Y DENGAN DIAGNOSA
MEDIS POST PARTUM DI RUANG CEMPAKA RSUD
dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
DI SUSUN OLEH :
ANTONI FANDEFITSON
2017.C.09a.0875
TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 2017.C09a.0875
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. Y Dengan Diagnosa MedisPost
Partum Di Ruang CempakaRsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya, Saya berharap laporan pendahuluan
penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai penyakit Post Partum.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 3
BAB II KONSEP PENYAKIT
2.1 Konsep Penyakit 4
2.1.1 Definisi 4
2.1.2 Periode Masa Nifas 5
2.1.3 Adaptasi Fisiologi Post Partum 6
2.1.4 Perubahan Psikologis 7
2.1.5 Perawatan Masa Nifas 8
2.1.6 Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas 9
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 16
2.2.1 Pengkajian 18
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 20
2.2.3 Intervensi 29
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian 33
3.1.1 Identitas Pasien 35
3.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan 36
3.1.3 Pemeriksaaan Fisik 39
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan 40
3.1.5 Sosial-Spiritual 42
3.1.6 Data Penunjang 43
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Post partum merupakan suatu periode dalam minggu-minggu pertama
setelah kelahiran. Lamanya “periode” ini tidak pasti, sebagian besar
mengganggapnya antara 4 sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang
relatif tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh
banyaknya perubahan fisiologi. Beberapa dari perubahan tersebut mungkin
hanya sedikit mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi serius juga sering
terjadi.(Cunningham,F,etal,2013)
Asuhan keperawatan pascapersalinan diperlukan untuk meningkatkan
status kesehatan ibu dan anak. Masanifas dimulai setelah dua jam lahirnya
plasenta atau setelah proses persalinan kala1sampai IV selesai. Berakhirnya
proses persalinan bukan berarti ibu terbebas dari bahaya atau komplikasi.
Berbagai komplikasi dapat dialami ibu pada masa nifas dan bila tidak tertangani
dengan baik akan memberi kontribusi yang cukup besar terhadap tingginya
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia.
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya ketuban sebelum waktu
melahirkan terjadi pada faselaten yaitu pembukaan <4cm. Ketuban pecah
Dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi, kesalahan dalam mengelola
KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu
maupun bayinya. (Nugroho,T,2012)
Komplikasi potensial KPD yang sering terjadi adalah resiko infeksi, prola
pstali pusar, gangguan janin, kelahiran premature dan pada usia kehamilan 37
minggu sering terjadi komplikasi syndrom distress pernafasan (RDS,Respiratory
Distrees Syndrome) yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Apabila terjadi
pada usia kehamilan lebih dari 36 minggu dan belum ada tanda-tanda persalinan
maka dilakukan persalinan induksi. Padakasus tertentu bila induksi partus gagal,
maka dilakukan tindakan operasi caesaria.
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan
bahwa secara nasional Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 226/100.000
kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari target tujuan pembangunan milenium
(Millenium Devel opment Goals/MD Gs), yakni hanya 102/100.000 kelahiran
tahun 2015. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil
menjadi factor penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang
harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Persoalan kematian yang
terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul, yakni 28% pendarahan, 5% aborsi,
24% eklamsi, 5% persalinan lama/macet, 8% komplikasi masanifas,
11% infeksidan 14% lain-lain.
Menurut Depkes RI tahun 2011 menjelaskan sekitar 30% kejadian
mortalitas pada bayi preterm dengan ibu yang mengalami ketuban pecah dini
adalah akibat infeksi, biasanya infeksi saluran pernafasan (asfiksia). Selain
itu, akan terjadi prematuritas. Sedangkan, prolaps talipusat dan malpresentrasi
akan lebih memperburuk kondisi bayi preterm dan prematuritas.
TINJAUAN PUSTAKA
b. Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat selama masa
hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan
lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit
uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.
12. Tanda-tanda Vital
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC, sebagai
akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal jika terjadi
peningkatan suhu 38ºC yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka
perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi selama post
partum), infeksi saluran kemih, endometritis (peradangan endometrium),
pembengkakan payudara, dan lain-lain.
Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan adanya
bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat
berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Takhikardia kurang sering
terjadi, bila terjadi berhubungan dengan peningkatan kehilangan darah dan proses
persalinan yang lama.
Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami hipotensi
orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan adanya pusing segera
setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama. Hasil pengukuran
tekanan darah seharusnya tetap stabil setelah melahirkan. Peningkatan tekanan
sisitolik 30 mmHg dan penambahan diastolik 15 mmHg yang disertai dengan
sakit kepala dan gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami
preeklamsia dan ibu perlu dievaluasi lebih lanjut.
Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum hamil pada bulan ke
enam setelah melahirkan (Maryunani, 2009).
13. Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi plasenta.
Pada hari-hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm akibat pelepasan desidua
dan selaput janin.
2) Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman
yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang
atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur
(penekanan pada perineum).
4) Kaji putting klien; anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui.
5) Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20 – 30
menit setelah menyusui.
2) Anjurkan ambulasi dan latihan dini kecuali pada klien yang mendapatkan
anesthesia subaraknoid, yang mungkin yetap berbaring selama 6 – 8 jam,
tanpa penggunaan bantal atau meninggikan kepala. Bantu klien dengan
ambulasi awal.
3) Berikan supervise yang adekuat pada mandi shower atau rendam duduk.
Berikan bel pemanggil dalam jangkauan klien.
4) Berikan klien terhadap hiperrefleksia, nyeri kuadran kanan atas (KKaA , sakit
kepala, atau gangguan penglihatan.
5) Catat efek – efek magnesium sulfat (MgSO4), bila diberikan, kaji respon
patella dan pantau status pernapasan.
2) Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi ; catat tanda-tanda
menggigil, anoreksia atau malaise.