DISMENORRHEA
PEMBIMBING :
dr. Arvitamuriany T.Lubis,M.Ked (OG),Sp.OG
Disusun Oleh :
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Dismenorrhea”. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada dokter pembimbing kami dr. Arvitamuriany T. Lubis, M.Ked(OG) Sp.OG,
yang telah meluangkan waktunya kepada kami dan memberikan bimbingan serta
masukan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
makalah selanjutnya.
Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi yang membaca dan dapat menjadi
referensi dalam pengembangan wawasan di bidang medis.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu yaitu secara
bertahap, pertumbuhan dan perkembangan antara anak laki-laki dan perempuan amatlah
berbeda (Supartini, 2004).
Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas ini merupakan peristiwa yang
paling penting, berlangsung cepat, dratis, tidak beraturan dan terjadi pada sistem
reproduksi. Hormon-hormon mulai di produksi dan mempengaruhi terjadinya perubahan
tubuh (Manuaba, 2009)
Setiap remaja putri pasti akan mengalami yang namanya fase mentruasi. Walupun
tidak sama pada setiap orang, tetapi biasanya mentruasi mulai usia 10 tahun. Dengan
semakin dininya mendapat mentruasi akan memberikan konsekuensi menyiapkan mereka
untuk tidak panik menghadapinya.setiap remaja putri akan mengalami perubahan yang
drastis pada tubuhnya karena untuk pertama kali alat kelamin mengeluarkan darah yang
disebut menstruasi (Setiawan, 2009).
Menstruasi atau haid sama tuanya dengan sejarah umat manusia, namun sampai
sekarang masih merupakan topik yang banyak menarik minat sebagian besar kalangan
wanita karena setiap bulannya wanita selalu mengalami menstruasi dan sering mengalami
nyeri. Nyeri ini timbul bersamaan dengan menstruasi, sebelum menstruasi atau bisa juga
segera setelah menstruasi. Nyeri haid atau yang biasa disebut dengan dismenore
merupakan kram & nyeri menusuk yang terasa di perut bagian bawah & paha, punggung
bawah, mual muntah diare, kram yang nyeri selama menstruasi, lemah, dan berkeringat
(Anonim, 2007).
Penyebab nyeri haid bisa bermacam-macam, bisa karena suatu proses penyakit
(misalnya radang panggul), endometriosis, tumor atau kelainan letak uterus, selaput dara
atau vagina tidak berlubang, dan stres atau kecemasan yang berlebihan. Akan tetapi,
1
2
penyebab tersering nyeri haid diduga karena terjadinya ketidakseimbangan hormonal dan
tidak ada hubungan dengan organ reproduksi (Arifin S, 2007).
Ada dua jenis nyeri haid, yaitu primer dan sekunder. Pembagian ini atas dasar
sudah diketahui sebabnya dan yang belum diketahui sebabnya. Pada yang primer
biasanya terjadi pada umur kurang 20 tahun dan biasanya bisa hilang bila yang
bersangkutan hamil. Sebaliknya yang sekunder terjadi pada umur lebih 20 tahun dan
biasanya dijumpai adanya kelainan pada alat kelamin dalam, seperti infeksi, tumor atau
perlekatan. Kebanyakan penderita dismenore adalah wanita muda, walaupun dijumpai
juga dikalangan yang berusia lanjut. Dismenore yang paling sering terjadi adalah
dismenore primer, kemungkinan lebih dari 50% wanita mengalaminya dan 10-15%
diantaranya mengalami nyeri yang hebat yang sampai menggangu aktivitas dan kegiatan
sehari-hari wanita. Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3
tahun setelah haid pertama dan terjadi pada umur kurang dari 20 tahun (Anonim, 2007).
Rasa nyeri pada saat menstruasi tentu saja sangat menyiksa bagi wanita. Sakit
menusuk, nyeri yang hebat di sekitar bagian bawah dan bahkan kadang mengalami
kesulitan berjalan sering dialami ketika haid menyerang. Nyeri ini dapat berlangsung
setengah hari sampai lima hari dan sering kali tampak seperti nyeri berkepanjangan.
Banyak wanita terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita sehingga tidak dapat
mengerjakan sesuatu apapun. Ada yang pingsan, ada yang merasa mual, ada juga yang
benar-benar muntah (Kingston, 2005).
Dismenore yang dialami saat terjadi menstruasi bisa sangat menyiksa. Kadang-
kadang wanita membungkukkan tubuh atau merangkak lantaran tidak tahan dengan nyeri
haid. Pengetahuan remaja tentang disminore amat sedikit sehingga mereka tidak tahu apa
yang dilakukan jika nyeri datang, begitu juga sikap remaja mengenai disminore amatlah
sedikit, kadang remaja berharap mereka tidak mendapatkam haid, mereka berangapan
haid merupakan hari yang amat menyiksa bagi mereka (Setiawan. 2009).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Dismenore adalah nyeri kram (tegang) daerah perut mulai terjadi pada 24 jam
sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan selama 24-36 jam meskipun
beratnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama. Kram tersebut terutama dirasakan
didaerah perut bagian bawah tetapi dapat menjalar kepunggung atau permukaan dalam
paha, yang terkadang menyebabkan penderita tidak berdaya dalam menahan nyerinya
tersebut. Dismenore memperlihatkan gejala lain seperti lemas, pusing, berkeringat, sakit
kepala, sakit punggung, mual, muntah, diare, dan semua itu terjadi saat menstruasi
berlangsung.
Dismenore selama ini telah menjadi gangguan atau keluhan pada sebagian besar
wanita, terutama pada remaja dan dewasa muda. Dismenore dapat mengganggu aktivitas
dan produktivitas wanita di rumah atau di tempat kerja. Oleh karena itu, dismenore
adalah suatu gejala yang paling sering menyebabkan para wanita pergi ke dokter untuk
konsultasi dan pengobatan.
2.2. Epidemiologi
3
4
Salah satu faktor risiko dismenore adalah usia, di mana terjadi lebih banyak kasus
dismenore pada remaja daripada wanita dewasa, yaitu dari umur 20 sampai 24 tahun,
dengan episode berat terbanyak terjadi pada wanita usia di bawah 25 tahun. Dismenore
primer juga terjadi paling banyak pada wanita belum menikah daripada wanita yang
sudah menikah (61% : 51%).
Faktor menarche pada usia lebih muda, meningkatnya volume darah saat
menstruasi, dan riwayat keluarga juga menjadi faktor risiko terjadinya episode nyeri yang
lebih berat. Faktor merokok mengakibatkan gejala nyeri lebih berat juga terbukti cukup
kuat. Studi prospektif terbaru menunjukkan bahwa terdapat hubungan dismenore dengan
meningkatnya paparan asap rokok. Ada beberapa dugaan bahwa terjadinya perubahan
pada kehidupan sehari – hari yang sering, kurangnya dukungan sosial, dan stres mungkin
berhubungan dengan meningkatnya dismenore. Oleh karena itu, meningkatnya prevalensi
dismenore terjadi pada kelompok yang kehidupan sosial ekonominya rendah.
2.3. Klasifikasi
Etiologi
1. Faktor kejiwaan : Pada wanita yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka
tidak mendapat edukasi yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore.
2. Faktor konstitusi : Faktor ini dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri,
contohnya seperti anemia dan penyakit kronis dapat mempengaruhi timbulnya
dismenore.
3. Faktor obstruksi kanalis servikalis : Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi
mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak
dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenore. Banyak wanita
menderita dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus hiperantefleksi.
Sebaliknya, terdapat banyak wanita tanpa keluhan dismenore, walaupun ada stenosis
servikalis dan uterus terletak hiperantefleksi.
4. Faktor endokrin : Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada
dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin
mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus. Endometrium
6
Patofisiologi
Manifestasi klinis
Sembilan puluh persen terjadi pada 2 tahun pertama wanita menarche, dismenore
terjadi pada beberapa jam sebelum atau sesudah menstruasi dan biasanya berlangsung
selama 48 – 72 jam. Nyeri berupa kram dan biasanya paling nyeri di abdomen bawah dan
menyebar sampai ke paha belakang atau dalam.
nyeri pinggang,
nyeri kepala,
dan pada pemeriksaan pelvis biasanya tidak ada kelainan
Penatalaksanaan
1. Non – medikamentosa
Edukasi
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan yang tidak
berbahaya untuk kesehatan. Penderita sebaiknya dijelaskan dan diajak diskusi
mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Edukasikan
kepada penderita mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga.
2. Medikamentosaa.
Progestin
Progestin berperan untuk menekan terjadinya perdarahan haid dan kontraksi
uterus.
Tokolitik
Tokolitik berperan untuk mencegah terjadinya kontraksi pada uterus.
Jika pasien gagal dengan terapi pil kontrasepsi oral dan NSAID, diagnosis
dismenore primer sebaiknya dipertanyakan dan diperkirakan menjadi dismenore
sekunder. Laparoskopi, ultrasonic imaging, dan histerokopi dengan biopsi langsung
untuk mengesklusi adanya kelainan pada panggul.
Definisi
Dismenore sekunder adalah adalah nyeri haid yang disebabkan oleh patologi
pelvis secara anatomis atau makroskopis dan terutama terjadi pada wanita berusia 30-45
tahun. Pengertian yang lain menyebutkan definisi dismenore sekunder sebagai nyeri yang
muncul saat menstruasi namun disebabkan oleh adanya penyakit lain. Penyakit lain yang
sering menyebabkan dismenore sekunder anatara lain endometriosis, fibroid uterin,
adenomyosis uterin, dan inflamasi pelvis kronis.
Etiologi
Adenomyosis
Mioma
Polip
Penggunaan Intrauterine Devices (IUD)
Infeksi
Endometriosis
Adhesi
DAFTAR PUSTAKA
11