Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME

AN.S DENGAN DIAGNOSA ISPA DI RUANGAN POLI KLINIK ANAK

RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

OLEH :

NUR HIKMA S.KEP


7119971716

CI INSTITUSI CI LAHAN

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)

FAMIKA MAKASSAR

T.A 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

ISPA

A. DEFINISI

ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak

dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan

(Meadow, Sir Roy. 2002:153).

ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan AL-ut) yang diadaptasi dari bahasa Inggris

Acute Respiratory hfection (ARl) mempunyai pengertian sebagai berikut:

1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh manusia

dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

2. Saluran  pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta

organ secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.

3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14 hari

diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit

yang digolongkan ISPA. Proses ini dapat berlangsung dari 14 hari (Suryana,

2005:57)

Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan

nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).

B. ETIOLOGI

Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia.

Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus,

Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab

ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus,

Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.


Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya

sukar diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada

hasil penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai

negara menunjukkan bahwa di negara berkembang streptococcus

pneumonia dan haemophylus influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan

pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni

73, 9% aspirat paru dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan

di negara maju, dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus

(Suriadi,Yuliani R,2001)

C. TANDA DAN GEJALA

a. Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:

1.  Batuk

2. Nafas cepat

3. Bersin

4. Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung

5. Nyeri kepala

6. Demam ringan

7. Tidak enak badan

8. Hidung tersumbat

9. Kadang-kadang sakit saat menelan

b. Tanda-tanda bahaya klinis ISPA

1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi

dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau

hilang, grunting expiratoir dan wheezing.


2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi

dan cardiac arrest.

3. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,

bingung, papil bendung, kejang dan coma.

4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak (Naning R,2002)

D. KLASIFIKASI

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

1) Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada

kedalam (chest indrawing).

2) Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

3) Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai

demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.

Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.

Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan

umur 2 bulan sampai 5 tahun.

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

1) Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada

bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur

kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.

2) Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat

dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
1) Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada

bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa

anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).

2) Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12

bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40

kali per menit atau lebih.

3) Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada

bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah, 2004).

E. PATOFISIOLOGI

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan

tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang

terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring

atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka

virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan

Chernick, 1983 dalam DepKes RI, 1992).

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering

(Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan

kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas,

sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan

yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).

Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.

Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan

mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga


memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti

streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa

yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini

menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas

sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri

ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu

laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada

saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).

Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang

lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar

ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa

menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan

dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-

paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985)

Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek

imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang

sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada

umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang

tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa

IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah.

Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan

integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).

Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi

empat tahap, yaitu:


1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi

apa-apa.

2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi

lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.

3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala

demam dan batuk.

4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh

sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat

pneumonia.
F.      PATHWAY
F. KOMPLIKASI

1) Penemonia

2) Bronchitis

3) Sinusitis

4) Laryngitis

5) Kejang deman (Soegijanto, S, 2009)

G. PEMERIKSAAN PENUJANG

Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :

1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan

kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,

2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai

dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia

dan,

3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Suryadi, Yuliani R, 2001)

H. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya

kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir baik

melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan

pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti

analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta

pada secret. Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi

telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase

sekret akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).

          Prinsip perawatan ISPA antara lain :

1. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari


2. Meningkatkan makanan bergizi

3. Bila demam beri kompres dan banyak minum

4. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan

yang bersih

5. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.

6. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih

menetek. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan

kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

Anda mungkin juga menyukai