Anda di halaman 1dari 20

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan

Pada Ny.N Dengan Kasus Dismenore

Dosen Pengajar :Rimba Aprianti, S.Kep. Ns

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK XII

1. Antoni Fandefitson 2017.c.09a.0875


2. Tirta Taruna 2017.c.09a.0911
3. Wenie 2017.c.09a.0913

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan
kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca,

Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi


makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palangka Raya, Maret 2019

Penyusun
Kjytrewq
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejaktera fisik, mental dan
social secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi.( Azwar,2010).
Indonesia diperkirakan 55% perem[uan usia produktif yang tersiksa oleh
nyeri selama haid. (Anomim,2009). Angka kejadian Dismenore tipe primer di
Indonesia adalah sekitar 54,89% sedangkan sisanya adalah penderita dengan tipe
sekunder.
Setiap bulan, secara periodic, seseorang wanita normal mengalami
mentruasi.Di dalam mentruasi, terkadang disertai nyeri haid (Disminore).
Disminore adalah nyeri haid yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu
penyakit tumbul akibat kontraksi disritmik miomentrium yang menampilkan satu
atau lebih gejala mulai dari ringan  sampai berat pada perut bagian bawah,
bokong, dan nyeri spamodik pada sisi medial paha. (Nurmasitoh, 2011).
Beberapa tahun yang lalu, nyeri haid hanya dianggap sebagai penyakit
psikosomatik.Akan tetapi, karena keterbukaan informasi dan pesatnya ilmu
pengatahuan berkembang, nyeri haid mulai banyak di bahas. Banyak ahli  yang
telah menyumbangkan pikiran dan temuannya untuk mengatasi nyeri haid.
Dahulu, wanita yang menderita nyeri haid hanya bias menyembunyikan rasa
sakitnya tanpa mengetahui apa yang harus dilakukannya dan kemana ia harus
mengadu. Keadaan itu diperburuk oleh orang di sekitar mereka yang menganggap
bahwa nyeri haid adalah rasa sakit yang dibuat-buat oleh wanita bahkan beberapa
orang menganggap bahwa wanita yang menderita nyeri haid hanyalah wanita
yang mencari perhatian atau kurang diperhatikan.Anggapan seperti ini sudah
mulai hilang beberapa tahun yang lalu. Sekarang baru di ketahui bahwa nyeri haid
adalah  konisi medis yang nyata yang diderita wanita. Banyak metode yang telah
dikembangkan oleh ahli dibidangnya yang bertujuan untuk mengatasi nyeri haid.
1.2 Definisi

Dismenore adalah nyeri kram (tegang) daerah perut mulai terjadi pada
24jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan selama 24-36
jammeskipun beratnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama. Kram
tersebutterutama dirasakan didaerah perut bagian bawah tetapi dapat
menjalarkepunggung atau permukaan dalam paha, yang terkadang
menyebabkanpenderita tidak berdaya dalam menahan nyerinya tersebut (Hendrik,
2008)Jadi dapat disimpulkan definisi dari dismenore adalah nyeri
yangdirasakan wanita saat haid.

1.3.  Etiologi  Dismenore
Penyebab dari nyeri haid ini belum ditemukan secara pasti meskipun telah
banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari penyebabnya.

1.3.1 Etiologi atau penyebab dari dismenore primer


1.3.1.1Faktor Psikologis
Biasanya terjadi pada remaja dengan emosi yang tidak stabil,
mempunyaiambang nyeri yang rendah, sehingga sangat sedikit rasa nyeri dapat
merasakan kesakitan
1.3.1.2 Factor Endokrin
Pada umumnya hal ini di hubungkan dengan kontraksi usus yang tidak
baik.Hal ini sangat erat kaintannya dengan pengeruh hormonal. Peningkatan
produksi prostaglandin akan menyebabkan terjadinya kontraksi uterus  yang tidak
terkoordinasi sehingga menimbulkan nyeri.
1.3.2. Etiologi Dismenore Sekunder
Dalam dismenore sekunder, etiologi yang mungkn terjadi adalah :
1.3.2.1. Factor Konstitusi Seperti Anemia
Pemakaian kontrasepsi IUD, benjolan yang menyebabkan penderahan,
tumor atau fibroid.
1.3.2.2. Anomali Uterus kongenital
Anomali Uterus kongenital,Seperti rahim yang terbalik, peradangan
selaput lender rahim.
1.3.2.3. Endometriosis
Penyakit yang ditandai dengan adanya pertumbuhan jaringan
endometrium  diluar rongga rahim. Endometrium adalah jaringan yang membatasi
bagian dalam rahim. Saat siklus metruasi, lapisan endometrium ini akan
bertambah sebagai lapisan terjadinya kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi,
maka lapisan ini akan terlepas dan di keluarkan sebagai mentruasi.

1.4 Klasifikasi
Smeltzer (2010) menyebutkan bahwa dismenore ada dua yaitu primer
dansekunder.
1.4.1 Dismenore primer
Dismenore primer adalah mentruasi yang sangat nyeri, tanpapatologi
pelvis yang dapat diidentifikasi, dapat terjadi pada waktumenarche atau
segala setelahnya. Dismenore ditandai oleh nyeri kramyang dimulai
sebelumatau segala setelah awitan aliran menstrual danberlanjut selama 48
jam hingga 72 jam. Pemeriksaan pelvis menunjukantemuan yang normal.
Dismenore diduga sebagai akibat dari pembentukanprostadglanding yang
berlebih, yang menyebabkan uterus untukberkontraksi secara berlebih dan juga
mengakibatkan vasopasme arteriolar.Dengan bertambahnya usia wanita, nyeri
cenderung untuk menurun danakhirnya hilang sama sekali setalah melahirkan
anak (Smeltzer, 2010)
1.4.2 Dismenore sekunder

Dismeinore berhubungan dengan kelaiana yang jelas.


Kelaianananatomis ini kemungkiana adalah haid disertai infeksi,
endometrosis,mioma uteri, polip endometrial, stenosis serviks, IUD juga
dapatmerupakan penyebab Dismenore ini (Bobak, 2004). Dapat terjadi kapansaja
setelah menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia20-an atau
30-an, setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relativelypainless cycles).
Peningkatan prostaglandin dapat berperan padadismenorea sekunder, namun,
secara pengertian (by definition), penyakitpelvis yang menyertai (concomitant
pelvic pathology) haruslah ada.Penyebab yang umum termasuk:
endometriosis, leiomyomata (fibroid),adenomyosis, polip endometrium,
chronic pelvic inflammatory disease,dan penggunaan peralatan kontrasepsi
atau IUD (intrauterine device).Karim Anton Calis (2006) mengemukakan
sejumlah faktor yang terlibatdalam patogenesis dismenorea sekunder. Kondisi
patologis pelvis berikutini dapat memicu atau mencetuskan dismenorea sekunder

1.4.2.1 Endometriosis
1.4.2.2 Pelvic inflammatory disease
1.4.2.3 Tumor dan kista ovarium
1.4.2.4 Oklusi atau stenosis servikal
1.4.2.5 Adenomyosis
1.4.2.6 Fibroids
1.4.2.7 Uterine polyps
1.4.2.8 Intrauterine adhesions
1.4.2.9 Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus)
1.4.2.10 Intrauterine contraceptive device
1.4.2.11 Transverse vaginal septum
1.4.2.12 Pelvic congestion syndrome
1.4.2.13 Allen-Masters syndrome

1.5 Pathofisiologi

Pada dasarnya disminorea primer memang berhubungan dengan


prostaglandin endomentrial dan leokotrien. Setelah terjadi proses opulasi sebagai
respon peningkatan produksi progesteron (Guyton & Hail 2010 ). Asam lemak
akan meningkat dalam fosfolipid membrane sel. Kemudian asam arakidonat dan
asam lemak omega – 7 lainnya dilepaskan dan memulai suatu aliran mekanisme
prostaglandin dan leokotrien dalam uterus. Kemudian berakibat pada
termidiasinya respon inflamasi, tegang saat menstruasi (menstrual cramps), dan
mulimina menstruasi lainya (Hillard,2009).

1.6 Epidemiologi

Dismenorea primer mengenai sekitar 50-75% wanita yang


masihmenstruasi. Sekitar 10% mengalami Dismenorea berat sehingga mereka
tidakbisa bekerja. Dismoneria sekunder timbul sebagai respons terhadap
penyakitorganik seperti PID, endometriosis, fibroid uteri, dan pemakaian IUD.

1.7 Manifestasi Klinis

Menurut Arif Mansjoer (2000 : 373) tanda dan gejala dari dismenore adalah :

1.7.1 Dimenore primer


1.7.1.1 Usia lebih muda, maksimal usia 15-25 tahun
1.7.1.2 Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
1.7.1.3 Sering terjadi pada nulipara
1.7.1.4 Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastic
1.7.1.5 Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau
1.7.1.6 Kedua haid
1.7.1.7 Tidak dijumpai keadaan patologi pelvic
1.7.1.8 Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
1.7.1.9 Sering memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa
1.7.1.10 Pemeriksaan pelvik normal
1.7.1.11 Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, nyeri kepala
1.7.2 Dismenore sekunder
1.7.2.1 Usia lebih tua, jarang sebelum usia 25 tahun
1.7.2.2 Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratu
1.7.2.3 Tidak berhubngan dengan siklus paritas
1.7.2.4 Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul
1.7.2.5 Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya
1.7.2.6 Darah
1.7.2.7 Berhubungan dengan kelainan pelvic
1.7.2.8 Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
1.7.2.9 Seringkali memerlukan tindakan operatifTerdapat kelainan pelvik

1.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan


dismenoreadalah:

1.8.1 Tes laboratorium


1.8.2 Pemeriksaan darah lengkap: normal.
1.8.3 Urinalisis: normal
1.8.4 Tes diagnostic: tambahan
1.8.5 Laparaskopi : penyikapan atas adanya endomeriosi atau kelainan pelvis
1.8.6 yang lain.

1.9 Komplikasi
1.9.1 Kehamilan dini, penyebabnya Dismenore sekunder lebih jarang ditemukan
dan terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore. Penyebab dari
dismenore sekunder adalah: endometriosis, fibroid, adenomiosis,
peradangan tuba falopii, perlengketan abnormal antara organ di dalam perut,
dan pemakaian IUD.
1.9.2 Shok, penyebabnya timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang
menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai
berat di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial
paha.

1.10 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Berdasarkan MIMS Indonesia (2010) penatalaksanaan

untuk Dismenorea, sebagai berikut :

1.10.1 Keperawatan
1.10.2 Kompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panasatau bantal
pemanas khusus untuk meredakan nyeri
1.10.3 Minum banyak air, hindari konsumsi garam dan minuman yangberkafein
untuk mencegah pembengkakan dan retensi air
1.10.4 Olahraga secara teratur bermanfaat untuk membantu mengurasidismenore
karena akan memicu keluarnya hormon endorfin yangdinilai sebagai
pembunuh alamiah untuk rasa nyeri
1.10.5 Makan makanan yang bergizi, kaya akan zat besi, kalsium, danvitamin B
kompleks. Jangan mengurangi jadwal makan
1.10.6 Istirahat dan relaksasi dapat membantu meredakan nyeri
1.10.7 Lakukan aktivitas yang dapat meredakan stres, misalnyapijat,yoga,
ataumeditasi, untuk membantu meminimalkan rasa nyeri
1.10.8 Pada saat berbaring terlentang, tinggikan posisi pinggul melebihiposisi
bahu untuk membantu meredakan gejala dismenore
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
prosesyang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untukmengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam,
2001:17) Potterdan Perry (1997), pengkajian adalah proses sistematis berupa
pengumpulan,verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Fase dari pengkajian
meliputi :pengumpulan data dan analisa data.

2.1.1 Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan proses yang berisikan status kesehatan
klien,kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan perawatannya juga
hasilkonsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya (Nursalam, 2001:17).
2.1.1.1 Data biografi
2.1.1.1.1Identitas Klien
Meliputi pengkajian nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/ bangsa, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, no
medrec, diagnosa medis, alamat klien. (Donna L. Wong2003:10)
2.1.1.1.2Identitas Penanggung jawab
Meliputi pengkajian nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan klien dan alamat.

2.1.2 Riwayat Kesehatan


2.1.2.1 Keluhan Utama
Untuk mendapatkan alasan utama individu mencari bantuan
professionalkesehatan. (Donna L. Wong 2003:10) Merupakan keluhanklien pada
saat masuk RS, klien yang mengalami postop uretroplastytidak melakukan
pergerakan, lemah, nyeri dan tidak dapat melakukansebagian aktivitas sehari-
hari.Selain itu mengungkapkan hal-hal yangmenyebabkan klien membutuhkan
pertolongan sehingga klien dibawake RS dan menceritakan kapan klien
mengalami apendiksitis.
2.1.2.2 Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengungkapkan keluhan yang paling sering dirasakan oleh klien
saatpengkajian dengan menggunakan metode PQRST. Metode ini meliputihal-
hal:P: Provokatif/paliatif, yaitu apa yang membuat terjadinya timbulnya keluhan,
hal-hal apa yang memperingan dan memperberat keadaan ataukeluhan klien
tersebut yang dikemabangkan dari keluhan utama.Q: Quality/Quantity, seberapa
berat keluhan terasa, bagaimana rasanya,berapa sering terjadinyaR:
Regional/Radiasi, lokasi keluhan tersebut dirasakan atau ditemukan,apakah juga
penyebaran ke area lain, daerah atau area penyebarannya.S: Severity of Scale,
intensitas keluhan dinyatakan dengan keluhanringan, sedang, dan beratT: Timing,
kapan keluhan mulai ditemukan atau dirasakan, berapasering dirasakan atau
terjadi, apakah secara bertahap, apakah keluhanberulang-ulang, bila berulang
dalam selang waktu berawal lama hal ituuntuk menetukan waktu dan durasi.

2.1.3 Riwayat Kesehatan Dahulu


Untuk mendapatkan profil pengakit,cedera atau operasi yang dialami
individu sebelumnya.
2.1.3.1 Penyalit, operasi atau cidera sebelumnya
2.1.3.1.1Awitan, gejala, perjalanan, terminasi
2.1.3.1.2Kekambuhan komplikasi
2.1.3.1.3Insiden penyakit pada anggota keluarga lain atau komunitas
2.1.3.1.4Respon emosi pada hospitalisasi sebelumnya
2.1.3.1.5Kejadian dan sifat cidera
2.1.3.1.6Alergi
2.1.3.1.7 Hay fever, asma, atau eksema
2.1.3.1.8 Reaksi tak umum terhadap makanan, obat, binatang, tanamanatau
produk rumah tangga.
2.1.3.1.9 Obat-obatanNama, dosis, jadwal, durasi dan alasan
pemberianKebiasaan
2.1.3.1.10 Pola perilaku
Menggigit kuku, menghisap ibu jari, pika, ritual, gerakan tidak
umum (membenturkan kepala, memanjat), tempat tantrum
2.1.3.1.11 Aktivasi kehidupan sehari-hari
Jam tidur dan bangun, durasi tidur malam/siang, usia toilet
training, pola defekasi dan berkemih, tipe latihan
2.1.3.1.12 Penggunaan atau penyalahgunaan obat, alkohol,
kopi (kafein) atau tembakau
1.1.3.4.4 Disposisi umum, respon terhadap frustasi (Donna L. Wong :11-
12)

2.1.2 Pemeriksaan fisik


Dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi terhadap
berbagai sistem tubuh.Untuk mendapatkan informasi tentang
masalahkesehatan yang potensial (Donna L. Wong 2003:12)
2.1.2.1 Keadaan umum
Keadaan umum meliputi penampilan umum, postur tubuh, gaya wicara,
mimic wajah
2.1.2.2 Tanda-tanda vital
Bertujuan untuk mengetahui keadaan tekanan darah, nadi, pernafasan,
suhu tubuh.
2.1.2.3 Kulit
Kaji kedalaman, luas luka bakar, Kaji keadaan kulit mengenai tekstur,
kelembaban, turgor, warna dan fungsi perabaan, pruritus, perubahan warna lain,
jerawat, erupsi, kering berlebih, selain itu perlu dikaji apakah ada sianosis.
2.1.2.4 Kepala
Kaji cedera lain seperti memar pada kepala, periksa kebersihan dan
keutuhan rambut.
2.1.2.5 Mata
Periksa mata untuk mengetahui ada tidaknya nyeri tekan, kaji reflek
cahaya, edema kelopak mata.
2.1.2.6 Hidung
Perdarahan hidung (epitaksis), kaji cairan yang keluar dari hidung,ada
tidaknya sumbatan.
2.1.2.7 Telinga
Kaji ada tidaknya sakit telinga, rabas, bukti kehilangan pendengaran.
2.1.2.8 Mulut
Pernafasan mulut, perdarahan gusi, kaedaan gigi, jumlah gigi, kaji
kelembaban mukosa, warna mukosa bibir.
2.1.2.9 Tenggorokan
Sakit tenggorokan, kaji adanya kemerahan atau edema, kaji ada tidaknya
kesulitan dalam menelan, tersedak, serak atau ketidakteraturan suara lain.
2.1.2.10 Leher
Kaji nyeri, keterbatasan gerak, kekakuan, kesulitan menahan kepala
lurus, pembesaran tiroid, pembesaran nodus atau massa lain.
2.1.2.11 Dada
Kaji kesimetrisan bentuk dada, pembesaran payudara, pembesaran nodus
axila (untuk wanita remaja, tanyakan tentang pemeriksaan payudara).
2.1.2.12 Kardiovaskuler
Kaji warna konjungtiva, ada tidaknya sianosis, warna bibir, adanya
peningkatan tekanan vena jugularis, kaji bunyi jantung pada dada, pengukuran
tekanan darah, dan frekuensi nadi
2.1.2.13 Adbomen
Kaji bentuk adbomen, keeadaan luka, kaji tanda-tanda infeksi, kaji SBU,
perkusi area abdomen.
2.1.2.14 Punggung dan bokong
Kaji bentuk punggung dan bokong, kaji ekstremitas : CRT, turgor kulit,
kekuatan otot, refleks bisep, trisep, refleks patela, dan achiles.
2.1.2.15 Genitalia
Kaji kebersihan genitalia, kebiasaan BAK
2.1.2.16 Anus
Kaji BAB dan keadaan di area anus.
2.1.2.17 Sistem persyarafan
Kaji adanya penurunan sensasi sensori, nyeri penurunan refleks,
nyerikepala, fungsi syaraf kranial dan fungsi serebral, kejang, tremor.

2.1.3 Riwayat nutrisi


Untuk mendapatkan informasi tentang keadekuatan masukan diet anak dan
polamakan. (Donna L. Wong 2003:14)

2.1.4 Riwayat Medis Keluarga


Untuk mengidentifikasi adanya sifat genetik atau penyakit yang memiliki
kecendrungan familial ; untuk mengkaji kebiasaan keluarga dan terpapar
penyakit menular yang dapat mempengaruhi anggota keluarga. (Donna L.
Wong 2003:14)

2.1.5 Pola Aktivitas Sehari-hari


Mengungkapkan pola aktivitas klien sebelum sakit dan sesudah sakit.
Yang meliputi nutrisi, eliminasi, personal hygene, istirahat tidur, aktivitas
dan gaya hidup:
2.1.5.1 Data Psikologi
Kemungkinan klien memperlihatkan kecemasan terhadap penyakitnya, hal
ini diakibatkan karena proses penyakit yang lama dan kurangnya pengetahuan
tentang prosedur tingakan yang akan dilakukan. Kaji ungkapan klien tentang
ketidakmampuan koping, perasaan negatif tentang tubuh serta konsep diri klien
2.1.5.2 Data Sosial
Perlu dikaji tentang keyakinan klien tentang kesembuhannya dihubungkan
dengan agama yang dianut klien dan bagaimana persepsi klien terhadap
penyakitnya, bagaiman aktifitas klien selama menjalani perawatan di rumah sakit
dan siapa yang menjadi pendorong atau pemberi motivasi untuk kesembuhan.
2.1.5.3 Riwayat seksual
Untuk mendapatkan informasi tentang masalah dan atau aktivitas orang
muda dan adanya data yang berhubungan dengan aktivitas seksual orang dewasa
yang mempengaruhi anak. (Donna L. Wong :14)
2.1.5.4 Data Spiritual
Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap dirinya sehubungan dengan
kondisi sekitarnya, hubungan klien dengan perawat, dokter dan tim kesehatan
lainnya. Biasanya klien akan ikut serta dalam aktifitas sosial atau menarik diri dari
interaksi sosial terutama jika sudah terjadi komplikasi fisik seperti anemia, ulkus,
gangren dan gangguan penglihatan.
2.1.5.5 Data penunjang
2.1.5.5.1Laboratorium
Dengan pemeriksaan darah akan diketahui apakah infeksi muncul atau
tidak.
2.1.5.5.2Terapi
Dengan terapi dapat diketahui pemberian terapi yang akandiberikan.

2.1.6 Analisa Data

Setelah data terkumpul, data harus ditentukan validitasnya.Setiap data yang


didapat, kemudian dianalisis sesuai dengan masalah.Menentukan validitas data
membantu menghindari kesalahan dalam intrepetasi data.Diagnosa keperawatan
adalah suatu pernyataan mengenai masalah klien baik aktual maupun potensial
yang didapat dari status kesehatan klien (Erb, Olivieri, Kozier,1991:169)Diagnosa
yang mungkin muncul pada klien dengan Post LEadalah (Doenges: 2000, 508)
dalam Nursing care plans,Guidelines for planning and documenting patient care.

2.1.6.1 Nyeri akut berhubungan dengan iritasi kimias peritoneum perifer(toksin).


2.1.6.2 Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan
denganmual/muntah,disfungsi usus meningkat kebutuhan
metabolic,anoreksia.
2.1.6.3 Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan dengan
Perpindahcairan dari ekstraseluler,intravaskuler,dan area intestisial ke
dalam usus/ area peritonial,muntah,aspirasi NGT/usus,demam,secara
medik cairan terbatasi.
2.1.6.4 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan primer (kulit rusak, trauma jaringan, gangguan peristaltic).
2.1.7 Intervensi
Intervensi adalah kegiatan dalam keperawatan yang meliputi :
meletakanpersetujuan pada klien, menetapkan asli yang di capai dan memilih
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan (totter & terry):
2.1.7.1.1 Nyeri akut berhubungan dengan iritasi kimias peritoneumperifer
(toksin)Tujuan :Rasanyeri teratasiKriteria evaluasi :Tampak rileks,
mengatakan nyeri dalam tingkat yang dapatditoleransi,Menunjukan
keterampilan kemampuan relaksasi dan aktifitasreurapetik
sesuaiindikasi
No Inrervensi Rasional
1 Kaji nyeri, catat lokasi, Berguna dalam pengawasan
krakteristik,berat( sekala) selidiki keefektifan obat dan kemajuan
dan laporkan perubahan nyeri penyembuhan.
dengan tepat.

2 Anjurkan Pernafasan yang dalam dapat


bernafas dalam menghirup o2 secara adekuat
sehingga otot-otot menjadi
relaksasi sehingga dapat
mengurangi nyeri.

3 Pertahankan Grafitasi melokalisasi eksudat


Istirahat Dengan Posisi Semi dalam abdomen bawah atau velvis
Polwer menghilangkan tegangan adbomen
yang bertambah dengan posisi
terlentang.

4 Berikan Aktifitas Hiburan Fokus perhatian kembali,


Untuk Menghilangkan Nyeri Menghilangkan relaksasi dan
meningkatkan kemampuan koping

2.1.7.2 Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


mual/muntah,disfungsi usus meningkat kebutuhan metabolic,anoreksia.
Tujuan :Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :Mempertahankan berat badan normal,mentoleransi diet
tanpa rasa tidak nyaman
No Intervensi Rasional
1 Kaji sejauh mana Menganalisa peyebab tidak
ketidakadekuatan nutrisi klien adekuatnya nutrisi.

2 Perkirakan / hitung Mengidentifikasi kekurangan /


pemasangan kalori timbang kebutuhan nutrisi
berat badan

3 Berikan makanan sedikit tapi Mengawasi keefektifan secara diet


sering tidak memberi rasa bosan dan
pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan
4 Anjurkan kebersihan oral Mulut yang bersih meningkatkan
sebelum makan nafsu makan

5 Tawarkan minum saat makan Dapat mengurangi mual dan


bila toleran menghilangkan gas

2.1.7.2.1 Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan dengan


perpindahcairan dari ekstraseluler,intravaskuler,dan area intestisial ke
dalam usus/ area peritonial,muntah,aspirasi NGT/usus,demam ,secara
medik cairan terbatasi.Tujuan :Mempertahankan keseimbanhan
volume caiaran Kriteria evaluasi: Klien tidak diare, Nafsu makan baik
dan Klien tidak mual muntah

No Intervensi Rasional
1 Monitor tanda- tanda vital Merupakan indikator secara dini
tentang hipovolemia

2 Monitor intake output dan Menurunya output dalam


konsentrasi urine konsentrasi urine akan
meningkatkan
Kepekaan/endapan sebagai salah
satu kesan adanya dehidrasi dan
membutuhkan peningkatan cairan.

3 Berikan cairan sedikit demi sedikit Untuk menimalkan hilangnya cairan


tapi sering

2.1.7.3 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak


adekuatnyapertahanan primer (kulit rusak, trauma jaringan, gangguan
peristaltic) Tujuan :Infeksi tidak terjadiKriteria evaluasi :Meningkatkan
peyembuhan luka dengan benar, bebastanda infeksi/implamasi
(drainasepurulen, eritmea dan edema)

No Intervensi Rasional
1 Pantau tanda – tanda vital Deteksi dini terhadap potensial
terhadap bukti infeksi masalah dengan intervensi
segera dapat dicegah

2. Terhadap infeksi Ganti balitan Deteksi awal terhadap tanda


sesuai program, infeksi agar dapat dicegah.

3 Gunakan teknik septic dan aseptic Meminimalisir terjadinya


kaji luka untuk terjadinya infeksi.
pembengkakan

4 Bersihkan lingkungan sekitar Mencegah terbentuknya


pasyen sebelum dan sesudah di mikroorgansme yang dapat
pake menyebabkan infeksi

2.1.8 Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik.Tahap implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.Tujuan dari implementasi
adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah titetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan pemulihan kesehatan.
(Erb, Olivieri, Kozier, 1991 : 169).

2.1.9 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada
akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap
proses keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan apakah
informasi yang telah dikumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang
diobservasi sudah sesuai.Diagnosa juga perlu dievaluasi dalam hal keakuratan dan
kelengkapannya.Tujuan dan intervensi dievaluasi untuk menentukan apakah
tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif atau tidak. (Erb, Olivieri, Kozier,
1991:169).

Anda mungkin juga menyukai