Anda di halaman 1dari 41

KOMPLIKASI PADA PERSALINAN

Disusun oleh

Priya Utomo
Nim:1130120004

PRODI S1 ALIH JENJANG KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat karuniaNya karya ini yang berupa kajian beberapa literatur tentang model
dan bentuk keperawatan profesional berhasil disusun. Penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih atas bimbingannya selama penyusunan dan pengajuan
makalah ini kepada dosen pengampu mata kuliah ini Penulis menyadari bahwa
tulisan ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran membangun
diharapkan dapat menjadi perbaikan untuk karya ini selanjutnya. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih dan semoga tulisan ini dapat membantu membangun
dunia keperawatan.

Penulis

Priya utomo
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………........ ………….… i


KATA PENGANTAR……..………………………………….. ii
DAFTAR ISI ..............................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


1.2. Rumusan masalah
1.3. Tujuan makalah
1.4. Manfaat makalah

BAB II LANDASAN TEORI


II.1. Distosia
11.2. Persalinan prematur
11.3. Persalinan postmature
11.4. Perdarahan
11.5 Prolap umbilikalis

BAB III ASUHAN KEPERTAWATAN

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar
Belakang

Pada dasarnya siklus kehidupan wanita mengalami suatu proses yangdinamakan


kehamilan, persalinan, nifas dan memiliki anak atau bayi baru lahir yang akan
menjadi suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam keluarga. Dalam siklus
ini, seorang wanita diharapkan agar selalu menjaga kesehatannya, karena kesehatan
wanita berdampak pada kesehatan keluarganya, dan kesehatan dalam keluarga
dengan kualitas hidup yang baik akan mempengaruhi kesejahteraan ibu dan anak.
Oleh karena itu, peran petugas kesehatan dibutuhkan untuk menjamin kesehatan
wanita melangsungkan kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir. Kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan yang fisiologis namun
dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa
ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian sehingga komplikasi-komplikasi
tersebut tidak hanya berhenti pada saat kehamilan namun juga dapat berdampak pada
meningkatkan resiko pada persalinan, bayi baru lahir dan masa nifas ibu
(Prawirohardjo, 2009).

Apabila dalam pelaksanaan asuhan komprehensif kurang baik maka ada


kemungkinan timbulnya komplikasi. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan
kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu
hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria dan empat terlalu (terlalu
muda<20 tahun, terlalu tua >35 tahun, terlalu dekat jaraknya > 2 tahun, dan terlalu
banyak anaknya > 3 orang). Masalah ini diperberat dengan fakta masih adanya umur
perkawinan pertama pada usia yang amat muda (<20 tahun). Pada saat kehamilan
TW III jika tidak dideteksi secara dini dapat menyebabkan terjadinya beberapa
komplikasi pada kehamilan, komplikasi yang kemungkinan terjadi sebisanya
dideteksi sedini mungkin karena kehamilan TW III merupakan proses yang sudah
mendekati persalinan. Biasanya komplikasi dalam kehamilan terjadi karena
kurangnya deteksi dini pada ibu hamil. Pada ibu hamil yang mengalami komplikasi
akan berdampak pada kehamilannya, dalam kasus yang lebih parah
komplikasi dapat mengganggu janin yang sedang dikandung. Kemudian dampak
komplikasi pada kehamilan terhadap persalinan dapat menyebabkan berbagai
masalah distorsia, persalinan premature, persalinan postmature, perdarahan, prolab
umbilikalis

Kebijakan Program pemerintah mengenai pelayanan antenatal, pelayanan ibu hamil


dikelompokkan sesuai usia kehamilan dengan kunjungan antenatal minimal 4 kali
yaitu pada Trimester I satu kali, Trimester II satu kali dan Trimester III dua kali.
Selain itu program pemerintah selanjutnya adalah melaksanakan 10 T yang harus
dipenuhi standar tersebut yang terdiri dari timbang berat badan dan ukur tinggi
badan, ukur tekanan darah, nilai status gizi (LILA), ukur Tinggi fundus uteri, berikan
imunisasi TT, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan,
tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), pelaksanaan temu wicara,
test laboratorium, dan tatalaksana kasus. Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan
kesehatan ibu hamil dapat dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) merupakan program
yang dijalankan untuk menekan angka kematian ibu melahirkan. Pada periode
neonatal, upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko kematian pada
periode neonatal adalah melalui program Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau
KN1 yaitu neonatus pada umur 6-48 jam setelah lahir yang meliputi antara lain
kunjungan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM)
termasuk konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin K1
injeksi dan Hepatitis B0 injeksi bila belum diberikan. Upaya lain yang dapat
dilakukan untuk memenuhi target yang belum tercapai dapat melakukan upaya
seperti tenaga kesehatan yaitu bidan desa harus bekerja sama dengan kader desa, agar
kader desa aktif melaporkan ibu hamil kepada bidan desa yang ada di desa tersebut.
Sehingga, bidan desa dapat mendeteksi masalah kesehatan yang ada di desa tersebut
dengan cara melakukan pemeriksaan ANC terpadu, memastikan setiap ibu hamil
memiliki buku KIA, menempelkan stiker P4K, melakukan skrining HIV, kelas
antenatal, memastikan ibu hamil melakukan kunjungan minimal 4 kali, melakukan
kunjungan rumah, memastikan pesalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, melakukan
kunjungan selama masa nifas dan kunjungan neonatus. Selain itu, bidan juga perlu
bekerja sama dengan pemerintah dalam pmemberikan pelayanan yaitu dengan
menerapkan program JKN-KIS agar masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan
pelayanan yang komprehensif.
1.2. Rumusan masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan komprehensif pada kelainan pada persalinan
1.3. Tujuan makalah
Tujuan Pemberian Asuhan Keperawatan
1.3.1 Tujuan Umum
Dapat memberikan Asuhan Keperawatan komprehensif pada Pasien dengan
komplikasi persalinan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengumpulan data subyektif pada Pasien dengan
komplikasi persalinan.
2. Dapat melakukan pengumpulan data objektif pada pada Pasien dengan
komplikasi persalinan.
3. Dapat melakukan analisa data pada Pasien dengan komplikasi persalinan.
4. Dapat melakukan penatalaksanaan pada Pasien dengan komplikasi
persalinan.
1.4. Manfaat makalah
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Studi kasus ini diharapkan agar mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di
dapat di bangku kuliah dalam memberikan asuhan keperawatan pada kelainan
persalinan . Selain itu juga studi kasus ini diharapkan dapat memberikan ilmu yang
baru serta pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatanyang komprehensif.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan kajian atau bacaan bagi mahasiswa lainnya dan juga
dapat dijadikan sebagai bahan dalam proses belajar. Selain itu juga studi kasus ini
diharapkan dapat menjadi referensi terhadap asuhan keperawatan komprehensif pada
pasien dengan kelainan persalinan komprehensif pada perempua
BAB 11
LANDASAN TEORI

A. Distosia
Distosia adalah perlambatan pada saat persalinan atau dikenal dengan istilah
partus macet. Patofisiologi perlambatan atau arrest persalinan ini dapat terjadi
pada kala 1 maupun kala 2. Berdasarkan penyebabnya maka patofisiologi distosia
dapat diklasifikasikan menjadi gangguan kontraksi, abnormalitas pada janin, dan
adanya gangguan pada jalan lahir.

Etiologi distosia
dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain disproporsi sefalopelvis,
kontraksi uterus yang tidak adekuat, dan posisi janin yang abnormal. Risiko
distosia akan meningkat pada primipartus, menggunakan analgesia epidural,
berat janin diatas 4.000 gram, posisi kepala janin yang tinggi saat dilatasi
serviks maksimal, dan usia ibu diatas 35 tahun
Kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi baik terhadap ibu maupun janin.
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu antara lain kelahiran melalui sectio
caesarea, trauma obstetrik, dan korioamnionitis. Sedangkan komplikasi yang
dapat terjadi pada janin antara lain nilai Apgar dibawah 7, trauma mayor atau
minor, dan perawatan ke ruang rawat intensif.

Pasien yang mengalami distosia harus terus dilakukan pengawasan terhadap


tanda vital ibu dan anak. Tata laksana distosia disesuaikan dengan penyebab
yang mendasarinya. Jika kontraksi uterus tidak adekuat, pemberian oxytocin
dapat dilakukan. Jika ditemukan posisi janin yang abnormal, rotasi manual
dapat dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk melakukan persalinan
vagina operatif atau sectio caesarea.

B. Persalinan Prematur
Prematur
1. Pengertian
Persalinan preterm didefinisikan sebagai kontraksi uterus yang teratur disertai
dilatasi serviks yang progesif setelah usia kehamilan 20 minggu dan sebelum
minggu ke 37. Persalinan premature dengan selaput ketuban utuh terjadi pada
lebih dari 50% kasus yang ditemukan di unit maternitas.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi premature adalah bayi
yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang.

Dengan demikian, persalainan premature dapat terdiri dari :


a. Persalinan premature dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan
berat badan janin sama untuk masa kehamilan (SMK).
b. Persalinan premature dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan
berat badan kecil untuk masa kehamilan (KMK).

2. Etiologi
Banyak teori dan perdebatan yang muncul tentang penyebab persalian
premature. Hal ini sulit diprediksi karena banyaknya factor resiko yang mungkin
merupakan penyebab utama atau merupakan kombinasi dari beberapa resiko.
Penyebab-penyebab tersebut dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu :
a. Penyebab fisiologis
1. Infeksi
Beberapa ibu yang menderita infeksi saluran kemih, pielonefritis dan
apendisitis atau pneumonia, semuanya berkaitan dengan persalinan
premature. Hal itu mungkin disebabkan oleh penyebaran infeksi melalui
darah langsung ke rongga uterus, penyebaran tak langsung melalui produk
sampingan kimiawi, baik yang berasala dari mikroorganisme maupun dari
peredangan tubuh. Infeksi ruang koriodesidua dan cairan amnion adalah
factor etiologi kelahiran premature spontan yang paling banyak dijumpai.

2. Over distensi
Ada dua penyebab utama overdistensi selama kehamilan yaitu kehamilan
kembar dan polihidramnion. Overdistensi dapat menyebabkan ketuban pecah
dini prapersalinan dan juga meregangkan reseptor didalam miometrium, yang
dapat menimbulkan persepsi bahwa kehamilan telah cukup bulan dan bayi
siap dilahirkan.

3. Masalah vaskuler
Hemoraghi antepartum dan solutio merupakan manifestasi yang sering kali
dilaporkan terjadi menjelang pelahiran premature spontan. Darah dapat
mengiritasi miometrium, melemahkan membrane, dan akan menybabkan
kontraksi uterus.

4. Lemah serviks
Lemah serviks atau yang dulu disebut inkompetensi serviks, dapat
menyebabkan keguguran maupun persalinan premature. Mungkin akan
ditemukan dilatasi serviks dengan atau tanpa kontraksi uterus atau pecah
ketuban spontan.

5. Penyebab iatrogenic
Hampir 30 % kelahiran premature disebabkan oleh indikasi persalinan atau
persalinan melalui prosedur bedah. Indikasi yang paling sering ditemukan
adalah pre-eklamsia, atau tanda-tanda hambatan pertumbuhan intrauterus
yang serius pada janin tunggal atau pada salah satu janin kembar. SC ulangan
yang dikerjakan terlalu dini. Pengakhiran ykehamilan yang terlalu dini karena
alasan bahwa bayi lebih baik dirawat dibangsal anak daripada dibiarkan
dalam rahim. Termasuk disini adalah keadaan seperti DM, penyakit
hipertensi kehamilan, eritroblastosis dan retardasi pertumbuhan intrauterine.
6. Penyebab idiopatik
Pada hampir 75% persalinan dan pelahiran premature, penyebabnya tidak
diketahui dan dikategorikan sebagai persalinan premature idiopatik. Akan
tetapi ada sejumlah factor resiko kausatif lain yang dikenal luas yang dapat
mencetuskan pelahiran premature. Factor tersebut meliputi factor sosio
ekonomi , ras dan budaya yang disebut dengan alasan non-fisiologis.
7. Panjang serviks
8. Fibronekstin
Fibrokinetin janin (fFN) adalah sejenis glikoprotein meyerupai lem yang
dihasilkan oleh sel-sel korion yang mengikat lapisan membrane desidua.
Beberapa studi menemukan bahwa ibu dengan hasil tes positif melahirkan
dalam waktu 7 hari.
9. Estriol liur
10. Kelahiran prematur elektif
Diakibatkan oleh PEB, penyakit ginjal maternal atau IUGR
11. Kelahiran dengan komplikasi kegawat daruratan
Komplikasi meluputi solusio plasenta, eklamsia, resus iso imunisasi, infeksi
maternal/ prolapsus tali pusat.
12. KPD
b. Factor non fisiologis
1. Usia ibu
Ibu yang sangat muda (<17 tahun) terbukti memeiliki insiden persalinan
premature yang lebiuh tinggi. Penelitian premature juga dikaitkan dengannusia
wanita yang sudah lanjut karena mereka mungkin mengalami berbagai masalah
ginekologis dan masalah medis mendasar, atau mungkin mereka menjalani
pembuahan melalui terapi ferlisasi in-vitro
2. Factor sosio ekonomi/ kelas social yang rendah
3. Wanita yang tidak menikah atau tidak mendapat dukunganKurang harmonisnya
hubungan dengan keluarga dan suami menyebabkan ibu beresiko melahirkan
bayi dengan berat lahir rendah.
4. Berat badan ibu
Ibu yang berat badanya kurang karena anoreksia nervosa yang dialami lebih
rentan mengalami persalinan premature dengan berat badan bayi rendah. Disisi
lain ibu yang termasuk kategori obes juga beresiko mengalami persalinan dan
pelahiran prematurkarena mereka cenderung menyandang diabetes gesasional
selam kehamilan.
5. Diet ibu
Kebutuhan selama kehamilan akan menghabiskan cadangan nutrient ibu dalam
waktu singkat, dan jika ibu diet tidak mencukupi, janin akan mengalami gangguan
dan kemungkinan akan lahiir premature.
6. Merokok, penayalahgunaan alcohol dan obat
7. Persalian premature sebelumnya
Apabila sebelumnya ibu memiliki riwayat persalinan dan pelahiran premature
yang tidak jelas penyebabnya, resiko ibu untuk kembali mengalami pelahiran
premature akan meningkat tajam.
8. RAS
Pada studi observasi kini yang dilakukan oleh field, et.al. (2002), diketahui bahwa
karakteristik populasi dan demografik populasi local pada area tertentu
memmpengaruhi angka pelahiran premature dan angka mortalitas.
9. Pekerjaan
Pada populasi ibu bekerja, para ibu kurang memegang kembali atas irama dan
struktur pekerjaan mereka serta mendapat tuntutan psikologis yang lebih besar
sehingga lebih beresiko mengalami persalinan premature.
10. Stress dan hasil akhir kelahiran
Peneliti menetapkan bahwa stress maternal dapat mempengaruhi alur
neuroendokrin, yang akan mengaktivasi sistem endokrin dan akan mendorong
paturisi. Alur imun-inflamasi mungkin turut berperan dalam prose ini. Stress
maternal dapat mempengaruhi imunitas sistemik dan local untuk meningkatkan
kerentanan terhadap proses infeksi janin dan intrauterine, menyebabkan paturisi
melalui mekanisme pro inflamasi yang telah diidentifikasi sebelumnya.
(Wadhwa et.all, 2001)
11. Pengaturan jarak kelahiran.
WHO merekomendasikan interval waktu jarak kehamilan minimal 24 bulan agar
tubuh dapat pulih setelah melewati proses kelahiran.

3. Faktor Predisposisi

1. Riwayat preterm sebelumnya atau abortus berulang pada trimester kedua


2. Amnionis
3. Infeksi saluran kencing
4. Bayi kembar
5. Anomaly uterus
6. Fibroid
7. Pembedahan abdomen/ SC
8. Faktor biologikal/ medik
9. Umur kurang dari 15 tahun / lebih dari 35 tahun
10. BB rendah (< 50 kg saat konsepsi)
11. Riwayat hipertensi, penyakit ginjal / DM
12. Riwayat perdarahan pada kehamilan sebelumnya, abnormalitas uterus, 35%
wanita dengan incompeten serviks akan melahirkan preterm dan 19%
wanita dengan uterus bicornis, unicornis, atau didelphic akan melahirkan
sebelum UK 37 minggu
13. Peningkatan berat badan yang tidak adekuat[5]
14. AKDR masih berada dalam rahim5
15. Penyakit resus5
16. Kematian fetus
17. Sosial ekonomi
a. Kemiskinan dan sosial yang rendah persalinan preterm biasa terjadi pada
wanita dari kelompok sosial ekonomi yang rendah.
b. Status pernikahan, persalinan preterm sering terjadi pada wanita yang
tidak menikah.
c. Pekerja, meliputi pekerja fisik yang berat
18. Psikologi
Psikologi distress dihubungkan dengan kelahiran preterm
19. Adat istiadat atau kebiasaan
a. Merokok, pemakai obta-obatan terlarang, dan alkohol
b. Jarak antar kehamilan pendek
c. Terlambat ANC
d. Tidak melakukan ANC

4. Klasifikasi dan Kategori


a. Berdasarkan Periode Gestasi
1. Kelahiran agak premature, berlangsung antara usia kehamilan 35 dan 37
(insiden 5,5%).
2. Kelahiran sangat premature, berlangsung antara usia kehamilan 29 dan 34
minggu (insiden 0,7%)
3. Kelahiran luar biasa premature, berlangsung antara usia kehamilan 24 dan
28 minggu (isiden 0,4%)

b. Berdasarkan Berat Lahir


1. Berat bayi lahir rendah kurang dari 2500 gram
2. Berat bayi lahir sangat rendah kurang dari 1500 gram
3. Berat bayi luar biasa rendah kurang dari 1000 gram.
4. Tanda-tanda Bayi Prematur
a. Ukuran fisik
b. Usia kehamilan <37 minggu
c. BB < 2500 gram
d. PB < 45 cm
c. LK 33 cm, sedangkan lingkar perut 30 cm, sehingga kepala tampak lebih

B. POST MATUR
1. Pengertian
Definisi post matur merupakan kehamilan yang melampaui umur 42 minggu
dengan segala kemungkinan komplikasinya. Dengan mengetahui hari pertama
menstruasi maka kita akan dapat menentukan:
a. HPL menurut Negle
b. Hasil pemeriksaan perawatan antenatal berupa :
1) Janin besar untuk masa kehamilan (BMK)
2) Janin kecil untuk masa kehamilan (KMK)
3) Janin sama besarnya untuk masa kehamilan (SMK)[14]
Nama Lain Postmatur
Untuk kehamilan yang melampaui batas 42 minggu dikemukakan beberapa nama
lainnya :
a. Postdate : menunjukkan bahwa kehamilan telah melampaui umur 42 minggu
sejak hari pertama menstruasi.
b. Postterm : menunjukkan bahwa kehamilan telah mlampaui waktu perkiraan lahir
menurut hari pertama menstruasi.
c. Postmature : menunjukkan keadaan janin yang lahir telah melampaui batas waktu
persalinannya, sehingga dapat menimbulkan beberapa komplikasi.
d. Kehamilan serotinus
e. Prolonged pregnancy

2. Etiologi
a) Tidak pasti mengetahui tanggal haid terakhir.
b) Terdapat kelainan konginetal anensephalus
c) Terdapat hipoplasi kelenjar adrenal
d) Defisiensi enzim sulfatase plasenta.
e) Hormone estriol yang rendah

3. Tanda-tanda Postmatur
a. Tak ada lanugo
b. Kuku panjang
c. Rambut kepala banyak
d. Kulit keriput, mengelupas sering bewarna kekuningan
e. Kadang-kadang anak agak kurus
f. Air ketuban sedikit dan mengandung mekonium.

4. Komplikasi Persalinan Postmatur


Bahaya persalinan postmatur adalah :
a. Kemungkinan kematian anak didalam rahim bertambah.
b. Besarnya anak yang berlebih dapat menimbulkan kesukaran pada
persalinan. Sebaiknya anak dapat kecil dikarenakan penurrunan fungsi
plasenta
Komplikasi :
a. Untuk ibu
1) Rasa takut akibat terlambat lahir
2) Rasa takut menjalani oprasi dengan akibat komplikasi.
b. Untuk janin
1) Oligohidramnion
2) Diwarnai mekonium
3) Makrosomnia, berat badan terus bertambah meskipun lambat, dapat
mencapai lebih dari 4000-4500 gram
4) Dismaturitas bayi.
Criteria makrosomia, kuku panjang, penulangan baik, tulang rawan
telinga sudah baik, lemak kulit masih cukup, pertumbuhan genetalia
sekunder sudah ada, mata besar dan terbuka.
5) Jika plasenta telah mengalami disfungsi sehingga tidak mempu
memberikan nutrisi dan O2 yang cukup, akan terjadi sebaliknya
sehingga disebut sindrom post matur dengan kriteria bayi tampak tua,
kuku panjang, keriput (lemak berkurang) terutama di telapak tangan
dan kaki, mata lebar bahkan sudah membuka, verniks kaseosa hilang
atau berkurang.
6) Hipoglikemia, karena janin menggunakan cadangan lemak kulit dan
glikogen dalam hati.

5. Persoalan Yang Dihadapi Dengan Postterm


a. Identifikasi resiko terhadap janin
b. Waktu yang tepat untuk melakukan persalinan
c. Menentukan persalinan pervaginam versus perabdominal :
1) Resiko kehamilan sulit dipastikan, dapat menjurus resiko kematian
janin intrauterine
2) Menghadapi resiko makrosomia
d. Persalinan di percepat karena :
1) Terjadi pre-eklamsia-eklamsia
2) Ibu dengan hipertensi
3) Ibu dengan DM
4) Gangguan tumbang janin intrauteri
e. Factor pematangan serviks

6. Penatalaksanaan PostMatur
1) Expectative Management (Manjemen Menunggu)
1) Prinsipnya yaitu mengharapkan proses spontan tanpa rangsangan dari luar.
2) Sambil menunggu juga harus dilakukan evaluasi janin dalam uterus dengan
beberapa tekhnikyang adekuat sehingga dapat diketahui terjadinya
gangguan janin dalam bentuk gawat janin.
3) Gawat janin merupakan indikasi mutlak untuk melakukan terminasi secara
induksi atau langsung SC.
4) Metode yang dipilih tergantung pada keadaan janin dan keadaan maternal
saat itu.
2) Induksi oksitosin
1) Pertimbangan yang perlu diperhatikan adalah pada pematangan serviks.
2) Saat ini induksi harus dilakukan observasi ketat terhadap kesejahteraan
janin dalam uterus dengan alat yang cukup memadai.
3) Evalusi bishop skore
a) Kurang 4, SC
b) Anatar 5 dan 6 coba mematangkan serviks
c) Diatas 7, sebagian berhasil

3) Secsio sesarea
1) Salah satu pertimbangan SC yaitu AFI kurang dari 5 cm, yang
merupakan indikasi mutlak untuk SC.
2) Tanda asfiksia intrauteri
3) Makrosomia
4) Kelainan letak janin
5) Bad obstetric history
6) Induksi gagal
7) Infertilitas primer-sekunder
8) Ibu dengan penyakit tertentu
a. Penatalaksanaan Persalinan Prematur

Prinsip penatalaksanaan kehamilan prematur adalah


menunda persalinan dan mempersiapkan organ janin, terutama paru-paru, janin,
sehingga janin dapat lahir pada usia kehamilan dengan mendekati cukup bulan
sehingga

Penatalaksanaan kehamilan prematur mengancam pada beberapa faktor dimana


persalinan tidak dapat dihambat bila kondisi selaput ketuban pecah, pembukaan
servik yang lebih dari 4 cm, usia kehamilan dengan tafsiran berat janin > 2.000 gr
atau kehamilan > 34 minggu, terjadi penyulit / komplikasi persalinan prematur,
terutama kurangnya fasilitas neonatal intensive care. oleh karena itu perlu dilakukan
mencegahan persalinan prematur dengan pemberian tokolitik, pematangan surfaktan
pada paru janin yaitu kortikosteroid serta mencegah terjadinya infeksi.10
Ada 2 prinsip penatalaksanaan persalinan prematur yaitu penundaan persalinan
dengan menghentikan kontraksi uterus atau persalinan berjalan terus dan siap
penanganan selanjutnya.

i. Tirai Baring

Kepentingan istirahat rebah disesuaikan kebutuhan ibu, namun secara statistik


tidak terbukti dapat mengurangi kejadian persalinan prematur. 10
ii. Hidrasi dan sedasi

Hidrasi oral maupun intravena sering dilakukan untuk mencegah persalinan


preterm, karena sering terjadi hipovalemik pada ibu dengan kontraksi prematur,
walaupun mekanisme biologisnya belum jelas. Preparat morfin dapat digunakan
untuk mendapatkan efek sedasi (tenang/mengurangi ketegangan)
iii. Pemberian tokolitik
Adapun tokolitik yang digunakan pada kasus dengan persalinan prematur adalah:

1. Nifedipine

Nifedipine adalah antagonis kalsium, diberikan per oral. Dosis insial 20 mg,
dilanjutkan 10-20 mg, 3-4 kali perhari, disesuaikan dengan aktifitas uterus
sampai 48 jam. Dosis maksimal 60mg/hari, komplikasi yang dapat terjadi
adalah sakit kepala dan hipotensi. Cara pemberian nifedipin 10 mg/oral
diulang 2 – 3 kali / jam, dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi hilang,
2. COX (cyclo-oxygenase)-2-inhibitors

Indomethacine. Dosis awal 100 mg, dilanjutkan 50 mg peroral setiap 6


jam untuk 8 kali pemberian. Jika pemberian lebih dari 2 hari, dapat
menimbulkan oligohidramnion akibat penurunan renal blood flow janin.
Indomethacine direkomendasikan pada kehamilan > 32 minggu karena dapat
mempercepat penutupan duktus arteriosus (PDA).10
3. Magnesium sulfat

Magnesium sulfat dipakai sebagai tokolitik yangdiberikan secara parenteral.


Dosis awal 4-6 gr IV diberikan dalam 20 menit, diikuti 1-4 gram per jam
tergantung dari produksi urine dan kontraksi uterus. Bila terjadi efek toksik
berikan kalsium glukonas 1 gram secara IV perlahan- lahan. 10

4. Beta2-sympathomimetics

Saat ini sudah banyak ditinggalkan. Preparat yang biasa dipakai adalah
ritodrine, terbutaline, salbutamol, isoxsuprine, fenoterol dan hexoprenaline.
Dosis : 50 mg dalam 500 ml larutan glukosa 5%. Dimulai dengan 10 tetes
per menit dan dinaikkan 5 tetes setiap 10 menit sampai kontraksi hilang. Infus
harus dilanjutkan 12-48 jam setelah kontraksi hilang. Selanjutnya diberikan
dosis pemeliharaan 1 tablet (10 mg) setiap 8 jam setelah makan. Nadi ibu,
tekanan darah dan denyut jantung janin harus dimonitor selama pengobatan.
Kontraindikasi pemberian adalah penyakit jantung pada ibu, hipertensi atau
hipotensi, hipertiroid, DM gestasional dan perdarahan antepartum. Efek
samping yang dapat terjadi pada ibu adalah palpitasi, rasa panas pada muka
(flushing), mual, sakit kepala, nyeri dada, hipotensi, aritmia kordis, edema
paru, hiperglikemia dan hipoglikemia. Efek samping pada janin antara lain
fetal takikardi, hipoglikemia, hipokalemia, ileus dan hipotensi.
5. Progesterone

progesterone dapat mencegah persalinan prematur. Injeksi 1-alpha-


hydroxprogesterone caproate menurunkan persalinan prematur berulang.
Dosis 250 mg (1 mL) IM tiap minggu sampai 37 minggu atau sampai
persalinan. Pemberian dimulai 16-21 minggu kemudian. (Cunningham, 2013)
Bila tokolitik tidak berhasil, lakukan persalinan dengan upaya optimal
(persalinan berlanjut). Jangan menghentikan kontraksi uterus bila :
a. Usia kehamilan > 35 tahun
b. Servik membuka > 3 cm
c. Perdarahan aktif
d. Janin mati dan adanya kelainan kongenital yang kemungkinan hidup
kecil
e. Adanya korioamnionitis
f. Pre-eklampsia

6. Pemberian kortikosteroid

Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan


paru janin, menurunkan insiden RDS, mencegah perdarahan intra
ventricular yang akhirnya menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid
perlu diberikan bilamana usia kehamilan kurang dari 3 minggu. Obat yang
diberikan adalah dexametason atau betametason. Pemberian steroid ini tidak
diulang karena risiko terjadi pertumbuhan janin terhambat. Pemberian siklus
tunggal kortikosteroid adalah batametason 2 x12 mg/IM dengan jarak
pemberian 24 jam. Sedangkan dexametason 4x6 mg/IM dengan jarak
pemberian 12 jam.
7. Pemberian antibiotik Antibiotik hanya diberikan bilamana kehamilan
mengandung risiko terjadinya infeksi. Obat yang diberikan eritromisin 3 x
500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3 x 500 mg selama 3
hari, atau dapat menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin. Tidak
dianjurkan pemberian ko-amoksiklaf karena risiko NEC.10
b. Langkah-Langkah Untuk Mencegah Persalinan Prematur

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah persalinan prematur


mengancam adalah :
i. Hindari kehamilan pada ibu usia terlalu muda < 20 tahun
ii. Hindari jarak kehamilan terlalu dekat
iii. Anjurkan tidak merokok maupun mengkonsumsi obat terlarang
iv. Hindari kerja berat dan perlu cukup istirahat
v. Obati penyakit yang dapat menyebabkan persalinan prematur
vi. Kenali dan obati infeksi genetal atau saluran kencing
vii. Deteksi dan pengamanan faktor risiko terhadap persalinan prematur .
21

kerangka Teori

Kehamilan

Faktor Idiopatik
Faktor Maternal Riwayat
Obstetri
Riwayatkehamilan prematur
Faktor Janin Paritas
Janin Kembar jarak kehamilan
Persalinan Prematur Riwayat Abortus
IUFD
Fetal Distress Inkompetensi serviks
Riwayat KPD

Komplikasi kehamilan
Faktor Lain Preeklampsi
Oligohidromion
Faktor Psiko-sosial :
Perdarahan antepartum
- Kecemasan dan Infeksi
depresi penyakit jantung
- Stress KPD
- status
- marital
- Ras/etnik
- Pekerjaan ibu
Faktor demografi
perilaku
- Usia
- Kondisi sosial
Ekonomi

.
22

D. UMBILCAL CORD
Prolaps tali pusat adalah suatu keadaan dimana tali pusat atau umbilical cord berada diantara
bagian fetus terbawah dan serviks. Kondisi ini merupakan kegawat daruratan obstetrik.
Prolaps tali pusat dibagi menjadi dua, yaitu overt prolapse dan occult prolapse. Tali pusat
menumbung atau overt prolaps adalah tali pusat yang melewati bagian fetus dan keluar dari
serviks sehingga dapat terlihat pada pemeriksaan spekulum karena membran amnion sudah
pecah. Sedangkan occult prolaps atau tali pusat terkemuka adalah kondisi tali pusat berada di
sisi fetus tetapi tidak terlihat keluar serviks karena membran amnion masih intak.[1,2]

Etiologi
prolaps tali pusat disebabkan oleh beberapa risiko yang terjadi saat kehamilan, atau bisa
karena tindakan prosedur (iatrogenik). Diagnosis prolaps tali pusat ditegakkan dengan
pemeriksaan dalam vagina, atau dengan inspeksi spekulum. Pada palpasi akan teraba tali
pusat sebagai massa lembut dan berdenyut, sedangkan pada inspeksi akan terlihat ekstrusi tali
pusat pada vagina. Prolaps tali pusat harus dicurigai saat observasi denyut jantung janin tidak
normal atau bradikardi, khususnya ketika terjadi pecah ketuban.
23

rolaps tali pusat dapat menyebabkan keadaan hipoksia fetus intrauterin, sehingga
proses persalinan dengan kondisi prolaps tali pusat harus diselesaikan
secepatnya. Metode persalinan yang dipilih umumnya seksio sesarea. Pada kasus
yang jarang, persalinan per vaginam menjadi pilihan karena dapat lebih cepat,
tetapi harus dilakukan oleh spesialis obstetrik yang berpengalaman. Tata laksana
sementara dengan dekompresi tali pusat dapat dilakukan saat proses rujukan,
hingga persalinan memungkinkan.[

E. PERDARAHAN
a. Pengertian Postpartum
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai hilangnya 500 ml atau lebih darah setelah
kala tiga persalinan selesai. Setara dengan pengeluaran darah 1000 ml pada seksio sesarea.
Perdarahan postpartum adalah perdarahan masif yang berasal dari tempat implantasi
plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya dan merupakan salah satu
penyebab kematian ibu disamping perdarahan karena hamil ektopik dan abortus.1
b. Jenis Perdarahan
Perdarahan postpartum primer terjadi dalam 24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh
atonia uteri, berbagai robekan jalan lahir dan sisa sebagian plasenta. Dalam kasus yang
jarang, biasanya karena inversio uteri. Sedangkan perdarahan postpartum sekunder
terjadi setelah 24 jam persalinan, biasanya karena sisa plasenta.
1. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan beberapa pemeriksaan diantaranya
Pemeriksaan fisik. Pucat, disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah, nadi cepat
kecil, ekstremitas dingin dan tampak darah dari vagina secara terus menerus.
2. Pemeriksaan obstetrik.
Kontraksi ulkus lembek, uterusmembesar bila ada atonia uteri. Bila kontraksi uterus
baik mungkin karena perlukaan di jalan lahir.
3. Pemeriksaan ginekologi. Dilakukan dalam keadaan baik atautelah diperbaiki, dapat
diketahui kontraksi uterus, luka jalan lahirdan retensi sisa plasenta.
4. Pemeriksaan penunjang seperti tes laboratorium, tes radiologi.
24

c. Faktor Penyebab Perdarahan Postpartum Primer


1) Perdarahan dari Tempat Implantasi Plasenta
a) Gangguan perfusi myometrium (hipotensi, atonia uteri,induksi) Induksi dan stimulasi
persalinan menyebabkan kerja uterusyang berlebih pada kala satu dan dua
mengakibatkankegagalan retraksi otot uterus pada kala tiga sehingga terjadi
perdarahan.
b) Overdistensi uterus (hidramnion, kembar) Kehamilan kembar adalah kehamilan
dengan dua janin atau lebih. Hidramnion adalah jumlah cairan ketuban >1500 ml.15
Jika ketuban pecah saat persalinan pada kasus polihidramnion atau setelah kelahiran
bayi pertama dalam kehamilan multipel, penyempitan rongga uterus yang mendadak
dan luas dapat menjadi presipitasi pelepasan plasenta. Saat uterus sangat teregang
dalam kehamilan, sel otot menjadi kurang mampu berkontraksi dan beretraksi secara
efisien pada kala III persalinan. Oleh sebab itu penyebab perdarahan postpartum
pada kondisi tersebut adalah atonia uteri.16
c) Persalinan lama
Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida
dan 18 jam untuk bagi multigravida.15 Persalinan lama dicirikan dengan kontraksi
lemah dan tidak beraturan. Dehidrasi, ketosis, dan kelemahan dapat berperan
sehingga otot uterus menjadi letih. Insersi yang terjadi dapat mengakibatkan atonia
uterus.16
d) Persalinan presipitatus
Jalanya janin yang terlalu cepat pada jalan lahir dpat menghalangi regangan jaringan
yang berangsur-angsur danperlahan, yang dapat mengakibatkan laserasi serviks,
vagina, dan atau perineum sehingga meningkatkan kehilangan darah.
e) Preeklampsia
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Hipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥140/90 mmHg.
Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.
Proteinuria ialah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan
≥1+ dipstick.
1 Preeklampsia dapat
25

membuat tekanan darah ibu melonjak naik, hemoragi dapat membuatnya turun
drastis. Kondisi yang satu dapat menyamarkan yang lain sehingga tanda-tanda vital
yang berbeda harus sering dipantau karena mempengaruhi diagnosis dan
penanganan akurat.16
2) Trauma Saluran Genetalia
a) Berat badan bayi >4kg
Makrosomia atau bayi besar adalah bayi baru lahir yang berat badan lahir pada
saat persalinan lebih dari 4000 gram. Seorang ibu dengan panggul sempit atau
janin besar, maka kala duanya akan sangat memanjang.1
b) Episiotomy lebar
Episiotomy adalah mempercepat persalinan dengan memperlebar jalan lahir
lunak.15
3) Anemia
Anemia didefinisikan sebagai kekurangan zat besi. Anemia sendiri
diklasifikasikan menjadi anemia ringan, anemia sedang dan anemia berat.
Dikatakan anemia apabila kadar hemoglobin (Hb) adalah <11 gr%. Volume darah
semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel
darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi) dengan
puncaknya pada umur hamil 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah
sebesar 25 sampai 30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%. Anemia
dapat menyebabkan retensio plasenta dan perdarahan postpartum karena atonia
uteri.

e. Etiologi
1) Atonia Uteri
Atoni uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan
uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta
setelah bayi dan plasenta lahir.1 Perdarahan postpartum bisa dikendalikan
melalui kontraksi dan retraksi serat-serat myometrium. Kontraksi dan retraksi ini
menyebabkan terlipatnya pembuluhpembuluh darah sehingga aliran darah ke
tempat plasenta menjadi terhenti. Kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi
myometrium dinamakan atonia uteri dan keadaan ini menjadi penyebab utama
26

perdarahan postpartum.
Faktor predisposisinya adalah sebagai berikut:
a) Regangan rahim berlebih karena kehamilan gemelli, polihidramnion, atau anak
terlalu besar.
b) Kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep.
c) Kehamilan grade-multipara.
d) Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun.
e) Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.
f) Infeksi intrauterine (korioamnionitis).
g) Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya.

2) Robekan Jalan Lahir


Robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma. Pertolongan persalinan yang
semakin manipulatif dan traumatik akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu
dihindarkan memimpin persalinan saat pembukaan serviks belum lengkap. Robekan
jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forceps atau
vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi. Robekan yang terjadi bisa ringan (lecet,
laserasi), luka episiotomi, robekan perineum spontan derajat ringan sampai rupture
perineum totalis (sfingter ani terputus), robekan pada dinding vagina, ferniks uteri,
serviks, daerah sekitar klitoris, uretra dan bahkan yang terberat rupture uteri. Perdarahan
yang terjadi saat kontraksi uterus baik biasanya karena ada robekan atau sisa plasenta.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara melakukan inspeksi pada vulva, vagina
dan serviks dengan memakai speculum untuk mencari sumber perdarahan dengan ciri
warna darah yang segar dan pulsatif sesuai dengan denyut nadi.

3) Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah tertinggalnya plasenta di dalam uterus setelah setengah jam
bayi lahir. Plasenta sukar dilepas dengan pertolongan aktif kala tiga, bisa disebabkan
oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus disebut sebagai:
a) Plasenta akreta bila implantasi menebus desidua basalis dannitabuch layer.
b) Plasenta inkreta bila sampai menembus myometrium.
c) Plasenta prekreta bila vili korialis sampai menembus perimetrium.
27

Faktor predisposisi terjadinya plasenta akreta adalah plasenta previa, bekas seksio
sesaria, pernah kuret berulang, dan multiparitas. Bila sebagian kecil dari plasenta dari
plasenta masih tertinggal dalam uterus disebut rest placenta dan dapat menimbulkan
perdarahan postpartum primer atau sekuder. Proses kala tiga didahului dengan tahap
pelepasan plasenta akan ditandai dengan perdarahan pervaginam atau sebagian plasenta
sudah lepas tapi tidak keluar pervaginam, sampai akhirnya ekspulsi, plasenta lahir. Pada
retensio plasenta sepanjang plasenta belum terlepas maka tidak akan menimbulkan
perdarahan. Sebagian plasenta belum terlepas maka menimbulkan perdarahan. Sebagian
plasenta yang lepas dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan harus
diantisipasi dengan segera melakukan manual plasenta, meskipun kala uri belum lewat
setengah jam. Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak
lancar, atau setelah melakukan manual plasenta atau menemukan adanya kotiledon yang
tidak lengkap pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari
ostium uteri eksternum pada konstraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah
terjahit. Untuk itu harus dilakukan eksplorasi ke dalam rahim dengan cara manual atau
digital atau kuret dan pemberian uterotonika.

4) Inversi Uterus
Menurut Basket TF dan Shiers C dalam buku Kedaruratan dalam Persalinan, inversi
disebabkan oleh kesalahan penatalaksanaan kala tiga persalinan, yang meliputi:
a) Traksi tali pusat yang dikontrol terlalu dini dan berlebihan sebelum tanda
pelepasan plasenta
b) Traksi tali pusat yang dikontrol saat uterus relaksasi
c) Penggunaan tekanan fundus dengan atau tanpa traksi tali pusat.

Inversi uterus juga dapat terjadi secara spontan setelah dekompresasi uterus mendadak,
seperti pada pelahiran bayi makrosomia atau kembar, atau yang jarang terjadi, setelah
peningkatan tekanan intra abdomen saat uterus dapat terdorong dan keluar akibat batuk
dan muntah.16 Inversio uteri ditandai dengan tanda-tanda:
a) Syok karena kesakitan
b) Perdarahan banyak bergumpal
c) Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang
28

masih melekat
d) Bila baru terjadi, maka prognosis cukup baik akan tetapi bila kejadiannya
cukup lama, maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus
mengalami iskemia, nekrosis dan infeksi.

5) Perdarahan karena Gangguan Pembekuan Darah


Setiap penyakit hemorrargik (blood dyscresias) dapat diderita oleh wanita hamil dan
kadang-kadang menyebabkan perdarahan postpartum. Kausal perdarahan postpartum
karena gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila penyebab yang lain dapat
disingkirkan apalagi disertai ada riwayat pernah mengalami hal yang sama pada
persalinan sebelumnya. Akan ada tendensi mudah terjadi perdarahan setiap dilakukan
penjahitan dan perdarahan akan merembes atau timbul hematoma pada bekas jahitan,
suntikan, perdarahan dari gusi, rongga hidung dan lain-lain.1 Afibriogenemia atau
hypofibrinogenemia dapat terjadi setelah abruptio placenta, retention janin-mati yang
lama di dalam rahim dan pada emboli cairan ketuban. Thromboblastik yang timbul dari
degenerasi dan autolisis decidua serta plasenta dapat memasuki sirkulasi maternal dan
menimbulkan koagulasi intravaskuker serta penurunan fibrinogen yang beredar.
Keadaan tersebut yaitu suatu kegagalan pada mekanisme pembekuaan, menyebabkan
erdarahan yang tidak dapat dihentikan dengan yang biasanya dipakai untuk
mengendalikan perdarahan.17

f. Komplikasi
Syok hipovolemik karena perdarahan yang hebat dan sepsis
akibat infeksi adalah dua komplikasi yang fatal pada peristiwa ruptur
uteri. Syok hipovolemik terjadi bila pasien tidak segera mendapat
infus cairan kristaloid yang banyak untuk selanjutnya dalam waktu
yang cepat digantikan dengan transfusi darah segar. Infeksi berat
umumnya terjadi pada pasien kiriman dimana ruptur uteri telah
terjadi sebelum tiba di rumah sakit dan telah mengalami berbagai
manipulasi termasuk periksa dalam yang berulang. Jika dalam
keadaan demikian pasien tidak segera memperoleh terapi antibiotik
yang sesuai, hampir pasti pasien akan menderita peritonitis yang
29

luas dan menjadi sepsis pasca bedah. Syok hipovolemik dan infeksi
20
merupakan sebab-sebab utama yang meninggikan angka kematian
maternal dalam obstetrik. Meskipun pasien dapat diselamatkan,
morbiditas dan kecacatan tetap tinggi.1,13
2. Paritas
Paritas/ para adalah jumlah yang diakhiri dengan kelahiran
janin yang memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan (28
minggu atau 1000 gram).18 Paritas adalah wanita yang pernah
melahirkan bayi aterm.19 Banyak anak akan sangat mempengaruhi
kesehatan ibu dan anak. Kejadian kematian ibu dan bayi pada
persalinan pertama cukup tinggi, yang kedua paling rendah dan
ketiga sedikit dibawah yang pertama.20 Paritas dapat
diklasifikasikan sebagai berikut19:
a. Nulipara yaitu seorang wanita yang belum pernah
menyelesaikan kehamilan.
b. Primipara yaitu seorang wanita yang telah melahirkan bayi
aterm sebanyak satu kali.
c. Multipara yaitu seorang wanita yang telah melahirkan anak
hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari
lima kali.
d. Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan janin aterm
lebih dari lima kali.
Pada paritas yang rendah (paritas satu), ketidaksiapan ibu
dalam menghadapi persalinan yang pertama merupakan faktor
21
penyebab ketidakmampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi
yang terjadi selama kehamilan, persalinan dan nifas. Sedangkan
pada paritas lebih dari tiga, karena uterus yang telah melahirkan
banyak anak maka uterus bekerja kurang efisien pada setiap kala
dalam persalinan.
30

3. Karakteristik Ibu
a. Usia
Kehamilan dan persalinan paling aman pada kebanyakan
aspek adalah bila ibu melahirkan bayi pada usia 20-34 tahun.21
Angka kematian anak dan ibu dengan umur di bawah 20 tahun
dan di atas 35 tahun, lebih tinggi bila dibandingkan dengan
angka kematian dari ibu yang berumur antara 20-35 tahun. Lebih
dari sepertiga kelahiran di seluruh dunia setiap tahunnya adalah
dari pada ibu yang lebih muda dari 20 tahun dan lebih tua dari
35 tahun. Perempuan yang belum dewasa memiliki organ
reproduksi yang belum kuat untuk berhubungan intim dan
melahirkan, sehingga gadis dibawah umur memiliki risiko empat
kali mengalami luka serius dan meninggal akibat melahirkan.22
Masalah yang dihadapi wanita hamil berusia lebih tua (35 tahun
atau lebih) biasanya merupakan akibat kelainan kromosom atau
komplikasi medis akibat penyakit kronik yang lebih sering
terjadi pada wanita yang beranjak tua.21 Tingkat kesuburan
22
wanita berkurang ketika seorang wanita di awal 30 tahun dan
setelah 35 tahun lebih menurun.22
b. Jarak Persalinan
Jarak persalinan adalah sela antara persalinan yang lalu
dengan persalinan terakhir. Jarak persalinan kurang dari dua
tahun menyebabkan rahim dan kesehatan ibu belum pulih
dengan baik. Keadaan tersebut perlu diwaspadain dikarenakan
kemungkinan janin dapat mengalami pertumbuhan kurang baik,
persalinan dan perdarahan. Jarak persalinan yang pendek
menyebabkan kelemahan dan kelelahan otot rahim, sehingga
rahim belum siap menerima implantasi. Oleh karena itu, janin
tumbuh kurang sempurna. Rahim yang lemah tidak mampu
mempertahankan hasil konsepsi sampai aterm sehingga terjadi
31

kelahiran sebelum waktunya yang menyebabkan janin lahir


dengan berat badan lahir rendah.15
c. Status Pekerjaan
Tuntutan pekerjaan dapat membuat karyawan terpajan
pada logam, debu, serat, asap, bahan kimia, bahaya biologis,
suara, getaran, dan radiasi. Waspadai hubungan antara jenis
pekerjaan dan pajanan terhadap agens, seperti insektisida,
herbisida dan fungisida yang digunakan di bidang pertanian.21

Tidak ada rekomendasi dalam asuhan kehamilan dimana ibu


hamil sama sekali tidak boleh melakukan aktivitas pekerjaan
23
rumah ataupun bekerja di luar rumah, yang penting diperhatikan
adalah keseimbangan dan toleran dalam pekerjaan. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pekerjaan atau aktivitas bagi ibu hamil
adalah apakah aktivitasnya berisiko bagi kehamilan.23
3. Hubungan Paritas dengan Perdarahan Postpartum
Ibu yang pernah hamil atau melahirkan anak empat kali atau
lebih memiliki banyak kemungkinan seperti kekendoran pada
dinding perut ataupun kekendoran pada dinding rahim.24 Otot rahim
mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.19 Otot
dinding perut meregang dan akhirnya kehilangan sedikit tonus otot.
Setelah melahirkan, tonus otot secara bertahap kembali, tetapi
pemisahan otot (diastasis recti abdominis) menetap.23
Bertambahnya paritas, akan semakin banyak jaringan ikat
pada uterus sehingga kemampuan untuk berkontraksi semakin
menurun akibatnya sulit melakukan penekanan pada pembuluhpembuluh darah yang
terbuka setelah terlepasnya plasenta. Selain
itu, juga terjadi kemunduran dan cacat pada endometrium yang
mengakibatkan terjadinya fibrosis pada bekas implantasi plasenta
sehingga vaskularisasi dapat berkurang. Untuk memenuhi
32

kebutuhan nutrisi dan janin, plasenta mengadakan perluasan


implantasi dan vili khorialis menembus dinding uterus lebih dalam
lagi sehingga dapat terjadi retensio plasenta adesiva hingga
perkreta.
11,25
24
Paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian perdarahan
pasca persalinan karena pada saat kehamilan dan persalinan terjadi
perubahan pada serabut otot di uterus yang dapat menurunkan
kemampuan uterus untuk berkontraksi sehingga sulit untuk
melakukan penekanan pada pembuluh-pembuluh darah yang
membuka setelah lepasnya plasenta. Risiko terjadinya perdarahan
pasca persalinan akan meningkat setelah persalinan ketiga atau lebih
yang mengakibatkan terjadinya perdarahan pasca persalinan.8,26
Paritas tinggi merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya
perdarahan postpartum. Paritas lebih dari tiga mempunyai risiko
lebih besar untuk terjadinya perdarahan postpartum karena otot
uterus lebih sering meregang sehingga dindingnya menipis dan
kontraksinya menjadi lebih lemah.
33

8. Penatalaksanaan Persalinan Prematur


a) Komuikasi[11]
Komunikasi yang efektif sangat penting dalam perawatan dan penatalaksaan ibu selama
persalinan prematur. Ibu harus mendapat informasi tentang resiko persalinan prematur.
b) Transfer In-Utero[12]
CEMACH merekomendasikan agar ibu dan bayi ditangani tim pakar spesialis. Jika tidak
ada tim spesialis, transfer in-Utero ke unit yang memiliki fasilitas spesialis kebidanan dan
spesialis neonates sangat dianjurkan agar dapat memperbaiki hasil kelahiran.
c) Analgesia
Penggunaan analgesia epidural bermanfaat dalam penatalaksanaan persalinan prematur
karena dapat membantu mencegah dan menghambat upaya ibu untuk mengejan sebelum
pembukaan lengkap atau mencegah dan menghamba kelahiran yang mendadak dan
dramatis yang dapat menyebabkan gangguan pada janin. Selain itu, juga dapat membantu
melemaskan otot dasar panggul dan perineum serta mampu mempercepat kelahiran
perabdomen, apabila dibutuhkan.
d) Tanda Vital Ibu dan Janin
Pemantauan ketat tanda vital ibu dan janin penting dilakukan untuk menjamin keselamatan
ibu dan bayi, khususnya ibu yang sejak awal sudah memiliki masalah fisiologis seperti
perdarahan dan infeksi. Hal itu dilakukan sebab masalah tersebut dapat memperburuk dan
menimbulkan dampak negatif pada ibu dan bayi.

e) Penalaksanaan Membran
Membrane sedapat mungkin harus tetap utuh selama persalinan agar cairan ketuban dapat
berfungsi sebagai buffer untuk menahan tekanan intrauterine yang ditimbulkan oleh
kontraksi uterus. Cairan ini dapat membantu melindungi tubuh janin yang rapuh dan
khususnya kepala janin dari trauma lahir. Cairan ketuban dapat membantu meminimalkan
kompresi kepala janin guna mencegah hemoragi intraventrikular pasca-pelahiran.
f) Model Pelahiran
Model pelahiran bergantung pada presentasi janin. Seksio sesarea juga diindikasikan
apabila ditemukan ganguan pada ibu atau janin, seperti eklampsi berat yang disertai
konvulsi. Kebanyakan persalinan preamtur cenderung berlangsung dengan cepat dan dalam
34

durasi singkat, dan banyak kemungkinan akan lahir melalui vagina. Idealnya, peraslinan
dan pelahiran prematur harus berlangsung di unit rumah sakit konsultan akan tetapi, bidan
dapat juga dipanggil untuk membantu ibu yang akan melahirkan di komunitas dan tidak
mungkin menjalani transfer in-utero. Bidan harus meminta bantuan tenaga bidan tambahan
dan layanan para medik, jika dilingkungan tersebut tidak ada ‘regu penyelamat’ obstetric.
Bidan mungkin harus meresusitasi dan mengintubasi bayyi prematur begitu bayi lahir dan
mengupayakan pemindahannya segera ke unit perawatan intensif neonatus.
Asuhan Kebidanan[13]
Rujuk ibu ke tempat yang memiliki failtitas perawatan neonatus. Jika umur kehamilan 35
minggu atau lebih persalinan dapat dilanjutkan dan kebanyakan bayi yang lahir pada usia
ini akan berkembang dengan lebih baik jika diberikan perawatan yang tepat setelah lahir.
Jika UK dibawah 35 minggu, dokter dapat memberikan obat tokolitik jika keadaan ibu dan
fetus baik, tidak ada tanda perdarahan pervaginam pada saat ini atau KPD .
Prinsip pertolongan persalinan prematur :
1. Jika terdapat kelainan letak termasuk letak bokong dengan Berat janin kurang dari
2000 gram dapat dilakukan SC
2. Jika persalinan dilakukan pervaginam, harus diupayakan untuk memeperpendek kala
II dengan jalan :
a. Episiotomi luas
b. Forceps Ekstraksi
3. Jika terdapat kelainan anatomis alat reproduksi bagian dalam, perawatan bayi
prematur sebaiknya dilakukan di RS tersier, sehingga terjamin mendapat perawatan yang
memadai : NIUC (neonatal intensive unit care)
35

BAB III
Asuhan Keperawatan

1.Pengkajian

a.Identitas Klien dan keluarga (penanggung jawab) :


1). Nama
2). Umur
3). Pada anemia,Jenis kelamin

Biasanya wanita lebih cenderung mengalami anemia ,disebabkan oleh kebutuhan zat besi
wanita yang lebih banyak dari pria terutama pada saat hamil.
4). Pekerjaan
Pekerja berat dan super ekstra dapat menyebabkan seseorang terkena anemia
dengan cepat seiring dengan kondisi tubuh yang benar-benar tidak fit.
5). Hubungan klien dengan penanggung jawab
6). Agama
7). Suku bangsa
8). Status perkawinan
9). Alamat
10). Golongan darah

b.Keluhan Utama
keluhan utama meliputi 5L, letih, lesu, lemah, lelah lalai, pandangan berkunang-kunang.

1).Riwayat Penyakit Sekarang


Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia, yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa
berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan apa yang
terjadi.

2). Riwayat Penyakit Dahulu


Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anemia. Penyakit - penyakit
tertentu sepertiinfeksi dapat memungkinkan terjadinya anemia tulang
.
3). Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit darah merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya anemia yang cenderung diturunkan secara genetik.

4). Riwayat Psikososial


Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari- harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat .

5). Riwayat Bio-psiko-sosial-spiritual


Pengkajian pasien dengan anemia meliputi :
a). Aktivitas / istirahat
Gejala :
36

keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan


semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.Kebutuhan untuk tidur dan
istirahat lebih banyak.Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau
istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada
sekitarnya.Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.Ataksia, tubuh tidak
tegak.Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunujukkan keletihan.

b). Sirkulasi
Gejala :
riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB),
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif
kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan
diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG,
depresi segmen ST dan pendataran atau depresi

gelombang T; takikardia.
Bunyi jantung : murmur
sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat
tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau
kuning lemon terang (AP).Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler
melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku :
mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut :kering, mudah putus,
menipis, tumbuh uban secara premature (AP).

c). Integritas ego


Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah.Tanda : depresi.

d). Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau
konstipasi.Penurunan haluaran urine.Tanda : distensi abdomen.

e). Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan
(ulkus pada faring).Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia.Adanya penurunan berat badan.Tidak pernah puas mengunyah atau peka
terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB) Tanda :
lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang
elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi).Bibir : selitis, misalnya
inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
f). Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan,
keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi
37

manjadi dingin.Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis.


Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina
(aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan
koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis
(AP).

g). Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

h). Pernapasan

Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.Tanda :
takipnea, ortopnea, dan dispnea.

i). Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi;
baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak
toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.Tanda : demam rendah, menggigil,
berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).

j). Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

c. Pemeriksaan

Fisik
1). Gambaran UmumPerlu menyebutkan:
a).Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan
klien.
b). BB sebelum sakit
c). BB saat ini
d). BB ideal
e). Status gizi
f). Status Hidrasi
g). Tanda-tanda vita :
(1) TD
(2) Nadi
(3) Suhu
(4) RR

2) Pemeriksaan head toe toe


a) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri
kepala.
b) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
c) Muka Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk.Tak
ada lesi, simetris, tak oedema.
38

d) MataTidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi
perdarahan)
e) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
f) Hidung
tak ada pernafasan cuping hidung.
g) Mulut dan Faring Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut tidak pucat.
h) ThoraksTak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.

i) Paru

Inspeksi ;
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat
penyakit klien yang berhubungan dengan paru.Palpasi ;Pergerakan sama atau simetris,
fermitus raba sama.Perkusi ;Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.

Auskultasi ;
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridordan
ronchi.

j) Jantung
Inspeksi; Tidak tampak iktus jantung.

Palpasi;
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.

Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.

k) Abdomen
Inspeksi;
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.

Palpasi;
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.

Perkusi; Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.

Auskultasi;
Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit
.

l) Inguinal- Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.

Pemeriksaan

Diagnostik
39

1) Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil dari urat di lengan dinilai untuk darah
hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih rendah daripada normal.
2) Mungkin ada lebih sedikit sel darah merah daripada normal. Di bawah mikroskop
sel mungkin tampak kecil dan pucat daripada biasanya dalam kasus besi kekurangan
anemia.
3) Ukuran kecil disebut microcytic anemia. Dalam vitamin B12 folat kekurangan sel
mungkin tampak pucat tetapi lebih besar daripada ukuran mereka biasa. Ini disebut
macrocytic anemia.
4) Feritin toko-feritin adalah protein yang toko besi. Jika tingkat darah feritin
rendah menunjukkan rendah besi toko dalam tubuh dan membantu mendeteksi besi
kekurangan anemia.
5) Tes darah termasuk berarti sel volume (MCV) dan lebar distribusi sel darah merah (RDW).
6) Retikulosit adalah ukuran dari sel muda. Ini menunjukkan jika produksi RBC
tingkat normal.
7) Vitamin B12 dan folat tingkat dalam darah-ini membantu mendeteksi jika anemia jika
karena kekurangan vitamin ini.
8) Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu banyak seperti yang
terlihat dalam aplastic anemia atau kanker darah. Kurangnya besi dalam sumsum
tulang juga menunjuk ke arah besi kekurangan anemia

Kemungkinan

Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ( D.0056 ).
b. Kesiapan peningkatan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, anoreksia ( D.0026 .).
c. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat
(mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi) ( D.
0142 ) .
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan
darah, suplai oksigen berkurang ( D.0015 ).

3. Perencanaan Keperawatan
No Kode Diagnosa Intervensi

a. D.0056

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan kebutuhan oksigen


1. Manajemen Energi
2. Edukasi latihan fisik
3.Edukasi terapi aktivitas
4.Manajemen program latihan
5.Promosi latihan fisik
6.Dukungan tidur

b. D.0026
Kesiapan peningkatan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang kurang, anoreksia
40

1. Manajemen nutrisi
2. Pemantuan nutrisi
3. Pemberian makanan
4. Edukasi berat badan efektif
5. Edukasi diet
6. Konseling nutrisi
7. Edukasi nutrisi

c. D. 0142
Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat
(mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi)
1.Pencegahan infeksi
2.Manajemen lingkungan
3.Pemantauan elektrolit
4.Pemantauan tanda vital
5.Dukungan perawatan diri

d. D.0015
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan darah,
suplai oksigen berkurang
1.Perawatan sirkulasi
2.Manajemensensasi perifer
3.Pemantauan cairan
4.Pemberian produk darah
5.Pemantauan tanda vital
6.Pemantauan hasil laboratorium
7.Manajemen cairan
8.Edukasidiet
41

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri & Ginekologi Universitas Padjajaran Bandung.1984. Obstetri Patologi.


Bandung : ELSTAR OFFSET
Holmes, Debie. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde,dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC
Taber, Ben-Zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai