karena perlukaan di jalan lahir.
3. Pemeriksaan ginekologi. Dilakukan dalam keadaan baik atautelah diperbaiki, dapat
diketahui kontraksi uterus, luka jalan lahirdan retensi sisa plasenta.
4. Pemeriksaan penunjang seperti tes laboratorium, tes radiologi.
24
membuat tekanan darah ibu melonjak naik, hemoragi dapat membuatnya turun
drastis. Kondisi yang satu dapat menyamarkan yang lain sehingga tanda-tanda vital
yang berbeda harus sering dipantau karena mempengaruhi diagnosis dan
penanganan akurat.16
2) Trauma Saluran Genetalia
a) Berat badan bayi >4kg
Makrosomia atau bayi besar adalah bayi baru lahir yang berat badan lahir pada
saat persalinan lebih dari 4000 gram. Seorang ibu dengan panggul sempit atau
janin besar, maka kala duanya akan sangat memanjang.1
b) Episiotomy lebar
Episiotomy adalah mempercepat persalinan dengan memperlebar jalan lahir
lunak.15
3) Anemia
Anemia didefinisikan sebagai kekurangan zat besi. Anemia sendiri
diklasifikasikan menjadi anemia ringan, anemia sedang dan anemia berat.
Dikatakan anemia apabila kadar hemoglobin (Hb) adalah <11 gr%. Volume darah
semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel
darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi) dengan
puncaknya pada umur hamil 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah
sebesar 25 sampai 30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%. Anemia
dapat menyebabkan retensio plasenta dan perdarahan postpartum karena atonia
uteri.
e. Etiologi
1) Atonia Uteri
Atoni uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan
uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta
setelah bayi dan plasenta lahir.1 Perdarahan postpartum bisa dikendalikan
melalui kontraksi dan retraksi serat-serat myometrium. Kontraksi dan retraksi ini
menyebabkan terlipatnya pembuluhpembuluh darah sehingga aliran darah ke
tempat plasenta menjadi terhenti. Kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi
myometrium dinamakan atonia uteri dan keadaan ini menjadi penyebab utama
26
perdarahan postpartum.
Faktor predisposisinya adalah sebagai berikut:
a) Regangan rahim berlebih karena kehamilan gemelli, polihidramnion, atau anak
terlalu besar.
b) Kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep.
c) Kehamilan grade-multipara.
d) Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun.
e) Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.
f) Infeksi intrauterine (korioamnionitis).
g) Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya.
3) Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah tertinggalnya plasenta di dalam uterus setelah setengah jam
bayi lahir. Plasenta sukar dilepas dengan pertolongan aktif kala tiga, bisa disebabkan
oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus disebut sebagai:
a) Plasenta akreta bila implantasi menebus desidua basalis dannitabuch layer.
b) Plasenta inkreta bila sampai menembus myometrium.
c) Plasenta prekreta bila vili korialis sampai menembus perimetrium.
27
Faktor predisposisi terjadinya plasenta akreta adalah plasenta previa, bekas seksio
sesaria, pernah kuret berulang, dan multiparitas. Bila sebagian kecil dari plasenta dari
plasenta masih tertinggal dalam uterus disebut rest placenta dan dapat menimbulkan
perdarahan postpartum primer atau sekuder. Proses kala tiga didahului dengan tahap
pelepasan plasenta akan ditandai dengan perdarahan pervaginam atau sebagian plasenta
sudah lepas tapi tidak keluar pervaginam, sampai akhirnya ekspulsi, plasenta lahir. Pada
retensio plasenta sepanjang plasenta belum terlepas maka tidak akan menimbulkan
perdarahan. Sebagian plasenta belum terlepas maka menimbulkan perdarahan. Sebagian
plasenta yang lepas dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan harus
diantisipasi dengan segera melakukan manual plasenta, meskipun kala uri belum lewat
setengah jam. Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak
lancar, atau setelah melakukan manual plasenta atau menemukan adanya kotiledon yang
tidak lengkap pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari
ostium uteri eksternum pada konstraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah
terjahit. Untuk itu harus dilakukan eksplorasi ke dalam rahim dengan cara manual atau
digital atau kuret dan pemberian uterotonika.
4) Inversi Uterus
Menurut Basket TF dan Shiers C dalam buku Kedaruratan dalam Persalinan, inversi
disebabkan oleh kesalahan penatalaksanaan kala tiga persalinan, yang meliputi:
a) Traksi tali pusat yang dikontrol terlalu dini dan berlebihan sebelum tanda
pelepasan plasenta
b) Traksi tali pusat yang dikontrol saat uterus relaksasi
c) Penggunaan tekanan fundus dengan atau tanpa traksi tali pusat.
Inversi uterus juga dapat terjadi secara spontan setelah dekompresasi uterus mendadak,
seperti pada pelahiran bayi makrosomia atau kembar, atau yang jarang terjadi, setelah
peningkatan tekanan intra abdomen saat uterus dapat terdorong dan keluar akibat batuk
dan muntah.16 Inversio uteri ditandai dengan tanda-tanda:
a) Syok karena kesakitan
b) Perdarahan banyak bergumpal
c) Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang
28
masih melekat
d) Bila baru terjadi, maka prognosis cukup baik akan tetapi bila kejadiannya
cukup lama, maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus
mengalami iskemia, nekrosis dan infeksi.
f. Komplikasi
Syok hipovolemik karena perdarahan yang hebat dan sepsis
akibat infeksi adalah dua komplikasi yang fatal pada peristiwa ruptur
uteri. Syok hipovolemik terjadi bila pasien tidak segera mendapat
infus cairan kristaloid yang banyak untuk selanjutnya dalam waktu
yang cepat digantikan dengan transfusi darah segar. Infeksi berat
umumnya terjadi pada pasien kiriman dimana ruptur uteri telah
terjadi sebelum tiba di rumah sakit dan telah mengalami berbagai
manipulasi termasuk periksa dalam yang berulang. Jika dalam
keadaan demikian pasien tidak segera memperoleh terapi antibiotik
yang sesuai, hampir pasti pasien akan menderita peritonitis yang
29
luas dan menjadi sepsis pasca bedah. Syok hipovolemik dan infeksi
20
merupakan sebab-sebab utama yang meninggikan angka kematian
maternal dalam obstetrik. Meskipun pasien dapat diselamatkan,
morbiditas dan kecacatan tetap tinggi.1,13
2. Paritas
Paritas/ para adalah jumlah yang diakhiri dengan kelahiran
janin yang memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan (28
minggu atau 1000 gram).18 Paritas adalah wanita yang pernah
melahirkan bayi aterm.19 Banyak anak akan sangat mempengaruhi
kesehatan ibu dan anak. Kejadian kematian ibu dan bayi pada
persalinan pertama cukup tinggi, yang kedua paling rendah dan
ketiga sedikit dibawah yang pertama.20 Paritas dapat
diklasifikasikan sebagai berikut19:
a. Nulipara yaitu seorang wanita yang belum pernah
menyelesaikan kehamilan.
b. Primipara yaitu seorang wanita yang telah melahirkan bayi
aterm sebanyak satu kali.
c. Multipara yaitu seorang wanita yang telah melahirkan anak
hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari
lima kali.
d. Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan janin aterm
lebih dari lima kali.
Pada paritas yang rendah (paritas satu), ketidaksiapan ibu
dalam menghadapi persalinan yang pertama merupakan faktor
21
penyebab ketidakmampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi
yang terjadi selama kehamilan, persalinan dan nifas. Sedangkan
pada paritas lebih dari tiga, karena uterus yang telah melahirkan
banyak anak maka uterus bekerja kurang efisien pada setiap kala
dalam persalinan.
30
3. Karakteristik Ibu
a. Usia
Kehamilan dan persalinan paling aman pada kebanyakan
aspek adalah bila ibu melahirkan bayi pada usia 20-34 tahun.21
Angka kematian anak dan ibu dengan umur di bawah 20 tahun
dan di atas 35 tahun, lebih tinggi bila dibandingkan dengan
angka kematian dari ibu yang berumur antara 20-35 tahun. Lebih
dari sepertiga kelahiran di seluruh dunia setiap tahunnya adalah
dari pada ibu yang lebih muda dari 20 tahun dan lebih tua dari
35 tahun. Perempuan yang belum dewasa memiliki organ
reproduksi yang belum kuat untuk berhubungan intim dan
melahirkan, sehingga gadis dibawah umur memiliki risiko empat
kali mengalami luka serius dan meninggal akibat melahirkan.22
Masalah yang dihadapi wanita hamil berusia lebih tua (35 tahun
atau lebih) biasanya merupakan akibat kelainan kromosom atau
komplikasi medis akibat penyakit kronik yang lebih sering
terjadi pada wanita yang beranjak tua.21 Tingkat kesuburan
22
wanita berkurang ketika seorang wanita di awal 30 tahun dan
setelah 35 tahun lebih menurun.22
b. Jarak Persalinan
Jarak persalinan adalah sela antara persalinan yang lalu
dengan persalinan terakhir. Jarak persalinan kurang dari dua
tahun menyebabkan rahim dan kesehatan ibu belum pulih
dengan baik. Keadaan tersebut perlu diwaspadain dikarenakan
kemungkinan janin dapat mengalami pertumbuhan kurang baik,
persalinan dan perdarahan. Jarak persalinan yang pendek
menyebabkan kelemahan dan kelelahan otot rahim, sehingga
rahim belum siap menerima implantasi. Oleh karena itu, janin
tumbuh kurang sempurna. Rahim yang lemah tidak mampu
mempertahankan hasil konsepsi sampai aterm sehingga terjadi
31
e) Penalaksanaan Membran
Membrane sedapat mungkin harus tetap utuh selama persalinan agar cairan ketuban dapat
berfungsi sebagai buffer untuk menahan tekanan intrauterine yang ditimbulkan oleh
kontraksi uterus. Cairan ini dapat membantu melindungi tubuh janin yang rapuh dan
khususnya kepala janin dari trauma lahir. Cairan ketuban dapat membantu meminimalkan
kompresi kepala janin guna mencegah hemoragi intraventrikular pasca-pelahiran.
f) Model Pelahiran
Model pelahiran bergantung pada presentasi janin. Seksio sesarea juga diindikasikan
apabila ditemukan ganguan pada ibu atau janin, seperti eklampsi berat yang disertai
konvulsi. Kebanyakan persalinan preamtur cenderung berlangsung dengan cepat dan dalam
34
durasi singkat, dan banyak kemungkinan akan lahir melalui vagina. Idealnya, peraslinan
dan pelahiran prematur harus berlangsung di unit rumah sakit konsultan akan tetapi, bidan
dapat juga dipanggil untuk membantu ibu yang akan melahirkan di komunitas dan tidak
mungkin menjalani transfer in-utero. Bidan harus meminta bantuan tenaga bidan tambahan
dan layanan para medik, jika dilingkungan tersebut tidak ada ‘regu penyelamat’ obstetric.
Bidan mungkin harus meresusitasi dan mengintubasi bayyi prematur begitu bayi lahir dan
mengupayakan pemindahannya segera ke unit perawatan intensif neonatus.
Asuhan Kebidanan[13]
Rujuk ibu ke tempat yang memiliki failtitas perawatan neonatus. Jika umur kehamilan 35
minggu atau lebih persalinan dapat dilanjutkan dan kebanyakan bayi yang lahir pada usia
ini akan berkembang dengan lebih baik jika diberikan perawatan yang tepat setelah lahir.
Jika UK dibawah 35 minggu, dokter dapat memberikan obat tokolitik jika keadaan ibu dan
fetus baik, tidak ada tanda perdarahan pervaginam pada saat ini atau KPD .
Prinsip pertolongan persalinan prematur :
1. Jika terdapat kelainan letak termasuk letak bokong dengan Berat janin kurang dari
2000 gram dapat dilakukan SC
2. Jika persalinan dilakukan pervaginam, harus diupayakan untuk memeperpendek kala
II dengan jalan :
a. Episiotomi luas
b. Forceps Ekstraksi
3. Jika terdapat kelainan anatomis alat reproduksi bagian dalam, perawatan bayi
prematur sebaiknya dilakukan di RS tersier, sehingga terjamin mendapat perawatan yang
memadai : NIUC (neonatal intensive unit care)
35
BAB III
Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
Biasanya wanita lebih cenderung mengalami anemia ,disebabkan oleh kebutuhan zat besi
wanita yang lebih banyak dari pria terutama pada saat hamil.
4). Pekerjaan
Pekerja berat dan super ekstra dapat menyebabkan seseorang terkena anemia
dengan cepat seiring dengan kondisi tubuh yang benar-benar tidak fit.
5). Hubungan klien dengan penanggung jawab
6). Agama
7). Suku bangsa
8). Status perkawinan
9). Alamat
10). Golongan darah
b.Keluhan Utama
keluhan utama meliputi 5L, letih, lesu, lemah, lelah lalai, pandangan berkunang-kunang.
b). Sirkulasi
Gejala :
riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB),
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif
kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan
diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG,
depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia.
Bunyi jantung : murmur
sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat
tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau
kuning lemon terang (AP).Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler
melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku :
mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut :kering, mudah putus,
menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
d). Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau
konstipasi.Penurunan haluaran urine.Tanda : distensi abdomen.
e). Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan
(ulkus pada faring).Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia.Adanya penurunan berat badan.Tidak pernah puas mengunyah atau peka
terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB) Tanda :
lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang
elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi).Bibir : selitis, misalnya
inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
f). Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan,
keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi
37
g). Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
h). Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.Tanda :
takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i). Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi;
baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak
toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.Tanda : demam rendah, menggigil,
berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
j). Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
c. Pemeriksaan
Fisik
1). Gambaran UmumPerlu menyebutkan:
a).Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan
klien.
b). BB sebelum sakit
c). BB saat ini
d). BB ideal
e). Status gizi
f). Status Hidrasi
g). Tanda-tanda vita :
(1) TD
(2) Nadi
(3) Suhu
(4) RR
d) MataTidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi
perdarahan)
e) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
f) Hidung
tak ada pernafasan cuping hidung.
g) Mulut dan Faring Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut tidak pucat.
h) ThoraksTak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
i) Paru
Inspeksi ;
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat
penyakit klien yang berhubungan dengan paru.Palpasi ;Pergerakan sama atau simetris,
fermitus raba sama.Perkusi ;Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
Auskultasi ;
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridordan
ronchi.
j) Jantung
Inspeksi; Tidak tampak iktus jantung.
Palpasi;
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
k) Abdomen
Inspeksi;
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Palpasi;
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
Auskultasi;
Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit
.
l) Inguinal- Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
Pemeriksaan
Diagnostik
39
1) Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil dari urat di lengan dinilai untuk darah
hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih rendah daripada normal.
2) Mungkin ada lebih sedikit sel darah merah daripada normal. Di bawah mikroskop
sel mungkin tampak kecil dan pucat daripada biasanya dalam kasus besi kekurangan
anemia.
3) Ukuran kecil disebut microcytic anemia. Dalam vitamin B12 folat kekurangan sel
mungkin tampak pucat tetapi lebih besar daripada ukuran mereka biasa. Ini disebut
macrocytic anemia.
4) Feritin toko-feritin adalah protein yang toko besi. Jika tingkat darah feritin
rendah menunjukkan rendah besi toko dalam tubuh dan membantu mendeteksi besi
kekurangan anemia.
5) Tes darah termasuk berarti sel volume (MCV) dan lebar distribusi sel darah merah (RDW).
6) Retikulosit adalah ukuran dari sel muda. Ini menunjukkan jika produksi RBC
tingkat normal.
7) Vitamin B12 dan folat tingkat dalam darah-ini membantu mendeteksi jika anemia jika
karena kekurangan vitamin ini.
8) Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu banyak seperti yang
terlihat dalam aplastic anemia atau kanker darah. Kurangnya besi dalam sumsum
tulang juga menunjuk ke arah besi kekurangan anemia
Kemungkinan
Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ( D.0056 ).
b. Kesiapan peningkatan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, anoreksia ( D.0026 .).
c. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat
(mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi) ( D.
0142 ) .
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan
darah, suplai oksigen berkurang ( D.0015 ).
3. Perencanaan Keperawatan
No Kode Diagnosa Intervensi
a. D.0056
b. D.0026
Kesiapan peningkatan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang kurang, anoreksia
40
1. Manajemen nutrisi
2. Pemantuan nutrisi
3. Pemberian makanan
4. Edukasi berat badan efektif
5. Edukasi diet
6. Konseling nutrisi
7. Edukasi nutrisi
c. D. 0142
Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat
(mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi)
1.Pencegahan infeksi
2.Manajemen lingkungan
3.Pemantauan elektrolit
4.Pemantauan tanda vital
5.Dukungan perawatan diri
d. D.0015
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan darah,
suplai oksigen berkurang
1.Perawatan sirkulasi
2.Manajemensensasi perifer
3.Pemantauan cairan
4.Pemberian produk darah
5.Pemantauan tanda vital
6.Pemantauan hasil laboratorium
7.Manajemen cairan
8.Edukasidiet
41
DAFTAR PUSTAKA