Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA WANITA DENGAN


GANGGUAN HAID DISMENORE

DISUSUN OLEH :
DHEYA KHAIRUNNISA
NIM. P07224420009

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM
PRODI PROFESI KEBIDANAN
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid


biasanya terjadi di daerah perut bagian bawah, pinggang, bahkan punggung
(Judha, Sudarti, & Fauziah, 2012) bisa juga berupa kram perut bagian bawah
yang menjalar ke punggung atau kaki dan biasanya disertai gejala
gastrointestinal dan neurologis seperti kelemahan. Permasalahan dismenore
adalah permasalahan yang sering dikeluhkan saat wanita datang ke dokter atau
tenaga kesehatan yang berkaitan dengan haid. Kondisi ini akan bertambah
parah apabila disertai dengan kondisi psikis yang tidak stabil. Terlebih lagi di
kalangan wanita yang bekerja dan harus tetap masuk kerja dalam kondisi
kesakitan (Anurogo & Wulandari, 2011). Meski kebanyakan nyeri haid dapat
hilang dengan sendirinya, tetapi jika berlangsung sepanjang hari, akan
mengganggu aktivitas (Oktavia,2016).

Menurut data dari American Congress of Obstetricians and


Gynecologist, lebih dari 50% wanita mengalami nyeri haid setiap bulannya
(Oktavia, 2016). Di Indonesia terdapat 90% wanita pernah mengalami
dismenore. Di Surabaya terdapat 1,07% - 1,31% dari jumlah wanita yang
mengalami dismenore datang ke bagian kebidanan (Riyanto,2002). Tetapi
banyak wanita yang mengalami dismenore tidak melaporkan atau berkunjung
ke dokter atau tenaga kesehatan dan cenderung meremehkannya (Anurogo&
Wulandari, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati &
Yuli (2011) di SMA Batik 1 Surakarta didapatkan hasil 61,7% siswi
mengalami penurunan aktivitas karena dismenore, dan 38,3% tidak
mengalami penurunan aktivitas. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Ernawati, Hatiti, & Hadi (2010) di Universitas Muhammadiyah Semarang
didapatkan hasil 62% mahasiswi keperawatan mengalami dismenore.
Penyebab dismenore bermacam-macam, bisa karena penyakit (radang
panggul), endometriosis, tumor atau kelainan uterus, stres atau cemas yang
berlebihan, bisa juga karena ketidakseimbangan hormonal dan tidak ada
hubungannya dengan organ reproduksi. Faktor-faktor yang menyebabkan
dismenore primer antara lain faktor kejiwaan yang secara emosional tidak
stabil yang terjadi pada gadis remaja apabila tidak mendapat penerangan yang
baik tentang proses haid (Judha, Sudarti, & Fauziah, 2012), berkaitan juga
dengan adanya peningkatan hormon prostaglandin yang bisa meningkatkan
kontraksi miometrium dan mampu mempersempit pembuluh darah, sehingga
terjadi kontraksi otot-otot rahim (Syntia, 2012).

Dismenore sekunder berhubungan dengan kelainan kongenital atau


kelainan organik di pelvis yang terjadi pada masa remaja. Rasa nyeri yang
timbul disebabkan karena adanya kelainan pelvis misalnya endometriosis,
mioma uteri (tumor jinak kandungan), stenosis serviks, dan malposisi uterus
(Judha, Sudarti, & Fauziah, 2012). Adapun akbiat dari dismenore tersebut
adalah bisa membuat konsentrasi menurun, tidak ada motivasi untuk kuliah,
tidak bisa presentasi secara maksimal, dan bahkan sampai ada yang terpaksa
meninggalkan perkuliahan karena sudah tidak tahan dengan nyeri haid yang
dirasakan. Terlebih pada orang yang harus bekerja dalam keadaan sakit.
Semua hal itu sangat mengganggu dan membuat badan terasa tidak nyaman,
bahkan bisa menurunkan produktivitas kerja (Anurogo & Wulandari, 2011).

Cara mengurangi dismenore dibagi menjadi 2 yaitu farmokolgis dan


nonfarmakologis. Yoga merupakan cara non-farmakologis yang bisa
dilakukan untuk mengurangi nyeri haid (dismenore). Yoga yang merupakan
salah satu bentuk dari teknik relaksasi yang dapat meurunkan nyeri dengan
cara merelaksasikan otototot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan
oleh peningkatan prostaglandin, sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah
dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan
iskhemik (Smeltzer & Bare, 2002).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada remaja
dengan dismenore dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori dismenore
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada
remaja dengan dismenore berdasarkan 7 langkah Varney.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada remaja dengan dismenore
dengan pendekatan Varney, yang terdiri dari:
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis/ masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada remaja
dengan diemenore dalam bentuk catatan SOAP
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori Dismenore


1. Pengertian
Menurut M. Anwar (2014), dismenore adalah nyeri saat haid,
biasanya dengan rasa kram dan terpusat di abdomen bawah. Keluhan nyeri
haid dapat terjadi bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat. Nyeri
haid yang dimaksud adalah nyeri haid berat sampai menyebabkan
perempuan tersebut datang berobat ke dokter atau mengobati dirinya
sendiri dengan obat anti nyeri.

2. Gejala dismenore
Menurut manuaba (2009), gejala dismenore terdiri dari nyeri
abdomen bagian bawah kemudian menjalar ke daerah pinggang dan paha,
dan terkadang disertai mual, muntah, sakit kepala dan diare. Menurut
Maulana (2008) mengatakan bahwa gejala dan tanda dari dismenore
adalah nyeri pada bagian bahwa yang bias menjalar ke punggung bagian
bawah dismenore sekunder berarti nyeri panggul yang disebabkan oleh
(sekunder) gangguan atau penyakit, penyebab dismenore sekunder
meliputi penyakit radang panggul, adenomiosis, dan penggunaan alat
kontrasepsi. Pada umumnya wanita merasakan keluhan berupa nyeri atau
kram perut menjelang haid yang dapat berlangsung hingga 2-3 hari,
dimulai sehari sebelum mulai haid.
3. Jenis Dismenore
a. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid tanpa ditemukan keadaan
patologi pada panggul. Dismenore primer berhubungan dengan siklus
ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi myometrium sehingga terjadi
iskemia akibat adanya prostaglandin yang diproduksi oleh
endometrim fase sekresi. Peningkatan kadar prostaglandin tertinggi
saat haid terjadi pada 48 jam pertama. Hal ini sejalan dengan awal
muncul dan besarnya intensitas nyeri haid. Keluhan mual, muntah,
nyeri kepala, atau diare sering menyertai dismenore yang diduga
karena masuknya prostaglandin ke sirkulasi sistemik (M. Anwar ,
2014). Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya
terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang
dan paha (Simanjuntak, 2008).
b. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan berbagai
keadaan patologis di organ genitalia, misalnya endrometriosis,
adenomiosis, mioma uteri, stenosis serviks, penyakit radang panggul,
perlekatan panggul,atau irritable bowel syndrome (M. Anwar, 2014).
Dismenore biasanya ditemukan jika terdapat penyakit atau kelainan
pada alat reproduksi. Nyeri dapat terasa sebelum, selama, dan sesudah
haid (Laila, 2011). Proverawati dan misaroh (2009), menyebutkan
bahwa dismenore atau yang sering disebut juga dismenore ekstrinsik
terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenore.

4. Derajat Dismenore
Menurut Manuaba (2001), dismenore secara klinis dibagi menjadi 3
tingkat keparahan, yaitu:
a. Dismenore ringan
Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan klien masih dapat
melaksanakan aktifitas sehari-hari.
b. Dismenore sedang
Dismenore itu membuat klien memerlukan penanganan dan kondisi
penderita masih dapat beraktivitas.
c. Dismenore berat
Dismenore berat membuat klien memerlukan istirahat beberapa hari
dan dapat disertai sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa tertekan,
mual dan sakit perut dan tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari.

5. Penanganan Dismenore

Adanya beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menangani


dismenore sehingga dapat menurunkan angka kejadian dismenore dan
mencegah dismenore tidak bertambah berat (Wiknjosastro, 2010):
a. Penerangan dan nasehat
Perlu dijelaskan kepaa penderita bahwa dismenore primer adalah
gangguan siklus menstruasi yang tidak berbahaya untuk kesehatan.
Hendaknya dalam masalah ini diadakan penjelasan dan diskusi
mengenai informasi dismenore, penanggulangan yang tepat serta
pencegahan agar dismenore tidak mengarah pada tingkat yang sedang
bahkan ketingkat berat. Penjelasan tentang pemenuhan nutrisi yang
baik perlu diberikan, karena dengan pemenuhan nutrisi yang baik
maka status gizi remaja menjadi baik. Tidak menutup kemungkinan
bahwa ketahanan tubuh meningkat dan gangguan menstruasi dapat
dicegah dapat berguna dan terkadang juga diperlukan psikoterapi.
b. Pemberian obat analgesik
Obat analgesik yang sering digunakan adalah preparat kombinasi
aspirin, fenasetin, kafein. Contoh obat yang beredar di pasarkan
antara lain ponstan, novalgin, acetaminophen dan sebagainya.
c. Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini
bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa
gangguan benar berupa dismenore primer, sehingga wanita dapat
tetap melakukan aktifitas sehari-hari. Tujuan ini dapat dicapai dengan
pemberian pil kombinasi kontrasepsi.
d. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
Obat ini memegang peranan penting terhadap dismenore primer.
Termasuk disini indometasin dan naproksen. Kurang lebih 70%
penderita mengalami perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan
sebelum haid mulai, satu sampai tiga hari sebelum haid dan pada hari
pertama.
Penanganan dismenore menggunakan terapi nonfarmakologi
menurut Smeltzer & Bare (2002), mengemukakan bahwa upaya yang
digunakan adalah:
a. Stimulasi dan Masase
Kutaneus, masase adalah stimulus kutaneus tubuh secara umum,
sering di pusatkan pada punggung dan bahu. Masase dapat membuat
pasien lebih nyaman karena masase membuat relaksasi otot. Terapi es
dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensitifitas
reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan
menghambat proses inflamasi. Terapi panas mempunyai keuntungan
meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut
menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.
b. Transcutaneus Elektrikal Nerve Stimulation
(TENS), TENS dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi
reseptor tidak nyeri (non-nesiseptor) dalam area yang sama seperti
pada serabut yang menstramisikan nyeri. TENS menggunakan unit
yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang dipasang pada
kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau
mendengung pada area nyeri.
c. Distraksi
Distraksi adalah pengalihan perhatian dari hal yang menyebabkan
nyeri, contoh: menyanyi, berdoa, menceritakan gambar atau foto
dengan kertas, mendengar musik dan bermain satu permainan.
e. Relaksasi
Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan.
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan
frekuensi lambat, berirama (teknik relaksasi nafas dalam.
Contoh:bernafas dalam-dalam dan pelan.
f. Imajinasi
Imajinasi merupakan hayalan atau membayangkan hal yang lebih
baik khususnya dari rasa nyeri yang dirasakan.
g. Teknik Relaksasi
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas
secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik
relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan darah (Smeltzer & Bare, 2002
h. Kompres Hangat
Bobak (2005) menyatakan bahwa kompres hangat berfungsi untuk
mengatasi atau mengurangi nyeri, dimana panas dapat meredakan
iskemia dengan menurunkan konstraksi uterus dan melancarkan
pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri dengan mengurangi
ketegangan dan meningkatkan perasaan sejahtera, meningkatkan
aliran menstruasi, dan meredakan vasokongesti pelvis.
6. Faktor yang mempengaruhi dismenore
Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), wanita yang beresiko
mengalami dismenore meliputi wanita yang merokok, wanita yang
berminum alkohol atau soda selama menstruasi (soda cenderung untuk
memperpanjang nyeri haid), wanita yang mmengalami menstruasi
sebelum usia 11 dan ada riwayat nyeri menstruasi pada keluarga. Menurut
Wiknjosastro (2007) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
dismenore antara lain:
a. Faktor Kejiwaan (Stres)
Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika
mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid,
mudah timbul dismenore. dismenore primer banyak dialami oleh
remaja yang sedang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan
baik fisik maupun psikis. Ketidak siapan remaja putri dalam
menghadapi perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut,
mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan
gangguan fisiknya, misalnya gangguan haid seperti dismenore
(Hurlock, 2007).
b. Faktor Konstitusi
Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan sebagai
penyebab timbulnya dismenore primer yang dapat menurunkan
ketahanan seseorang terhadap nyeri. Faktor ini antara lain:
1) Anemia
2) Penyakit menahun
c. Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis
Teori tertua menyatakan bahwa dismenore primer disebabkan oleh
stenosis kanalis servikalis. Pada perempuan dengan uterus dalam
hiperantifleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan
tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang penting
sebagai penyebab dismenore.
d. Faktor Endokrin
Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi yang
berlebihan. Hal ini disebabkan karena endometrium dalam fase
sekresi memproduksi prostaglandin F2 a berlebih akan dilepaskan
dalam peredaran darah, maka selain desminore, dijumpai pula efek
umum, seperti diare, nausea, dan muntah.
e. Faktor Alergi
Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dismenore
primer dengan urtikaria, migren atau asma bronkial.
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Wanita dengan Dismenore
I. PENGKAJIAN
DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama : Nama perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan
nama dengan klien lain. (Ibrahim C., 2004)
Umur : Remaja merupakan kelompok penduduk yang berusia 10-19
tahun (WHO). Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja
setelh menarche, namun paling sering muncul di usia 20-30
tahun (Karim A.C.2006)
Agama :
Suku :
Pendidikan : menggambarkan kemampuan seseorang dalam menyerap
konseling yang di berikan oleh bidan (depkes RI, 2005).
Pekerjaan : menggambarkan keadaan sosial ekonomi sehingga ikut
menentukan intervensi yang disesuaikan dengan
kemampuan klien secara ekonomi (depkes RI, 2005 ).
Alamat : ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila
diperlukan atau bila keadaan mendesak. Dengan diketahui
alamat tersebut bidan dapat mengetahui tempat tinggal
klien dan lingkungannya (depkes RI, 2005).
No. Register :
2. Alasan datang periksa/ Keluhan utama
Pengumpulan data klien untuk menegakan diagnosis kebidanan
Keluhan utama : Merasakan nyeri yang berlebihan ketika haid pada bagian
perut disertai dengan mual
muntah, pusing dan merasakan badan lemas.
3. Riwayat kesehatan klien
Riwayat kesehatan yang lalu : Anemia, asma bronkial, migren,
dan penyakit menahun juga menjadi faktor terjadinya dismenore primer
(Sarwono, 2010).
Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat penyakit/ gangguan reproduksi : (mioma, kista, endometritis dll)
Dismenore sekunder sering dikaitkan dengan adanya penyakit pelvis
organic, seperti endometritis,penyakit radang pelvis, stenosis pelvis,
neoplasma ovarium atau uterus dan polip uterus (Sarwono, 2010).

4. Riwayat Kesehatan Keluarga:


Penyakit Menurun: (Asma, Hipertensi, DM, Hemofilia)
Penyakit Menular : (Hepatitis, TBC, HIV/AIDS)
Penyakit Menahun: (Jantung, Asma Servititis)
5. Riwayat Haid :
Menarche : menarche pada umur pubertas 12 – 16 tahun. Dismenore
primer biasanya terjadi 6-12 bulan pertamasetelah
menarche (Sarwono, 2010).
Siklus : (28-35 hari)
Lama haid : 3-8 hari (Mochtar, 2011)
Banyaknya : 50cc (Sarwono, 2010)
Riwayat penyakit Haid : (Amenorrhoe, menorrhagia, metrorrhagia,
polimenorea, oligomenorea)
Dismenore dapat timbul pada perempuan dengan menometroragia yang
meningkat (Sarwono, 2010).
6. Riwayat Obstetrik
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Abno
Suami Ank UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB H M Laktasi Peny
r

Kelahiran bayi sering merubah gejala-gejala menstruasi seorang wanita,


dan sering menjadi lebih baik. Dismenore dapat menghilang dengan
sendirinya setelah wanita hamil dan melahirkan (Sarwono, 2010).
7. Riwayat Kontrasepsi
Penggunaan AKDR juga dapat menyebabkan terjadinya dismenore
(Sarwono, 2010).
8. Pola fungsional kesehatan

Pola Keterangan
Nutrisi Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran
dan buah-buahan. (Mochtar .R, 1998)
Eliminasi BAK hendaknya 3-4x/hari berwarna kuning jernih tidak terdapat endapan
ataupun busa. BAB 1x/hari konsistensi lembek dan berwarna khas.
Istirahat Minimal tidur malam selama 6 jam hal ini bermanfaat untuk menjaga
kesehtan ibu.
Aktivitas Dismenore dengan tingkat nyeri yang tinggi dapat mempengaruhi wanita
dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Personal Menjaga kebersihan tubuh dan terutama pada alat genetalia, mencegah
Hygiene terjadinya infeksi. Usahakan agar mandi dengan air bersih dan juga
membersihkan daerah vital.
Kebiasaan Kebiasaan meminum kopi yang megandung kafein dapat meningkatkan
resiko dismenore
Seksualitas Untuk mengetahui kehidupan seksual ibu baik dari teknik frekuensi
maupun apakah ada keluhan.
9. Riwayat psikososiokultural Spiritual :
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri klien

DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum pasien
Kesadaran :composmentis
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : (100-120/ 80-90mmhg).
Suhu : (36,5-37,5 0C)
Nadi : (60-100x/i)
Pernafasan : (16-20x/i)

c. Antropometri
Tinggi badan :
Berat badan :
LILA : (23,5 cm)
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Kulit kepala bersih/tidak, ada luka/tidak, kontruksi
rambut kuat/tidak, distribusi rambut merata/tidak
Muka : odem/tidak, pucat/tidak
Mata : Konjunctiva merah muda, jika agak putih kemungkinan
terjadi anemia (Varney, 2001), sclera putih/kuning
Telinga : Bersih
Hidung : Bersih/tidak, polip ada/tidak
Mulut dan gigi: Bibir merah muda, caries dentis ada/tidak, stomatitis
ada/tidak, lidah tremor/tidak
Leher : terdapat pembekakan pada tonsil/tidak, vena jugularis
terdapat bendungan/tidak, terdapat pembekakan pada
tonsil atau tidak, terdapat pembekakan pada limfe/tidak)
Dada :
Payudara : terjadi pembesaran/ tidak, puting susu normalnya
menonjol pada ibu, tidak terdapa lecet pada puting susu
ibu jika terdapat lecet kemerahan serta nyeri berarti ibu
mengidap infeksi. (KIA Kementrian RI, 2013), tidak/ada
retraksi pada payudara,
Abdomen : Bekas operasi ada/tidak, terdapat pembesaran/tidak.
Genetalia : Vulva bersih/tidak, vagina bersih, ada pengeluaran
secret/tidak, oedema ada/tidak, varices tidak/ada, luka
parut tidak/ada, fistula tidak/ada, anus ada hemoroid
eksterna atau tidak (Varney, 2008), Pemeriksaan
perineum dilakukan untuk melihat apakah ada trauma
yang mengakibatkan pendarahan, bersih atau
tidak(Varney, 2008), Irfetilitas yang berhubungan dengan
factor serviks dapat disebabkan oleh sumbatan kanalis
servikalis, lendir serviks yang abnormal, malposisi dari
serviks, kombinasinya. (Sarwono, 2005)
Ekstremitas : simetris/tidak, odem atau tidak, ada varices/tidak
Palpasi
Leher : Vena jugularis tidak/ada bendungan, jika ada
menunjukkan adanya penyakit jantung (Varney, 2008),
kel. tiroid ada pembesaran/tidak, kel. getah bening ada
pembengkakan/ tidak
Payudara : teraba nyeri/tidak, ada massa/tidak
Ekstremitas : odem/tidak, capilari refill kembali dalam 2 detik/tidak
Perkusi
1. Dada
2. Abdomen
3. Reflek
Auskultasi
Jantung
1. Irama :
2. Frekuensi :…….x/menit
Paru-paru
1. Wheezing :
2. Ronchi :
Perut: Bising usus : 5-30 x/ menit
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk
menunjang penegakan diagnosa bagi penderita Dismenorea atau mengatasi
gejala yang timbul
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosis :Papah dengan Diemenore Primer / Sekunder
Masalah : Nyeri abdomen
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Diagnosa Potensial : Syok neurogenik
Masalah Potensial : Hipoksia

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Mengatasi rasa nyeri klien

V. INTERVENSI
1. Lakukan pendekatan pada klien
R: Hubungan yang kooperatif antara petugas kesehatan klien dapat
mempermudah asuhan kebidanan yang akan di lakukan.
2. Beritahu hasil pemeriksaan
R: Dengan memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu maka ibu dapat
mengetahui keadaan dan kondisinya sehingga ibu lebih tenang.
3. KIE tentang fisiologi nyeri haid
R: Pengetahuan tentang nyeri haid yang normalakan membantu klien
membedakan nyeri dalam batas normal atau tidak.
4. KIE tentang cara mengurangi nyeri seperti kompres hangat pada bagian
perut yang nyeri, mandi air hangat, dan olah raga ringan.
R: Pengetahuan tentang cara mengurangi nyeri dapat diterapkan secara
mandiri oleh klien agar rasa nyeri berkurang.
5. KIE tentang pola nutrisi kepada klien
R: Nutrisi yang adekuat membantu tubuh lebih kuat dan dapat melakukan
aktivitas dengan baik.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti nyeri
R: Pemeriksaan dan terapi dari dokter akan membuat pelayanan tepat dan
komperhensif

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah di susun. Pelaksanaan ini bisa di lakukan oleh bidan dan
kolaborasi dengan dokter.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefekitfan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP

Anda mungkin juga menyukai