Anda di halaman 1dari 4

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PADA PASIEN DENGAN DISMENORE

Disusun oleh :
Cecilia Santa Dea Maharani 202043007

PROGRAM STUDI TRANSFER SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH
YOGYAKARTA
2021
PERENCANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Hari, Tanggal, Waktu : Kamis, 22 Juli 2021

Tempat : Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta (Ruang Zoom)

Topik : Dismenore

Sasaran : Pasien Dismenore

Tujuan : Agar pasien mengetahui pengertian dismenore, pasien mengetahui


penyebab dan gejala dismenore, pasien mengetahui pencegahan
dismenore, pasien mengetahui penatalaksanaan dismenore.

Garis Besar Materi : Dismenore adalah nyeri perut (nyeri haid) yang berasal dari kram
rahim yang terjadi selama haid. Rasa nyeri timbul bersamaan dengan
permulaan haid dan berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari
hingga mencapai puncak nyeri. Dismenore terbagi menjadi dismenore
primer dan sekunder.

Dismenore primer merupakan nyeri haid yang tidak didasari kondisi


patologis, sedangkan dismenore sekunder merupakan nyeri haid yang
didasari dengan kondisi patologis seperti ditemukannya endometriosis
atau kista ovarium.

Bentuk dismenore yang banyak dialami oleh remaja adalah kekakuan


atau kejang di bagian bawah perut. Rasanya sangat tidak nyaman
sehingga menyebabkan mudah marah, gampang tersinggung, mual,
muntah, kenaikan berat badan, perut kembung, punggung terasa nyeri,
sakit kepala, timbul jerawat, tegang, lesu, dan depresi. Gejala ini
datang sehari sebelum haid dan berlangsung 2 hari sampai
berakhirnya masa haid.

Untuk mengatasi nyeri haid ini dapat digunakan obat anti inflamasi
non-steroid untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan. Penanganan
dismenore dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan terapi
farmakologis dan terapi non-farmakologis. Terapi farmakologis dasar
dapat dengan pemberian obat anti inflamasi non-steroid (NSAID).
Sedangkan untuk terapi nonfarmakologis terdapat beberapa cara yaitu
dengan kompres air hangat, olah raga, dan tidur cukup.

Faktor risiko ini berhubungan dengan meningkatnya tingkat kejadian


dismenore primer. Faktor risiko tersebut antara lain 1) menarke usia
dini, 2) riwayat keluarga dengan keluhan dismenore, 3) Indeks Masa
Tubuh yang tidak normal, 4) kebiasaan memakan makanan cepat saji,
5) durasi perdarahan saat haid, 6) terpapar asap rokok, 7) konsumsi
kopi, dan 8) alexythimia.
Untuk meredakan keram menstruasi, seseorang juga perlu:
beristirahat secukupnya, menghindari makanan yang mengandung
kafein dan garam, kompres perut, minum air hangat, menghindari
stress, menghindari merokok, dan minum alkohol, pijat punggung
bawah dan perut. Penanganan dismenore sekunder disesuaikan
dengan penyakit yang menyebabkan keluhan ini. Oleh karena itu,
penting agar penyebab dismenore sekunder dievaluasi.

Metode : Ceramah

Alat Bantu Peraga : PPT

Rencana Evaluasi : Pasien dapat mengerti dan menjelaskan kembali pengertian,


penyebab, dan gejala dismenore, pasien mengerti pencegahan,
penatalaksanaan dismenore.

Sumber :

Hayati, S., dkk. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dismenore PAda Remaja
Di SMA Pemuda Banjaran Bandung. Jurnal Keperawatan BSI, 8, 132-142.

Larasati, T., & Alatas, F. (2016). Dismenore Primer dan Faktor Risiko Dismenore Primer
pada Remaja. Majority, 5, 79-84.

Pundati, T., dkk. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadiandismenore Pada
Mahasiswa Semester Viii Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Jurnal
Kesmas Indonesia, 8, 40-48.

Yogyakarta,

Pembimbing, Mahasiswa,

Cecilia Santa Dea M 202043007

Anda mungkin juga menyukai