DISUSUN OLEH :
DHEYA KHAIRUNNISA
NIM. P07224420009
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori dismenore
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada
remaja dengan dismenore berdasarkan 7 langkah Varney.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada remaja dengan dismenore
dengan pendekatan Varney, yang terdiri dari:
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis/ masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada remaja
dengan diemenore dalam bentuk catatan SOAP
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Gejala dismenore
Menurut manuaba (2009), gejala dismenore terdiri dari nyeri
abdomen bagian bawah kemudian menjalar ke daerah pinggang dan paha,
dan terkadang disertai mual, muntah, sakit kepala dan diare. Menurut
Maulana (2008) mengatakan bahwa gejala dan tanda dari dismenore
adalah nyeri pada bagian bahwa yang bias menjalar ke punggung bagian
bawah dismenore sekunder berarti nyeri panggul yang disebabkan oleh
(sekunder) gangguan atau penyakit, penyebab dismenore sekunder
meliputi penyakit radang panggul, adenomiosis, dan penggunaan alat
kontrasepsi. Pada umumnya wanita merasakan keluhan berupa nyeri atau
kram perut menjelang haid yang dapat berlangsung hingga 2-3 hari,
dimulai sehari sebelum mulai haid.
3. Jenis Dismenore
a. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid tanpa ditemukan keadaan
patologi pada panggul. Dismenore primer berhubungan dengan siklus
ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi myometrium sehingga terjadi
iskemia akibat adanya prostaglandin yang diproduksi oleh
endometrim fase sekresi. Peningkatan kadar prostaglandin tertinggi
saat haid terjadi pada 48 jam pertama. Hal ini sejalan dengan awal
muncul dan besarnya intensitas nyeri haid. Keluhan mual, muntah,
nyeri kepala, atau diare sering menyertai dismenore yang diduga
karena masuknya prostaglandin ke sirkulasi sistemik (M. Anwar ,
2014). Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya
terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang
dan paha (Simanjuntak, 2008).
b. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan berbagai
keadaan patologis di organ genitalia, misalnya endrometriosis,
adenomiosis, mioma uteri, stenosis serviks, penyakit radang panggul,
perlekatan panggul,atau irritable bowel syndrome (M. Anwar, 2014).
Dismenore biasanya ditemukan jika terdapat penyakit atau kelainan
pada alat reproduksi. Nyeri dapat terasa sebelum, selama, dan sesudah
haid (Laila, 2011). Proverawati dan misaroh (2009), menyebutkan
bahwa dismenore atau yang sering disebut juga dismenore ekstrinsik
terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenore.
4. Derajat Dismenore
Menurut Manuaba (2001), dismenore secara klinis dibagi menjadi 3
tingkat keparahan, yaitu:
a. Dismenore ringan
Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan klien masih dapat
melaksanakan aktifitas sehari-hari.
b. Dismenore sedang
Dismenore itu membuat klien memerlukan penanganan dan kondisi
penderita masih dapat beraktivitas.
c. Dismenore berat
Dismenore berat membuat klien memerlukan istirahat beberapa hari
dan dapat disertai sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa tertekan,
mual dan sakit perut dan tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari.
5. Penanganan Dismenore
Pola Keterangan
Nutrisi Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran
dan buah-buahan. (Mochtar .R, 1998)
Eliminasi BAK hendaknya 3-4x/hari berwarna kuning jernih tidak terdapat endapan
ataupun busa. BAB 1x/hari konsistensi lembek dan berwarna khas.
Istirahat Minimal tidur malam selama 6 jam hal ini bermanfaat untuk menjaga
kesehtan ibu.
Aktivitas Dismenore dengan tingkat nyeri yang tinggi dapat mempengaruhi wanita
dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Personal Menjaga kebersihan tubuh dan terutama pada alat genetalia, mencegah
Hygiene terjadinya infeksi. Usahakan agar mandi dengan air bersih dan juga
membersihkan daerah vital.
Kebiasaan Kebiasaan meminum kopi yang megandung kafein dapat meningkatkan
resiko dismenore
Seksualitas Untuk mengetahui kehidupan seksual ibu baik dari teknik frekuensi
maupun apakah ada keluhan.
9. Riwayat psikososiokultural Spiritual :
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri klien
DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum pasien
Kesadaran :composmentis
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : (100-120/ 80-90mmhg).
Suhu : (36,5-37,5 0C)
Nadi : (60-100x/i)
Pernafasan : (16-20x/i)
c. Antropometri
Tinggi badan :
Berat badan :
LILA : (23,5 cm)
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Kulit kepala bersih/tidak, ada luka/tidak, kontruksi
rambut kuat/tidak, distribusi rambut merata/tidak
Muka : odem/tidak, pucat/tidak
Mata : Konjunctiva merah muda, jika agak putih kemungkinan
terjadi anemia (Varney, 2001), sclera putih/kuning
Telinga : Bersih
Hidung : Bersih/tidak, polip ada/tidak
Mulut dan gigi: Bibir merah muda, caries dentis ada/tidak, stomatitis
ada/tidak, lidah tremor/tidak
Leher : terdapat pembekakan pada tonsil/tidak, vena jugularis
terdapat bendungan/tidak, terdapat pembekakan pada
tonsil atau tidak, terdapat pembekakan pada limfe/tidak)
Dada :
Payudara : terjadi pembesaran/ tidak, puting susu normalnya
menonjol pada ibu, tidak terdapa lecet pada puting susu
ibu jika terdapat lecet kemerahan serta nyeri berarti ibu
mengidap infeksi. (KIA Kementrian RI, 2013), tidak/ada
retraksi pada payudara,
Abdomen : Bekas operasi ada/tidak, terdapat pembesaran/tidak.
Genetalia : Vulva bersih/tidak, vagina bersih, ada pengeluaran
secret/tidak, oedema ada/tidak, varices tidak/ada, luka
parut tidak/ada, fistula tidak/ada, anus ada hemoroid
eksterna atau tidak (Varney, 2008), Pemeriksaan
perineum dilakukan untuk melihat apakah ada trauma
yang mengakibatkan pendarahan, bersih atau
tidak(Varney, 2008), Irfetilitas yang berhubungan dengan
factor serviks dapat disebabkan oleh sumbatan kanalis
servikalis, lendir serviks yang abnormal, malposisi dari
serviks, kombinasinya. (Sarwono, 2005)
Ekstremitas : simetris/tidak, odem atau tidak, ada varices/tidak
Palpasi
Leher : Vena jugularis tidak/ada bendungan, jika ada
menunjukkan adanya penyakit jantung (Varney, 2008),
kel. tiroid ada pembesaran/tidak, kel. getah bening ada
pembengkakan/ tidak
Payudara : teraba nyeri/tidak, ada massa/tidak
Ekstremitas : odem/tidak, capilari refill kembali dalam 2 detik/tidak
Perkusi
1. Dada
2. Abdomen
3. Reflek
Auskultasi
Jantung
1. Irama :
2. Frekuensi :…….x/menit
Paru-paru
1. Wheezing :
2. Ronchi :
Perut: Bising usus : 5-30 x/ menit
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk
menunjang penegakan diagnosa bagi penderita Dismenorea atau mengatasi
gejala yang timbul
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosis :Papah dengan Diemenore Primer / Sekunder
Masalah : Nyeri abdomen
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Diagnosa Potensial : Syok neurogenik
Masalah Potensial : Hipoksia
V. INTERVENSI
1. Lakukan pendekatan pada klien
R: Hubungan yang kooperatif antara petugas kesehatan klien dapat
mempermudah asuhan kebidanan yang akan di lakukan.
2. Beritahu hasil pemeriksaan
R: Dengan memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu maka ibu dapat
mengetahui keadaan dan kondisinya sehingga ibu lebih tenang.
3. KIE tentang fisiologi nyeri haid
R: Pengetahuan tentang nyeri haid yang normalakan membantu klien
membedakan nyeri dalam batas normal atau tidak.
4. KIE tentang cara mengurangi nyeri seperti kompres hangat pada bagian
perut yang nyeri, mandi air hangat, dan olah raga ringan.
R: Pengetahuan tentang cara mengurangi nyeri dapat diterapkan secara
mandiri oleh klien agar rasa nyeri berkurang.
5. KIE tentang pola nutrisi kepada klien
R: Nutrisi yang adekuat membantu tubuh lebih kuat dan dapat melakukan
aktivitas dengan baik.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti nyeri
R: Pemeriksaan dan terapi dari dokter akan membuat pelayanan tepat dan
komperhensif
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah di susun. Pelaksanaan ini bisa di lakukan oleh bidan dan
kolaborasi dengan dokter.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefekitfan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP