Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN DISMENOREA

Tugas Ini Disusun guna Menenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II

Disusun oleh:
1. Lilis (19100011)
2. Safitri Dara (19100012)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan atas rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan penysusunan laporan yang berjudul “Laporan Disminorea“.

Adapun penulisan laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas II. Dalam penulisan laporan ini kami merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan penulisan laporan ini dan
selanjutnya.

Yogyakarta, 20 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULAN

A. Latar Belakang Masalah


Dismenorea merupakan rasa nyeri yang muncul saat haid, biasanya terjadi
pada hari pertama dan kedua (Wong 2008 dan Smith 2003, dalam Novitasari
2012).Setiap wanita memiliki pengalaman yang berbeda-beda, sebagian
wanitamendapatkan haid tanpa keluhan, namun tidak sedikit wanita mendapatkan
haiddisertai dengan keluhan berupa dismenore yang mengakibatkan
ketidaknyamananserta dampak terhadap gangguan aktivitas (Widjanarko, 2006).

Presentase masalah dismenorea di dunia sangat besar yaitu dengan rata-


ratalebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami dismenorea
(Proverawati danMisaroh, 2009).

Angka kejadian dismenorea di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri


dari54,89% dismenorea primer, dan 9,36% adalah dismenore sekunder
(Proverawati,2012). Selama ini pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang
cukup besar padamasalah kewanitaan baik bagi pelajar (mahasiswi) maupun
masyarakatyangdiwujudkan melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), yaitu
dengan adanya programKKR (Kesehatan Reproduksi Remaja) yang bertujuan
agar seluruh remaja dankeluarganya memiliki pengetahuan, kesadaran sikap dan
perilaku kesehatanreproduksi sehingga menjadi remaja yang siap sebagai
keluarga berkualitas tahun2015 BKKBN (2001, dalam Amin 2011).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Dismenore ?
2. Apa definisi dari Dismenorea ?
3. Bagaimana klasifikasi dari Dismenorea ?
4. Etiologi dari Dismenorhea ?
5. Bagaimana Patofisiologi dari Dismenorea ?
6. Bagaimana Manifestasi Klinis dari Dismenorea?
6. Apa pemeriksaan diagnostik dari Dismenorea?
7. Bagaimana Penatalaksanaan dari Dismenorea?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Dismenorea?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dari Dismenorea
2. Mengetahui klasifikasi dari Dismenorea
3. MengetahuiEtiologi dari Dismenorea
4. Mengetahui Patofisiologi dari Dismenorea
5. MengetahuiManifestasi Klinis dari Dismenorea
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Dismenorea
7. Mengetahui Penatalaksanaan dari Dismenorea
8. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Dismenorea
BAB III
PEMBAHASAN

A. Definisi Dismenorea
Dismenore (dysmenorrhea) berasal dari bahasa yunani, kata dys
yang berarti sulit, nyeri, abnormal, meno yang berarti bulan, dan orrhea
yang berarti aliran. Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu
haid atau menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan
pengobatan yang yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit didaerah perut
maupun panggul (Judha, 2012).

Dismenore (dysmenorrhea) berasal dari bahasa yunani, kata dys


yang berarti sulit, nyeri, abnormal, meno yang berarti bulan, dan orrhea
yang berarti aliran. Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu
haid atau menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan
pengobatan yang yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit didaerah perut
maupun panggul (Judha, 2012).

Gangguan menstruasi yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri


sebelum, saat atau sesudah menstruasi. Nyeri tersebut timbul akibat
adanya hormon prostagladin yang membuat otot uterus (rahim)
berkontraksi. Bila nyerinya ringan dan masih dapat beraktivitas berarti
masih wajar. Namun, bila nyeri yang terjadi sangat hebat sampai
mengganggu aktivitas ataupun tidak mampu melakukan aktivitas, maka
termasuk pada gangguan. Nyeri dapat dirasakan di daerah perut bagian
bawah, pinggang bahkan punggung (Judha, 2012).

Dismenore yang sering terjadi adalah dismenore fungsional (wajar)


yang terjadi pada hari pertama atau menjelang hari pertama akibat
penekanan pada kanalis servikalis (leher rahim). Biasanya dismenore akan
menghilang atau membaik seiring hari berikutnya menstruasi. Dismenore
yang non fungsional (abnormal) menyebabkan nyeri hebat yang dirasakan
terus menerus, baik sebelum, sepanjang menstruasi bahkan sesudahnya
(Judha, 2012).

B. Klasifikasi Dismenorea
Dismenore dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada
tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati (Judha, 2012).
Dismenore berdasarkan jenis nyeri adalah :
a. Dismenore spasmodik
Dismenore spasmodik adalah nyeri yang dirasakan dibagian
bawah perut dan terjadi sebelum atau segera setelah haid dimulai.
Dismenore spasmodik dapat dialami oleh wanita muda maupun wanita
berusia 40 tahun keatas. Sebagian wanita yang mengalami dismenore
spasmodik, tidak dapat melakukan aktivitas
Tanda dismenore spasmodik, antara lain:
1) Pingsan
2) Mual
3) Muntah
4) Dismenore spasmodik dapat diobati atau berkurang dengan
melahirkan, walaupun tidak semua wanita mengalami hal tersebut

b. Dismenore kongestif
Dismenore kongestif dapat diketahui beberapa hari sebelum haid
datang. Gejala yang ditimbulkan berlangsung 2 sampai 3 hari sampai
kurang dari 2 minggu. Pada saat haid datang, tidak terlalu
menimbulkan nyeri. Bahkan setelah hari pertama haid, penderita
dismenore kongestif akan merasa lebih baik.
Gejala yang ditimbulkan pada dismenore kongestif, antara lain:
1) Pegal pada bagian paha
2) Sakit pada daerah payudara
3) Lelah
4) Merasa tersinggung
5) Kehilangan keseimbangan
6) Ceroboh
7) Gangguan tidur

Menurut Judha (2012) dismenore berdasarkan ada tidaknya kelainan


atau sebab yang dapat diamati adalah :
a. Dismenore primer
Dismenore primer terjadi sesudah 12 bulan atau lebih pasca
menarke (menstruasi yang pertama kali). Hal itu terjadi karena siklus
menstruasi pada bulan-bulan pertama setelah menarke biasanya
bersifat anovulatoir yang tidak disertai nyeri. Rasa nyeri timbul
sebelum atau bersama-sama dengan menstruasi dan berlangsung untuk
beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat berlangsung sampai
beberapa hari. Sifat nyeri adalah kejang yang berjangkit, biasanya
terbatas di perut bawah, tetapi dapat merambat kedaerah pinggang dan
paha. Nyeri dapat disertai mual, muntah, sakit kepala, dan diare.
Menstrusi yang menimbulkan rasa nyeri pada remaja sebagian besar sisebabkan oleh
dismenorea primer.

Menurut Judha (2012) Faktor-faktor yang menyebabkan


dismenore, antara lain:
1) Faktor kejiwaan
Gadis remaja yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika
mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses
menstruasi, mudah mengalami dismenore primer.
2) Faktor konstitusi
Faktor konstitusi berhubungan erat dengan faktor kejiwaan yang
dapat menurunkan ketahanan terhadap nyeri. Faktor-faktor ini
adalah anemia, kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan
atau hambatan pada pertumbuhan sel otak dan sel tubuh yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh, termasuk daya tahan tubuh terhadap
nyeri (Lestari, 2011).
C. Etiologi Dismenorea
a. Dismenore primer
Dismenore primer adalah proses normal yang dialami ketika
menstruasi. Kram menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi otot
rahim yang sangat intens, yang dimaksudkan untuk melepaskan
lapisan dinding rahim yang tidak diperlukan lagi. Dismenore primer
disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel lapisan
dinding rahim yang disebut prostaglandin. Prostaglandin akan
merangsang otot otot halus dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi
kadar prostaglandin, kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri
yang dirasakan juga makin kuat. Biasanya, pada hari pertama
menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan
selanjutnya, lapisan dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar
prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri menstruasi pun akan
berkurang seiring dengan makin menurunnya kadar prostaglandin
(Sinaga, 2017).
b. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan atau
gangguan pada sistem reproduksi, misalnya fibroid uterus, radang panggul,
endometriosis atau kehamilan ektopik. Dismenore sekunder
dapat diatasi hanya dengan mengbati atau menangani penyakit atau
kelainan yang menyebabkannya (Sinaga, 2017).
D. Patofisiologi dari Dismenorea
Peningkatan produksi prostaglandin dan pelepasannya (terutama
PGF2α) dari endometrium selama menstruasi menyebabkan kontraksi
uterus yang tidak terkoordinasi dan tidak teratur sehingga menimbulkan
nyeri. Selama periode menstruasi, wanita yang mempunyai riwayat
dismenorea mempunyai tekanan intrauteri yang lebih tinggi dan memiliki
kadar prostaglandin dua kali lebih banyak dalam darah (menstruasi)
dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami nyeri. Uterus lebih
sering berkontraksi dan tidak terkoordinasi atau tidak teratur. Akibat
peningkatan aktivitas uterus yang abnormal tersebut, aliran darah menjadi
berkurang sehingga terjadi iskemia atau hipoksia uterus yang
menyebabkan timbulnya nyeri. Mekanisme nyeri lainnya disebabkan oleh
protaglandin (PGE2) dan hormon lain yang membuat saraf sensori nyeri
diuterus menjadi hipersensitif terhadap kerja bradikinin serta stimulus
nyeri fisik dan kimiawi lainnya (Reeder, 2013).
Kadar vasopresin mengalami peningkatan selama menstruasi pada
wanita yang mengalami dismenorea primer. Apabila disertai dengan
peningkatan kadar oksitosin, kadar vasopresin yang lebih tinggi
menyebabkan ketidakteraturan kontraksi uterus yang mengakibatkan
adanya hipoksia dan iskemia uterus. Pada wanita yang mengalami
dismenorea primer tanpa disertai peningkatan prostaglandin akan terjadi
peningkatan aktivitas alur 5-lipoksigenase. Hal seperti ini menyebabkan
peningkatan sintesis leukotrien, vasokonstriktor sangat kuat yang
menginduksi kontraksi otot uterus (Reeder, 2013).
E. Derajat Dismenorea
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal
menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenore
secara siklik dibagi menjadi tiga tingkat keparahan. Menurut Manuaba
(2009) dismenore dibagi 3 yaitu:
a. Dismenore Ringan. Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan
dapat melanjutkan kerja sehari- hari.
b. Dismenore Sedang. Pada dismenore sedang ini penderita
memerlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan
kerjanya.
c. Dismenore Berat. Dismenore berat membutuhkan penderita untuk
istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, nyeri
pinggang, diare dan rasa tertekan.
Derajat Dismenore menurut (Hakim, 2016)
a. Derajat 0, tanpa rasa nyeri, aktivitas sehari-hari tidak terpengaruh.
b. Derajat I, nyeri ringan, jarang memerlukan analgesik, aktivitas sehari-
hari jarang terpengaruh.
c. Derajat II, nyeri sedang, memerlukan analgesik, aktivitas sehari-hari
terganggu.
d. Derajat III, nyeri berat, nyeri tidak banyak berkurang dengan
analgesik, timbul keluhan, nyeri kepala, kelelahan, mual, muntah dan
diare.
F. Gejala Dismenorea
Gejala pada dismenore sesuai dengan jenis dismenorenya yaitu:
a. Dismenore primer
Gejala-gejala umum seperti rasa tidak enak badan, lelah, mual,
muntah, diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala, kadang-kadang
dapat juga disertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas dan
gelisah, hingga jatuh pingsan (Anurogo, 2011). Nyeri dimulai
beberapa jam sebelum atau bersamaan dengan awitan menstruasi dan
berlangsung selama 48 sampai 72 jam. Nyeri yang berlokasi di area
suprapubis dapat berupa nyeri tajam, dalam, kram, tumpul dan sakit.
Sering kali terdapat sensasi penuh di daerah pelvis atau sensasi mulas
yang menjalar ke paha bagian dalam dan area lumbosakralis.
Beberapa wanita mengalami mual dan muntah, sakit kepala, letih,
pusing, pingsan, dan diare, serta kelabilan emosi selama menstruasi
(Reeder, 2013).
Sedangkan menurut Sari (2012) ciri-ciri atau gejala dismenore primer,
yaitu 1) Nyeri berupa keram dan tegang pada perut bagian bawah; 2)
Pegal pada mulut vagina; 3) Nyeri pinggang; 4) Pegal-pegal pada paha; 5) Pada
beberapa orang dapat disertai mual, muntah, nyeri
kepala, dan diare.
b. Dismenore Sekunder
Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada dismenore sekunder
yang terbatas pada onset haid. Dismenore terjadi selama siklus
pertama atau kedua setelah haid pertama, dismenore dimulai setelah
usia 25 tahun. Sedangkan menurut Sari (2012) ciri-ciri atau gejala
dismenore sekunder, yaitu 1) Darah keluar dalam jumlah banyak dan
kadang tidak beraturan; 2) Nyeri saat berhubungan seksual; 3) Nyeri
perut bagian bawah yang muncul di luar waktu haid; 4) Nyeri tekan
pada panggul; 5) Ditemukan adanya cairan yang keluar dari vagina; 6)
Teraba adanya benjolan pada rahim atau rongga panggul.
G. Pencegahan
Pencegahan dismenore menurut Anurogo (2011) yaitu a)Menghindari
stress; b) Miliki pola makan yang teratur dengan asupan gizi yang
memadai, memenuhi standar 4 sehat 5 sempurna; c) Hindari makanan
yang cenderung asam dan pedas, saat menjelang haid; d) Istirahat yang
cukup, menjaga kondisi agar tidak terlalu lelah, dan tidak menguras
energi yang berlebihan; e) Tidur yang cukup, sesuai standar keperluan
masing-masing 6-8 jam dalam sehari; f) Lakukan olahraga ringan secara
teratur
H. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Dismenorea
I. Mengetahui Penatalaksanaan dari Dismenorea
Menurut Judha (2012) Penatalaksanaan yang dapat dilaksanakan untuk
pasien dismenore adalah :
a. Penjelasan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan
yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Penjelasan dapat dilakukan
dengan diskusi mengenai pola hidup, pekerjaan, kegiatan, dan
lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengebau haid
atau adanya hal-hal yang dilarang mengenai haid. Nasihat mengenai
makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga dapat membantu
mengurangi dismenore.
b. Pemberian obat analgetik
Banyak beredar obat-obat analgetik yang dapat diberikan sebagai
terapi simptomatik. Jika rasa nyeri berat, diperlukan istirahat ditempat
tidur dan kompres hangat pada perut bawah untuk mengurangi
keluhan. Obat analgetik yang sering diberikan aadalah kombinasi
aspirin, fenasetin, dan kafein.
Terapi farmakologi untuk mengurangi nyeri menstruasi antara lain:
dengan pemberian obat analgetik, terapi hormonal, obat nonsteroid
prostagladin, dilatasi kanalis servikalis. Obat-obatan yang digunakan
untuk mengurangi nyeri menstruasi diantaranya : pereda nyeri
(analgesik) golongan Non Steroid Anti Inflamasi (NSAI) (Prawiharjo,
2015).
c. Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat
sementara dengan maksud membuktikan bahwa gangguan yang terjadi
benar-benar dismenore primer, atau jika diperlukan untuk membantu
penderita untuk melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid
tanpa gangguan.
d. Terapi alternative
Terdapat juga penanganan nonfarmakologi menurut Laila (2011) yaitu:
kompres hangat di dearah yang sakit atau kram, istirahat, olahraga,
minum air putih, pemijatan, yoga, teknik relaksasi, dan aromaterapi .
Menurut Thaniez (2009) ada beberapa cara pengobatan di bawah ini
dapat menghilangkan atau minimal membantu mengurangi rasa nyeri
haid yang menggangu. Cara tersebut antara lain :
1) Aromaterapi
Aromaterapi merupakan suatu metode yang menggunakan
aromaterapi untuk meningkatkan kesehatan fisik dan juda
mempengaruhi kesehatan emosi seseorang. Aromaterapi
merupakan minyak alami yang diambil dari tanaman aromatik.
Aromaterapi dapat digunakan sebagai minyak pijat (massage),
inhalasi, produk untuk mandi dan parfum (Koensoemardiyah,
2009).
2) Terapi dingin dan hangat
Kompres dingin merupakan suatu prosedur menempatkan suatu
benda dingin pada tubuh bagian luar. Dampak fisiologisnya adalah
vasokontriksi pada pembuluh darah, mengurangi rasa nyeri, dan
menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot (Tamsuri, 2007).
Sedangkan terapi hangat berfungsi untuk melebarkan pembuluh
darah, menstimulasi sirkulasi darah, dan mengurangi kekakuan.
Selain itu, terapi hangat juga berfungsi menghilangkan sensasi rasa
sakit.
3) Rileksasi
Dalam kondisi rileks tubuh juga menghentikan produksi hormone
adrenalin dan semua hormone yang diperlukan saat kita stress.
Karena hormone esterogen dan progesteron serta hormone
adrenalin diproduksi dari blok kimiawi yang sama, ketika kita
mengurangi stress
4) Distraksi
Distraksi adalah pengalihan perhatian dari hal yang menyebabkan
nyeri, contoh: menyanyi, berdoa, menceritakan gambar atau foto
dengan kertas, mendengar musik dan bermain satu permainan.
Teknik distraksi ini khususnya distraksi pendengaran dapat
merangsang peningkatan hormon endorpin yang merupakan
substansi sejenis morpin yang disuplai oleh tubuh. Individu dengan
endorpin banyak,
lebih sedikit merassakan nyeri dan individu dengan endorpin
sedikit dapat merasakan nyetri lebih besar (Rampengan, 2014).
5) Menggunakan imagery
Guided imagery merupakan satu teknik terapi tindakan
keperawatan yang dilakukan dengan mengajak pasien
berimajinassi membayangkan sesuatu yang indah dan tempat yang
disukai atau pengalihan perhatian terhadap nyeri, yang bisa
dilakukan dengan posisi duduk atau berbaring dengan mata
dipejamkan dan memfokuskan perhatian dan berkonsentrassi.
Sehingga tubuh menjadi rileks dan nyaman (ratnasari, 2012).

G. Asuhan Keperawatan pada Dismenorea


1. Pengkajian
Tanyakan riwayat mestruasi, eksplorasi persepsi wanita mengenai
kondisinya, pengaruh budaya atau etnis, gaya hidup dan pola adaptasi.
Evaluasi seberapa berat rasa nyeri atau perdarahan yang dialami dan
efeknya pada aktivitas sehari-hari. Tuliskan berbagai pengobatan
rumah dan obat-obatan yang digunakan untuk mengurangi
ketidaknyamanan selama menstruasi. Catatan tentang gejala emosi,
perilaku, fisik, pola diet, pola latihan dan pola istirahat, merupakan
alat diagnostik yang bermanfaat (Lowdermilk, 2013).
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan untuk wanita yang mengalami gangguan
menstruasi menurut Bobak (2004) meliputi:
a. Risiko tinggi terhadap koping individu atau keluarga tidak efektif
yang berhubungan dengan
1) Pengetahuan tentang penyebab gangguan yang tidak memadai
2) Efek fisiologis dan emosional gangguan
b. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan
1) Perawatan diri
2) Terapi yang tersedia untuk mengatasi gangguan tersebut
c. Risiko tinggi gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan
1) Gangguan menstruasi
d. Risiko tinggi terhadap harga diri rendah yan berhubungan dengan
1) Persepsi lain tentang rasa tidak nyamannya
2) Ketidakmampuan untuk mengandung
e. Nyeri yang berhubungan dengan
1) Gangguan menstruasi
3. Perencanaan
Asuhan keperawatan pada kasus dismenore primer yang dapat
diberikan menurut Proverawati (2009), yaitu:
a. Jelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil pemeriksaannya
b. Pemberian analgesik dan tokolitik
c. Anjurkan klien untuk berolahraga ringan seperti senam, berjalan
kaki, bersepeda, atau berenang
d. Anjurkan klien untuk cukup istirahat
e. Anjurkan klien untuk memperbanyak komsumsi protein dan
sayuran hijau
f. Anjurkan klien untuk mengompres panas atau dingin pada daerah
perut jika terasa nyeri
4. Pelaksanaan
a. Menjelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil pemeriksaannya
b. Memberikan terapi analgesik dan tokolitik
c. Menganjurkan klien olahraga ringan seperti senam, berjalan kaki,
bersepeda, atau berenang
d. Menganjurkan klien untuk cukup istitahat
e. Menganjurkan klien untuk memperbanyak konsumsi protein dan
sayuran hijau
f. Menganjurkan klien untuk mengompres panas atau dingin pada
daerah perut jika terasa nyeri
5. Evaluasi
Pelayanan telah efektif ketika wanita melaporkan peningkatan
dalam kualitas hidupnya kemampuan perawatan diri, dan konsep diri
serta gambaran tubuh yang positif (Lowdermilk, 2013).

Anda mungkin juga menyukai