Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

DISMENOREA

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II

(Dosen Pembimbing : Ns. SURYA PRIHATINI, S. Kep, M.Kep)

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
MEGA PERTIWI METURAN (119331716)
MELISA (119351716)
NURHIKMA (119971716)
NURUL MUTMAINNAH (119431708)
SITTI RAJA (119471716)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2018 / 2019


KATA PENGANTAR

Segala puji dan puji penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tuhan semesta alam, karena dengan rahmat dan karunia-NYA sehingga kami
mendapat kesehatan dan kekuatan fisik serta fikiran sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di buat dalam rangka memenuhi tugas
Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II untuk meningkatkan kemampuan dan
pemahaman tentang mata kuliah ini.
Tidak lupa pula pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah “KEPERAWATAN
MATERNITAS II" yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimah kasih dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua Amiin.

Sungguminasa, 26 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Dismonorea
2.2 Klasifikasi Dismonorea
2.3 Etiologi Dismonorea
2.4 Tanda Dan Gejala Dismonorea
2.5 Diagnosis Dismonorea
2.6 Skala Pengukuran Tingkat Nyeri Dismonorea
2.7 Cara Mengatasi Dismonorea
2.8 Penatalaksanaan Dismonorea

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Kritik dan Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejaktera fisik, mental


dan social secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi. (Azwar,2001).

Indonesia diperkirakan 55% perem[uan usia produktif yang tersiksa


oleh nyeri selama haid. (Anomim,2008). Angka kejadian Dismenore tipe
primer di Indonesia adalah sekitar 54,89% sedangkan sisanya adalah
penderita dengan tipe sekunder.

Setiap bulan, secara periodic, seseorang wanita normal mengalami


mentruasi. Di dalam mentruasi, terkadang disertai nyeri haid (Disminore).
Disminore adalah nyeri haid yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu
penyakit tumbul akibat kontraksi disritmik miomentrium yang menampilkan
satu atau lebih gejala mulai dari ringan sampai berat pada perut bagian
bawah, bokong, dan nyeri spamodik pada sisi medial paha. (Nurmasitoh,
2008).

Beberapa tahun yang lalu, nyeri haid hanya dianggap sebagai


penyakit psikosomatik. Akan tetapi, karena keterbukaan informasi dan
pesatnya ilmu pengatahuan berkembang, nyeri haid mulai banyak di bahas.
Banyak ahli yang telah menyumbangkan pikiran dan temuannya untuk
mengatasi nyeri haid.

Dahulu, wanita yang menderita nyeri haid hanya bias


menyembunyikan rasa sakitnya tanpa mengetahui apa yang harus
dilakukannya dan kemana ia harus mengadu. Keadaan itu diperburuk oleh
orang di sekitar mereka yang menganggap bahwa nyeri haid adalah rasa
sakit yang dibuat-buat oleh wanita bahkan beberapa orang menganggap
bahwa wanita yang menderita nyeri haid hanyalah wanita yang mencari
perhatian atau kurang diperhatikan. Anggapan seperti ini sudah mulai hilang
beberapa tahun yang lalu. Sekarang baru di ketahui bahwa nyeri haid adalah
konisi medis yang nyata yang diderita wanita. Banyak metode yang telah
dikembangkan oleh ahli dibidangnya yang bertujuan untuk mengatasi nyeri
haid.

1.2. Rumusan masalah

1. Apa Definisi dari dismenorea?


2. Bagaimana Klasifikasi dismenorea?
3. Bagaimana Etilogi dismenorea?
4. Apa Tanda dan gejala dismenorea?
5. Apa saja Diagnosis dismenorea?
6. Bagaimana Skala pengukuran tingkat nyeri dismenorea?
7. Bagaimana Cara mengatasi dismenorea?
8. Bagaimana Penatalaksanaan dismenorea?
1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Definisi dismenorea


2. Untuk mengetahui Klasifikasi dismenorea
3. Untuk mengetahui Etilogi dismenorea
4. Untuk mengetahui Tanda dan gejala dismenorea
5. Untuk mengetahui Diagnosis dismenorea
6. Untuk mengetahui Skala pengukuran tingkat nyeri dismenorea
7. Untuk mengetahui Cara mengatasi dismenorea
8. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dismenorea
1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa


mampu memahami dan memantapkan pengetahuannya tentang dismonorea.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Dismenorea

Dismenore (dysmenorrheu) berasal dari bahasa yunani. Kata dys


yang berarti sulit, nyeri, abnormal : meno yang berarti bulan ; dan rrhea
yang berarti aliran. Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu
haid/menntruasi yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan
pengobatan yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut
maupun pinggul.

Menurut kamus kesehatan, dismenore adalah nyeri mentruasi yang


mungkin disertai kram perut, kejang (spasme), dan nyeri punggung.

Dismenorea adalah keluhan sewaktu haid dalam siklus teratur akibat


dari peningkatan kadar prostaglandin dalam darah haid (Pritchard,
MacDonald & Gant, 1991). Dismonorea di definisikan sebagai kram
menstruasi yang menyakitkan dan dibagi menjadi diamonore primer (tanpa
patologi) dan diamonore sekunder (karrna patologi) ( Rees, et al. 2008)

2.2. Klasifikasi Dismenorea

Dismenore dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada


tidaknya kelainan atau penyebab yang sapat diamati, berikut adalah
klasifikasi dismenore :

a. Dismenorea berdasarkan jenis nyeri

1. Dismenorea spasmodik

Dismenore spamosdik adalah nyeri yang dirasakan di


bagian bawah perut dan terjadi sebelum atau segera setelah haid
dimulai. Dismenore spasmodic dapat dialami oleh wanita muda
maupun wanita berusai 40 tahun ke atas. Sebagian wanita yang
mengalami dismenore spasmodik tidak dapat melakukan aktivitas.
Adapun tanda dismenore spamodik antara lain sebagai berikut :

 Pingsan

 Mual

 Muntah

Dismenore spamosdik dapat diobati atau di kurangi dengan


melahirkan bayi pertama, walaupun tidak semua wanita mengalami
hal tersebut.

2. Dismenore Kongestif

Dismenore kongestif dapat diketahui beberapa hari sebelum


haid dating. Gejala yang ditimbulkan berlangsung 2 dan 3 hari
sampai kurang dari 2 minggu. Pada saat haid dating, tidak terlalu
menimbulkan nyeri, bahkan setelah hari pertama haid. Penderita
dismenore kongestif akan merasa lebih baik di bandingkan dengan
dismenore spasmodik. Adapun gejala yang ditimbulkan pada
dismenore kongestif antara lain :

 Pegal (pegal pada paha)

 Sakit pada payudara

 Lelah

 Mudah tersinggung

 Kehilangan keseimbangan

 Ceroboh

 Gangguan tidur dan timbul memar dipaha dan lengan atas.


b. Dismenore berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab

1. Dismenore Primer

Dismenore primer biasanya dimulai dalam 6 hingga 12


bulan setelah menarche (pertama kali menstruasi). Saat menstruasi,
pelepasan sel-sel endometrium akan diikuti dengan dikeluarkannya
prostaglandin yang akan menyebabkan timbulnya iskemia,
kontraksi miometrium dan vasokonstriksi. Ternyata dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa wanita dengan dismenorhea berat,
terjadi peningkatan prostaglandin pada darah menstruasinya.

Keadaan di bawah ini akan meningkatkan risiko mengalami


dismenorhea primer yaitu:

 Wanita yang minum alkohol selama menstruasi karena alkohol


akan memperpanjang nyeri pada saat menstruasi

 Wanita yang kelebihan berat badan dan obesitas

 Wanita yang tidak memiliki anak

 Menarche dini (wanita yang pertama menstruasi sebelum umur


12 tahun)

 Mempunyai riwayat yang sama dalam keluarga

2. Dismenore Sekunder

Dismenorhea sekunder bisa terjadi kapanpun setelah


menarche, tetapi paling sering ketika wanita berumur 20an atau
30an tahun, setelah beberapa tahun mengalami siklus normal tanpa
rasa nyeri. Peningkatan prostaglandin juga ikut berperan di sini,
akan tetapi disertai adanya kelainan atau penyakit pada pelvic
(panggul). Penyebab tersering adalah endometriosis, leiomioma,
adenomiosis, polip endometrial, chronic pelvic inflammatory
disease (PID), dan pemakaian IUD.

2.3. Etiologi Dismenore

Penyebab dari nyeri haid ini belum ditemukan secara pasti meskipun
telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari penyebabnya.

a. Etiologi atau penyebab dari dismenore primer

1. Faktor Psikologis

Biasanya terjadi pada remaja dengan emosi yang tidak stabil,


mempunyaiambang nyeri yang rendah, sehingga sangat sedikit rasa
nyeri dapat merasakan kesakitan

2. Factor Endokrin

Pada umumnya hal ini di hubungkan dengan kontraksi usus


yang tidak baik. Hal ini sangat erat kaintannya dengan pengeruh
hormonal. Peningkatan produksi prostaglandin akan menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga
menimbulkan nyeri.

b. Etiologi Dismenore Sekunder

1. Factor Konstitusi Seperti Anemia

Pemakaian kontrasepsi IUD, benjolan yang menyebabkan


penderahan, tumor atau fibroid.

2. Anomali Uterus kongenital

Anomali Uterus kongenital,Seperti rahim yang terbalik,


peradangan selaput lender rahim.

3. Endometriosis
Penyakit yang ditandai dengan adanya pertumbuhan jaringan
endometrium diluar rongga rahim. Endometrium adalah jaringan
yang membatasi bagian dalam rahim. Saat siklus metruasi, lapisan
endometrium ini akan bertambah sebagai lapisan terjadinya
kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, maka lapisan ini akan
terlepas dan di keluarkan sebagai mentruasi.

2.4 Tanda dan Gejala Dismenorea

Dismenore dapat di tandai dengan gajala nyeri pada perut bagian


bawah, nyeri yang dirasakan sebagai kram yang timbul hilang atau sebagai
nyeru tumpul yang terus menerus ada. Nyeri mulai timbul sesaat sesudah
atau selama haid, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2
hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai dengan sakit kepala,
mual, sembelit atau diare dan sering berkemih, dan kadang sampai menjadi
muntah.

2.5 Diagnosis Dismenore

Diagnosis dimulai dengan evaluasi ginekologis melalui anamnesis


dan pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan rongga panggul. Diagnosis
dismenorhea hanya bisa dipastikan saat dokter telah mengeliminasi kelainan
menstruasi yang lain atau kondisi medis lain dengan gejala yang sama atau
pengobatan yang mungkin bisa menyebabkan kondisi seperti itu. Sebagai
tambahan, prosedur diagnostik untuk dismenorhea termasuk di dalamnya
antara lain dengan USG, MRI, laparoskopi dan histeroskopi.

Dismenorhea primer dengan sekunder dapat dibedakan melalui


anamnesis, termasuk di dalamnya usia pada saat menarche, perdarahan
abnormal dari vagina atau cairan abnormal dari vagina, dispareunia (nyeri
saat hubungan seksual) dan riwayat obstetri.

2.6 Skala Pengukuran Tingkat Nyeri Dismenore


Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda (Septiani, 2011. hal 15).
Dismenore termasuk ke dalam nyeri visceral karena nyeri berada di rongga
abdominal (Moeliono, 2008).

Menurut Perry & Potter (2005), skala penilaian Numeric Rating


Scale (NRS) digunakan untuk menggantikan penilaian dengan deskripsi
kata. Klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala yang
paling efektif digunakan unruk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan
sesudah intervensi terapeutik.

Keterangan :
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-6 : nyeri sedang
7-10 : nyeri berat

2.7 Cara Mengatasi Dismonorea

Cara untuk mengatasi dismonorea adalah dengan mengkonsumsi


obat anti peradangan non steroid ( ibuprofen, naprokseen, asam mefenamat).
Obat ini akan efektif jika diminum 2 hari sebelum mentruasi dan dilanjutkan
sampai 1-2 hari ketika mentruasi.
Selain dengan obat-obatan, dismenore juga dapat diatasi dengan
cara-cara sebagai berikut :
 Istirahat cukup

 Olah raga teratur (terutama jalan)

 Pemijatan

 Mengalami orgasme (bagi yang telah menikah)


 Kompres hangat diarea sekitar perut

 Banyak mengkonsumsi air putih, hindari konsumsi garam berlebihan


serta kafein untuk mencegah pembengkakan dan retensi cairan

 Makan makanan kaya zat besi, kalsium, vitamin B kompleks seperti


susu, sayuran hijau

 Tinggikan posisi pinggul melebihi bahu ketika tidur telentang untuk


membantu meredakan dismenore.

2.8 Penatalaksanaan Dismenorea

Pemeriksaan panggul normal dilakukan pada wanita dengam


dismonorea primer. Pemeriksaan panggul memiliki manfaat diagnostik dan
memberikan kesempattan utnuk mendidik dan meyakinkan pasien tentang
fungsi normal reproduksi. Namun, jika pasien sebelumnya tidak pernah
melakukan hubungan seksual secara aktif dan riwayat mengarah kepada
dismonorea primer, uji coba obat NSAID di benarkan. (Hay, et al. 2003).

Seseorang mulai mengonsumsi NSAID pada saat tanda mulainya


menstruasi atau dismonorea dan dilanjutkan selama 2-3 hari. Dosia yang di
anjurkan adalah ibuprofen 400-800 mg setiap 6 jam atau naptoxen 220-550
mg 2 kali sehari. Jika seseorang tidak mereapon kerja NSAID, pil
kontrasepsi merupakan pengobatan efektif untuk dismenore primer. Jika
pasien tidak merespon keduanya, dismenore sekunder lebih mungkin terjadi
dan pemeriksaan panggul di anjurkan. Para dokter mengevaluasi pasien
dengan dismonore sekunder harus menetahui riwayat seksual dan
melakukan pemeriksaan panggul walaupun pasien tidak aktif secara seksual.

Pemeriksaan gonore dan klamidia, CBC dan tingkat pengendapan,


dan periksa kehamilan harus dilakukan. Konsultasi dengan ahli ginekolog
dianjurkan untuk melihat endometriosis atau masalah kongenital dengan
ultrasonografi atau laparoskopi. Pengobatan berdasarkan penyebab (Hay, et
al. 2003). Obat yang sering digunakan untuk menghilangkan radang dan rasa
nyeri adalah obat – obatan analgetika atau Obat Antiinflamasi (OAINS).
Meskipun berkhasiat menghilangkan radang dan nyeri, obat ini tidak boleh
digunakan sembarangan. Pasalnya, jika digunakan bertahun – tahun dengan
dosis tinggi, bisa menimbulkan adiksi, penegroposan tulang , dan tulang
rawan. Pada masa lalu, memang obat – obatan nonsteroid berhasil
menghambat leukotrin dan prostaglandin. Tetapi, akibatnya berefek samping
berupa nyeri lambung dan kerusakan ginjal. (Hawarti, 2010. 2).
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu


haid/menntruasi yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan
pengobatan yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut
maupun pinggul.

Dismenorea dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri; yaitu


dismenore spasmodic dan dismenore kongestif, dan ada tidaknya kelainan
atau penyebab yang dapat diamati; yaitu dismedore primer dan dismenore
sekunder

Penyebab dari nyeri haid ini belum ditemukan secara pasti meskipun
telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari penyebabnya. Ada
beberapa factor yang menyebabkan dismenore yaitu factor psikologis, factor
endokrin, factor konstitusi,anomaly uterus congenital dan endometriosis.

3.2. Kritik dan Saran

Di dalam penulisan makalah ini permasalahan-permasalahan yang


kami hadapi sangatlah rumit, oleh sebab itu, tentunya makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, tetapi kami masih berusaha untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan tersebut, dan kami sangat mengharapkan kritikan
dan saran dari dosen/asisten dosen demi kesempurnaan penulisan-penulisan
makalah kami berikutnya. Kepada seluruh mahasiswa kami juga sangat
mengharapkan kritiknya demi tercapainya study kita. Hendaknya kita semua
berada di dalam kesuksesan. Mudah-mudahan kita semua diberikan oleh
Allah SWT, kekuatan dan kesabaran didalam menyelesaikan study kita.
DAFTAR PUSTAKA

http://ferrystoner.blogspot.com/2013/03/makalah-dismenore.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai